[budaya_tionghua] Seminar Peran Komunikasi Etnis Tionghoa bagi Pembentukan Kebangsaan Nasional
Rekan-rekan milisers BT yth Dalammenyambut Hari Kebangkitan Nasional, Yayasan Nabil kembali akan mengadakan Seminar dan Peluncuran Buku, dengan tema Peran Komunikasi Etnis Tionghoa bagi Pembentukan Kebangsaan Nasional. Selain buku Memoar Ang Yan Goan, akan diluncurkan pula buku Komunikasi Lintas Budaya karya Prof Deddy Mulyana, Ph.D, yang juga merupakan Dekan FIKOM UNPAD. Tiga orang nara sumber akan tampil dalam acara ini, yakni Prof Deddy Mulyana, Ph.D (Dekan FIKOM UNPAD); DR Yudi Latif (Ketua PSIK Indonesia) dan Tanty Skober, S.S., M.Hum (staf pengajar Jurusan Sejarah UNPAD). Sedangkan seminar akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 19 Mei 2010, mulai pukul 09.00 13.00 WIB, dengan bertempat di Gedung Rektorat (baru) Lt.4, Kampus Universitas Padjadjaran Jl. Dipati Ukur no. 35, Bandung, Jawa Barat. Bagi rekan2 yang berminat hadir, silakan datang. Acara gratis dan tidak memerlukan undangan. Terimakasih dan salam hormat, Yayasan Nabil
[budaya_tionghua] Re: Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan China)
Yth Pak Sugiri Pak Tjandra, Memang nama bisa membingungkan. Mitro gendut tentu bukan dari AL. Untuk lebih akrab dg Laks Madya Sumitro silakan cek foto beliau di cover buku ini: http://www.amartapura.com/view_book.php?id=08008001bookid=10683 salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Yang saya tau di angkatan laut ada laksamana Sudomo dan di angkatan darat ada jendral Sumitro yang berkumis dan berbadan gemuk. Apakah bukan jendral ini yang bapak maksud? Maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG --- On Fri, 3/12/10, kwartanada kwartan...@... wrote: From: kwartanada kwartan...@... Subject: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan China) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Friday, March 12, 2010, 11:04 AM  Yth Pak Tjandra Menanggapi respons Bapak sbb ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro Mohon maaf jika ada salah persepsi. Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. Namun sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi. salam, didi --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ ... wrote: Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; ad 1. Kata China berasal dari sebutan orang dinasti Chin dan seperti biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberiàkata hidupàa... pada akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya China.. Analogi dengan tenglang (Hokkian) atau tongyin (Khe) yang tidak lain orang dinasti Tang / Tongàad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG --- On Thu, 3/11/10, kwartanada kwartanada@ ... wrote: From: kwartanada kwartanada@ ... Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM àRekan2 yth, Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam Didi Istilah Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan bahwa kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri tidak mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China . 3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi buruk. Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah Cina sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian. 5.Di awal Abad 20, ñ th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement antara para pemuka Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, untuk tidak lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi menghina/rasa kebencian itu, dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat Memoar Ang Yan Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 dll, semua menggunakan istilah Tionghoa dan bukan Cina. 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan alasan Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, sekaligus
[budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan China)
Yth Pak Tjandra Menanggapi respons Bapak sbb ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro Mohon maaf jika ada salah persepsi. Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. Namun sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi. salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong; ad 1. Kata China berasal dari sebutan orang dinasti Chin dan seperti biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup a... pada akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya China.. Analogi dengan tenglang (Hokkian) atau tongyin (Khe) yang tidak lain orang dinasti Tang / Tong ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG --- On Thu, 3/11/10, kwartanada kwartan...@... wrote: From: kwartanada kwartan...@... Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM  Rekan2 yth, Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam Didi Istilah Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan bahwa kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri tidak mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China . 3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi buruk. Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah Cina sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian. 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement antara para pemuka Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, untuk tidak lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi menghina/rasa kebencian itu, dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat Memoar Ang Yan Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 dll, semua menggunakan istilah Tionghoa dan bukan Cina. 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan alasan Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri kita. yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan kesimpulan Seminar pada Suharto â pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi (sebutan Tiongkok, Tionghoa dan Cina) Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/ 6/1967 tgl 28 Juni 1967. Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya ditujukan/dialamatk an ke Negara RRT dan orang-orang Tionghoa Asing. Sedang untuk WNI keturunan Tionghoa, sebutan keturunan Tionghoa itu tetap dipertahankan, tidak diubah. Tapi karena tingginya emosi/sentimen setelah G30S, menggunakan istilah Cina meluber dan membanjiri kesemua orang-orang, termasuk WNI keturunan Tionghoa. 7.Menarik untuk dicatat/diketahui, bahwa dalam buku KESATRIA BANGSA : Perjalanan Hati dan Karir Seorang Prajurit Laut tulisan Laksamana Madya SUMITRO
[budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah
Rekan2 yth, Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam Didi Istilah Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan bahwa kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees), (Jerman : Chinesische), (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi. 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri tidak mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China. 3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17. 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi buruk. Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah Cina sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian. 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement antara para pemuka Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, untuk tidak lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi menghina/rasa kebencian itu, dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat Memoar Ang Yan Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 dll, semua menggunakan istilah Tionghoa dan bukan Cina. 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan alasan Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri kita. yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan kesimpulan Seminar pada Suharto pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi (sebutan Tiongkok, Tionghoa dan Cina) Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967. Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya ditujukan/dialamatkan ke Negara RRT dan orang-orang Tionghoa Asing. Sedang untuk WNI keturunan Tionghoa, sebutan keturunan Tionghoa itu tetap dipertahankan, tidak diubah. Tapi karena tingginya emosi/sentimen setelah G30S, menggunakan istilah Cina meluber dan membanjiri kesemua orang-orang, termasuk WNI keturunan Tionghoa. 7.Menarik untuk dicatat/diketahui, bahwa dalam buku KESATRIA BANGSA : Perjalanan Hati dan Karir Seorang Prajurit Laut tulisan Laksamana Madya SUMITRO hal. 135 ada catatan sebagai berikut : Bukankah merupakan perintah Allah SWT pula bahwa janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka lebih baik, dan jangan pula kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk.. (Al Quran surat Al-Hujuurat-11). Sepanjang pengetahuan saya tidak ada satu pun perkumpulan atau organisasi kelompok etnis Tionghoa di Indonesia ini menggunakan sebutan Cina, semua menggunakan sebutan Tionghoa. Ini menunjukkan bahwa saudara saya sebangsa dari etnis Tionghoa lebih memilih dan menyukai sebutan Tionghoa. Alangkah naifnya diri saya kalau merasakan dan mengetahui hal ini, masih juga saya menggunakan sebutan Cina. Saya tidak ingin menjadi naïf dalam hal apa pun, biarlah orang lain. Dengan memperhatikan semua hal-hal tersebut diatas, dan dengan menyadari dan harus diakui banyak orang yang kini tanpa bermaksud buruk menggunakan istilah Cina. tidaklah perlu untuk kita pertentangkan, akan tetapi atas surat edaran Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967, yang nyata-nyata mempunyai dampak dan pengaruh menghasut untuk membenci sebuah Negara Asing ataupun masyarakatnya ataupun yang mengenai siapa saja itu, dengan telah berakhirnya Perang Dingin serta makin menjadi jelasnya duduk perkara di sekitar soal itu, kami berpendapat betapa indahnya kalau
[budaya_tionghua] Re: Nama Tionghoa jaman dulu-- akhiran KO pada nama Tionghoa
Halo Ko Steve, Makasih buat info paper yg menarik tulisan senior2 saya. Saya malah baru tahu. Soal akhiran KO, ini langsung membuat saya teringat dg family name-nya Corazon Cojuangco Aquino. Cojuangco ini serupa dg kasus yg diangkat Ko Steve. Menurut artikel di bawah ini, ko adalah panggilan hormat dalam budaya Hokkian. Kasus Batavia ini serupa dg Filipina, dalam arti pelakunya adalah org2 Hokkian. Namun di Filipina, nama pribadi yg ditambah akhiran KO itu, dan bukan surname asli, yg justru diadopsi menjadi nama famili yg baru, spt Cojuangco. Jadi misalnya Lim Cojuang, karena ingin menjadi mestizo (Indo) yg baik (dan membuang ketionghoaannya), maka anak2nya membuat Cojuangco dan bukannya Lim sbg surname yg baru. Ini hanya pendapat sepintas, mungkin salah. Silakan rekan2 lain yg lebih tahu soal ini, utk memberi keterangan yg lebih valid. salam, didi http://www.wsws.org/articles/2009/aug2009/cory-a04.shtml An influx of Chinese males in the mid-eighteenth century, and a second influx after 1850, filled the economic gap needed for the development of an import-export trade, and provided an outlet for British capital looking for investment opportunities. The immigrant bachelors married indios; their families became Chinese mestizos. To avoid racial reprisals from the colonial administration and from the indio population, these Chinese mestizo families hispanized themselves, adopting Spanish names, the Spanish language, and artifacts, accents, behavior and culture from the Spanish metropole. Within a generation, all indication of indio and Chinese origin had been erased, with the exception of the Hokkienese k'o, a title of respect, which was often incorporated at the end of the new surnamethus, Cojuangco. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono hay...