semoga bermanfaat... ________________________________________ From: ilham Sent: Saturday, November 29, 2008 5:50
alangkah baiknya bila kita bisa selalu berprasangka baik terhadap perbedaan dan tidak memaksakan pendapat. Kata Euclides: "Orang yang kondisinya paling buruk adalah orang yang tidak percaya kepada seorang pun karena prasangka jeleknya, dan tidak dipercaya oleh seorang pun karena perbuatan jeleknya." Dan kata Plato: "Kebaikan menyatukan orang-orang yang mencintainya meskipun mereka dalam keadaan saling memarahi dan membenci." salam --- In [EMAIL PROTECTED], WIYOSO HADI wrote: To: Mas Ikka Wah lupa Mas, pulang dari Jerman saya tahun 87'an waktu itu saya belum lancar bahasa Indonesia, tidak bisa bedakan apa itu tang dan apa itu tank, saat tukang yang betulkan rumah kami, minta diambilkan tang, saya bingung tukang koq minta tank (kendaraan tempur lapis baja :).. sekitar tahun2 itu juga kalau tdk salah saya lihat film walisongo, wah bahasa dialognya terlalu tinggi buat yos imut2 yang tidak bisa bedakan antara tang dan tank :) jadi mohon maaf kalau lupa.. Tapi saya ingat pesan Imam Syafi'i rahimullah beliau pernah mewasiatkan kurang lebih bahwa saat orang mengajak beliau untuk berdebat atau berbeda pandangan dengan beliau, dan tidak mungkin akan ada titik temu di antara mereka, maka Imam Syafi'i tidak meneruskan pembicaraan tapi diam dan berdoa dalam hati: "Ya Allah, bila apa yang saya katakan benar maka bukalah hati orang(-orang) itu untuk dapat menerima kebenaran itu, dan bila apa yang dikatakan orang(-orang) itu benar maka bukakanlah hati hamba-Mu ini untuk menerima kebenaran itu. To: Mas Akhmad Safruddin Martunuwun mas atas e-mail Anda, maaf dalam waktu dekat belum bisa bertemu, untuk melatih menyerap dan menyalurkan "energi" itu yang utama bukan "harus" bertemu ataupun dialog ataupun transfer energi ataupun baca doa apa sebaiknya dlsb, tapi (yg utama) berdasarkan pengalamna pribadi yg masih banyak belajar ini adalah: Usaha konstan kita untuk terus meningkatkan kualitas "kedekatan" kita kepada "Sang Sumber Energi", yaitu dgn senantiasa membersihkan hati ini dari segala penyakit hati (ujub, bangga diri, sombong, arogan, merasa paling benar sendiri, pamrih, iri, dendam, marah, riya' dlsb) dan menjalankan syari'at-Nya sesuai "persepsi" kita masing2. Karena secara psikologis, Keyakinan/Keimanan kita tak lain dibentuk oleh 1. pengalaman hidup, 2. interaksi sosial, dan 3. persepsi/sudut pandangĀ kita tentang "Keimanan/keyakinan" itu sendiri. Itu mengapa ada 4 Mahzab, ada Syi'ah 12 dan Syi'ah Isma'iliyah, walau semua meyakini/mengimani Nabi yang sama. Karena pengalaman hidup, interaksi sosial, dan persepsi/sudut pandang masing-masing bagaimana memaknai pesan Nabi tidak mungkin ada yang sama 100%. Atau dalam bahasa Suara Hati : "Yang ditangkap oleh telinga dan mata sama, tapi apa yang ditangkap oleh hati dan kesadaran berbeda-beda." Maka bila ada perbedaan ya wajar2 saja, kita dengarkan saja dan kalau tidak kuat mendengarkan ya menyingkir dengan sopan dan (bagi yang mau) boleh tiru apa yang dilakukan Imam Syafi'i bila didebat dan tidak mungkin akan ada titik temu, yaitu dengan berdoa: (copy paste lagi) "Ya Allah, bila apa yang saya katakan benar maka bukalah hati orang(-orang) itu untuk dapat menerima kebenaran itu, dan bila apa yang dikatakan orang(-orang) itu benar maka bukakanlah hati hamba-Mu ini untuk menerima kebenaran itu. " Lalu dimanakah "Sang Sumber Energi" itu? Allah berfirman: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang "Aku" maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah DEKAT. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran" ( Al Baqarah: 186). "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih DEKAT dari pada urat lehernya." (Al Qaaf:16) wallahu a'lam ________________________________________ From: On Behalf Of GEMPARIKKA WIJAYA Sent: Thursday, November 27, 2008 3:26 Marilah kita semuanya berdamai LAKUM DI NUKUM WALIYA DIIN Bagimu AGAMA KAMU bagiku AGAMAku Sudah tidak usah diperpanjang, selesai kan? LANA A'MALUNA WALA KUM A'MALAKUM Bagiku Amalku Dan Bagimu Amal mu "Pekerjaan utama syaitan dan kawan-kawannya membuat kita ini jadi bertengkar terus menerus gak berhenti-berhenti." "Kalau berbeda ya sudah berbeda saja, jangan saling menyalahkan, jangan saling merasa benar, bukankah begitu kanjeng Sunan ? " (Saya cuplik dari Dialog Kanjeng Sunan Kalijaga dengan Wali-wali yang lain di Film WALISONGO buatannya siapa sih lupa?, Mas YOS Ingatkah?) BHINNEKA TUNGGAL IKA, Berbeda beda akan tetapi tetap satu Menyembah Allah Yang Esa, Menyembah Allah yang Allah, bukan menyembah Hawa Nafsu yang di per TUHAN kan Wallahu a'lam GI. Wijaya [Dikutip dari suaraSUARA: http://groups.yahoo.com/group/suarasuara/ ] PH PRO Indonesia Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/