[budaya_tionghua] Re: +AFs-budaya+AF8-tionghua+AF0- Re: Festival Musim Semi 2008

2007-12-31 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Encode: UTF-7
-

- Original Message - 
From: liang u
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, January 01, 2008 9:43 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008

> Istilah guanhua inilah yang diterjemahkan oleh orang barat
> menjadi Mandarin, yang artinya juga bahasa pejabat atau bangsawan.
> Memang ada orang yang mengatakan bahwa Mandarin berasal
> dari Man daren, Man adalah suku bangsa Man atau Mancu,
> penguasa dinasti Qing (Tjeng), sedang daren sebutan kepada
> orang kaya atau pejabat, yang berarti tuan besar.
> Jadi Man daren adalah tuan besar suku bangsa Man.
> Teori ini masuk akal juga, tapi saya tidak berhasil mencari bahan
> yang membuktikan kebenarannya, sampai saat ini tentunya.



Terimakasih Liang U looheng.
Kalau permasalahan tentang "bahasa Mandarin"-nya, tentu sudah banyak teman 
di milis ini yang tahu duduk persoalannya.
Yang masih menjadi pertanyaan/permasalahan adalah tentang "kata 
mandarin"-nya itu.

Dari penjelasan looheng,  rupanya ada teori yang mengatakan bahwa kata 
"mandarin" dalam bahasa Eropa berasal dari kata "man da-ren" dalam bahasa 
putonghoa.
Atau "boan tay-jin" kalau bahasa Hokkiannya ya? (maaf nih, orang 'jadul', 
tahunya cuma Hokkian, he he he...).

Jadi, menurut teori ini, ketika orang Barat awal-awalnya datang di Beijing, 
mereka mendengar bahwa masyarakat bawah menyebut bahasanya para pejabat 
sebagai "bahasanya para boan tay-jin".
Saya katakan yang di-quote orang Barat adalah omongan masyarakat bawah, 
karena kalau para pejabatnya sendiri, pasti akan bilang "bahasanya kita-kita 
orang", tidak mungkin mereka menyebut dirinya sendiri "tay-jin". Hongtee 
saja kalau menyebut dirinya sendiri mempergunakan pluralis majestatis 
menjadi "Tim" kan?
Ini tentu keragu-raguan pertama tentang kebenaran teori ini. Mengapa orang 
Barat, yang ketika itu kebanyakan berurusan dengan para pejabat, koq memakai 
omongan masyarakat bawah sebagai acuan yang sampai dibawa pulang ke 
negerinya dan sampai terpakai seterusnya beratus-ratus tahun?

Selanjutnya ada masalah mengenai transliterasi (romanisasi) huruf "r". 
Walaupun untuk dialek-dialek Tiongkok Utara dipergunakan transliterasi huruf 
"r" itu, namun sebetulnya dalam pelafalannya orang Tionghoa tidak 
mengucapkannya sebagai huruf latin "r" yang 'jelas/nyata' (berbeda dari 
kalau kita orang Indonesia menyebut kata "Rusak" atau "baRu" atau "ulaR"), 
mungkin lebih dekat dengan pelafalan huruf latin "j" atau "y".
Apakah ketika orang Barat awal-awalnya datang di Beijing, ketika 
transliterasi Wade-Giles pun belum dibuat, mereka sudah mempergunakan huruf 
"r" untuk mentransliterasikan huruf kanji 人("ren") itu?
Ini keragu-raguan yang kedua mengenai kebenaran teori ini.

Saya koq lebih cenderung menerima teori yang mengatakan bahwa kata 
"mandarin" dibawa ke Eropa oleh orang Portugis yang pulang dari Beijing, 
yang menggunakan kata bahasa Portugis sendiri, "mandar", yang merupakan 
konjugasi dari kata bahasa Sanskrit "mantri (menteri)", yang berarti 
"pemberi perintah".
Mereka melihat bahwa bahasa tionghoa dialek guanhua adalah "bahasanya para 
pemberi perintah" di pemerintahan dinasti Ceng (Qing) di Beijing.

