Mencari Kesempurnaan
Ini kisah perjumpaan dua orang sahabat yang sudah puluhan tahun terpisahkan hidupnya. Mereka kangen-kangenan, ngobrol ramai sambil minum kopi di sebuah cafe. Awalnya topik yang dibicarakan adalah soal-soal nostalgia zaman sekolah dulu, namun pada akhirnya menyangkut kehidupan mereka sekarang ini. “Ngomong-ngomong, mengapa sampai sekarang kamu belum juga menikah?” ujar seorang kepada temannya yang sampai sekarang membujang. “Sejujurnya sampai saat ini saya terus mencari wanita yang sempurna. Itulah sebabnya saya masih melajang. Dulu saya berjumpa dengan seorang gadis cantik yang amat pintar. Saya pikir ini adalah wanita ideal yang cocok untuk menjadi istriku. Namun ternyata dimasa pacaran ketahuan bahwa ia sangat sombong. Hubungan kami putus sampai di situ.” “Suatu saat, saya ketemu seorang wanita rupawan yang ramah dan dermawan. Pada perjumpaan pertama, aku kasmaran. Hatiku berdesir kencang, inilah wanita idealku. Namun ternyata belakangan saya ketahui, ia banyak tingkah dan tidak bertanggung jawab.” “Saya terus berupaya mencari. Namun selalu saya temukan kelemahan dan kekurangan pada wanita yang saya taksir. Sampai pada suatu hari, saya bersua wanita ideal yang selama ini saya dambakan. Ia demikian cantik, pintar, baik hati, dermawan, dan suka humor. Saya pikir, inilah pendamping hidup yang dikirim Tuhan.” “Lantas,” sergah temannya yang dari tadi tekun mendengarkan, “Apa yang terjadi? Mengapa kau tidak segera meminangnya?” Yang ditanya diam sejenak. Suasana hening. Akhirnya dengan suara lirih, sang bujangan menjawab, “Baru belakangan aku ketahui bahwa ia juga sedang mencari pria yang sempurna.” Adakah yang sempurna? Siapa? dari : milis cetivasi
KENTANG
Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Lalu, ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya. Setiap anak, diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang tak mau mereka maafkan. Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan tanggal di dalamnya. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walau banyak juga yang memiliki plastik kelebihan beban. Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam. Kemana saja, harus mereka bawa, selama satu minggu penuh. Kantung itu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar, dan ditenteng saat berjalan. Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu. Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini. Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus. pekerjaan ini, setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang besar sekali buat anak-anak. Suka-duka saat membawa-bawa kantung yang berat, akan menjelaskan pada mereka, bahwa, membawa beban itu,sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan, sebenarnya, adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa semua beban itu kemana saja kita melangkah. Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang kita genggam terus menerus. Getir, berat, dan meruapkan aroma yang tak sedap,bisa jadi, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian. Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, kita harus kembali belajar, bahwa, pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah, untuk sebuah kebebasan. Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedengkian hati. dari : milis cetivasi
Memaknai Kesulitan Hidup