@... wrote: Teman-teman sekalian, Karena saya pernah ikut conference sekali tahun lalu, saya sering menerima kiriman dari kenalan saya Koh Keng We yang bekerja di Library di Ohio University (bukan OSU). Isinya macam-macam buku/paper baru yang baru saja di published. Kali ini ada paper yang menarik perhatian saya yaitu : http://rspas.anu.edu.au/cscsd/occasional_papers/index.php?issue=02 Mengenai : Identifying Hokkien (And Other) Merchants in Voc-Ruled Batavia: Data From The Ci Ji Stele (1697 and The Financial Records Of The Amfioen Sociëteit, 1745â1785Yang menarik perhatian saya, selain ceritanya adalah nama-nama penyumbang yang ditulis di prasasti di kelenteng Ci Ji ini. Kalau anda membuka link untuk appendix 1b dan 1c maka akan terlihat daftar nama yang sudah di romanisasi menurut ejaan belanda. Pertanyaan saya, kenapa ya nama-namanya banyak yang dengan nama ke 3 : KO Lihat saja bagian Zheng misalnya, ada 4 orang, semua nama ke 3 nya memakai KO. Kita bisa menduga mereka bersaudara, tapi kalau kita lihat lagi Zhang, ada 2, juga memakai KO. Bagian Hong (Ang), juga demikian. Apakah akhiran KO itu semacam gelar ? kayak nya tidak mungkin dari sebegitu banyak orang yang menyumbang, lebih dari 75% semuanya memakai nama ke 3 yang sama. Kemudian saya juga ingin memperlihatkan satu papan prasasti dari kelenteng Tiao Kak Sie dari tahun 1790. Saya tidak bisa membaca tulisan nya, tapi kalau saya perhatikan banyak dari nama-nama (yang terdiri dari 3 suku kata) itu memakai nama ke 3 yang sama. Tidak semua memang, tapi banyak. Misalnya saja di halaman pertama sebelah kanan, kolom pertama. nama ke 2, 3, 4, 5, 7, 9 dst nama ke 3 nya mempunyai nama yang sama (mungkin ada yang bisa membaca bisa tolong ditulis apa mandarin nya dan dan apa hokkian nya ? Saya menanyakan hal ini karena saya melihat dari beberapa silsilah yang saya kumpulkan ada beberapa yang nama leluhurnya (nama orang pertama dari silsilah tersebut) yang hanya memakai 2 nama saja. sedangkan kebiasaan kita di Indonesia adalah 3 nama. Leluhur saya bernama The (Tne) Boen, Liem Tjioe. selain itu juga ada Siem Ting, Thee Kiang, Liem Bok, Go Kim, Kho Wan, Oey Yan dll. Apakah ini kebiasaan orang dulu (2 nama ?) Saya lihat misalnya di Sam Kok, namanya juga Lauw Pie (Liu Bei), Koan Ie (Guan Yu), Thio Hoei (Zhang Fei), mereka hanya punya 2 nama saja. Mudah-mudahan pertanyaan saya malah tidak membingungkan. Salam, Steve Haryono
[budaya_tionghua] Re: Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator 24-31 Januari 2010
Pak (?) Bukjam yth Mohon maaf saya tidak punya foto2 dari acara tsb. Namun oleh panitia disediakan gratis buku acara cukup mewah yg berisi bbrp foto yg dipamerkan. Anda tinggal di mana? Kalau di Jakarta, silakan datang ke Salihara, bisa menikmati foto, kuliner Singkawang plus buku foto cantik secara gratis. Oh ya, setelah dari Jakarta, foto2 akan dipamerkan di Singkawang 13 -27 Februari 2010. Ibu Myra Sidharta hadir di pembukaan, begitu yg saya dengar dari beliau langsung. salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bukjam buk...@... wrote: Khiungthi Kwartanada, mohon kalo ada foto-foto yang bisa dishare tolong kirimkan langsung ke email bukjam. Makasih sebelumnya. Apakah Ibu Euwyong Chunmoi (Myra Sidharta) hadir juga? Beliau salah seorang pakar mengenai budaya hakka (khek), lahir di belitung. salam, bukjam 2010/1/25 kwartanada kwartan...@... Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator Sunday January 24-Sunday January 31, 2010 10:00 am - 7:00 pm Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Jalan Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Phone: 0811800030 Sebuah pameran fotografi dengan tema SINGKAWANG - Jade of Equator akan diselenggarakan di Galeri Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu Jakarta, tepatnya pada tanggal 24 Januari 2010 sampai dengan 31 Januari 2010. Untuk pembukaan pameran diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010 yang berlaku untuk para undangan khusus. Pameran ini juga akan dimeriahkan dengan performance wayang gantung (Chiao Theu), pagelaran batik khas Singkawang bercorak Tidayu (Tionghoa Dayak Melayu), Pat Jim Pan dan atraksi tatung. Juga ada pameran keramik Singkawang dan kuliner khas Singkawang seperti kincipan, choipan, rujak, kue kantong semar dan penganan kecil lainnya yang khas Singkawang. Pokoknya kita bikin Salihara jadi 'Little Singkawang'. Yuk, ramai-ramai datang, Pasti !!! Ke Singkawang. Jadwal lengkap: Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator 24-31 Januari, Pk 10.00-19.00 WIB Karya: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, dan Oscar Motuloh *** Diskusi: Singkawang dan Zambrud Keberagaman Indonesia Minggu, 24 Januari 2010, Pk 16.00 WIB Nara Sumber: Harry Tjan Silalahi, Mely G Tan, Goenawan Mohamad *** Bincang Santai Tentang Kota Singkawang Bersama Fotografer: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, Oscar Motuloh Minggu, 31 Januari 2010, Pk 16.00 WIB Moderator: Susan Bachtiar *Dilanjutkan dengan acara ramah tamah sambil menikmati kuliner dan sejumlah atraksi kesenian tradisional ala Singkawang. *** Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator akan diteruskan di kota Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia 13 -27 Februari 2010 *** GRATIS alias tidak dipungut bayaran
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (alamat Suara Baru)
Bpk Sugiri yth Untuk info lengkap ttg Suara Baru silakan email suarab...@inti.or.id telp: (021)2664-6828/29 Alamat majalah ini sama dengan alamat Perhimpunan INTI salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: Yth Pak Kwartanada y.b., Mohon keterangan lebih lanjut untuk Suara Baru, apakah dapat berlangganan secara teratur ? Mohon , kalau kebetulan Bapak tahu , contact address nya yang lengkap. Terima kasih untuk perhatian dan kebaikannya. Salam hormat, Sugiri. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of kwartanada Sent: Tuesday, January 26, 2010 5:02 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (judul media Tionghoa berbahasa Indonesia) Pak Sugiri yth Majalah keTionghoaan berbahasa Indonesia yg masih terbit--sepeninggal Sinergi-- setahu saya adalah: 1.Suara Baru (Perhimpunan INTI) dua bulanan-gratis 2.China Town--bulanan--populer--sukses secara komersial 3. Suara Kalimantan (? saya lupa judulnya) terbitan2 orang2 Tionghoa Kalbar di Jakarta--bulanan. Saya punya 1 ex, dapat di Gunung Agung 4. Pecinan Terkini (?)--Makassar-bulanan (?) saya belum pernah lihat tapi ada di internet. Bisa di DL tapi lambat. 5. POST MEDIA. dari Pak Tjandra Gozalli. Namun di edisi2 awal saya lihat ini tidak khusus ttg Tionghoa, byk juga rubrik umumnya malah mirip2 Monitor-nya Arswendo dulu (maaf kalau salah, Pak Tjandra) Pionir (kelompok Pa Hoa)yg disebut Pak Irawan nampaknya sudah tidak terbit lagi. Kalau soal isi yg serius, saya rasa paling serius adalah Suara Baru. Ini berkat dedikasi pemred-nya yg masih muda idealis, Lisa Suroso. Menariknya beliau adalah seorang non-Tionghoa (putri Jawa yg menikah dg Tionghoa). saya sungguh salut dg Bu Lisa ini. Barusan beliau pulang dari Papua menulis reportase2 panjang ttg Tionghoa di sana. salam, --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , Dr. Irawan drirawan@ wrote: Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia.comterbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcindon@ Majalah Sinergi tutup usia bulan Desember 2009 yang lalu. Apakah ada rekan yang tahu terbitan majalah apa yang masih muncul teratur dengan isinya mirip , mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ? Terima kasih sebelumnya.. *From:* budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com [mailto: budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com ] *On Behalf Of *Dr. Irawan *Sent:* Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957 Neng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. semoga dapet, salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_me2@ Teman temin, numpang tanya, Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957? Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya copy/foto nya. Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi koleksinya. Trims sebelum dan sesudahnya. *Uly
[budaya_tionghua] Re: Indonesia Media (Singapore)
Menambah info dari Pak Tjandra San San Baru saja (2009) di Singapura juga terbit majalah komunitas Indonesia, free cetakannya cukup lux. jauh lbh bagus daripada majalah2 lain serupa. Namanya (kalau tidak salah) INDO CONNECT. Selain berisi iklan2, ada juga wawancara dg tokoh2. Misalnya edisi perdana ada wawancara dg Bpk Dubes RI di Sin Mungkin masih ada lagi majalah komunitas Indonesia di negara2 lain. salam, dd --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, San San san.mitradew...@... wrote: Salam Buat para members milis, Berkaitan dengan cerita Pak Tjandra Ghozalli, posisi saya yang sekarang ada di Australia juga mau berbagi cerita, di Australia khususnya di Sydney juga ada majalah komunitas orang Indonesia yang namanya INDO MEDIA, majalah ini dibagikan secara gratis dan biasanya di letakkan di restoran Indonesia yang mana biasa jadi ajang kumpul orang Indonesia, cetakannya pun sama dengan yang di ceritakan Pak Tjandra (Apa mungkin Ownernya sama???), isinya pun sama membahas masalah imigrasi, situasi di Indonesia, kegiatan KBRI di Australia seperti 17 Agustus - an, dan terlebih lagi sangat membantu orang-orang Indonesia di sini dalam mencari pekerjaan (Iklan Lowongan kerja) karena student disini rata-rata bekerja sambil sekolah untuk menambah ongkos-ongkos mereka, majalah INDO MEDIA disini sangat membantu sekali komunitas orang Indonesia kita ini di negara Kangguru. Semoga ada juga media seperti INDO MEDIA dan INDONESIA MEDIA yang seperti pak Tjandra ceritakan di negara lain, trus semangat membantu komunitas Indonesia di negara lain Soja, San - San (Darwin, Australia) --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Yth members, Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya mirip Tempo jadul, kertasnya koran, cetakannya campur BW dan color HVS. Isinya sebagian iklan keimigrasian, plumbing, properti, dan bank. Artikelnya menarik ada cerita wisata, politik Indo, politik Amrik, kegiatan KBRI Amrik, dan lain lain. Konon Indonesia Media dicetak di Indo lalu dikirim ke Amrik, semestinya bagi yg mau langganan di sini tidak perlu bayar mahal. Isi artikelnya banyak yang menarik. Dahulu sewaktu Bread Talk lagi puncaknya, ada artikel yang kira kira berbunyi gila cuma roti aja ngantrinya begitu panjang sepertinya di Indo lagi kelaparan. Padahal kejadian yg sesungguhnya nggak begitu. Roti buatan bung Johny ini memang terlalu wangi roombooternya sehingga orang yg lewat pasti 'nyangkut' ikut ngantri. Di Amrik sendiri sy nggak pernah jumpai toko roti yg sewangi itu. Kadang kadang berita Indonesia Media memang 'agak miring' bila memberitakan negeri ini apalagi setelah huruhara - tapi ke belakangnya apalagi setelah bung Christianto Wibisono balik ke Indo, tulisan 'miring' ini berkurang dan berganti jadi pujian akan keberhasilan demokrasi di Indo. Majalah ini perekat warga RI yang ada di Amrik khususnya di negara bagian Kalifornia untuk kangen kangenan. Di LA kita punya KBRI sendiri di hotel El Duardo (kalo nggak salah nyebutnya) disana ada seorang Godfather Tionghoa Indonesia (saya lupa namanya) pemilik hotel tersebut yang berjiwa sosial, beliaulah yg mengatur soal penyebaran majalah ini. Dahulu sewaktu habis huruhara beliau inilah yg banyak menampung pengungsi dari Indo. Kalau rombongan Indonesia dari LA mau tur ke negara bagian lain, pasti ngumpulnya di KBRI bayangan ini. Setiap bulan pasti ada kegiatan entah bazaar, pasar malem dsb di sana dan diliput oleh Indonesia Media Itulah secuplik tulisan dari saya tentang majalah Indonesia Media..