Wasalam. 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008

2007-12-31 Terurut Topik liang u
Pak Akhmad, 

Dalam buku-buku lama memang adalah istilah guanhua,
atau bahasa pejabat (guan dari guanyuan = pejabat),
maksudnya bahasa pejabat adalah bahasa yang dipakai
pemerintah. Sejak dinasti Yuan, Ming dan Qing pusat
pemerintahan ada di Beijing (mula-mula dinasti Ming di
Nanjing,kemudian pindah ke Beijing, dinasti Qing
mula-mula di Shenyang kemudian pindah di Beijing.
Akibatnya dialek Utara yang memang mempunyai pengguna
terbanyak di antara dialek lain, beralih menjadi
bahasa pemerintahan. Karena daerah yang luas, dialek
ini terpecah jadi berbagai logat (bahasa Jawa juga ada
logat Banten, dll). Karena ibukota dalam jangka lama
berada di Beijing, maka tak mengherankan logat Beijing
secara otomatis menjadi dominan. Ketika nasionalisme
mulai tumbuh pada akhir abad 19 dan permulaan abad 21,
yaitu saat terpuruknya Tiongkok menjadi "si sakit dari
timur", dunia barat dan Jepang berebut masuk dan
menduduki wilayah Tiongkok atau minta konsesi khusus,
timbul kesadaran bahwa pemerintahan harus demokratis,
dan Tiongkok memerlukan  bahasa nasional (Guoyu, dulu 
Kuoyu), demi persatuan.
Mulai saat itulah istilah guanhua berganti menjadi
Guoyu, istilah yang sampai sekarang masih dipergunakan
di Taiwan. Sekolah-sekolah swasta di Asia Tenggara
juga berebut merubah bahasa yang dipergunakan dari
dari dialek ke Guoyu ini.
Sepanjang yang saya tahu, Guoyu ini menjadi resmi
bahasa nasional pada saat tahun 20-an ketika parlemen
sementara pemerintahan Dr. Sun Yat-sen di Guangzhou
(Canton), di utara masih dikuasa warlord, mengadakan
pemungutan suara dan Guoyu menang dengan angka tipis
atas dialek Kanton.
Istilah guanhua inilah yang diterjemahkan oleh orang
barat menjadi Mandarin, yang artinya juga bahasa
pejabat atau bangsawan.
Memang ada orang yang mengatakan bahwa Mandarin
berasal dari Man daren, Man adalah suku bangsa Man
atau Mancu , penguasa dinasti Qing (Tjeng), sedang
daren sebutan kepada orang kaya atau pejabat, yang
berarti tuan besar. Jadi Man daren adalah tuan besar
suku bangsa Man. Teori ini masuk akal juga, tapi saya
tidak berhasil mencari bahan yang membuktikan
kebenarannya, sampai saat ini tentunya. Mungkin ada
rekan yang lebih tahu, jadi sayapun tak berani
mengatakan salah.
Setelah RRT berdiri, prinsip semua bangsa yang tinggal
di Tiongkok sama derajatnya, telah membuat bahasa
Mandarin atau Guoyu kehilangan makna, karena bahasa
Han (termasuk Mandarin), bahasa Tibet, bahasa Uygur,
Bahasa Kazak, bahasa Zhuang, bahasa Miao dll menjadi
bahasa yang sederajat. 
Meskipun demikian bahasa Han dengan dialek utara dan
logat Beijingnya dalam masyarakat dan pemerintahan
tetap dominan, hanya namanya diubah menjadi  putonghua
atau bahasa umum. Sebutan Hanyu atau bahasa Han adalah
lebih luas yaitu seluruh bahasa orang Han termasuk
dialek Hokkian, Kheq, Tiociu, Konghu dll.
Orang luar negeri sekarang menyebutnya menjadi bahasa
Tionghua atau dalam Mandarin Huayu, atau Huawen.
Di Universitas Xiamen ada dua jurusan bahasa Hanyu dan
Huayu. 
Hanyu adalah belajar bahasa Han secara menyeluruh
termasuk sifat-sifat kekhususan dialeknya, tentu yang
terutaman dialek Hokkian karena Xiamen ada di wilayah
orang Hokkian. Sedang Huayu untuk mahasiswa dari luar
negeri khusus mendidik putonghua, tidak masuk sampai
dialek.
Orang Tionghoa di Indonesia ada yang mulai merubah
istilah Huayu menjadi Hanyu. Sebetulnya memperluas
wilayah bahasa. Apa kenyataannya demikian? Huayunya
saja belum dikuasai dengan baik oleh sebagian besar
orang. 
MUdah-mudahan ada rekan yang bisa menambah.
Barangkali sementara ini yang bisa saya jawab. Jadi
memang istilah orang Mandarin, baju Mandarin atau
segala Mandarin dari segi bahasa salah. Karena
bangsanya ataupun rasnya bukan Mandarin.
Salam
Liang U

--- Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> - Original Message - 
> From: liang u
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Monday, December 31, 2007 1:23 PM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim
> Semi 2008
> 
> > Pak Akhmad,
> 
> > Saya setuju pendapat anda, karena saya sudah tak
> tahu
> > situasi konkrit di tanah air.
> > Memang kalau nanti ada orang Mandarin dll lucu
> juga yah
> 
> 
> 
> Iya betul, Liang U sianseng.
> Dari semula, itulah concern-nya Erik-heng mengenai
> kesalah-kaprahan 
> penggunaan istilah "mandarin" ini dalam konteks
> non-bahasa.
> 
> Tapi barangkali ada yang bisa menjelaskan bagaimana
> asal mulanya istilah 
> bahasa Inggris "mandarin" (bahasa Belanda
> "mandarijn") ini?
> 
> Apa betul asalnya dari frasa bahasa Tionghoa "man da
> ren" seperti yang 
> Zhou-heng bilang? Kata "man da ren" itu sendiri
> artinya apa?
> 
> Wasalam. 
> 
> 



  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping


[budaya_tionghua] Happy New Year 2008

2007-12-31 Terurut Topik Herman Lawi
Kepada seluruh reman2x di milis ini, kami sekeluarga
ingin mengucapkan "SELAMAT TAHUN BARU 2008", SEMOGA DI
TAHUN YANG BARU INI 2008, KITA SEMUA LEBIH BAIK (LAHIR
& BATIN) DARI TAHUN LALU 2007. 

Salam kami,
Herman L. & Kel.


  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping


[budaya_tionghua] Re: Dr. Han Hwie-Song: Menyambut tahun baru 2008

2007-12-31 Terurut Topik Han Hwie Song
Menyambut tahun baru 2008

 

Dalam menyambut tahun baru 2008, berarti kita menyambut hari depan kita,
Bagi semua bangsa didunia ini "The future is a serious matter". Karena itu
saya berharap tahun 2008 akan lebih baik lagi dari tahun 2007, baik dalam
bidang economi, teknologi dan terutama damai dan keslamatan umat manusia.

Saya sebut dalam artikel ini tidak saja melihat ke blakang,
tetapi juga melihat kedepan, dengan menikmati minum teh Longjing dan makan
Jiao Zi, kalau orang Belanda pada hari peralihan tahun, makan oliebollen dan
minum Champagne." Marilah bersama-sama kita minum: Gan Bei atau buttom up!"

Bagi milis-milis yang ada saya berharap lebih banyak lagi
artikel-artikel yang berkwalitas, saling berdiskusi demi kepentingan
masyarakat dimana kita tinggal. Disini saya katakan banyak kali kata-kata
"kita", bahkan pada garis satu sudah saya katakan: "hari depan kita". Hari
depan kita bisa sukses kalau diantara kita ada "Perasahan Kita"yang tebal. 