Kita semua sudah tahu bahwa tidak ada manusia yang bisa steril dari segala macam kesulitan dalam hidup. Dalam episode tertentu kesulitan pasti menghampiri. Entah kesulitan yang bersumber dari faktor kesehatan, keluarga, ekonomi, pekerjaan, hubungan dengan sesama dan semacamnya. Bahkan orang-orang yang secara materi dan kedudukan tergolong mapan dan berkuasa sekalipun, tetap saja tidak bisa menghindar sama sakali dari kesulitan. Buat orang-orang ini, kesulitan bisa jadi justru bersumber dari harta dan kekuasannya. Karena itu kalau ada orang yang berharap terbebas dari kesulitan sama sekali di sepanjang hidupnya, maka orang itu laksana berharap matahari terbit di tengah malam buta. Betapa mustahilnya. Orang-orang yang beriman yang lurus imannya, selalu beruntung dalam menghadapi kesulitan jenis apapun. Keberuntungannya adalah ia bisa memaknai dengan tepat atas setiap kesulitan yang dihadapi. Yaitu bisa menangguk hikmah dari setiap kesulitan yang dihadapi. Kesulitan jenis apapun justru memperkaya pengalaman ruhaniahnya. Kesulitan menjadi semacam suntikan multivitamin bagi jiwanya sehingga makin kuat dan kokoh. Rahasia orang-orang yang beriman bisa beruntung dalam menghadapi setiap kesulitan adalah dua hal. Pertama, akhlaknya benar. Saat mengalami kesulitan ia berbaik sangka kepada Alloh. Ia yakin bahwa kesulitan apapun, baik yang disebabkan kesalahan sendiri atau tidak, semuanya sama. Sama-sama wujud tanda kasih sayang-Nya kepada dirinya. Kesulitan menjadi media introspeksi diri untuk lebih memperbaiki diri. Ia mencari tahu dalam dirinya, apakah kesulitan itu bagian dari teguran-Nya. Menjadi kaca besar dalam hati dan pikirannya firman-Nya dan sabda Nabi-Nya,” Tidak satupun malapetaka yang menimpa seorang hamba, baik berat maupun ringan, kecuali disebabkan dosa yang dilakukannya. Apa yang telah dimaafkan Alloh darinya itu lebih banyak. Rosul kemudian membaca firman-Nya,” Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Alloh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS : Asy-Syuraa (42) : 30). Kedua, ilmunya cukup. Ia menguasai referensi tentang kesulitan dalam hidup yang bersumber dari Al Qur’an dan sabda Nabi SAW. Ia tahu apa sebabnya kesulitan itu datang. Ia tahu dari mana kesulitan itu berasal. Tahu untuk apa kesulitan itu datang. Tahu bagaimana cara menyikapi kesulitan dalam hidup. Tahu hikmah rahasia besar dibalik kesulitan buat kebaikan hidupnya di muka bumi dan di akhirat nanti. Agar kita sama beruntungnya dengan orang-orang yang beriman yang imannya lurus. Maka perlu kita baca referensi dari al Qur’an dan sabda Nabi berikut ini. Berbagai kesulitan dalam hidup kita boleh jadi karena salah satu diantara beberapa hal berikut ini : read more
Sebuah Kisah yang Indah
Jerry adalah seorang manager restoran di Amerika. Dia selalu dalam semangat yang baik dan selalu punya hal positif untuk dikatakan. Jika seseorang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia kerjakan, dia akan selalu menjawab, “ Jika aku dapat yang lebih baik, aku lebih suka menjadi orang kembar!” Banyak pelayan di restorannya keluar jika Jerry pindah kerja, sehingga mereka dapat tetap mengikutinya dari satu restoran ke restoran yang lain. Alasan mengapa para pelayan restoran tersebut keluar mengikuti Jerry adalah karena sikapnya. Jerry adalah seorang motivator alami. jika karyawannya sedang mengalami hari yang buruk, dia selalu ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi yang tengah dialamai. Melihat gaya tersebut benar-benar membuat aku penasaran, jadi suatu hari aku temui Jerry dan bertanya padanya, “Aku tidak mengerti! Tidak mungkin seseorang menjadi orang yang berpikiran positif sepanjang waktu. Bagaimana kamu dapat melakukannya?” Jerry menjawab, “Tiap pagi aku bangun dan berkata pada diriku, aku punya dua pilihan hari ini. Aku dapat memilih untuk ada di dalam suasana yang baik atau memilih dalam suasana yang jelek. Aku selalu memilih dalam suasana yang baik. Tiap kali sesuatu terjadi, aku dapat memilih untuk menjadi korban atau aku belajar dari kejadian itu. Aku selalu memilih belajar dari hal itu. Setiap ada seseorang menyampaikan keluhan, aku dapat memilih untuk menerima keluhan mereka atau aku dapat mengambil sisi positifnya.. Aku selalu memilih sisi positifnya.” “Tetapi tidak selalu semudah itu,” protesku. “Ya, memang begitu,” kata Jerry, “Hidup adalah sebuah pilihan. Saat kamu membuang seluruh masalah, setiap keadaan adalah sebuah pilihan. Kamu memilih bagaimana bereaksi terhadap semua keadaan. Kamu memilih bagaimana orang-orang di sekelilingmu terpengaruh oleh keadaanmu. Kamu memilih untuk ada dalam keadaan yang baik atau buruk. Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu hidup.” read more