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (To Pak Tjandra)
Yth Pak Tjandra Syukurlah tebakan saya benar haha.. OK pak, nanti awal bulan saya cari POST MEDIA di Gramedia. Oh ya, saya belum cek POST lagi setelah masa promo habis (alias harga sudah harga normal). Sukses salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Yth pak Didi, Anda sungguh seorang pemerhati, ide cover lukisan di mjlh POST memang datangnya dari majalah The Saturday Evening Post produk Amrik (ditahun 1958 tirasnya 8 juta copies!!!). Lukisan ala Norman Rockwell yg lucu dan legendaris (sampe sekarang masih bisa pesan copy lukisannya lewat internet) kami adaptasi. Thanks RGDS.Tjandra G PS: Kalau mau beli mjlh jangan lewat tgl 10 nanti kehabisan. Majalah ini belum BEP mungkin 8 nomor lagi. --- On Tue, 1/26/10, kwartanada kwartan...@... wrote: From: kwartanada kwartan...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, January 26, 2010, 5:07 PM  YTh Pak Tjandra Terimakasih infonya Pak. Apakah 50% itu sudah bisa disebut BEP. Tapi saya salut dg keberanian Pak Tjandra menerbitkan POST. Membagi eksemplar gratis mungkin ide baik, krn kayaknya mash blm byk yg tahu ttg Post Kesan saya, majalan ini mengingatkan majalah MOnitornya Arswendo (yg dibredel gara2 angket) tapi covernya ala Saturday Evening Post-nya Norman Rockwell. Cerpen2, komik kartunnya cukup khas peranakan. Saya baru tahu arti Tik Wan hahaha.terimaka sih. Nanti ke Gramedia saya cek lagi Post-nya. sukses utk Post. salam, didi --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ ... wrote: Yth pak Didi, Majalah POST dicetak 10.000 expl, rata rata terjual cuma 52%àsisa 48% (edisi lampau) akan kita sebar di acara Cap Go Meh di PRJ bulan Februari. Kita akan kasihkan secara free sebagai nomor perkenalan. Di dalamnya ada cerpen warga Tionghoa (cuma ada di POST, mjlh lain ngga ada), ada komik karton Tik Wan (digambar pake komputer, full color) yg nggak kalah lucu dari Put On. Tik Wan kebalikan Put On, Tik Wan artinya mengambil, Put On artinya menaruh. He..he..bisa aja. RGDS.TG ààOn Tue, 1/26/10, kwartanada kwartanada@ ... wrote: From: kwartanada kwartanada@ ... Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tuesday, January 26, 2010, 4:50 PM àYth Pak Tjandra Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat Tionghoa lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek penerbitan ulang karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya juga stop di no.10. Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 awal, namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana respons pembaca thd majalah Bapak ini? salam hormat didi kwartanada --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ ... wrote: To member, Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, sayang kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung POST - SINERGI? ÃâàRGDS.TG (pemred) --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drirawan@ . wrote: From: Dr. Irawan drirawan@ . Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM ÃâàKalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia. com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id ÃâàMajalah Sinergi tutup usiaÃâàbulan Desember 2009 yang lalu. ÃâàApakah ada rekan yang tahuÃâàterbitan majalah apa yang masih muncul teraturÃâàdenganÃâàisinya mirip ,Ãâàmengenai ke Tionghoa an di Indonesia ? ÃâàTerima kasih sebelumnya.. ÃâàFrom: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of Dr. Irawan Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957 ÃâàÃâàNeng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009. (majalah Indonesia Focus-free)
Yth Pak Sugiri Menjawab pertanyaan Bapak, Nabil tidak menerbitkan majalah. Saat ini kami masih menggodok Nabil News (newsletter Nabil), yg berisi reportase kegiatan-kegiatan Nabil. Nabil selalu mendapat kiriman majalah berbahasa Mandarin terbitan HKSIS Hongkong: INDONESIA FOCUS. Tempo hari stok sudah habis dikirimkan secara cuma-cuma kepada mereka yang berminat. Tapi saat ini edisi terbaru belum datang lagi. Apabila nanti sudah hadir, kami iklankan bagi mereka yg berminat. salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: Dr Irawan y.b., Apakah Dr tahu alamat majalah Pionir ? Agaknya lembaga Nabil juga menerbitkan majalah , barangkali ada yang tahu ? Kalau Indonesia Media , mahaL banget langganannya jika dihitung ke rupiah ... L( Terima kasih untuk perhatian dan infonya. Salam erat, Sugiri. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dr. Irawan Sent: Tuesday, January 26, 2010 2:09 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009 Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia.com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcin...@... Majalah Sinergi tutup usia bulan Desember 2009 yang lalu. Apakah ada rekan yang tahu terbitan majalah apa yang masih muncul teratur dengan isinya mirip , mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ? Terima kasih sebelumnya.. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dr. Irawan Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957 Neng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. semoga dapet, salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@... Teman temin, numpang tanya, Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957? Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya copy/foto nya. Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi koleksinya. Trims sebelum dan sesudahnya. *Uly
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009
Yth Pak Tjandra Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat Tionghoa lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek penerbitan ulang karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya juga stop di no.10. Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 awal, namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana respons pembaca thd majalah Bapak ini? salam hormat didi kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: To member, Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, sayang kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung POST - SINERGI?  RGDS.TG (pemred) --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drira...@... wrote: From: Dr. Irawan drira...@... Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM  Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia. com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id  Majalah Sinergi tutup usia bulan Desember 2009 yang lalu.  Apakah ada rekan yang tahu terbitan majalah apa yang masih muncul teratur dengan isinya mirip , mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ?  Terima kasih sebelumnya..  From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of Dr. Irawan Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957   Neng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. semoga dapet, salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@yahoo. com.sg  Teman temin, numpang tanya, Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957? Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya copy/foto nya. Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi koleksinya. Trims sebelum dan sesudahnya. *Uly Â
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (judul media Tionghoa berbahasa Indonesia)
Pak Sugiri yth Majalah keTionghoaan berbahasa Indonesia yg masih terbit--sepeninggal Sinergi-- setahu saya adalah: 1.Suara Baru (Perhimpunan INTI) dua bulanan-gratis 2.China Town--bulanan--populer--sukses secara komersial 3. Suara Kalimantan (? saya lupa judulnya) terbitan2 orang2 Tionghoa Kalbar di Jakarta--bulanan. Saya punya 1 ex, dapat di Gunung Agung 4. Pecinan Terkini (?)--Makassar-bulanan (?) saya belum pernah lihat tapi ada di internet. Bisa di DL tapi lambat. 5. POST MEDIA. dari Pak Tjandra Gozalli. Namun di edisi2 awal saya lihat ini tidak khusus ttg Tionghoa, byk juga rubrik umumnya malah mirip2 Monitor-nya Arswendo dulu (maaf kalau salah, Pak Tjandra) Pionir (kelompok Pa Hoa)yg disebut Pak Irawan nampaknya sudah tidak terbit lagi. Kalau soal isi yg serius, saya rasa paling serius adalah Suara Baru. Ini berkat dedikasi pemred-nya yg masih muda idealis, Lisa Suroso. Menariknya beliau adalah seorang non-Tionghoa (putri Jawa yg menikah dg Tionghoa). saya sungguh salut dg Bu Lisa ini. Barusan beliau pulang dari Papua menulis reportase2 panjang ttg Tionghoa di sana. salam, --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dr. Irawan drira...@... wrote: Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia.comterbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcin...@... Majalah Sinergi tutup usia bulan Desember 2009 yang lalu. Apakah ada rekan yang tahu terbitan majalah apa yang masih muncul teratur dengan isinya mirip , mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ? Terima kasih sebelumnya.. *From:* budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto: budaya_tiong...@yahoogroups.com] *On Behalf Of *Dr. Irawan *Sent:* Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957 Neng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. semoga dapet, salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@... Teman temin, numpang tanya, Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957? Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya copy/foto nya. Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi koleksinya. Trims sebelum dan sesudahnya. *Uly
[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009
YTh Pak Tjandra Terimakasih infonya Pak. Apakah 50% itu sudah bisa disebut BEP. Tapi saya salut dg keberanian Pak Tjandra menerbitkan POST. Membagi eksemplar gratis mungkin ide baik, krn kayaknya mash blm byk yg tahu ttg Post Kesan saya, majalan ini mengingatkan majalah MOnitornya Arswendo (yg dibredel gara2 angket) tapi covernya ala Saturday Evening Post-nya Norman Rockwell. Cerpen2, komik kartunnya cukup khas peranakan. Saya baru tahu arti Tik Wan hahaha.terimakasih. Nanti ke Gramedia saya cek lagi Post-nya. sukses utk Post. salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Yth pak Didi, Majalah POST dicetak 10.000 expl, rata rata terjual cuma 52%Â sisa 48% (edisi lampau) akan kita sebar di acara Cap Go Meh di PRJ bulan Februari. Kita akan kasihkan secara free sebagai nomor perkenalan. Di dalamnya ada cerpen warga Tionghoa (cuma ada di POST, mjlh lain ngga ada), ada komik karton Tik Wan (digambar pake komputer, full color) yg nggak kalah lucu dari Put On. Tik Wan kebalikan Put On, Tik Wan artinya mengambil, Put On artinya menaruh. He..he..bisa aja. RGDS.TG Â Â On Tue, 1/26/10, kwartanada kwartan...@... wrote: From: kwartanada kwartan...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, January 26, 2010, 4:50 PM Â Yth Pak Tjandra Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat Tionghoa lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek penerbitan ulang karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya juga stop di no.10. Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 awal, namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana respons pembaca thd majalah Bapak ini? salam hormat didi kwartanada --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ ... wrote: To member, Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, sayang kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung POST - SINERGI? ÃÂ RGDS.TG (pemred) --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drirawan@ . wrote: From: Dr. Irawan drirawan@ . Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM ÃÂ Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia. com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . salam, Dr.Irawan. 2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id ÃÂ Majalah Sinergi tutup usiaÃÂ bulan Desember 2009 yang lalu. ÃÂ Apakah ada rekan yang tahuÃÂ terbitan majalah apa yang masih muncul teraturÃÂ denganÃÂ isinya mirip ,ÃÂ mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ? ÃÂ Terima kasih sebelumnya.. ÃÂ From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of Dr. Irawan Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957 ÃÂ ÃÂ Neng Uly yg manis, Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. semoga dapet, salam, Dr.Irawan.ÃÂ 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_me2@ yahoo. com.sg ÃÂ Teman temin, numpang tanya, Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957? Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya copy/foto nya. Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi koleksinya. Trims sebelum dan sesudahnya. *Uly ÃÂ
