Mbak Ira mungkin salah menangkap pesan yang saya tuliskan pada email saya
yang lalu.
Perlu ditekankan disini bahwa apa yang saya lakukan adalah tidak untuk
mengajarkan
anak saya bisa membaca. Saya hanya SEKEDAR membacakan apa yang diinginkan
oleh anak saya untuk dibacakan atau sebaliknya.
masalah efek sampingan yang dikhawatirkan oleh Mbak Ira saya kira itu
wajar-wajar saja
akan tetapi ada hal lain yang perlu diingat, yaitu apakah kita sebagai
orangtua hanyalah
mengajarkan membaca dan meningkatkan IQ semata? Saya pribadi tidak setuju
1000%
Kita sebagai orangtua wajib memberikan hal lain seperti misalnya pendidikan
etika dan
moral sedini mungkin. Hal itu perlu dilakukan sejalan dengan keinginan kita
untuk anak-anak
berkembang secara intelektual. Keseimbangan ini MUTLAK diperlukan (menurut
saya).
Mengajar bayi/balita membaca janganlah dikonotasikan dengan sebuah
PEMAKSAAN
atas ambisi orangtua untuk diterapkan pada anak-anaknya. Saya cenderung
mengatakan
bermain membaca, bermain menulis, bermain menggambar dibandingkan kita
mengatakan
belajar membaca, belajar menulis, belajar menggambar . Dunia balita adalah
dunia bermain.
Sehingga sangat tidak bijaksana apabila orangtua memaksakan kehendak kepada
anak.
Kalau dengan BERMAIN kita bisa BELAJAR sesuatu mengapa kita tidak lakukan?
Bukankah
itu adalah baik? Anak-anak dapat menikmati dunianya dan kita orangtua
melihat perkembangan
yang positif pada diri anak-anak sesuai dengan keinginan dan cita-cita
kita.
Dalam BERMAIN kita dapat meningkatkan EQ anak-anak. Banyak mainan saat ini
yang dapat
meningkatkan sosialisasi, kreatifitas, imajinasi, pendengaran, penglihatan,
pemecahan masalah
dan banyak lagi yang lain. Produk seperti itu saya dapatkan dari The
Learning Journey Indonesia
(www.tlj-indonesia.com) yang memang memberikan manfaat sangat baik untuk
perkembangan
intelektual dan mental kedua anak saya.
Saya mendengar ada rencana dari The Learning Journey untuk menyelenggarakan
seminar
yang berkaitan dengan BERMAIN dalam upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan
kreatifitas anak. Rencananya diselenggarakan pada Sabtu, 5 Mei 2001.
Pendaftaran bisa
langsung hubungi Mbak Meike di 0812.990.9509 atau 581.6842. Biaya Rp.
35.000 (per orang)
atau Rp. 50.000,- (suami-istri). Mudah-mudahan informasi mengenai seminar
ini akan bermanfaat
bagi kita semua pecinta anak-anak.
Salam,
sw
[EMAIL PROTECTED]
-
Bingung mencari kado dan hadiah bermanfaat untuk balita ...?
Silahkan kunjungi www.tlj-indonesia.com/index
Ira Mashura
<[EMAIL PROTECTED]>
cc:
27/03/01 Subject: RE: [balita-anda] Sisi positif
dan
10:31negatif mengajarkan anak memba ca terlalu
dini
Please
respond to
balita-anda
Membaca pengalaman pak Sis ini, saya jadi bertanya2, apakah memang besar
manfaatnya mengajarkan membaca terlalu dini bagi anak2, jika kita masih
tergantung pada sistem pendidikan formal ? Bagaimana kalau akibatnya spt yg
dialami Steven, dia jadi jenuh dan akhirnya malah mogok sekolah.
Terkadang, saya sendiri merasa bahwa ambisi saya sbg orang tua serasa tidak
tertahankan utk memberikan anak yang terbaik yang bisa saya dapatkan, moril
maupun materil. Dalam segi pendidikan pun kita inginkan yg terbaik buat
buah
hati kita. Tetapi, mengajarkan membaca pada balita (malah pada bayi spt
judul buku Glenn Doman), kalau kita telaah apakah relevan dengan usianya..
?
Di saat anak2 lain bermain tanpa beban, anak kita malah membaca koran dan
melahap berita yg bukan porsinya...!!? Di satu sisi, ada kebanggaan
tersendiri melihat anak kita melebihi teman2 seusianya. Apalagi kalau
anaknya sendiri memang antusias saat diajarkan, tanpa perlu dipaksakan..
Tapi, ya.. itu tadi.. efeknya ya.. kembali ke si anak, syukur2 kalau cuma
bosen aja, kalau malah timbul sifat jelek yang lain, spt suka menganggap
remeh orang lain, egois, merasa dirinya yg terbaik, dst.., wah.. malah
berabe.. tujuan meningkatkan IQ eh.. ujung2nya malah menurunkan EQ
(bukankah
utk anak seusia balita, yg lebih dipentingkan sosialisasi dan bukan
prestasi
??).
Senang sekali kalau rekan2 bersedia urun pendapat ttg sisi2 positif dan
negatifnya men