Mengakui Kegagalan
Dari millist tetangga Sumber: Mengakui Kegagalan oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta “Kita harus bersedia menerima kegagalan sebagai peluang untuk belajar, berkembang, memperbaiki diri, membuat permulaan baru, dan bahkan mengakhiri keterpurukan dan sikap menyerah kita.” – Charles W. McCoy Jr., dalam bukunya ‘Why Didn’t I Think of That’ DIA sungguh seksi. Bening dan menggairahkan. Siapa pun yang melihatnya, pasti ingin menjamahnya. Jangan salah, dia bukanlah seorang gadis. Dia bernama Macintosh. Tak ada yang menyangkal dengan kecantikan dan kecanggihan komputer keluaran dari Apple tersebut. Tapi, siapa dapat menduga, perusahaan ini tumbuh dari sebuah kegagalan. Tidak saja dalam menciptakan alat tersebut, tapi juga lika-liku laki-laki si pemiliknya, Steve Jobs. Sekarang marilah kita kembali ke tahun 1976. Dan tengoklah ke dalam garasi milik keluarga Jobs. Di sana, dua anak muda yang kebetulan sama-sama bernama Steve, yaitu Jobs dan Wozniak, tengah asyik mengutak-atik komputer yang bernama Apple 1. Singkat cerita, perusahaan ini berkembang seperti pohon rambutan di musim panas. Cepat berbuah dan manis. Hasilnya, perusahaan ini tumbuh pesat menjadi a big company. Jobs pun merasa tidak kuasa lagi mengendalikannya. Pada 1983, dia merekrut John Sculley, dari perusahaan Pepsi-Cola, untuk memimpin Apple Computer. Sculey memang pemimpin jempolan. Dia sendiri kemudian menemukan ketidakcocokan dengan Jobs, yang mudah emosi dan berubah pikiran. Dua tahun kemudian, karena banyak ulah, dia pun memecat Jobs dari jabatannya dan mengusirnya dari Apple. Tragis nian. Orang yang mendirikan perusahaan ternyata harus hengkang dari rumahnya sendiri. Sedih? So pasti. Tak hanya menyesal seumur-umur, Jobs pun mengakui kegagalannya selama memimpin di Apple. Walau sudah begitu, keinginan untuk kembali ke Apple ditolak oleh para petingginya. Namun Jobs tak berlama-lama merenungi kegagalannya. Setelah keluar dari Apple, ia mendirikan sebuah perusahaan komputer lagi, NeXT Computer, yang juga tergolong maju dalam hal teknologi. Meski pun canggih, NeXT tidak pernah menjadi terkenal, kecuali di lingkup riset sains. Di tahun 1986, Jobs bersama Edwin Catmull mendirikan Pixar, sebuah studio animasi komputer di Emeryville, California. Satu dekade kemudian, Pixar berkembang menjadi terkenal dan berhasil dengan film terobosannya, Toy Story. Sejak saat itu Pixar telah menelurkan film-film yang memenangkan Academy Award, seperti Finding Nemo dan The Incredibles. Perusahaan itu kemudian membeli NeXT seharga US$429 juta di tahun 1996. Dan di tahun itu pula, Apple membawa Jobs kembali ke perusahaan yang ia dirikan. Kisah Jobs menjadi teramat manis. Dia merupakan sedikit orang yang gagal dalam pendidikan. Dia tak pernah tamat kuliah, namun berhasil menjadi satu CEO tersukses. Itulah sekelumit cerita mengenai kegigihan Steve Jobs, pendiri Apple. Ketika memberikan pidato di Stanford University, Juni 2005, Jobs berterus terang soal kegagalannya di Apple, katanya, “Saya gagal mengambil kesempatan.” Lebih lanjut, Jobs mengatakan, “Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya memutuskan untuk mulai lagi dari nol.” Dari cerita ini tergambar jelas, Jobs tak malu mengakui kegagalannya. Ia tak mau menyerah begitu saja. Kemudian Jobs memperbaiki dan mengevaluasi kegagalannya untuk kemudian meraih sukses di tahun-tahun berikutnya. Bagaimana dengan kita? Tentunya kita sering kali mendapatkan kegagalan. Dalam hal apa saja. Termasuk mungkin, gagal dalam cinta. Gagal dalam berbisnis. Gagal dalam pekerjaan. Gagal dalam mendidik anak. Atau bahkan, gagal dalam membina rumah tangga. Sejatinya, kegagalan merupakan suatu hal yang manusiawi. Kegagalan