[budaya_tionghua] Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator 24-31 Januari 2010
Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator Sunday January 24-Sunday January 31, 2010 10:00 am - 7:00 pm Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Jalan Salihara 16, Pasar Minggu Jakarta Phone: 0811800030 Sebuah pameran fotografi dengan tema SINGKAWANG - Jade of Equator akan diselenggarakan di Galeri Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu Jakarta, tepatnya pada tanggal 24 Januari 2010 sampai dengan 31 Januari 2010. Untuk pembukaan pameran diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010 yang berlaku untuk para undangan khusus. Pameran ini juga akan dimeriahkan dengan performance wayang gantung (Chiao Theu), pagelaran batik khas Singkawang bercorak Tidayu (Tionghoa Dayak Melayu), Pat Jim Pan dan atraksi tatung. Juga ada pameran keramik Singkawang dan kuliner khas Singkawang seperti kincipan, choipan, rujak, kue kantong semar dan penganan kecil lainnya yang khas Singkawang. Pokoknya kita bikin Salihara jadi 'Little Singkawang'. Yuk, ramai-ramai datang, Pasti !!! Ke Singkawang. Jadwal lengkap: Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator 24-31 Januari, Pk 10.00-19.00 WIB Karya: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, dan Oscar Motuloh *** Diskusi: Singkawang dan Zambrud Keberagaman Indonesia Minggu, 24 Januari 2010, Pk 16.00 WIB Nara Sumber: Harry Tjan Silalahi, Mely G Tan, Goenawan Mohamad *** Bincang Santai Tentang Kota Singkawang Bersama Fotografer: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, Oscar Motuloh Minggu, 31 Januari 2010, Pk 16.00 WIB Moderator: Susan Bachtiar *Dilanjutkan dengan acara ramah tamah sambil menikmati kuliner dan sejumlah atraksi kesenian tradisional ala Singkawang. *** Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator akan diteruskan di kota Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia 13 -27 Februari 2010 *** GRATIS alias tidak dipungut bayaran
[budaya_tionghua] Re: (unknown) Chung Hua Tsung Hui (CHTH) (was: THHK)
Info bung Zhou FY ttg Zhonghua Zhonghui ini tidak seluruhnya benar. Organisasi yg pada zamannya ditulis sbg Chung Hua Tsung Hui (CHTH)ini didirikan segera sesudah berakhirnya zaman Jepang. Saat itu terjadi ketegangan di kalangan masyarakat Tionghoa dan muncul tekanan pada organisasi tunggal yg disponsori Jepang, Hua Chiao Tsung Hui/Hua Chiao Chung Hui (HCTH/HCCH) atau dlm bhs Jepang Kakyo Sokai. Maka muncullah CHTH, yg pertama kali muncul di Jakarta tgl 15 Okt 1945 (Jepang kalah Agustus'45). Yg kemudian diikuti dg pendirian CHTH di daerah2 lain. Pada masa itu mmg CHTH didominasi kaum totok, khususnya yg berkiblat ke Kuomintang. Ini beda dg HCCH yg didominasi peranakan. Baru barangkali stlh berdirinya RRT organisasi ini diambil alih oleh mereka yg berkiblat ke sana. jadi statement Zfy ini tidak tepat Zhonghua. zhonghui adalah organisasi yg didirikan oleh tionghoa WN RRT di indonesia, Justru yg dominan adalah org2 Kuomintang, apalagi di th 1945 blm ada RRT. Namun memang benar, bahwa antara CHTH satu tempat dg tempat yg lain tdk ada hubungan organisatoris. Sejarawan Mary Somers Heidhues sudah menulis bbrp artikel ttg organisasi2 TH tsb. didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: Zhonghua. zhonghui adalah organisasi yg didirikan oleh tionghoa WN RRT di indonesia, utk mengurusi kepentingan mereka dlm masalah sosial dan politik, termasuk urusan pendidikan warganya. Pada prinsipnya, himpunan2 marga dan sekolah2 Tionghoa juga menjadi perhatian organisasi ini. Namun sifatnya bukan membawahi, lebih ke koordinasi. Krn berstatus warga asing, organisasi ini menjalin hubungan yg erat dng kedutaan maupun konsulat RRT di daerah2. Meski di mana2 ada zhonghua zhonghui, tapi antar organisasi2 di daerah ini tak ada ikatan organisasi, masing2 bersifat mandiri. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: djoko santoso yodj...@... Date: Mon, 18 Jan 2010 07:04:45 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] (unknown) THHK Ada yang tau nga ya kayaknya saya pernah denger Chong Hua Chong Huei, apaan tuh? Sen Hoo She? From: lucia Herawati luciaheraw...@... To: budaya_tiong...@... Sent: Sat, 16 January, 2010 0:02:35 Subject: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK sekali lagi terimakasih ... pasti saya via BT ini .. --- Pada Jum, 15/1/10, ibcindon ibcin...@rad. net.id menulis: Dari: ibcindon ibcin...@rad. net.id Judul: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Jumat, 15 Januari, 2010, 11:48 PM Hehehe, silahkan saja. Kalau komunikasi di millist akan banyak yang membantu mengkoreksi bila ada informasi yang keliru, jadi Anda akan bisa mendapat bahan-bahan lebih cepat. Mungkinnya juga jauh lebih objektif, sebab akan timbul banyak sanggahan dan berkembang bahannya. Sambil mendiskusikan materinya. Di milis ini banyak tokoh yang jauh lebih mumpuni pengetahuannya, ,,, pasti. Silahkan mana yang lebih nyaman saja, Salam sukses. From:budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of lucia Herawati Sent: Friday, January 15, 2010 11:15 PM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK Terimakasih boleh khan kalau ada yg perlu saya tanyakan ..saya email anda ,,, --- Pada Jum, 15/1/10, ibcindon ibcin...@rad. net.id menulis: Dari: ibcindon ibcin...@rad. net.id Judul: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Jumat, 15 Januari, 2010, 10:50 PM Sdri Lucia, Berbicara mengenai pendidikan , sekolah Tionghoa di Indonesia, THHK pada masanya merupakan suatu jawaban masyarakat Tionghoa pada situasi ketika pemerintah colonial Belanda mulai memberikan pendidikan pada masyarakat pribumi, dan masyarakat Belanda di Ned India. Untuk kelompok etnik Tionghoa diabaikan, kasarnya dibodohkan tanpa fasilitas sekolahan . Anak-anak Tionghoa tidak diberi kesempatan untuk masuk pada salah satu diantara pilihan ini. Para kleuarga Tionghoa kaya memberikan pendidikan pada anak-anak nya dengan memanggil tutor mengajar di keluarga. Dengan bahan utama budaya dan ajaran Konghucu. Mungkin bagi keluarga kaya bisa juga masuk ke sistim sekolah Belanda , hanya bagi yang bisa mendapatkan setatus disamakan dengan warga Belanda. Biasanya hartawan kapten , letnan Tionghoa. Pada saat yang sama , di Tiongkok dan di Asia Tenggara timbul kesadaran atas kemerosotan wibawa dan pengaruh pemerintah dinasti Manchu yang sangat mundur.. Pemuka masyarakat Tionghoa mulai berpaling pada keadaan masyarakat dan pendidikan barat, dalam harapan untuk usaha merubah kondisi tsb. Kegiatan revolusioner ini banyak dimulai di Asia
Thema Ke-9 (Re: [budaya_tionghua] FW: sastra mengenai Tionghoa, 98-09. Pak Didi Kwartanada)
Bpk ABS yang budiman, Terimakasih atas respons Bapak. Point yang Bpk kemukakan cukup menarik dan blm saya singgung dalam artikel dan komentar saya yg barusan. Cerita bersambung di koran dan majalah ini juga rupanya cukup banyak. Ini sulit utk mengetahuinya (tidak mungkin kita membaca berbagai macam koran dan majalah sekaligus) dan lebih sulit lagi utk mendokumentasikannya. Memang betul, di Kompas saat ini Lan Fang sedang menuliskan feuilletonnya Ciuman di bawah Hujan dg tokoh seorang wartawati Tionghoa. Saya juga mengklipingnya. Namun biasanya feuilleton yg muncul di Kompas, kmd diterbitkan Gramedia. Dalam hal ini kita beruntung. Bahkan bbrp serial yang pernah muncul di Femina, Republika dan Surabaya Post, juga diterbitkan Gramedia. Namun sayang, tidak semua feuilleton itu kemudian terbit dalam bentuk buku. Inilah yg menyulitkan para peneliti atau penggemar Dari penuturan Bpk ABS, ternyata hobby meng-kliping ini rupanya kelak bisa menjadi barang dagangan ya. Apalagi kalo hal yg di-kliping kmd mjd barang langka. Weleh weleh... Wassalam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: Didi lauwheng, terimakasih klarifikasinya. Lalu, apakah fiksiyang muncul sebagai cerita bersambung di koran atau majalah juga diperhitungkan? Atau hanya yang terbit sebagai buku saja? Saya amati fiksi ketionghoaan yang sebagai feuilleton ini sudah ada beberapa. Antara lain yang sekarang justru sedang menjadi feuilleton-nya Kompas. Dalam kerja katalogisasi cersil, versi feuilleton ini menjadi issue tersendiri yang cukup berat. Pada katalog cersil buatan Claudine Salmon, misalnya, hanya dicantumkan cersil yang buku saja. Sementara itu kami di MTjersil sekarang sedang hendak membuat daftar clipping feuilleton yang ternyata banyak beredar di 'bursa collector's item'. Hebatnya cukup banyak di antaranya yang sudah berusia 70-an tahun. Dan diwarisi turun-temurun dalam keluarga si kolektor. Soalharganya, jangan ditanya! Kalau dipakai peribahasa tionghoa: Mengungkuli harganya satu kota! Wasalam. === - Original Message - From: kwartanada To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, November 02, 2009 5:45 PM Subject: Thema Ke-9 (Re: [budaya_tionghua] FW: sastra mengenai Tionghoa, 98-09. Pak Didi Kwartanada) Bpk ABS yth, Terimakasih atas masukan Bpk dan ijinkan saya menanggapinya. Usulan Bapak utk memasukkan tema ke-9 yaitu tema cersil. Dari uraian Bapak, saya terkesan dengan jumlah yang cukup besar, yakni 150-an, atau hampir 4 kalinya dari seluruh 8 kelompok tema yg saya ajukan. Tulisan saya adalah fiksi-fiksi mengenai orang Tionghoa di Indonesia, dengan setting di Indonesia. Saya sadar dg booming-nya cerita silat di masa Reformasi ini. namun --dengan segala hormat---saya menganggap (maafkan kenaifan saya kalau saya salah), keseluruhan cersil itu ber-setting Tiongkok. Bahkan dua karya cersil penulis muda asal Curup, Bengkulu, Nafta S. Meika pun saya anggap bersetting TIongkok.
[budaya_tionghua] Dicari: Satu Orang Tenaga Full Time (Berbahasa Mandarin)
Bung Moderator yth Mohon permisi utk menyebarkan iklan lowongan ini. Siapa tahu ada milisers maupun rekan2 lain yg memenuhi syarat Terimakasih dan salam, DK Dibutuhkan: SATU ORANG TENAGA FULL TIME (STAF BERBAHASA MANDARIN) Persyaratan: 1.Lelaki/Perempuan yang sanggup untuk bekerja full time 2.Mampu membaca dan menulis Bahasa Mandarin dengan baik 3.Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik 4.Mampu mengoperasikan Microsoft Office versi Mandarin 5.Usia tidak lebih dari 30 tahun 6.Berpendidikan D-3 atau S-1 (semua jurusan) dari perguruan tinggi Indonesia, China atau Taiwan. 7.Mampu bekerja dalam team work 8.Tugas antara lain: meringkas isi surat kabar, majalah, buku dari bahasa Mandarin ke dalam bahasa Indonesia, serta membuat surat dalam bahasa Mandarin 9.Mengirimkan CV dalam dwi bahasa: Indonesia/Mandarin, ke alamat di bawah ini selambat-lambatnya Jumat, 30 Oktober 2009 10.Hanya pelamar yang memenuhi kualifikasi yang akan dipanggil. Yayasan Nabil, Jalan Limo 40, Permata Hijau, Senayan, Jakarta 12220 Telp. (021) 720 4383 Fax(021) 724 4430, 726 0788 Email: yayasan_na...@yahoo.co.id
