[budaya_tionghua] Re: +AFs-budaya+AF8-tionghua+AF0- Re: Festival Musim Semi 2008
Encode: UTF-7 - - Original Message - From: liang u To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, January 01, 2008 9:43 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008 > Istilah guanhua inilah yang diterjemahkan oleh orang barat > menjadi Mandarin, yang artinya juga bahasa pejabat atau bangsawan. > Memang ada orang yang mengatakan bahwa Mandarin berasal > dari Man daren, Man adalah suku bangsa Man atau Mancu, > penguasa dinasti Qing (Tjeng), sedang daren sebutan kepada > orang kaya atau pejabat, yang berarti tuan besar. > Jadi Man daren adalah tuan besar suku bangsa Man. > Teori ini masuk akal juga, tapi saya tidak berhasil mencari bahan > yang membuktikan kebenarannya, sampai saat ini tentunya. Terimakasih Liang U looheng. Kalau permasalahan tentang "bahasa Mandarin"-nya, tentu sudah banyak teman di milis ini yang tahu duduk persoalannya. Yang masih menjadi pertanyaan/permasalahan adalah tentang "kata mandarin"-nya itu. Dari penjelasan looheng, rupanya ada teori yang mengatakan bahwa kata "mandarin" dalam bahasa Eropa berasal dari kata "man da-ren" dalam bahasa putonghoa. Atau "boan tay-jin" kalau bahasa Hokkiannya ya? (maaf nih, orang 'jadul', tahunya cuma Hokkian, he he he...). Jadi, menurut teori ini, ketika orang Barat awal-awalnya datang di Beijing, mereka mendengar bahwa masyarakat bawah menyebut bahasanya para pejabat sebagai "bahasanya para boan tay-jin". Saya katakan yang di-quote orang Barat adalah omongan masyarakat bawah, karena kalau para pejabatnya sendiri, pasti akan bilang "bahasanya kita-kita orang", tidak mungkin mereka menyebut dirinya sendiri "tay-jin". Hongtee saja kalau menyebut dirinya sendiri mempergunakan pluralis majestatis menjadi "Tim" kan? Ini tentu keragu-raguan pertama tentang kebenaran teori ini. Mengapa orang Barat, yang ketika itu kebanyakan berurusan dengan para pejabat, koq memakai omongan masyarakat bawah sebagai acuan yang sampai dibawa pulang ke negerinya dan sampai terpakai seterusnya beratus-ratus tahun? Selanjutnya ada masalah mengenai transliterasi (romanisasi) huruf "r". Walaupun untuk dialek-dialek Tiongkok Utara dipergunakan transliterasi huruf "r" itu, namun sebetulnya dalam pelafalannya orang Tionghoa tidak mengucapkannya sebagai huruf latin "r" yang 'jelas/nyata' (berbeda dari kalau kita orang Indonesia menyebut kata "Rusak" atau "baRu" atau "ulaR"), mungkin lebih dekat dengan pelafalan huruf latin "j" atau "y". Apakah ketika orang Barat awal-awalnya datang di Beijing, ketika transliterasi Wade-Giles pun belum dibuat, mereka sudah mempergunakan huruf "r" untuk mentransliterasikan huruf kanji 人("ren") itu? Ini keragu-raguan yang kedua mengenai kebenaran teori ini. Saya koq lebih cenderung menerima teori yang mengatakan bahwa kata "mandarin" dibawa ke Eropa oleh orang Portugis yang pulang dari Beijing, yang menggunakan kata bahasa Portugis sendiri, "mandar", yang merupakan konjugasi dari kata bahasa Sanskrit "mantri (menteri)", yang berarti "pemberi perintah". Mereka melihat bahwa bahasa tionghoa dialek guanhua adalah "bahasanya para pemberi perintah" di pemerintahan dinasti Ceng (Qing) di Beijing. Wasalam. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008