bukanlah sesuatu hal yang buruk. Jadi, mengapa harus malu. Masalahnya, apakah kita berani untuk mengakui suatu kegagalan. Mengakui kegagalan memang bukanlah perkara yang mudah. Orang yang dengan tulus mengakui kegagalannya, sudah tentu memiliki jiwa besar. Karena tidak mudah untuk mengakui suatu kegagalan, maka diperlukan tingkat keberanian tersendiri dan kejujuran yang paling dalam. Mengakui kegagalan juga membuka peluang alternatif terbukanya jalan lain. Kita pun tak hanya terpaku pada satu jalan. Dan seperti yang dialami Jobs, mengakui kegagalan juga memberikan pelajaran yang lebih baik lagi untuk tidak mengulangi kesalahan pada hal yang sama. Ketika kita mengakui kegagalan, niscaya kita akan melihat seluruh perjalanan yang sudah kita lalui dengan jernih. Alhasil, langkah untuk memperbaikinya dan mengubahnya menjadi lebih ringan dilakukan. Namun tentu saja, hal itu harus dibarengi dengan langkah-langkah untuk membuat perubahan. Setelah mengetahui letak kesalahannya, langkah selanjutnya yang ditempuh ialah mengatur kembali rencana berikutnya. Mengakui kegagalan, bukanlah ‘gagal, titik sampai disini’. Bukan titik, melainkan koma. Mengakui kegagalan bukanlah suatu pemberhentian akhir, melainkan suatu terminal transit menuju perjalanan berikutnya
Cangkir yang Cantik
Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik “Lihat cangkir itu,” kata si oma kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si opa. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar… Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop ! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !” Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya ! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku. Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata.. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah. “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa UJIAN terhadap IMANMU menghasilkan KETEKUNAN. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu MENJADI SEMPURNA dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. ” Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan - bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda. {sumber : milist} RAHMADSYAH http://priendah.wordpress.com/2009/06/23/cangkir-yang-cantik/
Rahasia Kedua Sayap Seekor Lalat
Sabda Rasulullah saw : “Jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, lalu keluarkan, sungguh disalah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sebelah sayap lainnya kesembuhan” (Shahih Bukhari) Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur, Maha Raja langit dan bumi, Penguasa Tunggal dan Abadi sebelum alam semesta ada, hingga alam semesta dihamparkan dan dibimbing dengan bimbingan dan tuntunan pemeliharaan yang multi sempurna, sehingga alam ini berakhir. Dialah (Allah) Penguasa Tunggal tanpa ada awalnya dan tanpa ada akhirnya. Berbeda dengan seluruh makhluk yang pasti ada awal dan akhirnya. Namun Allah Sang Pencipta awal dan akhir maka Allah tidak terikat dengan kalimat awal dan akhir. Dialah Abadi Swt Maha Tunggal, “laysa kamitslihi syai’un” tiada menyerupai-Nya dengan segala sesuatu. QS. Assyura : 11. Dan bersatu segala kesempurnaan kepada Nama-Nya Yang Maha Tunggal, Allah Swt sepanjang waktu dan zaman. Semakin manusia mempelajari apa – apa yang ada di alam maka ia akan semakin memahami rahasia Keagungan Illahi. Semakin ia memperdalam sunnah Sang Nabi saw pembawa rahmat maka ia akan semakin memahami betapa indahnya Allah Jalla Wa Alla dan ajarannya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Dalam perkumpulan luhur ini, berkumpul sedemikian hamba yang kesemua jiwa mereka dilihat dan dipandang oleh Rabbul Alamin, Maha Melihat setiap perasaan yang terdalam, Maha Melihat semua yang telah kita lakukan, Maha Tahu apa yang akan terjadi esok dan Maha Mampu membolak – balikkan keadaan kita di masa mendatang. Dialah Tunggal, Allah Allah Jalla Wa Alla Yang Maha Abadi, Allah yang selalu dimuliakan dan selalu agung di alam semesta, mengatur kerajaan alam semesta ini dengan kesempurnaan. Sampailah kita kepada hadits Sang Nabi, Sayyidina Muhammad Saw. