[budaya_tionghua] Seminar “Peran Komunikasi Etnis Tionghoa bagi Pembentukan Kebangsaan Nasional”

2010-05-15 Terurut Topik kwartanada
Rekan-rekan milisers BT yth

Dalammenyambut Hari Kebangkitan Nasional, Yayasan Nabil kembali akan mengadakan 
Seminar dan Peluncuran Buku, dengan tema Peran Komunikasi Etnis Tionghoa bagi 
Pembentukan Kebangsaan Nasional. Selain buku Memoar Ang Yan Goan, akan 
diluncurkan pula buku Komunikasi Lintas Budaya karya Prof Deddy Mulyana, 
Ph.D, yang juga merupakan Dekan FIKOM UNPAD.

Tiga orang nara sumber akan tampil dalam acara ini, yakni Prof Deddy Mulyana, 
Ph.D (Dekan FIKOM UNPAD); DR Yudi Latif (Ketua PSIK Indonesia) dan Tanty 
Skober, S.S., M.Hum (staf pengajar Jurusan Sejarah UNPAD). Sedangkan seminar 
akan dilaksanakan pada

hari Rabu, tanggal 19 Mei 2010, mulai pukul 09.00 – 13.00 WIB, dengan bertempat 
di Gedung Rektorat (baru) Lt.4, Kampus Universitas Padjadjaran Jl. Dipati Ukur 
no. 35, Bandung, Jawa Barat.

Bagi rekan2 yang berminat hadir, silakan datang. Acara gratis dan tidak 
memerlukan undangan.

Terimakasih dan salam hormat,
Yayasan Nabil






[budaya_tionghua] Re: Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan China)

2010-03-12 Terurut Topik kwartanada
Yth Pak Sugiri  Pak Tjandra,

Memang nama bisa membingungkan. Mitro gendut tentu bukan dari AL.
Untuk lebih akrab dg Laks Madya Sumitro silakan cek foto beliau di cover buku 
ini: 

http://www.amartapura.com/view_book.php?id=08008001bookid=10683

salam,
didi


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Yang saya tau di angkatan laut ada laksamana Sudomo dan di angkatan darat ada 
 jendral Sumitro yang berkumis dan berbadan gemuk. Apakah bukan jendral ini 
 yang bapak maksud? Maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG
 
 --- On Fri, 3/12/10, kwartanada kwartan...@... wrote:
 
 
 From: kwartanada kwartan...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan 
 China)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Friday, March 12, 2010, 11:04 AM
 
 
   
 
 
 
 Yth Pak Tjandra
 
 Menanggapi respons Bapak sbb
 
  ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
  Mohon maaf jika ada salah persepsi.
 
 Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. 
 Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg 
 PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. 
 Namun sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi.
 
 salam,
 didi
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 ... wrote:
 
  Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong;
  ad 1. Kata China berasal dari sebutan orang dinasti Chin dan seperti 
  biasa dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup a... 
  pada akhir kata nama. Jadi mereka menyebutnya China.. Analogi dengan 
  tenglang (Hokkian) atau tongyin (Khe) yang tidak lain orang dinasti 
  Tang / Tong 
  ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
  Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG
  
  --- On Thu, 3/11/10, kwartanada kwartanada@ ... wrote:
  
  
  From: kwartanada kwartanada@ ...
  Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan 
  Historis dan Masalah
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM
  
  
    
  
  
  
  Rekan2 yth,
  
  Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa 
  masih menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk 
  Drs Eddie Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg 
  disusun sebagai jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada 
  baiknya dibagikan juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. 
  Terimakasih dan salam
  Didi
  
  Istilah Cina dan China: 
  Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini
  
  1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 
  2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan 
  bahwa kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman 
  : Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang 
  berarti Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku 
  Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi.
  
  2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang 
  lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri 
  tidak mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China .
  
  3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh 
  Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17.
  
  4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi 
  buruk.
  Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh 
  kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya 
  selalu baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, 
  istilah Cina sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian.
  
  5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan 
  istilah INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi 
  masyarakat Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement 
  antara para pemuka Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat 
  Tionghoa, untuk tidak lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi 
  menghina/rasa kebencian itu, dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat 
  Memoar Ang Yan Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa 
  Indonesia, 2009, h. 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen 
  historis seperti UUD 1945 dll, semua menggunakan istilah Tionghoa dan 
  bukan Cina.
  