[budaya_tionghua] Penganugerahan Nabil Award 2009
PRESS RELEASE MALAM PENGANUGERAHAN NABIL AWARD KAMIS 22 OKTOBER 2009 di HOTEL MULIA Yayasan Nation Building (NABIL), adalah suatu lembaga nirlaba yang didirikan tanggal 30 September 2006 dengan tujuan untuk turut serta dalam proses Nation Building Indonesia. Sejak 2007, setiap tahun sekali Yayasan Nabil menganugerahkan NABIL Award kepada ilmuwan sosial yang telah berjasa bagi pengembangan proses Nation Building Indonesia melalui penelitian, penerbitan karya ilmiah dan/atau aktivitas lain yang mampu memberikan pencerahan kepada publik. Mereka yang akan dievaluasi diantaranya adalah orang(-orang) yang mengupayakan perbaikan kedudukan etnis Tionghoa dalam masyarakat Indonesia serta mereka yang bergiat dalam bidang-bidang lain yang berkaitan dengan tantangan yang dihadapi Nation Building Indonesia dari dulu hingga sekarang. Penerima award ditentukan oleh suatu Dewan Pertimbangan, yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang andal, terhormat dan terpercaya Pemenang pertama Nabil Award adalah Dr Claudine Salmon (Perancis), disusul oleh Mary Somers-Heidhues (Jerman) dan Leo Suryadinata (Singapura) pada tahun 2008. Penganugerahan Nabil Award akan kembali diadakan pada Hari Kamis, 22 Oktober 2009 di Hotel Mulia, dengan mengusung tema Nation Building melalui Penyerbukan Silang antar Budaya. Tema ini sesuai dengan salah satu maksud dan tujuan Yayasan Nabil, yakni mengembangkan dan melestarikan doktrin Penyerbukan Silang antar Budaya (Cross-Cultural Fertilization), antara budaya Indonesia-Tionghoa dengan semua budaya-budaya suku lainnya, baik yang sudah maupun yang akan tercipta, sehingga melahirkan suatu Budaya Indonesia Baru yang harmonis, makin maju dan makin unggul. Adapun pemenang Nabil Award 2009 adalah Dra Myra Sidharta; Mely G. Tan, Ph.D (keduanya dari Indonesia) dan Assoc. Prof. Charles A. Coppel (Australia). Myra Sidharta (Tanjungpandan, 1927) yang juga dikenal sebagai psikolog, banyak meneliti berbagai aspek kebudayaan dan kaum perempuan Indonesia Tionghoa. Sosiolog senior Mely Tan (Jakarta, 1930) telah menulis berbagai aspek etnis Tionghoa dalam konteks kebangsaan Indonesia. Sedangkan sejarawan Charles Coppel (Melbourne, 1937) telah mengkaji spektrum sosial budaya, agama Konghucu dan kewarganegaraan dari etnis Indonesia-Tionghoa. Dalam proses Nation Building, patut direnungkan peribahasa: Kekuatan Sebuah Rantai, ditentukan oleh Mata Rantai yang Paling Lemah. Agar rantai Nation Building dapat diperkuat semaksimal mungkin, maka Mata Rantai yang relatif paling lemah itulah yang perlu diberdayakan. Hal ini menjelaskan kenapa sampai saat ini, para pemenang NABIL Award adalah ilmuwan-ilmuwan yang berkutat dalam bidang yang menyangkut etnis Tionghoa, yang selama ini memang masih belum sepenuhnya terintegrasikan dengan sebaik-baiknya ke dalam tubuh bangsa Indonesia Dalam penganugerahan tahun ini, untuk pertama kalinya Nabil Award dianugerahkan kepada sarjana Indonesia. Ketiganya memenangkan penghargaan berdasarkan dedikasi dan produktivitas mereka dalam penelitian dan pengkajian etnis Tionghoa di Indonesia. Karya-karya mereka mampu menunjukkan, bahwa sejarah etnis Tionghoa sama sekali tidak terpisahkan dari sejarah masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Bisa disimpulkan, bahwa Myra Sidharta, Mely Tan dan Charles Coppel telah menempatkan etnis Tionghoa sebagai bagian integral dari proses nation building Indonesia. Sejalan dengan situasi kebangsaan yang makin kondusif dewasa ini, maka diharapkan pemberian Nabil Award dimasa yang akan datang tidak hanya diberikan kepada para pemenang-pemenang yang karya ilmiahnya dalam bidang Ilmu Sosial/Humaniora menyangkut memperkuat mata rantai yang terlemah saja, melainkan juga kepada mereka yang kajian-kajiannya mencakup semua peri kehidupan berbangsa dan bernegara, yang lebih luas dan makin beraneka ragam. --- Yayasan Nation Building (Nabil) Jl. Limo No, 40, Permata Hijau, Senayan Jakarta 12220, Indonesia. Tel : (62-21) 7204383, 7200981 Ext 206,207 Fax : (62-21) 7260788 Email: yayasan_na...@yahoo.co.id Web: www.nabilfoundation.org
[budaya_tionghua] Kata2 Hokkian dlm bhs Indonesia/Melayu--Loan Words In Indonesian and Malay
Rekan2 yb, Mungkin ada rekan2 yg belum tahu. Bagi para peneliti sejarah Tionghoa di Nusantara, tentu akan banyak berjumpa dg kosa kata Hokkian. Ini sungguh menyulitkan bagi yg tidak familiar, apalagi hampir tidak ada kamusnya. Tahun lalu terbit buku Loan Words In Indonesian and Malay (plus DVD) editor: Russel Jones, oleh KITLV Leiden. Ternyata diem2 barusan (2009) sdh ada edisi Indonesianya, terbitan Yayasan Obor Indonesia (YOI), saya kaget waktu lihat di Gramedia, bbrp waktu yl. Edisi Indonesianya tetap ada DVD-nya kamus klasik Hokkian-Inggrisnya Carstairs Douglas (yg sudah ditambahi karakter Mandarin oleh Russell Jones, padahal di kamus aslinya malahan gak ada hehe) Untuk detilnya silakan lihat: http://www.kitlv.nl/book/show/1210 -- edisi KITLV harga 60 Euro http://www.beli-buku.com/loan-words-indonesian-and-malay-p-4493.html -- edisi Obor--150 ribu http://khatulistiwa.net/khatulistiwa.php?c=172p=8998 Sebetulnya barusan terbit juga buku yg lebih khusus lagi dari Russell Jones, yg tentu amatlah menarik bagi kita, Chinese Loan~Word in Malay and Indonesian: A Background Study, buku ini lama tertunda2 penerbitannya dan untunglah akhirnya bisa terbit. Namun sayang, terbitnya di KL. Harus nitip kalau ada rekan yg di sana. Ternyata bonusnya sama, DVD Kamus Hokkian-Inggris dari Carstairs Douglas. http://umpress.um.edu.my/Catalogue_PLEASE_UPDATE_HERE/bukupendidikan13/chinese_loan_word.html Chinese Loan~Word in Malay and Indonesian: A Background Study Editor/ Author: Russell Jones ISBN: 978-983-100-074-9 Price: RM65.00 Page: 284 Year: 2009 Synopsis This book focusses on the loan-words in Malay and Indonesian originating from the Chinese dialects. It brings together data to be found in word-lists compiled during the past century or more from a variety of sources, making it the only comprehensive study of this subject to appear so far. The background study outlines the history of Chinese immigration into the Nanyang, and traces dialects and subdialects back to their home districts in South China. It is an invaluable aid to a full understanding of the Chinese loan-words to be found in Loan-words in Indonesian and Malay. The accompanying DVD incorporates a facsimile of the rare Amoy and English dictionary of Carstairs Douglas published in 1899, furnished with Chinese characters written in by hand, together with the supplement to it published by Barclay in 1923. There is an informative Introduction by Dr Russell Jones. salam hangat, didi
[budaya_tionghua] Re: Regerings-Almanak van Nederlandsch-Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
Pak King Hian yth Saya juga mau Pak. Mohon dicatat. Oh ya, mau nanya isi Reg Almanaknya keseluruhan data yang ada, atau cuman bagian2 Tionghoa (Kapitan Tionghoa, khususnya yg relevan dg riset silsilahnya Ko Steve), atau juga hal2 lain, termasuk raja2 yg dicari Bung Ivan Tani juga discan? Kalau semuanya...luarbiasa, karena tebalnya minta ampun. Apalagi kemudian RA terbit tiap tahun dlm 2 jilid. Anyway, terimakasih dan saluut pada yg sudah bersusah payah men-scan utk kebutuhan banyak orang. Terimakasih Pak King Hian utk sharing harta karun tsb dg kita semua salam hangat, Didi Kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Santo Putra santopu...@... wrote: Kiang Hian Lao Xiong, Terima kasih sekali, saya minta satu juga. Salam Sejahtera. Santo Putra From: lim kwet hian akwet_2...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, July 24, 2009 11:27:15 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch-Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis Ko King Hian, daftar untuk 1 copy-an ya ! Salam : akwet. --- On Fri, 7/24/09, King Hian king_h...@yahoo. com wrote: From: King Hian king_h...@yahoo. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Friday, July 24, 2009, 11:12 AM Boleh Pak. Mungkin sekalian member yang lain, yang mau copy bisa kirim email ke milis ini. kiongchiu, KH --- On Fri, 7/24/09, raharjo irawan irawanraharjo@ yahoo.co. uk wrote: From: raharjo irawan irawanraharjo@ yahoo.co. uk Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Friday, July 24, 2009, 11:06 AM Koh King Hian, apakah anda berkenan mengcopykan buat saya ? Terima kasih. Salam, Irawan R --- On Fri, 24/7/09, King Hian king_h...@yahoo. com wrote: From: King Hian king_h...@yahoo. com Subject: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Friday, 24 July, 2009, 10:58 AM Ngomong2 tentang teks bhs Belanda, apa sudah punya: Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie 1815-1942 ? Saya ada versi digitalnya, dapat dari Sdr. Steve Haryono. Semua dalam bhs Belanda kecuali sedikit catatan ketika masa Raffles berkuasa, ditulis dalam bhs Inggris. Formatnya berupa pdf file, kalau dicopy ke DVD jadi 2 DVD. --- On Fri, 7/24/09, ivan_taniputera ivan_taniputera@ yahoo.com wrote: From: ivan_taniputera ivan_taniputera@ yahoo.com Subject: [budaya_tionghua] Re: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Friday, July 24, 2009, 12:43 AM Salam, kalau ada boleh juga Pak. Saya juga ada buku2 lainnya. Saya akan upload daftar pustaka sementara saya di blog saya: sejarahastrologimet afisika.blogspot .com atau sejarah-astrologi- metafisika. co.cc Silakan ikuti terus blog saya, karena tiap ada perkembangan akan saya upload ke sana. Salam hormat, IT. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, ibc ibcindon@ . wrote: Yth Pak Ivan, Saya baru baca naskah UIT CHERIBON'S GESCHIEDENIS. SEKELUMIT SEJARAH CIREBON. Door Dr. Godee Molsbergen, Lands archivaris. Diterjemahkan oleh Dr. Iwan Satibi. Barangkali Anda berminat ? Cerita sederhana mengenai perjanjian VOC dengan para 3 sultan di Cirebon. Biasa politik adu domba antara kita heheheh lengkap dengan copy naskah bahasa Belanda kunonya. . Salam, Sugiri.
[budaya_tionghua] Re: buku karangan Lie Tek Cheng?
Halo Laras, Salam kenal dan selamat bergabung disini. Buku2 karangan alm Lie Tek Tjeng (begini ejaan nama beliau yg benar) bisa dilihat disini: http://www.worldcat.org/search?qt=worldcat_org_allq=lie+tek+tjeng setahu saya http://www.worldcat.org/ (world catalogue ini salah satu katalog online yg paling bagus utk mencari judul2 buku/artikel, termasuk bhn2 dlm bhs Indonesia, namun berhubung katalog ini berdasarkan koleksi perpus2 di negara2 barat, maka buku terbaru indonesia belum akan nongol). soal buku Pak Lie, rasanya ada di PDII LIPI maupun Pernas. Beberapa buku beliau adl terbitan Alumni Bandung, namun rasanya sudah susah dicari di pasaran. utk pengkajian ahli2 Indonesia ttg Asia Timur mmg blm byk, a.l: A. Dahana, Ignatius Wibowo dan Syamsul Hadi, ketiganya dari UI sukses dan salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hafizah_larashati hafizah_larash...@... wrote: Zao an.. selamat pagi.. salam kenal semua, saya newbie nih di milis budaya tionghoa ini. Nama saya Hafizah Larashati, biasa dipanggil Laras, Saya tertarik mengikuti milis ini karena menyukai bahasa Mandarin dan budaya Tionghoa. Seneng banget bisa gabung dan baca2 diskusi di sini^^ oia, mau tanya dan mohon info, saya ingin mendapatkan buku2 karya alm Lie Tek Cheng tentang kajian Asia Timur. Kayaknya menarik banget, jadi pengen baca^^ Setau saya adanya di LIPI atau perpustakaan nasional aja. ada yang tau penerbitnya siapa dan bisa dibeli di mana ya? Xie xie..