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, satu hadits yang tampaknya remeh saja, akan tetapi justru membuka rahasia kemuliaan dan kesempurnaan serta kemutakhiran ajaran Sayyidina Muhammad Saw. Beliau bersabda “idza waqa’adzdzubabu fi syarabi ahadikum falyaghmishu tsumma liyanzi’hu fainna fi ihda janahaiyhi da’an wal ukhra syifa’an” jika jatuh seekor lalat pada minuman kalian maka benamkanlah, karena di salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang satunya terdapat penyembuhnya. Tentunya kita bukan harus selalu berbuat demikian. Yang kita bahas disini, bahwa hal ini bukanlah seekor lalat jatuh di gelas dan harus dibenamkan, karena hubungan lebih jauh dari hadits ini bukan perintah, tetapi merupakan suatu hal yang bisa menetralisir air itu dari racun lalat. Hal ini dibuktikan oleh para ilmuwan kita, Sebagaimana mereka mempelajari daripada serangga – serangga yang ada dibumi. Mereka menemukan dahsyatnya dan kehebatan serangga – serangga yang menakjubkan bahwa lalat itu mengepakkan sayapnya sebanyak 200 hingga 400X setiap detiknya. Dan setiap detik ia menggerakkan sayapnya 200 hingga 400X gerakan. Dan juga pada satu hewan yang disebut “Ganjur” bahkan sampai mengepakkan sayapnya 1000X setiap detiknya. Para ilmuwan mempelajari 4 jenis serangga, mereka mendalaminya dan dikatakan kami baru mempelajari 4 macam serangga dan masih tersisa lebih dari 10 juta macam serangga di muka bumi. Dan tentunya juga, demikian banyak mereka melakukan penemuan – penemuan dan keajaiban pada serangga sehingga mereka mengatakan bahwa didalam setiap sayap seekor lalat itu ada daripada fungsi – fungsi elevator dan fungsi – fungsi depressor, yaitu fungsi mengangkat dan menurunkan sayapnya. Dan itu bergerak 200 hingga 400X setiap detiknya dan gerakan lalat itu yang demikian sangat menakjubkannya itu selalu bergerak dalam bermenit – menit atau berjam – jam. Gerakan otot yang sedemikian cepatnya menggerakkan sayap seekor lalat yang sangat kecil. Read More
Kisah Mengharukan - Seorang Kakak dan Adik
Sebuah Kisah untuk kita renungkan dan jadikan motivasi. Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. ” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).Baca Lanjutannya dihttp://priendah.wordpress.com/2009/05/13/cerita-mengharukan-kisah-seorang-kakak-dan-adik/
Kisah Mengharukan, Mandikan Aku Bunda
Kisah mengharukan, Mandikan Aku Bunda April 2, 2009 at 9:59 am (Islami, Pendidikan) · Edit Tags: Islam, kisah islami, kisah mengharukan, mandikan aku bunda, pelajaran yang sangat menyedihkan Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis. Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai akhirnya Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ”Why not the best,” katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika. Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ‘’selevel”; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi. Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ”alif” dan huruf terakhir ”ya”, jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir. Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain. Setulusnya saya pernah bertanya, ”Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? ” Dengan sigap Rani menjawab, ”Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!” Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti. Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak. ”Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.” Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya. Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ”memahami” orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek. Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ”malaikat kecilku”. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini. Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ”Alif ingin Bunda mandikan,” ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut. Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ”Bunda, mandikan aku!” kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga. Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ”Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.” Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ”Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,” ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis. Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ”Ini sudah takdir, ya kan. Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan?” Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan
Al-Khazini Saintis Muslim Perintis Ilmu Gravitasi
”Fisikawan terbesar sepanjang sejarah.” Begitulah Charles C Jilispe, editor Dictionary of Scientyfic Bibliography menjuluki saintis Muslim, al-Khazini. Para sejarawan sains menempatkan saintis kelahiran Bizantium alias Yunani itu dalam posisi yang sangat terhormat. Betapa tidak, ilmuwan Muslim yang berjaya di abad ke-12 M – tepatnya 1115-1130 M – itu telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam fisika dan astronomi. al-Khazini merupakan saintis Muslim serbabisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika serta filsafat. Sederet buah pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. al-Khazini merupakan ilmuwan yang mencetuskan beragam teori penting dalam sains seperti: metode ilmiah eksperimental dalam mekanik; energi potensial gravitasi; perbedaan daya, masa dan berat; serta jarak gravitasi. “Teori keseimbangan hidrostatis yang dicetuskannya telah mendorong penciptaan peralatan ilmiah. al-Khazini adalah salah seorang saintis terbesar sepanjang masa,” ungkap Robert E Hall (1973) dalam tulisannya berjudul ”al-Khazini” yang dimuat dalam A Dictionary of Scientific Biography Volume VII. Sejatinya, al-Khazini bernama lengkap Abdurrahman al-Khazini. Menurut Irving M Klotz, dalam tulisannya bertajuk “Multicultural Perspectives in Science Education: One Prescription for Failure”, sang ilmuwan hidup di abad ke-12 M. ”Dia berasal dari Bizantium atau Yunani,” tutur Klotz. al-Khazini menjadi budak Dinasti Seljuk Turki, setelah kerajaan Islam itu menaklukkan wilayah kekuasaan Kaisar Konstantinopel, Romanus IV Diogenes. Al-Khazini kemudian dibawa ke Merv, sebuah metropolitan terkemuka pada Abad ke-12 M. Merv berada di Persia dan kini Turkmenistan. Sebagai seorang budak, nasib al-Khazini sungguh beruntung. Oleh tuannya yang bernama al-Khazin, ia diberi pendidikan sang sangat baik. Ia diajarkan matematika dan filsafat. Tak cuma itu, al-Khazini juga dikirimkan untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung dari Persia bernama Omar Khayyam. Dari sang guru, dia mempelajari sastra, metematika, astronomi dan filsafat. Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya “Abu’l-Fath Abd al-Rahman al-Khazini, saat itu Omar Khayyam juga menetap di kota Merv. Berbekal otak yang encer, al-Khazini pun kemudian menjelma menjadi seorang ilmuwan berpengaruh. Ia menjadi seorang matematikus terpandang yang langsung berada di bawah perlindungan, Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya, kisah dan perjalanan hidup al-Khazini tak banyak terekam dalam buku-buku sejarah. Salah Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv menuturkan, al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh, ia tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, al-Khazini sempat menolak dan mengembalikan hadiah sebesar 1.000 keping emas (dinar) dari seorang istri Emir Seljuk. ”Ia hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam setahun,” papar Zaimeche. Para sejarawan sains mengungkapkan, pemikiran-pemikiran al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar seperti Aristoteles, Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau Alhacen, al-Biruni serta Omar Khayyam. Selain itu, pemikiran al-Khazini juga sangat berpengaruh bagi pengembangan sains di dunia Barat dan Islam. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh al-Khazini adalah Gregory Choniades – astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M. Pemikiran Salah satu kontribusi penting yang diwarisakan al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel Sinjaric. Tabel itu dituliskannya dalam sebuah risalah astronomi bertajuk az-Zij as-Sanjari. Dalam manuskrip itu, dia menjelaskan jam air 24 jam yang didesain untuk kegunaan astronomi. Inilah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam. Selain itu, al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang. Risalahnya yang berjudul Al-Khazini’s Zij as-Sanjari itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani oleh Gregory Choniades pada abad ke-13 M. Risalah astronomi yang ditulis al-Khazini pun menjadi rujukan para ilmuwan dan pelajar di Kekaisaran Bizantium. Kontribusi penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika. Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-terori itu, al-Khazani juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga menjelaskan beberapa peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya seperti araeometer buatan Pappus serta pycnometer flask yang diciptakan al-Biruni. Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling esensial tentang
Kura-Kura vs Kancil Cerita Terbaru
maaf sebelumnya kalau sudah pernah baca cerita ini.. just wanna share.. CERITA BARU TENTANG vs KURA KURA DAN KANCIL Suatu hari Kura Kura dan Kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding Sang Kancil melesat dengan cepat dan setelah merasa jauh melampaui Kura Kura dia berhenti sejenak dibawah pohon untuk beristirahat sebelum memulai lagi perlombaannya. Sang Kancil terduduk dibawah pohon dan akhirnya tertidur. Dan Kura Kura berhasil melampauinya dan keluar sebagai juara Sang Kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah didalam perlombaan tersebut. Maksud dari cerita ini adalah : mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat memenangkan pertandingan Ini adalah cerita yang biasa kita dengar sejak masa kecil Baru baru ini seseorang bercerita versi baru yang lebih menarik. Rupanya ceritanya bersambung ………. Sang Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya lalu melakukan analisis penyebabnya. Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati hati dan terlena Kalau saja dia bisa lebih waspada maka tidaklah mungkin Kura Kura bisa mengalahkannya. Lalu ditantangnya lagi Kura Kura tersebut untuk melakukan lomba ulang yang disetujui oleh Kura Kura Dan kali ini, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti Maksud dari cerita ini adalah : Cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat dan konsisten Kalau ada dua orang di perusahaan, yang satu lambat, pakai metoda dan handal sedangkan yang satu lagi cekatan dan handal, maka yang cepat dan handal akan maju lebih cepat Lambat asal Konsisten itu bagus akan tetapi lebih bagus lagi kalau Cepat dan Konsisten Tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini. Kali ini sang Kura Kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan Kancil pada jalur seperti yang lalu Setelah berpikir keras, kali ini Kura Kura menantang sang Kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda Sang kancil setuju. Mereka mulai berpacu dan sang Kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai akhirnya terpaksa berhenti ditepi sungai, karena harus menyeberang Rupanya garis finish nya terletak beberapa ratus meter setelah tepi diseberang sungai . Sang Kancil bingung tidak tahu harus berbuat apa….. dan tak lama kemudian muncul Kura Kura menyusul dan dengan santainya menyeberang sampai kegaris finish dan memenangkan pertandingan Baca Lanjutannya