Mesir Kuno yang
Hina dan Hancur. 

        Salah satu nama yang romantik dan
mempesona dalam seluruh sejarah adalah Mesir. Tidak 

        ada kawasan perumahan di bumi ini yang
begitu menggairahkan, penuh pesona, dan mena 

        rik seperti Mesir. Negeri Piramid,
Sphinks, dan sungai Nil; tempat kesenian yang antik, yg 

        tiada taranya dalam kemewahan dan
kemegahan – Mesir sudah berabad-abad lamanya men 

        jadi keajaiban yang tidak
habis-habisnya. Tetapi yang menjadi dasar kemegahannya bukan  

        lah kekuatan militernya, melainkan
kekayaan sumber daya alamnya, ‘karunia Sungai Nil’    

        dan ‘lumbung Gandum dunia ini.’ Mesir
menjadi lambang kemakmuran dan kekayaan yang 

        tak terpermanai yang didambakan.
Kapal-kapal yang sarat muatan gandum dari Mesir ber 

        layar ke seluruh negeri di Pantai Laut
Mediterania. Bulu Papirus, bahan baku untuk pembu 

        atan kertas, tumbuh dengan subur di
daerah sepanjang sungai Nil; dan gulungan Papirus se 

        bagai hasil penemuan Mesir menjadi
bahan ekspor utama ke negara-negara sekitarnya. 

        Juga, dalam hal pertahanan yang
alamiah, Mesir menjadi suatu negara yang unik dan me- 

        ngesankan. Di bagian selatan negeri itu
dilindungi oleh air terjun dari sungai Nil; di sebe- 

        lah timur dan barat dilindungi oleh
padang pasir, sedangkan di sebelah utara oleh lautan. 

        Secara militer dan ekonomi, negeri itu
tampaknya tidak dapat ditaklukkan. Namun demikian 

        negeri ini mengalami kemerosotan dari
sebuah bangsa yang angkuh menjadi bangsa yang 

        luluh menjadi debu, sehingga Mesir yang
ada sekarang ini hanyalah sebuah bayang-bayang 

        yang pucat tak berdarah dari kemegahan
masa silam itu. 

       Dengan ramalan yang tegas, nabi Alkitab
meramalkan kemunduran Mesir dari kebesaran ke 

       pada kesederhanaan. Dua sifat yang
menonjol telah menandai nubuatan ini: [1] Kemerosot 

       an, sampai ketidakberadaannya, tetapi
[2] bertahan – suatu tekad membaja untuk bertahan 

      
pada sisa-sisa walau pada titik terendah. Sementara Babel dan Siria akan
dimusnahkan dan  

       akan menghilang, tetapi Mesir akan
bertahan sebagai suatu bangsa sekalipun dalam kehina 

       an dan kelemahan yang berkepanjangan.
Dari nubuat-nubuatan ini kita dapat mengambil  

       makna yang rinci; 

       - Dua dari kotanya yang bisa dibanggakan
yaitu Thenes, Ibukota Mesir kuno, dan Memphis 

          akan mengalami kemusnahan. –
Yehezkiel 30:14-16. 

       - “Kecongkakan Mesir yang ditimbulkan
kekuatannya akan patah…….Kekuatannya akan  

          berakhir.” – Yehezkiel 30: 6, 18. 

       - “Rumput di tepi Sungai Nil dan seluruh
tanah persemaian pada Sungai Nil akan menjadi  

          kering ditiup angin dan tidak ada
lagi……..Orang-orang yang mengolah lenan akan men 

          dapat malu.” – Yesaya 19: 7, 9. 

          Dua tempat industri – yang telah
dibangun dalam kurun waktu 200 tahun – akan runtuh. 

          Buluh Papirus di sana sudah tidak ada
lagi. Kecuali dibudidayakan di Taman Botani untuk 

          keperluan cendera mata para turis. 

       - “Tidak akan ada lagi pemimpin di tanah
Mesir.” – Yesaya 30:13. 

         Bukan saja hanya Kerajaan Mesir yang
menghilang tanpa jejak, tetapi semenjak kekalahan 

         nya dari Persia pada tahun 341 SM
tidak ada lagi putra pribumi  atau
penguasa yang mun 

         cul memiliki kekuasaan yang bisa
mendekati kekuasaan Firaun dulu kala. 