[budaya_tionghua] Kata Owe (Was: Kosakata Hokkian)
Rekan2 David, JT dll yth, Menarik sekali soal kata owe ini, yang mungkin unik khas peranakan. Terimakasih buat pencerahan rekan2 semua. Nio Joe Lan sudah membahas soal kata 'owe' dalam Indonesia: Madjalah kebudajaan No 1 (VI), Januari 1955, h. 20-22. Kembali soal kata 'owe' utk mengiyakan seperti yang ditulis rekan JT, ada anekdot menarik dari alm. Oey Hay Djoen yg baru saja wafat, yg ditulis dalam obituari tulisan Hilmar Farid: Setahun kemudian keluarga Oey pindah ke Jakarta, karena Oey ditarik ke sekretariat pusat LEKRA. Rumahnya di Jl Cidurian 19 di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, ditawarkannya menjadi sekretariat. Pasalnya, kantor sebelumnya di Jl Dr Wahidin tidak memadai lagi. Tawaran itu langsung disambut oleh organisasi dan seiring dengan kemajuan organisasi pengunjung tetap dan tidak tetap semakin bertambah. DN Aidit, Oloan Hutapea, Njoto, Djokosudjono kerap mampir di tempatnya, untuk berdiskusi atau sekadar ngobrol dan minum bir Tabrakan budaya pun tidak jarang terjadi. Oey yang berasal dari keluarga Tionghoa yang sangat menghargai orang lebih tua, kalau mendengarkan orang bicara sering manggut-manggut sambil mengiyakan dengan dialek Khek, owe, owe (saya, saya). Suatu hari Aidit mendampratnya, apa kamu owe, owe. Seperti feodal saja! Tapi disini Hilmar kayaknya kurang tepat, karena dikatakan owe adalah dialek Khek, mestinya Hokkian. Salam hangat, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa [EMAIL PROTECTED] wrote: Ko JT jang bae, Kamsia atas Enko poenja tanggepan, jang mana soeda menambaken arti âoweâ jang sasoenggoenja. Betoel sakali âoweâ dan âsajaâ boekan tjoemah satoe perkatahan jang dipake boewat seboet diri sendiri, tetapi djoega goena mengijaken. Salaennja terhadep orang toewa atawa orang jang perna toewa, ade lelaki terhadep iapoenja enko, oepamanja, âoweâ djoega dipake antara orang-orang sapantaran jang baroe kenal atawa soeda kenal lama tapi saling menghormatin. Marika saling seboet âoweâ boewat diri sendiri, di laen pihak djoega saling seboet âEnkoâ satoe pada laennja. Ada satoe lagi pamakean âoweâ dan âsajaâ jang belon diseboetken, jaitoe koetika kitaorang poenja orang toea atawa orang laen jang perna toewa panggil kita, maka kita moesti menjaoet âOwe, âBa/âNe!â (boewat orang lelaki) atawa âSaya, âBa/âNe!â (boewat orang prampoewan), oepamanja. Kita tentoe tida bole menjaoet: âApa, âBa/âNe!â atwa âHah?,â sebab bisa dianggep koerang hormat sama orang jang toewahan. Di laen pihak, kaloe orang lagi mara, itoe perkatahan âoweâ jang sopan mendadak-sontak bisa beroba djadi ... âgoewaâ! âGoewaâ jang di dalem bahasa aslinja dialect Hokkian selatan sama sakali tida mengandoeng arti kasar, di dalem bahasa Melajoe dianggep kasar! Ini perobahan dari âoweâ ka âgoewaâ teroetama berlakoe terhadep orang laen jang sapantaran, atawa antara enko-ade, jang perbedahan oesianja tida terlaloe djaoe, tentoe sadja tida berlakoe terhadep orang jang perna toewa, apalagi terhadep orang toewa sendiri! Bisa koewalat orang toewa di âgoewa-goewaâ in!!! Kiongtjioe, DK Engko David Kwa en engko Ophoeng yang baek. Owe maoe adjar kenal en maoe kasi tanggepan sama engko berdoea. Owe ada setoedjoe sama engko2 poenja pendapet, iaitoe seboetan owe tjoema dipake boeat orang lelaki tetapi tra dipake sama orang perempoean. Orang perempoean ada seboet dirinja sendiri sebagi saja. Owe djoega ada heiran sama itoe hoedjin jang seboet dirinja sendiri dengen owe, jang njata ada boektiken kaloe itoe hoedjin ada satoe lelaki toelen. Kita orang waktoe ketjil ada diadjarken sama kita orang poenja orang toea, kaloe kita orang lelaki berhadepan sama orang jang lebih toea musti seboet diri kita dengan owe dan jang perempoean musti seboet dirinja dengen saja. Tapi kaloe kita lelaki berhadepan sama kita orang punja hopeng, kita ada boleh seboet diri kita dengan goea, tapi itoe orang perempoean tidak lazim kaloe seboet dirnja dengan goea melainken tetep seboet dirinja dengan saja. Itoe perkataan owe djoega ada bole dipake boeat laen keperloean hormat sama orang jang lebi toea, tra tjoema boeat seboet diri sendiri sadja. Itoe owe bisa diartiken sebagi betoel, baek, atawa ija, satoe perkataan boeat mengijaken. Tjontonja, kaloe ada orang jang lebih toea tanya: âApa ini loe poenya?,â kita orang moesti djawab: âOwe tjek, itoe owe poenja,â en orang perempoean ada moesti djawab: âSaja tjek, itoe saja poenja,â jang artinja: âBetoel tjek, itoe owe / saja poenjaâ dalem perkataan jang sopan. Tjonto laen bisa kita orang seboetken koetika orang jang lebi toea bilang: âApa begini soeda betoel?â kita orang moesti djawab: âOwe tjek, soeda betoel,â en orang perempoean ada moesti djawab: âSaja tjek, soeda betoelâ. En sebaliknja kaloe kita seboet: âIja tjek, soeda betoelâ itoe ada artinja tidak sopan en
[budaya_tionghua] Tjoa Tjoe Koan dan Buku Hari Raja Orang Tjina
Rekan Tjoa Liang di Padang rekan2 lain yg baik, Perkenalkan, saya Didi Kwartanada, asal Yogya yg saat ini sedang menyelesaikan S3 sejarah di NUS Singapura. Kebetulan sekali figur Tjoa Tjoe Koan yg anda bicarakan dan salin bukunya Hari raja Orang Tjina (HROT) adalah kakek buyut saya dari pihak papa almarhum. Kebetulan lainnya, disertasi saya bertutur mengenai sumbangsih etnis TIonghoa dalam terciptanya kemodernan (modernitas) Indonesia, l.k.1890-1911 dan salah satu tokoh yg saya bahas adalah TTK. Berhubung belum banyak pembaca milis ini yg mengenal nama Tjoa Tjoe Koan, maka saya akan membahasnya secara singkat. Nama Tjoa Tjoe Koan (1861-1905) kadang ditulis juga Tjoa Tjoe Kwan atau lebih parahnya lagi Tan Tjoe Kwan (misalnya sejarawan Jepang Takashi Shiraishi dalam bukunya, Zaman Bergerak). TTK lahir dan wafat di Surakarta. Ayah beliau, Tjoa Tiong Ling (l.k.1837-1905) adalah juga seorang pujangga yg terpelajar dan sekaligus letnan masyarakat Tionghoa di Surakarta pada abad XIX. Secara singkat dapat dikatakan bahwa beliau ini adalah sastrawan (pujangga), pengusaha, penerbit, penulis, edukator dan wartawan. Tjoa fasih berbahasa Tionghoa (tertulis lisan, khususnya Hokkian, karena waktu itu bahasa Mandarin/Tjeng Im belum dikenal); bahasa Jawa, Melayu, Belanda dan Inggris. TTK mendirikan percetakan dan menerbitkan buku2 serta dua surat kabar. Dewasa ini buku2 TTK masih tersimpan di berbagai tempat, a.l.: Perpusnas Jakarta, KITLV Perpus UNiv Leiden, Perpusnas Singapura. Kefasihan TTK dalam bahasa Jawa ditunjukkan dg fakta bahwa di tahun 1903 ia menerbitkan koran berbahasa Jawa-Melayu, Darmo Kondo. Sayang sekali TTK wafat dua tahun kmd. Menariknya koran ini kemudian dibeli oleh Boedi Oetomo (BO), salah satu perintis kebangkitan nasional, dan terus diterbitkan sebagai organ resmi BO hingga tahun 1930-an dengan nama yg digagas oleh TTK! Selain DK, TTK juga menerbitkan koran Melayu-Tionghoa, IK PO (Hokkian: Koran Terjemahan), yg berorientasi pada kemodernan orang TIonghoa di awal abad XX. TTK giat sekali menganjurkan pelajaran bahasa Tjeng Im (Mandarin) pada anak2 peranakan di awal abad XX. Ini sesuai dg misi sekolah THHK yg dididrikan di Batavia th 1901. Maka dia menerbitkan beberapa buku pelajaran baca/tulis Tjeng Im untuk anak-anak dg medium bahasa Melayu, namun lucunya disana-sini ditambah juga dengan huruf Jawa, mungkin sbg antisipasi bahwa mayoritas pembacanya, yakni kaum peranakan di Jawa Tengah lebih fasih berbahasa, membaca menulis huruf Jawa daripada bahasa Melayu. ***Sbg catatan: dalam konteks 'kebangkitan bahasa Mandarin dewasa ini, menarik sekali apabila kita menelusuri buku2 teks pelajaran bahasa Mandarin sejak dari akhir abad XIX. Alangkah bagusnya apabila ada rekan lain yg bisa meneliti dan mengumpulkan buku2 tsb. TTK bahkan juga mengarang satu buku dalam bahasa Jawa yg dipakai sbg bacaan wajib di sekolah2 Jawa! Buku ini bertutur ttg kata2 dari bahasa Tionghoa yang diserap dalam bahasa Jawa (1896). Buku dalam bahasa Jawa ini dilengkapi dg karakter2 Tionghoa untuk lbh menjelaskan topik yg dibahas. Sayang nampaknya tidak ada satu copy-pun buku ini yg masih survive dewasa ini. Tentu saja saya sebagai sejarawan maupun keturunan Tjoa Tjoe Koan, justru amat berbahagia apabila ada pihak yg bersusah payah menyebarkan tulisan2 beliau, seperti upaya bapk Tjoa Liang ini, berhubung buku asli maupun fotokopinya sudah susah didapatkan. Buku HROT adalah buku pertama dalam bahasa Melayu mengenai hari raya Tionghoa (Chinese festivals) th 1887. Penerbitan buku tsb disponsori oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, suatu lembaga penelitian ilmiah di Batavia yg cukup bona fide (mungkin semacam LIPI kalau jaman sekarang). Dua tahun kmd, buku tsb diterjemahkan ke dlm bahasa Belanda oleh sinolog JW Young dalam satu jurnal ilmiah terkemuka. Jarang sekali karya penulis Tionghoa yg diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda di masa kolonial. Ini adalah bukti mengenai arti penting buku HROT tsb. Bpk Tjoa tidak usah khawatir dengan soal copyright, karena sebelum anda mengetik ulang naskah tsb, alm. Kwee Tek Hoay (penulis peranakan yg amat produktif!) sudah mencetak ulang buku tsb di tahun 1940 dan kemudian almarhum Basoeki Soedjatmiko (Tan Hok Liong) dari Surabaya sudah menerbitkan ulang buku tsb dengan judul Hari Raya Tionghoa Tempo Doeloe di Hindia Belanda 1885 (Surabaya: rama Press, 1983), 109 halaman. Tentu saja tulisan di buku ini sudah diketik sesuai dg EYD. Mohon maaf, jadinya saya terlalu bersemangat menulis ttg kakek buyut saya ini. Lebih lanjut mengenai Tjoa Tjoe Koan (yg juga menjadi bagian dari disertasi yg sedang saya selesaikan), silakan baca tulisan saya di Chinese Heritage Newsletter (Singapore) pada link berikut ini: http://www.chineseheritagecentre.org/bulletin/jun2004/CHC.pdf (sbg catatan: Claudine Salmon menulis biografi TTK secara singkat namun sangat informatif dalam karya besarnya, Literature in Malay by the Chinese in Indonesia, 1981. Nama TTK juga disebut oleh
[budaya_tionghua] Re: Penganugerahan NABIL Award 2007, Dr. Claudine SALMON--penjelasan dari NABIL