Disini saya tegaskan bagaimana kita menghadapi masyarakat
seluruhnya, apalagi kalau kita bicarakan tentang suku-suku yang bayak
jumblahnya; janganlah menghadapi mereka itu dengan kata-kata "kami dan
kalian",  tetapi gunakanlah kata kita, dan harus ditingkatkan pertama. 

Kalau dimilis-milis mempunyai "perasahan kita" yang tebal,
anggota-anggotanya bisa saling belajar, dan milis itu akan berkembang dengan
baik dan mempunyai hari depan yang gemilang. Di Tionghoa-Net saya diundang
mengikuti reuni di Ciater, Bandung, impressi saya dalam pertemuan itu sangat
indah, semua pekerjaan dikerjakan bersama-sama, baik oleh suku Tionghoa
maupun oleh anggota pribuminya, Berdiskusi dan bicara dengan tenang,
santai-santai tetapi mendalam, ini kurasakan betul-betul perasahan kita di
milis Tionghoa-Net: suasananya riang gembira seolah-olah pertemuan dalam
keluarga besar. Moderatornya Tionghoa Net pak John Towell itu waktu bekerja
keras dipertemuan tersebut, orang tidak sangka kalau beliau adalah pimpinan
tertinggi Tionghoa-Net! Juga tampak pak Hong Gie, pak Martin etc. kerja
keras tanpa banyak omomg, mendirikan tent dan membakar sate etc.

Kalau kita bicara tentang perasahan kita dalam arti yang luas
kita bisa bicara, kita di Surabaya, atau kita orang Tionghoa, kita di milis
X, ini menunjukkan semua perasahan kita dengan tujuan tertentu; seperti kita
di Surabaya naik dokar, kalian di Solo naik andong. Contoh yang lain ialah:
kita orang Tionghoa harus mengintegrasikan diri dalam masyarakat dimana kita
tinggal; kita di milis X tenang-tenang, tetapi banyak artikel yang
berkwalitas tinggi. Institusi yang baik adalah soal menggunakan beleid yang
bijaksana dan pekerja-pekerjanya mempunyai perasahan kita yang tinggi.

Sebagai penutup saya berharap semoga rakyat seluruh dunia lebih
dewasa, saling respek dan toleran, mempunyai kepercayaan pada diri sendiri,
bebas dan fleksibel. Partisipasi dan emansipasi untuk menjalankan locomotif
proses integrasi. Semoga sehat-sehat, kaya baik dalam jiwa dan materiil,
hidup damai.

 

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 21 December 2007 Holland

 



[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Fw: [metafisika_tiongkok] Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok

2007-12-31 Terurut Topik Liquid Yahoo
- Original Message - 
From: "dh4rm4duta" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, 31 December, 2007 15:28
Subject: [metafisika_tiongkok] Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok


Segi Ilmiah Metafisika Tiongkok

Banyak orang yang salah sangka dan menyatakan bahwa ilmu 
metafisika Tiongkok adalah tahayul. Kita patut mengakui bahwa 
sesuatu yang berbau tahayul setidaknya ada dalam ilmu metafisika 
Tiongkok. Meskipun demikian, tidaklah bijaksana bila kita menganggap 
bahwa metafisika Tiongkok adalah sepenuhnya tahayul. Metafisika 
Tiongkok memanfaatkan dua hal, yakni faktor waktu dan arah. 
Ternyata faktor waktu dan arah ini memainkan peranan yang sangat 
penting dalam kehidupan umat manusia serta makhluk lain sesama 
penghuni bumi. Sebagai contoh, di Jerman yang negaranya maju 
sekalipun, pertanian tetap memperhitungkan faktor waktu, yakni 
menanti tibanya musim semi serta musim panas. Jadi meskipun 
teknologi sudah maju, hingga saat ini manusia belum dapat melawan 
hokum alam, terutama faktor waktu. Contoh lainnya, adalah migrasi 
burung, yang memanfaatkan faktor waktu dan arah. Pada saat musim 
dingin hendak tiba, beberapa jenis burung akan bermigrasi mencari 
tempat yang lebih hangat. Kendati tak mempunyai kompas atau alat 
navigasi lainnya, burung-burung itu tidak pernah tersesat. Mengapa? 
Karena mereka sanggup menjadikan medan magnetic bumi sebagai 
pedoman.
Medan magnetik bumi adalah suatu kekuatan tak kasat mata yang 
sanggup membantu burung bernavigasi. Inilah sebenarnya yang juga 
menjadi bahan studi ilmu Fengshui (Hokkian: Fengshui). Fengshui 
berusaha memanfaatkan garis medan magnetik bumi serta aliran energi 
tak kasat mata (qi) demi kepentingan umat manusia yang tinggal dalam 
suatu bangunan.
Memang benar, bahwa semua hari adalah baik, meskipun demikian 
masing-masing bagian waktu memiliki kecocokan tersendiri guna 
melakukan berbagai aktifitas. Sebagai contoh, mandi pada saat malam 
hari tidaklah sehat. Ini bukan berarti bahwa malam hari adalah buruk. 
Melainkan semata-mata malam hari tidaklah cocok untuk melakukan 
aktifitas mandi. 
Demikianlah sekilas pembahasan kita mengenai segi ilmiah metafisika 
Tiongkok. Semoga bermanfaat. (Ivan Taniputera, 31 Desember 2007).




 
Yahoo! Groups Links






Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008

2007-12-31 Terurut Topik Liquid Yahoo
Kalo saya disini sering ngedenger orang bilang lagu hokkien, lagu 
konghu, maksudnye menyanyikan lagu dalam bahasa kong hu or hokkian

Tapi saya blon pernah denger tuh yang namanye lagu Kheq


- Original Message - 
From: "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, 31 December, 2007 13:17
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008


> - Original Message - 
> From: liang u
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Monday, December 31, 2007 11:53 AM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008
>
>> Lagu Mandarin kalau menurut saya adalah penunjukan kapada bahasa
>> yang dipergunakan dalam lagu itu
>> Sebab selain lagu Mandarin banyak lagu Konghu (Yue),
>> lagu Hokkian (Minnan), lagu Hakka (Kejia) dll.
>> Jadi tak ada sangkut pautnya dengan istilah Cina, China, Tiongkok
>> atau Tionghoa.
>
> 
>
> Tentu saja yang betul adalah memang demikian.
> Yaitu bagi sedikit orang yang tahu.
>
> Tetapi dalam posting terdahulu sudah saya sebutkan bahwa kita bicara
> mengenai kesalah-kaprahan yang sudah mendalam di masyarakat awam.
> Coba saja tanya pada para peserta dan penonoton kontes Chen Sing. Mereka
> cuma tahunya "lagu mandarin", dan belum pernah dengar istilah "lagu 
> konghu,
> hokkian, dsb".
>
> Wasalam.
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
> 



[budaya_tionghua] Undangan Menyambut Obor HAM

2007-12-31 Terurut Topik ananta_darma
Solidaritas Indonesia Untuk Rakyat China-- sebuah koalisi masyarakat 
sipil Indonesia termasuk atlet nasional, mengundang para aktivis dan 
pejuang HAM untuk menghadiri acara penyambutan Obor HAM Estafet 
Global. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong perbaikan kondisi 
HAM di China yang terus memburuk menjelang Olimpiade Beijing 2008, 
serta membuka mata akan masih banyaknya pelanggaran HAM diseluruh 
dunia. Upacara penyambutan Obor HAM ini rencananya akan 
dilangsungkan pada:

Hari/ Tanggal   : Jumat, 4 Januari 2008
Waktu   : Pukul 14.00-17.00 WIB
Tempat  : Depan Pintu Gerbang Parkir Barat 
  Stadion Senayan, Jl. Asia Afrika Jakarta
Acara   : Sambutan, orasi, teatrikal dan hiburan 

Selanjutnya Obor HAM akan dibawa dengan cara berlari oleh sekitar 
30  atlet dari Senayan menuju ke Bundaran HI Jakarta. Obor HAM juga 
akan disambut di sejumlah kota di Tanah Air, seperti Yogyakarta (5 
Januari), Surabaya (6 Januari), Denpasar-Bali (12 Januari), dan 
Batam (13 Januari).