Pak Akhmad, Dalam buku-buku lama memang adalah istilah guanhua, atau bahasa pejabat (guan dari guanyuan = pejabat), maksudnya bahasa pejabat adalah bahasa yang dipakai pemerintah. Sejak dinasti Yuan, Ming dan Qing pusat pemerintahan ada di Beijing (mula-mula dinasti Ming di Nanjing,kemudian pindah ke Beijing, dinasti Qing mula-mula di Shenyang kemudian pindah di Beijing. Akibatnya dialek Utara yang memang mempunyai pengguna terbanyak di antara dialek lain, beralih menjadi bahasa pemerintahan. Karena daerah yang luas, dialek ini terpecah jadi berbagai logat (bahasa Jawa juga ada logat Banten, dll). Karena ibukota dalam jangka lama berada di Beijing, maka tak mengherankan logat Beijing secara otomatis menjadi dominan. Ketika nasionalisme mulai tumbuh pada akhir abad 19 dan permulaan abad 21, yaitu saat terpuruknya Tiongkok menjadi "si sakit dari timur", dunia barat dan Jepang berebut masuk dan menduduki wilayah Tiongkok atau minta konsesi khusus, timbul kesadaran bahwa pemerintahan harus demokratis, dan Tiongkok memerlukan bahasa nasional (Guoyu, dulu Kuoyu), demi persatuan. Mulai saat itulah istilah guanhua berganti menjadi Guoyu, istilah yang sampai sekarang masih dipergunakan di Taiwan. Sekolah-sekolah swasta di Asia Tenggara juga berebut merubah bahasa yang dipergunakan dari dari dialek ke Guoyu ini. Sepanjang yang saya tahu, Guoyu ini menjadi resmi bahasa nasional pada saat tahun 20-an ketika parlemen sementara pemerintahan Dr. Sun Yat-sen di Guangzhou (Canton), di utara masih dikuasa warlord, mengadakan pemungutan suara dan Guoyu menang dengan angka tipis atas dialek Kanton. Istilah guanhua inilah yang diterjemahkan oleh orang barat menjadi Mandarin, yang artinya juga bahasa pejabat atau bangsawan. Memang ada orang yang mengatakan bahwa Mandarin berasal dari Man daren, Man adalah suku bangsa Man atau Mancu , penguasa dinasti Qing (Tjeng), sedang daren sebutan kepada orang kaya atau pejabat, yang berarti tuan besar. Jadi Man daren adalah tuan besar suku bangsa Man. Teori ini masuk akal juga, tapi saya tidak berhasil mencari bahan yang membuktikan kebenarannya, sampai saat ini tentunya. Mungkin ada rekan yang lebih tahu, jadi sayapun tak berani mengatakan salah. Setelah RRT berdiri, prinsip semua bangsa yang tinggal di Tiongkok sama derajatnya, telah membuat bahasa Mandarin atau Guoyu kehilangan makna, karena bahasa Han (termasuk Mandarin), bahasa Tibet, bahasa Uygur, Bahasa Kazak, bahasa Zhuang, bahasa Miao dll menjadi bahasa yang sederajat. Meskipun demikian bahasa Han dengan dialek utara dan logat Beijingnya dalam masyarakat dan pemerintahan tetap dominan, hanya namanya diubah menjadi putonghua atau bahasa umum. Sebutan Hanyu atau bahasa Han adalah lebih luas yaitu seluruh bahasa orang Han termasuk dialek Hokkian, Kheq, Tiociu, Konghu dll. Orang luar negeri sekarang menyebutnya menjadi bahasa Tionghua atau dalam Mandarin Huayu, atau Huawen. Di Universitas Xiamen ada dua jurusan bahasa Hanyu dan Huayu. Hanyu adalah belajar bahasa Han secara menyeluruh termasuk sifat-sifat kekhususan dialeknya, tentu yang terutaman dialek Hokkian karena Xiamen ada di wilayah orang Hokkian. Sedang Huayu untuk mahasiswa dari luar negeri khusus mendidik putonghua, tidak masuk sampai dialek. Orang Tionghoa di Indonesia ada yang mulai merubah istilah Huayu menjadi Hanyu. Sebetulnya memperluas wilayah bahasa. Apa kenyataannya demikian? Huayunya saja belum dikuasai dengan baik oleh sebagian besar orang. MUdah-mudahan ada rekan yang bisa menambah. Barangkali sementara ini yang bisa saya jawab. Jadi memang istilah orang Mandarin, baju Mandarin atau segala Mandarin dari segi bahasa salah. Karena bangsanya ataupun rasnya bukan Mandarin. Salam Liang U --- Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > - Original Message - > From: liang u > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Monday, December 31, 2007 1:23 PM > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim > Semi 2008 > > > Pak Akhmad, > > > Saya setuju pendapat anda, karena saya sudah tak > tahu > > situasi konkrit di tanah air. > > Memang kalau nanti ada orang Mandarin dll lucu > juga yah > > > > Iya betul, Liang U sianseng. > Dari semula, itulah concern-nya Erik-heng mengenai > kesalah-kaprahan > penggunaan istilah "mandarin" ini dalam konteks > non-bahasa. > > Tapi barangkali ada yang bisa menjelaskan bagaimana > asal mulanya istilah > bahasa Inggris "mandarin" (bahasa Belanda > "mandarijn") ini? > > Apa betul asalnya dari frasa bahasa Tionghoa "man da > ren" seperti yang > Zhou-heng bilang? Kata "man da ren" itu sendiri > artinya apa? > > Wasalam. > > Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping
[budaya_tionghua] Happy New Year 2008
Kepada seluruh reman2x di milis ini, kami sekeluarga ingin mengucapkan "SELAMAT TAHUN BARU 2008", SEMOGA DI TAHUN YANG BARU INI 2008, KITA SEMUA LEBIH BAIK (LAHIR & BATIN) DARI TAHUN LALU 2007. Salam kami, Herman L. & Kel. Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping
[budaya_tionghua] Re: Dr. Han Hwie-Song: Menyambut tahun baru 2008
Menyambut tahun baru 2008 Dalam menyambut tahun baru 2008, berarti kita menyambut hari depan kita, Bagi semua bangsa didunia ini "The future is a serious matter". Karena itu saya berharap tahun 2008 akan lebih baik lagi dari tahun 2007, baik dalam bidang economi, teknologi dan terutama damai dan keslamatan umat manusia. Saya sebut dalam artikel ini tidak saja melihat ke blakang, tetapi juga melihat kedepan, dengan menikmati minum teh Longjing dan makan Jiao Zi, kalau orang Belanda pada hari peralihan tahun, makan oliebollen dan minum Champagne." Marilah bersama-sama kita minum: Gan Bei atau buttom up!" Bagi milis-milis yang ada saya berharap lebih banyak lagi artikel-artikel yang berkwalitas, saling berdiskusi demi kepentingan masyarakat dimana kita tinggal. Disini saya katakan banyak kali kata-kata "kita", bahkan pada garis satu sudah saya katakan: "hari depan kita". Hari depan kita bisa sukses kalau diantara kita ada "Perasahan Kita"yang tebal. Disini saya tegaskan bagaimana kita menghadapi masyarakat seluruhnya, apalagi kalau kita bicarakan tentang suku-suku yang bayak jumblahnya; janganlah menghadapi mereka itu dengan kata-kata "kami dan kalian", tetapi gunakanlah kata kita, dan harus ditingkatkan pertama. Kalau dimilis-milis mempunyai "perasahan kita" yang tebal, anggota-anggotanya bisa saling belajar, dan milis itu akan berkembang dengan baik dan mempunyai hari depan yang gemilang. Di Tionghoa-Net saya diundang mengikuti reuni di Ciater, Bandung, impressi saya dalam pertemuan itu sangat indah, semua pekerjaan dikerjakan bersama-sama, baik oleh suku Tionghoa maupun oleh anggota pribuminya, Berdiskusi dan bicara dengan tenang, santai-santai tetapi mendalam, ini kurasakan betul-betul perasahan kita di milis Tionghoa-Net: suasananya riang gembira seolah-olah pertemuan dalam keluarga besar. Moderatornya Tionghoa Net pak John Towell itu waktu bekerja keras dipertemuan tersebut, orang tidak sangka kalau beliau adalah pimpinan tertinggi Tionghoa-Net! Juga tampak pak Hong Gie, pak Martin etc. kerja keras tanpa banyak omomg, mendirikan tent dan membakar sate etc. Kalau kita bicara tentang perasahan kita dalam arti yang luas kita bisa bicara, kita di Surabaya, atau kita orang Tionghoa, kita di milis X, ini menunjukkan semua perasahan kita dengan tujuan tertentu; seperti kita di Surabaya naik dokar, kalian di Solo naik andong. Contoh yang lain ialah: kita orang Tionghoa harus mengintegrasikan diri dalam masyarakat dimana kita tinggal; kita di milis X tenang-tenang, tetapi banyak artikel yang berkwalitas tinggi. Institusi yang baik adalah soal menggunakan beleid yang bijaksana dan pekerja-pekerjanya mempunyai perasahan kita yang tinggi. Sebagai penutup saya berharap semoga rakyat seluruh dunia lebih dewasa, saling respek dan toleran, mempunyai kepercayaan pada diri sendiri, bebas dan fleksibel. Partisipasi dan emansipasi untuk menjalankan locomotif proses integrasi. Semoga sehat-sehat, kaya baik dalam jiwa dan materiil, hidup damai. Dr. Han Hwie-Song Breda, 21 December 2007 Holland [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Fw: [metafisika_tiongkok] Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok
