LANJUTAN:  

   

Dalam pembahasan berpakaian ke
gereja saya kelupaan tidak menyentuh masalah; kalau ke kantor hendak melamar
kerjaan kita mengenakan pakaian yang terbaik, masak untuk TUHAN yang buruk?

1. Bisa jadi kita melakukannya secara terpaksa oleh sebab pingin diterima
kerja. 

2. Dalam hal kerja kita berhadapan dengan manusia duniawi yang menggunakan 

    mata lahiriahnya untuk melihat. Ada Firman
mengatakan: "Berikanlah kepada 

    Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar dan kepada Allah apa yang 

     wajib kamu berikan kepada Allah." 

3. Dimata ALLAH kita ini tengkorak. Entah baik atau buruk pakaian yang kita 

    kenakan nggak pengaruh. Yang ALLAH lihat
kemuliaan pikiran kita. Jika kita baik, 

    maka kita ganteng dimata ALLAH. Tapi jika
kita jahat, kita menjadi buruk dimata 

    ALLAH. 

4. Adakah diantara anda yang bisa melihat hati orang melalui pakaiannya? Apakah 

    orang itu datang dengan niat menghina ALLAH
atau dengan niat menghormati 

     ALLAH? Jikapun orang itu datang untuk
menghina ALLAH, ALLAH sudah 

     mempunyai sepasukan Satpam untuk mengatasi
orang itu. Biarlah ALLAH 

      membela kehormatanNYA sendiri. 

5. Baiklah kita berpikir melihat ke pikiran/hati kita masing-masing saat
berbakti.  

    Seperti Kuda yang mengenakan kacamatanya.
Lihat aja lurus ke depan, nggak usah  

    menolah-menoleh ke orang lain. 

6. Jika perempuan yang sudah melacurkan diri saja masih bisa dipertobatkan oleh


    YESUS, lebih-lebih jika cuma rusak dalam hal berpakaiannya
saja. Gampang itu,  

     maah. Saya kuatir yang menilai-menilai
orang justru sedang dinilai oleh TUHAN  

     sendiri. 'Kan  lucu jadinya? 

7. Ada yang bisa kita pastikan dari hal yang tidak bisa kita pastikan; 

    Orang yang berpakaian tidak patut belum tentu bersalah, tapi
orang yang  

    menilainya  sudah pasti bersalah. Sebab dia menghakimi
saudaranya. Beribadah  

    kepada TUHAN koq melihat orang lain?

8. Saya menanggapi keluhan penulis yang lain, yang mengeluhkan perbincangan-

    perbincangan demikian ini selalu menguap, lalu muncul lagi,
lalu menguap lagi.  

   Nah, yang demikian ini salah siapa? Jelas
salah anda sendiri. Hanya mempunyai  

   keinginan tapi kurang mempunyai tenaga. Yah,
selamanya akan begitu. Begitu ada  

   setan yang mengomentari: masalah gitu aja
koq dibikin besar? Maka nyali andapun  

   sudah surut kayak kura-kura yang
menyembunyikan kepalanya kalau ada orang  

   lewat. Tapi pengulangan pembahasan menjadi
bukti bagi kita bahwa itu bukan  

   masalah yang sepele seperti yang dikatakan
oleh setan tadi, bukan?! 



    Jadi, perjuangan ini memerlukan tenaga dan semangat yang
besar, sebesar angin  

    yang harus dilawan. Barulah perahu layar
itu bisa mencapai pelabuhan tujuannya. 

    Bagaimana? Siapa yang concern dengan kebenaran ALLAH? Dan
siapa yang cuek

    dengan kebenaran ALLAH? Angkat tangannya donk, biar mudah
dihitungnya.  

   

   

             



Kirim email ke