  6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa 
  Gerakan 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 
  31 Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan 
  alasan Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang 
  dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan 
  warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, 
  sekaligus

[budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: Cina dan China)

2010-03-11 Terurut Topik kwartanada
Yth Pak Tjandra

Menanggapi respons Bapak sbb

 ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
 Mohon maaf jika ada salah persepsi.


Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. 
Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg 
PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. Namun 
sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi.

salam,
didi


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong;
 ad 1. Kata China berasal dari sebutan orang dinasti Chin dan seperti biasa 
 dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup a... pada akhir 
 kata nama. Jadi mereka menyebutnya China.. Analogi dengan tenglang 
 (Hokkian) atau tongyin (Khe) yang tidak lain orang dinasti Tang / Tong 
 ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
 Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG
 
 --- On Thu, 3/11/10, kwartanada kwartan...@... wrote:
 
 
 From: kwartanada kwartan...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan 
 Historis dan Masalah
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM
 
 
   
 
 
 
 Rekan2 yth,
 
 Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa masih 
 menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie 
 Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai 
 jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan 
 juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam
 Didi
 
 Istilah Cina dan China: 
 Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini
 
 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 
 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan 
 bahwa kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : 
 Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang 
 berarti Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku 
 Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi.
 
 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang 
 lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri 
 tidak mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China .
 
 3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh 
 Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17.
 
 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi 
 buruk.
 Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh 
 kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu 
 baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah Cina 
 sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian.
 
 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah 
 INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi masyarakat 
 Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement antara para 
 pemuka Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, 
 untuk tidak lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi menghina/rasa 
 kebencian itu, dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat Memoar Ang Yan 
 Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 
 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 
 dll, semua menggunakan istilah Tionghoa dan bukan Cina.
 
 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 
 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 
 Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan 
 alasan Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang 
 dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan 
 warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, 
 sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri 
 kita. yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan 
 kesimpulan Seminar pada Suharto †pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi 
 (sebutan Tiongkok, Tionghoa dan Cina)
 
 Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. 
 SE.06/Pres.Kab/ 6/1967 tgl 28 Juni 1967.
 Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya 
 ditujukan/dialamatk an ke Negara RRT dan orang-orang Tionghoa Asing. Sedang 
 untuk WNI keturunan Tionghoa, sebutan keturunan Tionghoa itu tetap 
 dipertahankan, tidak diubah. Tapi karena tingginya emosi/sentimen setelah 
 G30S, menggunakan istilah Cina meluber dan membanjiri kesemua orang-orang, 
 termasuk WNI keturunan Tionghoa.
 
 7.Menarik untuk dicatat/diketahui, bahwa dalam buku KESATRIA BANGSA : 
 Perjalanan Hati dan Karir Seorang Prajurit Laut tulisan Laksamana Madya 
 SUMITRO

[budaya_tionghua] Eddie Lembong: Cina dan China: Tinjauan Historis dan Masalah

2010-03-10 Terurut Topik kwartanada
Rekan2 yth,

Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah Cina, China, Tionghoa masih 
menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie 
Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai 
jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan juga 
dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam
Didi



Istilah Cina dan China: 
Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini


1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 2, 
Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan bahwa 
kata Cina (Inggris : China), (Belanda : China/Chinees), (Jerman : 
Chinesische), (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti 
Daerah yang sangat jauh. Kata China sudah berada di dalam buku Mahabharata 
sekitar 1400 th sebelum Masehi.

2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang lalu, 
yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri tidak 
mengenal apalagi menggunakan istilah Cina/China.

3.Istilah Cina atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh 
Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17.

4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi 
buruk.
Tetapi dengan makin berhasilnya penerapan politik Devide et Impera oleh 
kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu 
baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah Cina 
sering diucapkan dengan Aksen yang penuh rasa kebencian.