- Original Message - From: "dh4rm4duta" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, 31 December, 2007 15:28 Subject: [metafisika_tiongkok] Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok Banyak orang yang salah sangka dan menyatakan bahwa ilmu metafisika Tiongkok adalah tahayul. Kita patut mengakui bahwa sesuatu yang berbau tahayul setidaknya ada dalam ilmu metafisika Tiongkok. Meskipun demikian, tidaklah bijaksana bila kita menganggap bahwa metafisika Tiongkok adalah sepenuhnya tahayul. Metafisika Tiongkok memanfaatkan dua hal, yakni faktor waktu dan arah. Ternyata faktor waktu dan arah ini memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia serta makhluk lain sesama penghuni bumi. Sebagai contoh, di Jerman yang negaranya maju sekalipun, pertanian tetap memperhitungkan faktor waktu, yakni menanti tibanya musim semi serta musim panas. Jadi meskipun teknologi sudah maju, hingga saat ini manusia belum dapat melawan hokum alam, terutama faktor waktu. Contoh lainnya, adalah migrasi burung, yang memanfaatkan faktor waktu dan arah. Pada saat musim dingin hendak tiba, beberapa jenis burung akan bermigrasi mencari tempat yang lebih hangat. Kendati tak mempunyai kompas atau alat navigasi lainnya, burung-burung itu tidak pernah tersesat. Mengapa? Karena mereka sanggup menjadikan medan magnetic bumi sebagai pedoman. Medan magnetik bumi adalah suatu kekuatan tak kasat mata yang sanggup membantu burung bernavigasi. Inilah sebenarnya yang juga menjadi bahan studi ilmu Fengshui (Hokkian: Fengshui). Fengshui berusaha memanfaatkan garis medan magnetik bumi serta aliran energi tak kasat mata (qi) demi kepentingan umat manusia yang tinggal dalam suatu bangunan. Memang benar, bahwa semua hari adalah baik, meskipun demikian masing-masing bagian waktu memiliki kecocokan tersendiri guna melakukan berbagai aktifitas. Sebagai contoh, mandi pada saat malam hari tidaklah sehat. Ini bukan berarti bahwa malam hari adalah buruk. Melainkan semata-mata malam hari tidaklah cocok untuk melakukan aktifitas mandi. Demikianlah sekilas pembahasan kita mengenai segi ilmiah metafisika Tiongkok. Semoga bermanfaat. (Ivan Taniputera, 31 Desember 2007). Yahoo! Groups Links
Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008
Kalo saya disini sering ngedenger orang bilang lagu hokkien, lagu konghu, maksudnye menyanyikan lagu dalam bahasa kong hu or hokkian Tapi saya blon pernah denger tuh yang namanye lagu Kheq - Original Message - From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Monday, 31 December, 2007 13:17 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008 > - Original Message - > From: liang u > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Monday, December 31, 2007 11:53 AM > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008 > >> Lagu Mandarin kalau menurut saya adalah penunjukan kapada bahasa >> yang dipergunakan dalam lagu itu >> Sebab selain lagu Mandarin banyak lagu Konghu (Yue), >> lagu Hokkian (Minnan), lagu Hakka (Kejia) dll. >> Jadi tak ada sangkut pautnya dengan istilah Cina, China, Tiongkok >> atau Tionghoa. > > > > Tentu saja yang betul adalah memang demikian. > Yaitu bagi sedikit orang yang tahu. > > Tetapi dalam posting terdahulu sudah saya sebutkan bahwa kita bicara > mengenai kesalah-kaprahan yang sudah mendalam di masyarakat awam. > Coba saja tanya pada para peserta dan penonoton kontes Chen Sing. Mereka > cuma tahunya "lagu mandarin", dan belum pernah dengar istilah "lagu > konghu, > hokkian, dsb". > > Wasalam. > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. > > > Yahoo! Groups Links > > > >