Rekan2 milis Budaya Tionghoa yth, Menanggapi postingan HKSIS mengenai penganugerahan NABIL AWARD 2007 kepada Dr Claudine Salmon (Perancis), kami telah mendapatkan kepastian dari penyelenggara (Yayasan NABIL) bahwa acara tsb hanya diperuntukkan bagi undangan dan tidak terbuka untuk umum. Seperti yang sudah tertulis dalam fwd undangan di bawah ini yakni Undangan harap dibawa dan berlaku untuk 1 (satu) orang. Demikian penjelasan yang saya peroleh dari Yayasan NABIL, sekaligus memperjelas fwd undangan dari HKSIS Terimakasih atas perhatian rekan2 semua salam, didi kw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, HKSIS [EMAIL PROTECTED] wrote: YAYASAN MEL u/ NATION BUILDING Dengan hormat mengundang dan mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i dalam acara Penganugerahan NABIL Award 2007 kepada Dr. Claudine SALMON Centre National de la Recherche Scientifique République Francaise yang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 25 Oktober 2007, pk. 18.00 21.30 WIB di Ballroom Hotel Sahid Jaya, Jl. Jend. Sudirman No. 86, Jakarta Merupakan kehormatan besar dan kebahagiaan bagi kami apabila Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan hadir pada acara tersebut dan sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih. YAYASAN MEL u/ NATION BUILDING Hormat kami, Prof. DR. H. Ahmad Syafii Maarif Drs. Eddie Lembong Ketua Dewan Juri Ketua Pendiri *RSVP : Cindy/Vidya, 021 720 4383 / 021 726 9103 *Pakaian : Resmi/Batik lengan panjang *Undangan harap dibawa dan berlaku untuk 1 (satu) orang. SUSUNAN ACARA Penganugerahan NABIL Award 2007 18.00 18.30Registrasi Welcome Drink 18.30 19.30Makan Malam di Foyer Ballroom H. Sahid Jakarta 19.30 19.35 Pembukaan oleh MC 19.35 19.50Kata Sambutan oleh Ketua Pendiri Yayasan NABIL, Drs. Eddie Lembong, Apt 19.50 20.05Urainan tentang Dasar-dasar Pertimbangan Penganugerahan NABIL Award 2007 oleh DR. Asvi Warman Adam 20.05 20.10 Pembacaan Surat Keputusan Dewan Juri oleh Sdr. Didi Kwartanada, Ph.D candidate 20.10 20.25Kata Sambutan oleh Ketua Dewan Juri, Prof. DR. H. Ahmad Syafii Maarif 20.25 20.35Penyerahan Nabil Award, Pin dan Piagam Penghargaan 20.35 21.00Kata Sambutan dari Penerima NABIL Award 2007, Dr. Claudine Salmon 21.00 21.15 Paduan Suara 21.15 21.20 Penutup oleh MC [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: [Pengumuman] Keadaan Budayawan David Kwa
Rekan2 yth, Teriring doa bagi kesembuhan rekan kita David Kwa. Saya salut dg beliau yg dg tekun dan teliti menggeluti sejarah budaya Tionghoa. Apalagi beliau ini cukup fasih membaca literatur berbahasa Tionghoa, yg merupakan kelemahan banyak peneliti kita (seperti saya, misalnya). Mungkin memang sudah waktunya tulisan2 David untuk dikumpulkan dan dibukukan agar lebih mudah diakses. Yg saya ingat, dg bagus sekali dia menunjukkan berbagai ketidak-akuratan novel Remy Silado 'Ca Bau Kan'. David juga muncul sbg narasumber dalam film dokumenter ttg Cina Benteng 'Anak Naga Beranak Naga'. Tolong sampaikan doa dari saya klg. Didi
[budaya_tionghua] Kumis orang Tionghoa (Bpk ABS)
Bapak ABS yth, Terimakasih sudah mengangkat tema kumis, yg cukup menarik, namun blm ada tanggapan. Ini juga pertanyaan saya, waktu melihat foto2 dari awal abad XX yg mempertunjukkan kaum pembaharu (peranakan) Tionghoa di Jawa (yg disebut 'kaoem moeda bangsa tjina') banyak yang memakai kumis. Sejauh ini saya hanya menduga, kalau jenggot itu tradisi Tionghoa (misalnya nabi Konghucu, kaisar2 Tiongkok), namun kumis yg terpilin rapi agaknya fenomena modern dari barat. Misalnya Kaisar Jerman yg ternama (kalau tdk salah Wilhelm II) kumisnya malang melintang. Kemudian kaum pembaharu Jepang (Meiji) mengambil alihnya atas nama modernitas (silakan lihat tokoh2 Meiji Jepang, mereka kebanyakan juga pakai kumis yg di 'trimming'). Oleh karena 'kaoem moeda bangsa tjina' banyak belajar dari Meiji, maka untuk melengkapi kemodern-annya dalam berbusana barat, kaum pembaharu peranakan di Jawa pun memakai kumis yg rapi. Namun kumis ini tidak eksklusif di kalangan peranakan Tionghoa, para priyayi terpelajar pun ikut merawat kumisnya (lihat foto2 suami RA Kartini, atau cover buku Ben Anderson, Imagined Communities, yakni Bupati Blora, misalnya). Waktu saya menunjukkan foto 'kaoem moeda' peranakan yg berkumis, seorang Professor dari Amerika langsung bilang: 'wah ini pengaruh Meiji. Demikian yg bisa saya kumpulkan sejauh ini. Mungkin ada rekan lain yg bisa mengoreksi/menambah? Dewasa ini saya sering kok, berjumpa oom peranakan Tionghoa yg memakai kumis, walau memang nampaknya tidak begitu banyak. salam hangat dan terimakasih, Didi Kw Ada satu aspek ketionghoaan yang sudah puluhan tahun mengusik pikiran saya, barangkali liatwie kuncu di milis ini bisa memberikan penjelasan. Yaitu soal kumis!!
[budaya_tionghua] Re: Tanja? LKH KHT
Salam Kenal Boeng, Terimakasih bnyk atas postingan2 Sin Po-nya yg menarik. Maap, tanggal bulan lahirnya LKH KHT tidak ada dalam buku Leo Suryadinata, Eminent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (Spore: ISEAS, 1978). Sayang sekali yg ada di saya hanya edisi ini, padahal sdh edisi ke-3 (1995) LKH lahir di Bandjarmasin (walau ngetop di Surabaya) 1896 KHT lahir di Surabaya 1891 Riwayat mereka berdua ini perlu dikaji ulang, krn selama ini yg ada hanyalah kajian Leo, yg utk ukuran sekarang sudah kadaluwarsa. salam, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, djoelia28 [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada jang taoe Tanggal boelan dan tempat boleh sekalian taon lahirnja LIEM KOEN HIAN dan KWEE HING TJIAT, jang laen menjoesoel djoega boleh
Balasan: [budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya
Bung Tjendela, Makasih infonya, apakah bisa tambahkan nomor halamannya? Setahu saya Liberty yg asli diterbitkan oleh --kalau tdk salah--alm. Goh Tjing Hok. Tapi Liberty sekarang, yg isinya klenik dan erotisme, setahu saya sudah bukan milik klg Goh Tjing Hok lagi. Hanya saja namanya sama. Saya tunggu postingan Melayu TH anda selanjutnya. Terimakasih. didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, tjendela [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Didi, itu artikel saya kutip dari majalah Liberty yang pernah terbit di Surabaya, edisi November tahun 1931. Dan bukan Liberty yang sekarang terit di Surabaya yang isinya infotainment. Saya gag tahu ada hubungannya apa tidak. Leih detil lagi nanti saya sampaikan tentang majalah ini, karena keetulan sedang tidak saya bawa. Salam Tjendela Didi Kwartanada [EMAIL PROTECTED] menulis: Bung (?) Tjendela, Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien Kie. Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari majalah apa, tahun berapa, halaman berapa? Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber aslinya. Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau menyukai postingan2 seperti itu. Terimakasih. salam, didi == Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat dari sisi perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa nya. Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah. - Apakah Anda Yahoo!? Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Balasan: [budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya
Bung Tjendela, Makasih infonya, apakah bisa tambahkan nomor halamannya? Setahu saya Liberty yg asli diterbitkan oleh --kalau tdk salah--alm. Goh Tjing Hok. Tapi Liberty sekarang, yg isinya klenik dan erotisme, setahu saya sudah bukan milik klg Goh Tjing Hok lagi. Hanya saja namanya sama. Saya tunggu postingan Melayu TH anda selanjutnya. Terimakasih. didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, tjendela [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Didi, itu artikel saya kutip dari majalah Liberty yang pernah terbit di Surabaya, edisi November tahun 1931. Dan bukan Liberty yang sekarang terit di Surabaya yang isinya infotainment. Saya gag tahu ada hubungannya apa tidak. Leih detil lagi nanti saya sampaikan tentang majalah ini, karena keetulan sedang tidak saya bawa. Salam Tjendela Didi Kwartanada [EMAIL PROTECTED] menulis: Bung (?) Tjendela, Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien Kie. Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari majalah apa, tahun berapa, halaman berapa? Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber aslinya. Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau menyukai postingan2 seperti itu. Terimakasih. salam, didi == Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat dari sisi perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa nya. Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah. - Apakah Anda Yahoo!? Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya
Bung (?) Tjendela, Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien Kie. Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari majalah apa, tahun berapa, halaman berapa? Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber aslinya. Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau menyukai postingan2 seperti itu. Terimakasih. salam, didi == Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat dari sisi perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa nya. Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Ada yang tau cerita tentang Kapling Roncali Salatiga?--Kwik Djoen Eng
pak Abdi yg baik, Kapling yg anda maksud adalah bekas milik Kwik Djoen Eng (1859- 1935), yang memang seperti yg anda katakan merupakan salah satu mantan org terkaya di dunia. Namun sayang sekali namanya kalah terkenal dibanding dg Oei TIong Ham, walau mereka sama2 dijuluki Raja Gula. Kwik Djoen Eng ini memiliki usaha NV Kwik Hoo TOng, dg cabang2 tersebra di berbagai belahan dunia. Namun akhirnya ditangan generasi kedua, ditambah dg adanya malaise global, maka bisnisnya bangkrut. istananya yg di Salatiga dibeli oleh gereja Katolik dan menjadi Institut Roncalli. Di Yogyakarta beberapa waktu yg lalu sempat ada juga hotel Phoenix Heritage (skrg hotel Accor), yg dulunya juga rumah Kwik Djoen Eng. sejauh ini, sepengetahuan saya baru ada 2 studi ttg Kwik Djoen Eng: Man-houng Lin,The Multiple Nationality of Overseas Chinese Merchants: A Means for Reducing Commercial Risk, Modern Asian Studies vol.35, part 4 (2001), pp.985-1010 Peter Post, The Kwik Hoo Tong trading sociery of Semarang, Java -- a Chinese business network in late colonial Asia, Journal of Southeast Asian studies; vol. 33 (2002), issue 2, page 279-296 mungkin ada rekan2 lain yg bisa menambahkan salam, didi kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, abdi christ [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear netters, ada yang tahu tentang Roncali Institute di Kota Salatiga? Katanya kapling yang sekarang jadi Suteran dan Bruderan Fransiscus Imma Culata (FIC) tsb dulunya merupakan rumah milik mantan orang terkaya di Asia. Saya pernah jalan2 didalamnya. Luasnya hampir 3x lapangan bola. Banyak ornamen2 dan gazebo2 kecil bermotif oriental. Ada air mancur kecil yang keran sumbernya berujud mulut bayi ala yunani. Yang menarik, tiang2 gazebo yang tinggi megah tsb dililit tanaman seperti ular yang diameternya sekitar 15-20 cm. Tampak seperti naga. Pdt di gereja saya sering bercerita tentang Roncali. Katanya, ayahnya pernah tinggal dan bekerja pada taipan Asia itu, puluhan tahun yang lampau. Ada yang punya infonya? Yahoo! Groups Sponsor ~-- Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Bagaiamana cara baca buku Regerings Almanak ?--koreksi