5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah 
INDONESIA sebagai ganti istilah INLANDER yang merendahkan bagi masyarakat 
Nederlands Indië. Kemudian ada semacam gentleman agreement antara para pemuka 
Kaum Pergerakan dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, untuk tidak 
lagi menggunakan istilah Cina yang berkonotasi menghina/rasa kebencian itu, 
dan diganti dengan sebutan Tionghoa (lihat Memoar Ang Yan Goan: Tokoh Pers 
Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 49). Itulah 
sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 dll, semua 
menggunakan istilah Tionghoa dan bukan Cina.

6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 
30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 Agustus 
1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi Cina dengan alasan Demi 
memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang dipakai secara 
umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan warganya, dan terutama 
menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, sekaligus juga untuk 
menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri kita. yang dinyatakan oleh 
wakil panglima AD Panggabean dalam laporan kesimpulan Seminar pada Suharto — 
pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi (sebutan Tiongkok, Tionghoa dan 
Cina)

Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. 
SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967.
Menurut sumber intern yang mengetahui, sebenarnya maksud edaran ini hanya 
ditujukan/dialamatkan ke Negara RRT dan orang-orang Tionghoa Asing. Sedang 
untuk WNI keturunan Tionghoa, sebutan keturunan Tionghoa itu tetap 
dipertahankan, tidak diubah. Tapi karena tingginya emosi/sentimen setelah G30S, 
menggunakan istilah Cina meluber dan membanjiri kesemua orang-orang, termasuk 
WNI keturunan Tionghoa.

7.Menarik untuk dicatat/diketahui, bahwa dalam buku KESATRIA BANGSA : 
Perjalanan Hati dan Karir Seorang Prajurit Laut tulisan Laksamana Madya 
SUMITRO hal. 135 ada catatan sebagai berikut :

Bukankah merupakan perintah Allah SWT pula bahwa janganlah satu kaum 
mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka lebih baik, dan jangan 
pula kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk.. (Al Quran surat 
Al-Hujuurat-11). Sepanjang pengetahuan saya tidak ada satu pun perkumpulan atau 
organisasi kelompok etnis Tionghoa di Indonesia ini menggunakan sebutan Cina, 
semua menggunakan sebutan Tionghoa. Ini menunjukkan bahwa saudara saya sebangsa 
dari etnis Tionghoa lebih memilih dan menyukai sebutan Tionghoa. Alangkah 
naifnya diri saya kalau merasakan dan mengetahui hal ini, masih juga saya 
menggunakan sebutan Cina. Saya tidak ingin menjadi naïf dalam hal apa pun, 
biarlah orang lain.

Dengan memperhatikan semua hal-hal tersebut diatas, dan dengan menyadari dan 
harus diakui banyak orang yang kini tanpa bermaksud buruk menggunakan istilah 
Cina. tidaklah perlu untuk kita pertentangkan, akan tetapi atas surat edaran 
Kabinet Ampera No. SE.06/Pres.Kab/6/1967 tgl 28 Juni 1967, yang nyata-nyata 
mempunyai dampak dan pengaruh menghasut untuk membenci sebuah Negara Asing 
ataupun masyarakatnya ataupun yang mengenai siapa saja itu, dengan telah 
berakhirnya Perang Dingin serta makin menjadi jelasnya duduk perkara di 
sekitar soal itu, kami berpendapat betapa indahnya kalau 

[budaya_tionghua] Re: Nama Tionghoa jaman dulu-- akhiran KO pada nama Tionghoa

2010-02-21 Terurut Topik kwartanada
Halo Ko Steve,

Makasih buat info paper yg menarik tulisan senior2 saya. Saya malah baru tahu. 
Soal akhiran KO, ini langsung membuat saya teringat dg family name-nya 
Corazon Cojuangco Aquino. Cojuangco ini serupa dg kasus yg diangkat Ko Steve. 
Menurut artikel di bawah ini, ko adalah panggilan hormat dalam budaya Hokkian.

Kasus Batavia ini serupa dg Filipina, dalam arti pelakunya adalah org2 Hokkian. 
Namun di Filipina, nama pribadi yg ditambah akhiran KO itu, dan bukan surname 
asli, yg justru diadopsi menjadi nama famili yg baru, spt Cojuangco.
Jadi misalnya Lim Cojuang, karena ingin menjadi mestizo (Indo) yg baik (dan 
membuang ketionghoaannya), maka anak2nya membuat Cojuangco dan bukannya Lim 
sbg surname yg baru. 