[budaya_tionghua] Undangan Menyambut Obor HAM
Solidaritas Indonesia Untuk Rakyat China-- sebuah koalisi masyarakat sipil Indonesia termasuk atlet nasional, mengundang para aktivis dan pejuang HAM untuk menghadiri acara penyambutan Obor HAM Estafet Global. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong perbaikan kondisi HAM di China yang terus memburuk menjelang Olimpiade Beijing 2008, serta membuka mata akan masih banyaknya pelanggaran HAM diseluruh dunia. Upacara penyambutan Obor HAM ini rencananya akan dilangsungkan pada: Hari/ Tanggal : Jumat, 4 Januari 2008 Waktu : Pukul 14.00-17.00 WIB Tempat : Depan Pintu Gerbang Parkir Barat Stadion Senayan, Jl. Asia Afrika Jakarta Acara : Sambutan, orasi, teatrikal dan hiburan Selanjutnya Obor HAM akan dibawa dengan cara berlari oleh sekitar 30 atlet dari Senayan menuju ke Bundaran HI Jakarta. Obor HAM juga akan disambut di sejumlah kota di Tanah Air, seperti Yogyakarta (5 Januari), Surabaya (6 Januari), Denpasar-Bali (12 Januari), dan Batam (13 Januari). Mari kita bergabung dalam momen sejarah yang agung ini, menyuaran kebenaran dan membela rakyat China yang tertindas dan teraniaya. Pelanggaran HAM yang terjadi di suatu negara, adalah masalah kita bersama. Dengan tidak menutup mata terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di Tanah Air, kita juga mesti memberikan solidaritasnya terhadap saudara-saudara kita di China yang disiksa dan terancam jiwanya. Salam Ananta
Re: Arsitektur cina (Re: [budaya_tionghua] salam kenal)
@Cak Loek's di Petra : buku "Arus Cina-Islam-Jawa" karya Sumanto al Qurtuby terbitan mana ya? saya belum pernah ketemu buku tersebut. Terima aksih atas info berharganya. nanti akan saya coba cari. Teori tentang masuknya Islam dibawa oleh orang Tionghoa juga pernah dikemukakan oleh prof Slamet Mulyana di bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara" di sekitar tahun 1968 tetapi sempat dicekal (ditarik peredaraanya) oleh pemerintah orde baru. Di tahun 2003 diterbitkan lagi oleh LKiS Yogyakarta. Di salah satu bukunya A Story of Majapahit (1976) kalo tidak salah juga sempat disinggung tetang keberadaan arsitek Tionghoa muslim yang berkarya di majapahit kemudian di Demak dan Banten. walaupun banyak juga ahli yang tidak setuju dengan dengan teori ini. Menurut Amos Rapoport di bukunya "House Form and Culture" (1969), bentuk dari sebuah arsitektur Vernakular (tradisional??) maupun primitif sebuah kebudayaan selalu saling berkaitan (selain karena iklim, site dan kebutuhan dasar manusia atas tempat tinggal dan bahkan status). Kalau dikaitkan dengan teori Denys Lombart (Nusa Jawa : silang budaya) bahwa posisi pulau Jawa sebagai sebuah persimpangan (Le carrefour) maka besar kemungkinan memang budaya (dalam hal ini arsitektur) mendapat banyak pengaruh dari budaya-budaya asing seperti dari Tiongkok dan India. @Prometheus di singapura: terima kasih sekali atas pencerahan dari anda. Terus terang saya masih awam sekali dengan arsitektur cina/tiongkok terutama dengan arsitektur kayunya. Ringkasan anda tentang perkembangan arsitektur kayu di tiongkok sangat berharga sekali buat saya. terima kasih sekali. Menurut saya memang arsitektur kayu di jawa sedikit banyak mendapat pengaruh dari luar (cina/tiongkok maupun india) tetapi pada perkembangannya arsitektur kayu di Jawa berkembang sendiri dengan keunikannya sendiri (mixed and develop architecture). Sedikit mirip dengan arsitektur di jepang yang mendapat pengaruh sangat besar dari daratan tiongkok di