Saya mau koreksi tulisan sahabat Yerry, anda betul sekali ttg Handboek voor cultuur- en handels- ondernemingen in Nederlandsch-Indië 1888-1940. disini bisa dicari nama2 pebisnis dari berbagai macam etnis (Eropa-Tionghoa-Arab dan sedikit Pribumi). Yg lebih penting lagi adalah jumlah modal usaha nama2 pemegang saham dari badan usaha yg terdaftar resmi pd pemerintah akan disebutkan dg detil. koreksi saya utk Yerry, buku ini muncul setiap tahun. kebetulan anda belum cek di perpus Leiden, karena mereka punya lengkap edisi 1888- 1940 (53 edisi lengkap). saya sudah cek langsung beberapa edisi di akhir 1930an-1940. Informasinya amat banyak berguna. Twang Peck- yang yang disertasinya sudah terbit dlm bahasa Indonesia, mempergunakan sumber ini. Menariknya, intelejen Jepang sebelum menyerbu Indonesia, mereka juga mempelajari etnis Tionghoa dan salah satu acuan yg mereka gunakan untuk mengetahui kekuatan dan peran ekonomi Tionghoa adalah buku referensi ini. Hal ini menunjukkan nilai lebih buku tahunan tsb. salam, didi kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, yerww [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear all, Saya ingin sedikit menambahkan. Kalau di Jakarta, buku Regeering Almanak bisa ditemukan di Arsip Nasional (di ampera raya) dan kabarnya juga ada di Perpustakaan Nasional (Pernas, salemba raya). Namun saya tidak yakin bawha edisinya cukup lengkap. Di Arsip nasional mulai tahun 1920 an kmd kosong dan berikutnya edisi thn 1930 an. Sdgkan yg di Pernas saya belum sempat lihat. Betul seperti yg dikatakan mas Didik, Regeering Almanaak (RA) memang biasanya lebih memuat ttg opsir2 tionghoa, namun begitu kita harus tetap harus meng cros check dgn sumber2 lain (sebaiknya sumber tionghoa jika memungkinkan) krn seringkali terjadi perbedaan periode jabatan. Menurutku sumber yg paling baik utk menelusuri nama Tan Bun Hwie bisa di lihat di Handboek voor cultuur- en handels-ondernemingen in Nederlandsch-Indië 1888-1940 atau yg saya singkat cultuur handboek yg memuat daftar pemilik perkebunan, penyewaan tanah, nama2 perusahaan dst. Dalam RA juga memuat hal yg sama namun tidak selengkap Cultuur handboek. Hanya handboek ini tidak terbit setiap tahun seeperti RA, namun ada satu edisinya di Arsip nasional (saya lupa tahun berapa tapi kalau tidak salah tahun 30 an) dan mudah2an ada juga di Perpustakaan nasional. Kalau di KITLV mereka punya edisi 1888, 1889, 1927, 1929, 1930, 1931, 1935, 1937, 1939, 1940. Salam, Yerry .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Mohon bantuan data Tan Bun Hwie di Regerings Almanak
Pak Irawan yb, Pertanyaan anda memancing saya untuk membuka berbagai literatur yg ada pada saya disini. Berikut ini beberapa hal yg saya dapatkan. Point2 bapak yg ingin saya bahas adalah: 1. Tan Bun Hwie (TBH) yang anda cari ini adalah seorang Mayor Tionghoa pertama di kota Semarang. 2. TBH meninggal dunia tahun 1770. 3. Keturunan TBH juga menjadi Mayor ( 3 generasi: Ayah, anak: Tan Hong Yan, cucu: Tan Shao Nan ). Dari Riwayat Semarang-nya Liem Thian Joe (supaya memudahkan Pak Irawan para pembaca lainnya, saya mengacu ke edisi cetak ulang 2004, yang masih bisa didapatkan di toko2 buku) 1. Mayor pertama Semarang adalah Tan Tiang Tjhing, yg diangkat tahun 1829 (halaman 116) dan wafat di tahun 1833 (h.117). Nama Mandarinnya adalah Chen Yuanyou. 2. Betul sekali, nama anak Mayor Tan adalah Tan Hong Yan alias Tan King Lin (h.116). Dia wafat di tahun 1851 3. Betul sekali, anak Tan Hong Yan adalah Tan Tjong Hoay alias Chen Shaonan Jadi disini: 1) saya tidak mengerti Mandarin, apakah nama Tan Bun Hwie dalam bahasa Mandarin adalah Chen Yuanyou? Mohon bantuan rekan2 yg mengerti Mandarin. Karena dlm berbagai literatur Mayor pertama Semarang adalah Tan Tiang Tjhing. Kalau lafal Mandarinnya bukan seperti itu, berarti data Pak Irawan kurang tepat. 2) Mayor Tan Tiang Thjing wafat di tahun 1833 bukan 1770 spt yg anda sebut 3) sebagai tambahan, puteri Tan Hong Yan, Tan Ndjiang Nio kemudian menikah dengan Be Biauw Tjoan yg legendaris itu (beliau adalah putera Be Ing Tjioe). 4) Bukanlah hal yg mengherankan apabila Tan Hong Yan bersama dengan Be Ing Tjioe memprakarsai pendirian Kong Tek Siu karena mereka adalah besan 5) Soal gedong Gula, semua ada di buku Liem Thian Joe. Silakan anda baca. 6) Terakhir, yg Bapak cari ini adalah para elite Tionghoa (tjabang atas) Semarang dan sekitarnya. Sudah cukup banyak tulisan yg mengkaji kiprah mereka: James Rush, Opium to Java (sudah ada terjemahannya), Riwayat Semarang (Liem Thian Joe) dan tulisan2 Claudine Salmon. Dalam hal ini kalau Bapak tdk ada waktu untuk cek Regeeringsalmanak, bisa langsung berkonsultasi dg buku2 yg saya sebut tadi. Semoga membantu dan mungkin rekan2 lain bisa menambahkan? Salam hangat, Didi Kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Semarang, 14 Juli 2006. Salam, Terima kasih atas perhatian dari rekan-rekan, atas kesulitan saya mencari data. Tan Bun Hwie yang saya cari ini adalah seorang Mayor Tionghoa pertama di kota Semarang. Beliau merupakan pedagang gula sukses ( sehingga rumahnya dinamakan Gedong Gula ), berasal dari Fu Jian. Beliau meninggal dunia tahun 1770. Keturunan beliau juga menjadi Mayor ( 3 generasi: Ayah, anak: Tan Hong Yan, cucu: Tan Shao Nan ). Tan Bun Hwie memprakarsai pendirian klenteng Tay Kak Sie. Tan Hong Yan bersama dengan Bhe Ing Ciu memprakarsai pendirian Kong Tek Siu. Namun setelah sampai Tan Shao Nan cerita keluarga ini tidak terdengar lagi ( bangkrut ). Mayor terakhir di kota Semarang adalah Tan Siauw Liep rumahnya di jalan Bugangan ( apakah masih ada saudara atau hanya sekedar sama marga ? ). Bagi rekan-rekan yang ada waktu, tolong saya dibimbing untuk melihat data beliau di RA ( di Perpuswil Semarang tersedia ). Terima kasih. Salam, Irawan R .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Tjong A Fie di Medan--buku Queeny Chang masih ada di Singapura
Kalau ada rekan2 yg berminat dg buku asli Queeny Chang, puteri Tjong A Fie Memories of a nonya, dan pas lagi ke Singapura, silakan anda ke toko buku (bekas) Evernew di lantai 1 Bras Basah Complex. Minggu lalu saya lihat masih ada 3/4 copy, yg dijual @ SGD 9,90. SEtahu saya buku ini sudah sulit didapat, tapi di toko itu masih ada stok lebih. salam hangat, didi kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] wrote: astri rahadi: Bisa juga baca Pelangi Cina Indonesia terbitan intisari (ga tau apa masih d cetak ato nggak)...dsitu ada artikel yg dtulis anaknya Tjong A Fie... KH: Artikel ttg Tjong A Fie di Pelangi Cina Indonesia berasal dari buku Memories of a Nonya tulisan Queeny Chang (Anak Tjong A Fie). Pada tahun 2003 buku ini telah diterjemahkan ke bhs Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Taramedia Publisher. --- Eddy: ...hallo Irawan...bagaiman sih dpt buku Tionghoa dalam Pusaran Politik KH: Coba cari di toko Gramedia. * [EMAIL PROTECTED] wrote: bisa tolong kasi website nya...thx ...hallo Irawan...bagaiman sih dpt buku Tionghoa dalam Pusaran Politik thx.. Eddy astri rahadi [EMAIL PROTECTED] schrieb: Bisa juga baca Pelangi Cina Indonesia terbitan intisari (ga tau apa masih d cetak ato nggak)...dsitu ada artikel yg dtulis anaknya Tjong A Fie... Salam Achie Btw temans.. bukunya Ong Hok Ham bagus yah...(telat bgt he he...) - Do you Yahoo!? Next-gen email? Have it all with the all-new Yahoo! Mail Beta. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Bagaiamana cara baca buku Regerings Almanak ?
Pak Irawan yth, Wah, saya salut dg Bapak yg serius mencari data, bahkan sampai ke Regeeringsalmanak (saya singkat RA). Seingat saya (pengalaman waktu nulis skripsi dulu) RA terdiri dari 2 jilid. Jilid pertama adalah berbagai peraturan/UU dan jilid kedua mengenai personalia. Walaupun namanya adalah almanak pemerintah, namun tidak hanya mereka yg bekerja pada/berhubungan langsung dg pemerintah (misalnya residen, asisten res, bupati, wedana, atau opsir2 Tionghoa, dll) yg namanya dimuat dlm RA jilid 2. Namun disitu dimuat juga berbagai organisasi sosial maupun keagamaan (dg nama2 pengurusnya). Untuk soal Tionghoa, hal terpenting dari RA adalah nama2 opsir TIonghoa dari berbagai daerah, dari jaman ke jaman. Mungkin di RA inilah satu2nya data terlengkap soal opsir Tionghoa di Jawa (sampai dihapuskan tahun 1933/34, dg perkecualian di Batavia). Kalau tidak salah (sudah lama sekali saya tidak membuka2 RA) bagian mengenai opsir Tionghoa ini ada di seksi binnenlands bestuur. Cara termudah untuk mencari nama seseorang adalah di bagian indeks RA jilid 2 (di halaman2 belakang). Namun, kalau Pak Irawan mencari Tan Bun Hwie, seorang pedagang kaya pemilik persil Gedong Gula dahulu, saya khawatir nama beliau tidak ada di RA kalau beliau tidak menjabat posisi yg saya sebutkan diatas. Kalau beliau lbh sebagai pedagang, kayaknya Bapak harus mencarinya di sumber lain. Mungkin rekan2 lain bisa menambahkan salam hangat, Didi Kwartanada --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Semarang, 1-7-2006. Salam, Koh Steve Haryono, Saya juga pernah membaca buku Regerings Almanak di perpustakaan Semarang, namun tidak tahun cara untuk mendapatkan data. Bagaimanakah cara membaca buku tersebut ? Saya lagi mencari data tentang Tan Bun Hwie, seorang pedagang kaya pemilik persil Gedong Gula dahulu. Mohon bantuannya, Terima kasih. Hormat saya, Irawan R Yahoo! Groups Sponsor ~-- Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/