Ini hanya pendapat sepintas, mungkin salah. Silakan rekan2 lain yg lebih tahu 
soal ini, utk memberi keterangan yg lebih valid.

salam,
didi


http://www.wsws.org/articles/2009/aug2009/cory-a04.shtml

An influx of Chinese males in the mid-eighteenth century, and a second influx 
after 1850, filled the economic gap needed for the development of an 
import-export trade, and provided an outlet for British capital looking for 
investment opportunities. The immigrant bachelors married indios; their 
families became Chinese mestizos.

To avoid racial reprisals from the colonial administration and from the indio 
population, these Chinese mestizo families hispanized themselves, adopting 
Spanish names, the Spanish language, and artifacts, accents, behavior and 
culture from the Spanish metropole. Within a generation, all indication of 
indio and Chinese origin had been erased, with the exception of the Hokkienese 
k'o, a title of respect, which was often incorporated at the end of the new 
surname—thus, Cojuangco.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono hay...@... wrote:

 Teman-teman sekalian,
 
 Karena saya pernah ikut conference sekali tahun lalu, saya sering menerima 
 kiriman dari kenalan saya Koh Keng We yang bekerja di Library di Ohio 
 University (bukan OSU). Isinya macam-macam buku/paper baru yang baru saja di 
 published.
 
 Kali ini ada paper yang menarik perhatian saya yaitu :
 http://rspas.anu.edu.au/cscsd/occasional_papers/index.php?issue=02
 Mengenai : 
 
 Identifying Hokkien (And Other) Merchants in Voc-Ruled Batavia: Data From The 
 Ci Ji Stele (1697
 and The Financial Records Of The Amfioen Sociëteit, 1745â€1785Yang menarik 
 perhatian saya, selain ceritanya adalah nama-nama penyumbang yang ditulis di 
 prasasti di kelenteng Ci Ji ini.
 Kalau anda membuka link untuk appendix 1b dan 1c maka akan terlihat daftar 
 nama yang sudah di romanisasi menurut ejaan belanda.
 Pertanyaan saya, kenapa ya nama-namanya banyak yang dengan nama ke 3 : KO
 Lihat saja bagian Zheng misalnya, ada 4 orang, semua nama ke 3 nya memakai 
 KO. Kita bisa menduga mereka bersaudara, tapi kalau kita lihat lagi Zhang, 
 ada 2, juga memakai KO. Bagian Hong (Ang), juga demikian.
 Apakah akhiran KO itu semacam gelar ? kayak nya tidak mungkin dari sebegitu 
 banyak orang yang menyumbang, lebih dari 75% semuanya memakai nama ke 3 yang 
 sama.
 
 Kemudian saya juga ingin memperlihatkan satu papan prasasti dari kelenteng 
 Tiao Kak Sie dari tahun 1790.
 Saya tidak bisa membaca tulisan nya, tapi kalau saya perhatikan banyak dari 
 nama-nama (yang terdiri dari 3 suku kata) itu memakai nama ke 3 yang sama. 
 Tidak semua memang, tapi banyak.
 Misalnya saja di halaman pertama sebelah kanan, kolom pertama.
 nama ke 2, 3, 4, 5, 7, 9 dst nama ke 3 nya mempunyai nama yang sama (mungkin 
 ada yang bisa membaca bisa tolong ditulis apa mandarin nya dan dan apa 
 hokkian nya ?
 
 Saya menanyakan hal ini karena saya melihat dari beberapa silsilah yang saya 
 kumpulkan ada beberapa yang nama leluhurnya (nama orang pertama dari silsilah 
 tersebut) yang hanya memakai 2 nama saja. sedangkan kebiasaan kita di 
 Indonesia adalah 3 nama. Leluhur saya bernama The (Tne) Boen, Liem Tjioe. 
 selain itu juga ada Siem Ting, Thee Kiang, Liem Bok, Go Kim, Kho Wan, Oey Yan 
 dll. 
 Apakah ini kebiasaan orang dulu (2 nama ?) Saya lihat misalnya di Sam Kok, 
 namanya juga Lauw Pie (Liu Bei), Koan Ie (Guan Yu), Thio Hoei (Zhang Fei), 
 mereka hanya punya 2 nama saja.
 