Mari kita bergabung dalam momen sejarah yang agung ini, menyuaran 
kebenaran dan membela rakyat China yang tertindas dan teraniaya. 
Pelanggaran HAM yang terjadi di suatu negara, adalah masalah kita 
bersama. Dengan tidak menutup mata terhadap pelanggaran HAM yang 
terjadi di Tanah Air, kita juga mesti memberikan solidaritasnya 
terhadap saudara-saudara kita di China yang disiksa dan terancam 
jiwanya. 


Salam
Ananta




Re: Arsitektur cina (Re: [budaya_tionghua] salam kenal)

2007-12-31 Terurut Topik yulianto qin
@Cak Loek's di Petra :
buku "Arus Cina-Islam-Jawa" karya Sumanto al Qurtuby terbitan mana ya? saya
belum pernah ketemu buku tersebut. Terima aksih atas info berharganya. nanti
akan saya coba cari.

Teori tentang masuknya Islam dibawa oleh orang Tionghoa juga pernah
dikemukakan oleh prof Slamet Mulyana di bukunya "Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara" di sekitar tahun
1968 tetapi sempat dicekal (ditarik peredaraanya) oleh pemerintah orde baru.
Di tahun 2003 diterbitkan lagi oleh LKiS Yogyakarta. Di salah satu bukunya
A Story of Majapahit (1976) kalo tidak salah juga sempat disinggung tetang
keberadaan arsitek Tionghoa muslim yang berkarya di majapahit kemudian di
Demak dan Banten. walaupun banyak juga ahli yang tidak setuju dengan dengan
teori ini.

Menurut Amos Rapoport di bukunya "House Form and Culture" (1969), bentuk
dari sebuah arsitektur Vernakular (tradisional??) maupun primitif sebuah
kebudayaan selalu saling berkaitan (selain karena iklim, site dan kebutuhan
dasar manusia atas tempat tinggal dan bahkan status). Kalau dikaitkan dengan
teori Denys Lombart (Nusa Jawa : silang budaya) bahwa posisi pulau Jawa
sebagai sebuah persimpangan (Le carrefour) maka besar kemungkinan memang
budaya (dalam hal ini arsitektur) mendapat banyak pengaruh dari
budaya-budaya asing seperti dari Tiongkok dan India.

@Prometheus di singapura:
terima kasih sekali atas pencerahan dari anda. Terus terang saya masih awam
sekali dengan arsitektur cina/tiongkok terutama dengan arsitektur kayunya.
Ringkasan anda tentang perkembangan arsitektur kayu di tiongkok sangat
berharga sekali buat saya. terima kasih sekali.

Menurut saya memang arsitektur kayu di jawa sedikit banyak mendapat pengaruh
dari luar (cina/tiongkok maupun india) tetapi pada perkembangannya
arsitektur kayu di Jawa berkembang sendiri dengan keunikannya sendiri (mixed
and develop architecture). Sedikit mirip dengan arsitektur di jepang yang
mendapat pengaruh sangat besar dari daratan tiongkok di awal abad ke 5-6
dengan masuknya agama Budha. Pada perkembangannya arsitektur di jepang
berkembang dengan bentuk yang mandiri (lepas dari bentuk induknya di daratan
tiongkok). Tapi juga berbeda dengan arsitektur di Jawa, di jepang masih
kental unsur bentukan dari tiongkok, sedangkan di jawa (yang kemungkinan
karena lokasinya yang cukup jauh dari tiongkok) perkembangannya sangat sulit
untuk ditelusuri kalau hanya dengan melihat bentuknya saja.