      - “AKU akan mengeringkan anak-anak Sungai
Nil dan akan menyerahkan tanah itu dalam ta 

         ngan orang-orang asing.” – Yehezkiel
30:12. 

         Orang-orang Persia, Yunani, Roma,
Yunani Byzantin, Saracu, Turki, Perancis dan Inggris 

         adalah deretan ‘orang-orang asing’
yang telah menjajah atau memerintah Mesir selama se 

         kitar 2500 tahun. Sekalipun pada
dewasa ini [1986] Mesir sudah menjadi negara yang ber 

         daulat dan merdeka, namun negara itu
bukanlah suatu Monarki yang diperintah rajanya ka 

         rena keturunan raja, melainkan sebagai
suatu negara Republik. 

      - “Menjadi kerajaan yang lemah………Di antara
kerajaan-kerajaan ia akan paling lemah…. 

         sehingga mereka tidak akan memerintah
bangsa-bangsa lagi.” – Yehezkiel 29:14, 15. 

         Yang dulunya menjadi istana kediaman
Raja-raja Firaun, Mesir modern telah menjadi mu 

         seum besar yang terbuka [negara
museum], penuh debu serta panas dan lembab, serta men 

          jadi ruang pamer bagi seluruh dunia;
suatu pemandangan bagi orang yang ingin tahu dari 

         seluruh bangsa. Bukan lagi menjadi
suatu bangsa dunia yang berkuasa atau dengan kekua 

         saan yang besar; industri yang
terkenal dari negara itu hanyalah tinggal industri pariwisa- 

         ta dan pernyataan utama yang diakui
dunia internasional hanyalah sebagai kuburan yang 

         sudah dimakan karat usia dan monumen
yang indah yang menggambarkan kemuliaan ma  

         sa lalu. 

     c. Pehukuman yang tertunda mengenai
Tirus kuno. 

         Pada abad ke-6 SM, Tirus, kota dagang
Fenesia yang bisa dibanggakan itu adalah sebuah 

         kota yang terkaya dan kota pelabuhan
yang sangat berkuasa di dunia ini, [baca Yehezkiel 

         27:1-25 dan Yesaya 25:3, 8, 11]. 

         Kota yang terletak pada posisi yang
strategis dengan benteng yang sangat kuat beberapa 

         mil di sebelah utara Palestina, tepi
Pantai Siria, Tirus itu disebut juga ‘London dari Timur’ 

         dan ‘Puam dari Lautan’, serta pusat
perdagangan dari dunia zaman dulu. Hutan Libanon 

         yang amat dekat melengkapinya dengan
kayu bangunan untuk digunakan pada pembangun 

         an kapal-kapal dagang mereka. Kapal-kapal
dari segala bangsa berlabuh di pelabuhannya, 

         dan ia memberikan pengaruh besarkepada
Palestina, Asia Kecil, dan seluruh negeri di Ke 

         pulauan Mediterania. Kota pelabuhan
ini menguntungkan bagi pulau-pulau dan Pantai Me 

         diterania sebagai pusat
perdagangannya. ‘Jingga Tirus’ yaitu bahan celup yang digunakan 

         untuk mencelup jubah kebesaran
raja-raja dan pangeran adalah produk industri rumah 

         tangga pada masa itu. 

         Mengenai alphabet modern yang kita
gunakan sekarang ini, kita berutang pada pedagang 

         Tunisia. Menurut orang banyak,
alphabet itu adalah ekspor mereka yang terutama. Bangsa 

         Tunisia itu adalah jurubicara
kebudayaan. Tugas mereka bukan untuk memuat peradaban 

        melainkan untuk menyiarkannya. 

        Kota Tirus berjaya selama 300 tahun.
Pada zaman Yosua, kota itu adalah kota yang kuat.  

        Pada zaman raja Salomo kota itu adalah
salah satu kota ajaib dari dunia ini. Tetapi oleh ka 

        rena kesombongannya, ketamakannya dan
kejahatannya, TUHAN ALLAH mengamarkan ke 

        hancuran yang pasti dari kota Tirus
itu. Yehezkiel 26:1-21 menggambarkan nubuatan seca- 

        ra rinci tentang kejatuhan kota Tirus: 

        - Ayat 3      : Banyak bangsa akan turut serta dalam
menjatuhkan kota Tirus. 