 Mudah-mudahan pertanyaan saya malah tidak membingungkan.
 
 Salam,
 Steve Haryono





[budaya_tionghua] Re: Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator 24-31 Januari 2010

2010-01-27 Terurut Topik kwartanada
Pak (?) Bukjam yth

Mohon maaf saya tidak punya foto2 dari acara tsb. Namun oleh panitia disediakan 
gratis buku acara cukup mewah yg berisi bbrp foto yg dipamerkan. Anda tinggal 
di mana? Kalau di Jakarta, silakan datang ke Salihara, bisa menikmati foto, 
kuliner Singkawang plus buku foto cantik  secara gratis.

Oh ya, setelah dari Jakarta, foto2 akan dipamerkan di Singkawang 13 -27 
Februari 2010.

Ibu Myra Sidharta hadir di pembukaan, begitu yg saya dengar dari beliau 
langsung. 

salam,
didi



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bukjam buk...@... wrote:

 Khiungthi Kwartanada, mohon kalo ada foto-foto yang bisa dishare tolong
 kirimkan langsung ke email bukjam. Makasih sebelumnya. Apakah Ibu Euwyong
 Chunmoi (Myra Sidharta) hadir juga? Beliau salah seorang pakar mengenai
 budaya hakka (khek), lahir di belitung.
 
 salam,
 bukjam
 
 
 
 
 2010/1/25 kwartanada kwartan...@...
 
 
 
 
  Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator
  Sunday January 24-Sunday January 31, 2010
  10:00 am - 7:00 pm
  Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
  Jalan Salihara 16, Pasar Minggu
  Jakarta
  Phone: 0811800030
 
  Sebuah pameran fotografi dengan tema SINGKAWANG - Jade of Equator akan
  diselenggarakan di Galeri Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu Jakarta,
  tepatnya pada tanggal 24 Januari 2010 sampai dengan 31 Januari 2010.
  Untuk pembukaan pameran diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari
  2010 yang berlaku untuk para undangan khusus.
 
  Pameran ini juga akan dimeriahkan dengan performance wayang gantung (Chiao
  Theu), pagelaran batik khas Singkawang bercorak Tidayu (Tionghoa Dayak
  Melayu), Pat Jim Pan dan atraksi tatung.
 
  Juga ada pameran keramik Singkawang dan kuliner khas Singkawang seperti
  kincipan, choipan, rujak, kue kantong semar dan penganan kecil lainnya yang
  khas Singkawang.
 
  Pokoknya kita bikin Salihara jadi 'Little Singkawang'.
 
  Yuk, ramai-ramai datang, Pasti !!! Ke Singkawang.
 
  Jadwal lengkap:
 
  Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator
  24-31 Januari, Pk 10.00-19.00 WIB
  Karya: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John
  Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, dan Oscar Motuloh
 
  ***
 
  Diskusi: Singkawang dan Zambrud Keberagaman Indonesia
  Minggu, 24 Januari 2010, Pk 16.00 WIB
  Nara Sumber: Harry Tjan Silalahi, Mely G Tan, Goenawan Mohamad
 
  ***
 
  Bincang Santai Tentang Kota Singkawang Bersama Fotografer:
  Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja,
  Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, Oscar Motuloh
  Minggu, 31 Januari 2010, Pk 16.00 WIB
  Moderator: Susan Bachtiar
  *Dilanjutkan dengan acara ramah tamah sambil menikmati kuliner dan sejumlah
 
  atraksi kesenian tradisional ala Singkawang.
 
  ***
 
  Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator akan diteruskan di kota
  Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
  13 -27 Februari 2010
 
  ***
 
  GRATIS alias tidak dipungut bayaran
 
   
 





[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (alamat Suara Baru)

2010-01-27 Terurut Topik kwartanada
Bpk Sugiri yth

Untuk info lengkap ttg Suara Baru silakan email

suarab...@inti.or.id
telp: (021)2664-6828/29

Alamat majalah ini sama dengan alamat Perhimpunan INTI

salam,
didi 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote:

 Yth Pak Kwartanada y.b.,
 
  
 
 Mohon keterangan lebih lanjut untuk Suara Baru, apakah dapat berlangganan
 secara teratur ?  
 