Arsitektur kayu yang cukup tua di Jawa (sebelum 1400an) sudah banyak yang
menghilang kemungkinan karena preservasinya yang tidak berkelanjutan.
Bangunan kayu yang tertua (yang masih selamat dengan bentuk aslinya)
kemungkinan adalah masjid menara Kudus yang dibangun tahun 1549 (masih ada
unsur2 majapahitnya).
Ada teori yang mengatakan bahwa sesudah Majapahit meredup sinarnya, banyak
ahli-ahli bangunan (undagi) yang exodus ke pulau Bali. Di Bali para ahli
bangunan masih disebut Undagi. Cukup menarik bahwa istilah Undagi sebagai
tukang kayu hampir sepadan dengan istilah Tecton di budaya barat dan
Daikudi budaya jepang.
Apakah teman2 ada yang tahu istilah tungkang kayu di tiongkok?

Wah jadi ngelantur hehehe, maaf kalo jadi terlalu banyak melantur

Salam
Yulianto
--

On 12/31/07, Prometheus <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Saya pernah membaca sekilas mengenai sejarah arsitektur cina/tiongkok
> ("Chinese Architecture, A Pictorial History") dari Liang Si Cheng (seorang
> architect-historian yang meneliti sejarah perkembangan arsitektur di
> tiongkok).
>
> Dalam tulisan nya, selain menggambarkan elemen-elemen dalam struktur
> arsitektur kayu tiongkok (seperti yang termuat dalam "Yingzao Fashi" dari
> masa dinasti Song, dan "Gong Cheng Zuofa Zeli" dari masa dinasti Qing),
> dia
> juga membagi perkembangan arsitektur kayu tiongkok dalam tiga masa :
>
> (1) Period of Vigor "Hao Jing Shiqi" (850 - 1050 M)
> Masa dinasti Tang sampai dinasti Song. Pada masa ini, bracket/"hua-gong"
> sudah digunakan dalam bangunan berstruktur kayu. Hal ini diketahui dari
> relief pada Dayan Ta (Big Wild Goose Pagoda, Xian). Disamping informasi
> pada
> relief, juga terdapat bangunan yang tersisa, seperti Main Hall dari Fo
> Guang
> Si di Wu Tai Shan (dibangun tahun 857), yang merupakan bangunan kayu
> tertua.
> Pada bangunan tsb tampak penggunaan "dou-gong" yang tingginya hampir 1/2
> dari tinggi kolom.
>
> (2) Period of Elegance "Chun He Shiqi" (1000 - 1400 M)
> Masa ini ditandai dengan penggunaan "dou-gong" yang lebih pendek dari masa
> sebelumnya. Beberapa bangunan peninggalan masa ini adalah Long Xing Si
> (Hebei), Sheng Mu Miao (Shanxi) dan Wen Shu Dian (Shanxi).
>
> (3) Period of Rigidity "Ji Zhi Shiqi" (1400 - 1900 M)
> Dimulai pada awal dinasti Ming sampai lahirnya Republik (Zhonghua Minguo).
> Pada masa ini, ukuran "dou-gong" semakin kecil, dan berkurangnya pemakaian
> "ang" (struktur kayu penyangga purlin/

Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008

2007-12-31 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: liang u
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, December 31, 2007 1:23 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Festival Musim Semi 2008

> Pak Akhmad,

> Saya setuju pendapat anda, karena saya sudah tak tahu
> situasi konkrit di tanah air.
> Memang kalau nanti ada orang Mandarin dll lucu juga yah



Iya betul, Liang U sianseng.
Dari semula, itulah concern-nya Erik-heng mengenai kesalah-kaprahan 
penggunaan istilah "mandarin" ini dalam konteks non-bahasa.

Tapi barangkali ada yang bisa menjelaskan bagaimana asal mulanya istilah 
bahasa Inggris "mandarin" (bahasa Belanda "mandarijn") ini?

Apa betul asalnya dari frasa bahasa Tionghoa "man da ren" seperti yang 
Zhou-heng bilang? Kata "man da ren" itu sendiri artinya apa?

Wasalam.