        - Ayat 7      : Raja Nebukadnezar dari Babel dengan
jelas disinggung. 

        - Ayat 9      : Mesin-mesin perang akan mendobrak
tembok-temboknya. 

        - Ayat 12    : Batu-batu dan kayu-kayunya akan
ditenggelamkan ke dalam laut. 

        - Ayat 4, 14: Abunya sekalipun akan
dihapuskan. Tempatnya akan dibuat tandus seperti pun 

                             cak gunung batu. 

        - Ayat 5, 14  : Ia akan menjadi suatu tempat para nelayan
untuk menaburkan jalanya. 

        - Ayat 19-20: Tidak akan ada
penghuninya lagi. 

        - Ayat 21     : Akan dimusnahkan seluruhnya sehingga
tidak bisa diketemukan lagi. 

        - Ayat 14     : Tidak akan dibangun lagi. 

         

        Serangan terhadap Tirus digenapi oleh
serangan dari Nebukadnezar [Babel] dan 250 tahun  

        kemudian oleh Aleksander Agung dari
Yunani. 

        Setelah pengepungan yang melelahkan
selama 13 tahun, Nebukadnezar menaklukkan dan  

        membinasakan kota itu. Namun ia tidak
mendapat apa-apa sebagai jarahan, karena pengua 

        sa Tirus telah mengungsikan kekayaan
mereka ke suatu pulau yang berjarak ½ mil ke arah 

        laut terbuka. 

        Setelah mengalami frustrasi dan
kekecewaan, Nebukadnezar tidak berusaha lagi untuk mem 

        buang reruntuhan kota Tirus itu ke laut
atau membersihkan debunya. [Yehezkiel 28:18-20]. 

        Lalu untuk 250 tahun berikutnya,
reruntuhan dari daratan Tirus itu dibiarkan begitu saja – 

        suatu tantangan pada ketepatan nubuatan
Firman TUHAN. Pada waktu yang bersamaan su 

        atu kota baru yang berjaya sedang
bertumbuh di pulau itu, yang jaraknya ½ mil dari darat 

        an. Kemudian Aleksander Agung dengan
tentaranya yang tak terkalahkan itu menyapu ber- 

        sih ke arah selatan dalam perjalanan
penyerangannya ke Mesir pada tahun 322 SM. Ia me- 

        minta supaya kota kepulauan itu
menyerah. Kota itu menolak, lalu Aleksander memerintah- 

        kan tentaranya untuk mengambil
puing-puing dari reruntuhan kota Tirus daratan lalu mem 

        buat jalan dengan puing-puing itu, 200
kaki lebarnya mulai dari Tirus daratan sampai ke 

        kota pulau itu. Begitu banyaknya
kebutuhan bahan puing-puing sehingga debu kota itupun 

        semuanya disapu dan dibuang ke laut
untuk membuat jalan. 

        Aleksander kemudian memimpin bala tentaranya
untuk melintasi jalan buatannya itu dan  

        menaklukkan kota pulau itu. Separuh
kota itu terbakar, hancur dan hampir kosong penghuni 

        nya. Sekarang kota pulau itu telah
menjadi suatu semenanjung yang terjadi karena pasir yg 

        dibawa arus dan menambah lebarnya jalan
buatan itu. Tetapi sekarang ini semua jejak dan 

        bekas kota daratan yang dikalahkan oleh
Nebukadnezar dan yang dibuang ke laut oleh Alek 

        sander itu sudah tidak berbekas lagi. 

        “Engkau tidak akan dibangun lagi”,
demikian Firman TUHAN; dan kata-kata berani, benar 

        dan perintah terakhir ini berdiri teguh
bagaikan tantangan bagi musuh-musuh Alkitab. Wa- 

        laupun persediaan air yang cukup [mata
air Ras el Ain menghasilkan 10 juta galon air per 

        hari] dan hamparan tanah yang subur
sampai ke pegunungan, kota Tirus tidak pernah diba 

        ngun lagi! 


 



Kirim email ke