  
 
 Mohon  , kalau kebetulan Bapak tahu , contact address  nya yang lengkap.
 
  
 
 Terima kasih untuk perhatian dan kebaikannya.
 
  
 
 Salam hormat,
 
  
 
 Sugiri. 
 
  
 
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of kwartanada
 Sent: Tuesday, January 26, 2010 5:02 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (judul media
 Tionghoa berbahasa Indonesia)
 
  
 
   
 
 Pak Sugiri yth
 
 Majalah keTionghoaan berbahasa Indonesia yg masih terbit--sepeninggal
 Sinergi-- setahu saya adalah:
 
 1.Suara Baru (Perhimpunan INTI) dua bulanan-gratis
 2.China Town--bulanan--populer--sukses secara komersial
 3. Suara Kalimantan (? saya lupa judulnya) terbitan2 orang2 Tionghoa Kalbar
 di Jakarta--bulanan. Saya punya 1 ex, dapat di Gunung Agung
 4. Pecinan Terkini (?)--Makassar-bulanan (?) saya belum pernah lihat tapi
 ada di internet. Bisa di DL tapi lambat. 
 5. POST MEDIA. dari Pak Tjandra Gozalli. Namun di edisi2 awal saya lihat ini
 tidak khusus ttg Tionghoa, byk juga rubrik umumnya malah mirip2
 Monitor-nya Arswendo dulu (maaf kalau salah, Pak Tjandra)
 
 Pionir (kelompok Pa Hoa)yg disebut Pak Irawan nampaknya sudah tidak terbit
 lagi.
 
 Kalau soal isi yg serius, saya rasa paling serius adalah Suara Baru. Ini
 berkat dedikasi pemred-nya yg masih muda  idealis, Lisa Suroso. Menariknya
 beliau adalah seorang non-Tionghoa (putri Jawa yg menikah dg Tionghoa). saya
 sungguh salut dg Bu Lisa ini. Barusan beliau pulang dari Papua  menulis
 reportase2 panjang ttg Tionghoa di sana.
 
 salam,
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com
 mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , Dr. Irawan drirawan@
 wrote:
 
  Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke
 majalah
  intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal
  senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media ,
  www.indonesiamedia.comterbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000
  setiap kalinya . Gratis untuk
  kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan
 .
  salam,
  Dr.Irawan.
  
  2010/1/25 ibcindon ibcindon@
  
  
  
   Majalah Sinergi tutup usia bulan Desember 2009 yang lalu.
  
  
  
   Apakah ada rekan yang tahu terbitan majalah apa yang masih muncul
 teratur
   dengan isinya mirip , mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ?
  
  
  
   Terima kasih sebelumnya..
  
  
  
   *From:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
 mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com  [mailto:
   budaya_tionghua@yahoogroups.com
 mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com ] *On Behalf Of *Dr. Irawan
   *Sent:* Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
   *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
 mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com 
   *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
  
  
  
  
  
   Neng Uly yg manis,
  
   Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang
   jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2
 kecil
   (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana
   dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk
   gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu ,
 cari
   saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi.
  
   semoga dapet,
   salam,
   Dr.Irawan.
  
   2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_me2@
  
  
  
   Teman temin, numpang tanya,
   Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun
 1957?
  
   Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya
   semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari
 sampe
   desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak
 punya
   copy/foto nya.
  
   Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue
   berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi
   koleksinya.
  
   Trims sebelum dan sesudahnya.
  