awal abad ke 5-6 dengan masuknya agama Budha. Pada perkembangannya arsitektur di jepang berkembang dengan bentuk yang mandiri (lepas dari bentuk induknya di daratan tiongkok). Tapi juga berbeda dengan arsitektur di Jawa, di jepang masih kental unsur bentukan dari tiongkok, sedangkan di jawa (yang kemungkinan karena lokasinya yang cukup jauh dari tiongkok) perkembangannya sangat sulit untuk ditelusuri kalau hanya dengan melihat bentuknya saja. Arsitektur kayu yang cukup tua di Jawa (sebelum 1400an) sudah banyak yang menghilang kemungkinan karena preservasinya yang tidak berkelanjutan. Bangunan kayu yang tertua (yang masih selamat dengan bentuk aslinya) kemungkinan adalah masjid menara Kudus yang dibangun tahun 1549 (masih ada unsur2 majapahitnya). Ada teori yang mengatakan bahwa sesudah Majapahit meredup sinarnya, banyak ahli-ahli bangunan (undagi) yang exodus ke pulau Bali. Di Bali para ahli bangunan masih disebut Undagi. Cukup menarik bahwa istilah Undagi sebagai tukang kayu hampir sepadan dengan istilah Tecton di budaya barat dan Daikudi budaya jepang. Apakah teman2 ada yang tahu istilah tungkang kayu di tiongkok? Wah jadi ngelantur hehehe, maaf kalo jadi terlalu banyak melantur Salam Yulianto -- On 12/31/07, Prometheus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Saya pernah membaca sekilas mengenai sejarah arsitektur cina/tiongkok > ("Chinese Architecture, A Pictorial History") dari Liang Si Cheng (seorang > architect-historian yang meneliti sejarah perkembangan arsitektur di > tiongkok). > > Dalam tulisan nya, selain menggambarkan elemen-elemen dalam struktur > arsitektur kayu tiongkok (seperti yang termuat dalam "Yingzao Fashi" dari > masa dinasti Song, dan "Gong Cheng Zuofa Zeli" dari masa dinasti Qing), > dia > juga membagi perkembangan arsitektur kayu tiongkok dalam tiga masa : > > (1) Period of Vigor "Hao Jing Shiqi" (850 - 1050 M) > Masa dinasti Tang sampai dinasti Song. Pada masa ini, bracket/"hua-gong" > sudah digunakan dalam bangunan berstruktur kayu. Hal ini diketahui dari > relief pada Dayan Ta (Big Wild Goose Pagoda, Xian). Disamping informasi > pada > relief, juga terdapat bangunan yang tersisa, seperti Main Hall dari Fo > Guang > Si di Wu Tai Shan (dibangun tahun 857), yang merupakan bangunan kayu > tertua. > Pada bangunan tsb tampak penggunaan "dou-gong" yang tingginya hampir 1/2 > dari tinggi kolom. > > (2) Period of Elegance "Chun He Shiqi" (1000 - 1400 M) > Masa ini ditandai dengan penggunaan "dou-gong" yang lebih pendek dari masa > sebelumnya. Beberapa bangunan peninggalan masa ini adalah Long Xing Si > (Hebei), Sheng Mu Miao (Shanxi) dan Wen Shu Dian (Shanxi). > > (3) Period of Rigidity "Ji Zhi Shiqi" (1400 - 1900 M) > Dimulai pada awal dinasti Ming sampai lahirnya Republik (Zhonghua Minguo). > Pada masa ini, ukuran "dou-gong" semakin kecil, dan berkurangnya pemakaian > "ang" (struktur kayu penyangga purlin/
Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008
- Original Message - From: liang u To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, December 31, 2007 1:23 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008 > Pak Akhmad, > Saya setuju pendapat anda, karena saya sudah tak tahu > situasi konkrit di tanah air. > Memang kalau nanti ada orang Mandarin dll lucu juga yah Iya betul, Liang U sianseng. Dari semula, itulah concern-nya Erik-heng mengenai kesalah-kaprahan penggunaan istilah "mandarin" ini dalam konteks non-bahasa. Tapi barangkali ada yang bisa menjelaskan bagaimana asal mulanya istilah bahasa Inggris "mandarin" (bahasa Belanda "mandarijn") ini? Apa betul asalnya dari frasa bahasa Tionghoa "man da ren" seperti yang Zhou-heng bilang? Kata "man da ren" itu sendiri artinya apa? Wasalam.