   *Uly
  
  
  
   
  
 





[budaya_tionghua] Re: Indonesia Media (Singapore)

2010-01-27 Terurut Topik kwartanada
Menambah info dari Pak Tjandra  San San

Baru saja (2009) di Singapura juga terbit majalah komunitas Indonesia, free  
cetakannya cukup lux. jauh lbh bagus daripada majalah2 lain serupa.
Namanya (kalau tidak salah) INDO CONNECT. Selain berisi iklan2, ada juga 
wawancara dg tokoh2. Misalnya edisi perdana ada wawancara dg Bpk Dubes RI di Sin

Mungkin masih ada lagi majalah komunitas Indonesia di negara2 lain.

salam,
dd 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, San San san.mitradew...@... wrote:

 Salam Buat para members milis,
 
 Berkaitan dengan cerita Pak Tjandra Ghozalli, posisi saya yang sekarang ada 
 di Australia juga mau berbagi cerita, di Australia khususnya di Sydney juga 
 ada majalah komunitas orang Indonesia yang namanya INDO MEDIA, majalah ini 
 dibagikan secara gratis dan biasanya di letakkan di restoran Indonesia yang 
 mana biasa jadi ajang kumpul orang Indonesia, cetakannya pun sama dengan yang 
 di ceritakan Pak Tjandra (Apa mungkin Ownernya sama???), isinya pun sama 
 membahas masalah imigrasi, situasi di Indonesia, kegiatan KBRI di Australia 
 seperti 17 Agustus - an, dan terlebih lagi sangat membantu orang-orang 
 Indonesia di sini dalam mencari pekerjaan (Iklan Lowongan kerja) karena 
 student disini rata-rata bekerja sambil sekolah untuk menambah ongkos-ongkos 
 mereka, majalah INDO MEDIA disini sangat membantu sekali komunitas orang 
 Indonesia kita ini di negara Kangguru. Semoga ada juga media seperti INDO 
 MEDIA dan INDONESIA MEDIA yang seperti pak Tjandra ceritakan di negara lain, 
 trus semangat membantu komunitas Indonesia di negara lain
 
 
 Soja,
 
 San - San (Darwin, Australia)
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 wrote:
 
  Yth members,
  Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil 
  majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, 
  Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya 
  mirip Tempo jadul, kertasnya koran, cetakannya campur BW dan color HVS.  
  Isinya sebagian iklan keimigrasian, plumbing, properti, dan bank. 
  Artikelnya menarik ada cerita wisata, politik Indo, politik Amrik, kegiatan 
  KBRI Amrik, dan lain lain. Konon Indonesia Media dicetak di Indo lalu 
  dikirim ke Amrik, semestinya bagi yg mau langganan di sini tidak perlu 
  bayar mahal. Isi artikelnya banyak yang menarik. Dahulu sewaktu Bread Talk 
  lagi puncaknya, ada artikel yang kira kira berbunyi gila cuma roti aja 
  ngantrinya begitu panjang sepertinya di Indo lagi kelaparan.  Padahal 
  kejadian yg sesungguhnya nggak begitu. Roti buatan bung Johny ini memang 
  terlalu wangi roombooternya sehingga orang yg lewat pasti 'nyangkut' ikut 
  ngantri. Di Amrik
   sendiri sy nggak pernah jumpai toko roti yg sewangi itu. Kadang kadang 
  berita Indonesia Media memang 'agak miring' bila memberitakan negeri ini 
  apalagi setelah huruhara - tapi ke belakangnya apalagi setelah bung 
  Christianto Wibisono balik ke Indo, tulisan 'miring' ini berkurang dan 
  berganti jadi pujian akan keberhasilan demokrasi di Indo. Majalah ini 
  perekat warga RI yang ada di Amrik khususnya di negara bagian Kalifornia 
  untuk kangen kangenan. Di LA kita punya KBRI sendiri di hotel El Duardo 
  (kalo nggak salah nyebutnya) disana ada seorang Godfather Tionghoa 
  Indonesia (saya lupa namanya) pemilik hotel tersebut yang berjiwa sosial, 
  beliaulah yg mengatur soal penyebaran majalah ini. Dahulu sewaktu habis 
  huruhara beliau inilah yg banyak menampung pengungsi dari Indo. Kalau 
  rombongan Indonesia dari LA mau tur ke negara bagian lain, pasti ngumpulnya 
  di KBRI bayangan ini. Setiap bulan pasti ada kegiatan entah bazaar, pasar 
  malem dsb di sana dan
   diliput oleh Indonesia Media
  Itulah secuplik tulisan dari saya tentang majalah Indonesia Media..
 





[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (To Pak Tjandra)

2010-01-27 Terurut Topik kwartanada
Yth Pak Tjandra

Syukurlah tebakan saya benar haha..
OK pak, nanti awal bulan saya cari POST MEDIA di Gramedia.
Oh ya, saya belum cek POST lagi setelah masa promo habis (alias harga sudah 
harga normal).

Sukses  salam,
didi

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Yth pak Didi,
 Anda sungguh seorang pemerhati, ide cover lukisan di mjlh POST memang 
 datangnya dari majalah The Saturday Evening Post produk Amrik (ditahun 1958 
 tirasnya 8 juta copies!!!). Lukisan ala Norman Rockwell yg lucu dan 
 legendaris (sampe sekarang masih bisa pesan copy lukisannya lewat internet) 
 kami adaptasi. Thanks RGDS.Tjandra G
 PS: Kalau mau beli mjlh jangan lewat tgl 10 nanti kehabisan. Majalah ini 
 belum BEP mungkin 8 nomor lagi.
 
 --- On Tue, 1/26/10, kwartanada kwartan...@... wrote:
 
 
 From: kwartanada kwartan...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, January 26, 2010, 5:07 PM
 
 
   
 
 
 
 YTh Pak Tjandra
 
 Terimakasih infonya Pak. Apakah 50% itu sudah bisa disebut BEP.
 Tapi saya salut dg keberanian Pak Tjandra menerbitkan POST.
 Membagi eksemplar gratis mungkin ide baik, krn kayaknya mash blm byk yg tahu 
 ttg Post
 Kesan saya, majalan ini mengingatkan majalah MOnitornya Arswendo (yg dibredel 
 gara2 angket) tapi covernya ala Saturday Evening Post-nya Norman Rockwell. 
 Cerpen2, komik  kartunnya cukup khas peranakan.
 Saya baru tahu arti Tik Wan hahaha.terimaka sih. 
 
 Nanti ke Gramedia saya cek lagi Post-nya. sukses utk Post. 
 
 salam,
 didi
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 ... wrote:
 
  Yth pak Didi,
  Majalah POST dicetak 10.000 expl, rata rata terjual cuma 52% sisa 48% 
  (edisi lampau) akan kita sebar di acara Cap Go Meh di PRJ bulan Februari. 
  Kita akan kasihkan secara free sebagai nomor perkenalan. Di dalamnya ada 
  cerpen warga Tionghoa (cuma ada di POST, mjlh lain ngga ada), ada komik 
  karton Tik Wan (digambar pake komputer, full color) yg nggak kalah lucu 
  dari Put On. Tik Wan kebalikan Put On, Tik Wan artinya mengambil, Put On 
  artinya menaruh. He..he..bisa aja. RGDS.TG
   
   On Tue, 1/26/10, kwartanada kwartanada@ ... wrote:
  
  
  From: kwartanada kwartanada@ ...
  Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Date: Tuesday, January 26, 2010, 4:50 PM
  
  
    
  
  
  
  Yth Pak Tjandra
  
  Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada 
  kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? 
  
  Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia 
  berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat 
  Tionghoa lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek 
  penerbitan ulang karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya 
  juga stop di no.10.
  
  Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 
  awal, namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana 
  respons pembaca thd majalah Bapak ini?
  
  salam hormat
  didi kwartanada
  
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
  ... wrote:
  
   To member,
   Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, 
   sayang kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung 
   POST - SINERGI?  RGDS.TG (pemred)
   
   --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drirawan@ . wrote:
   
   
   From: Dr. Irawan drirawan@ .
   Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM
   
   
     
   
   
   
   Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke 
   majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba 
   mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , 
   www.indonesiamedia. com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 
   setiap kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. 
   Kalau mau sumbang tulisan silahkan . 
   salam,
   Dr.Irawan.
   
   
   2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id
   
   
     
   
   
   
   
   
   Majalah Sinergi tutup usia  bulan Desember 2009 yang lalu.
    
   Apakah ada rekan yang tahu  terbitan majalah apa yang masih 
   muncul teratur  dengan  isinya mirip ,  mengenai 
   ke Tionghoa an di Indonesia ?
    
   Terima kasih sebelumnya..
    
   
   
   From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ 
   yahoogroups. com] On Behalf Of Dr. Irawan
   Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
    
     
   
   
   
   Neng Uly yg manis,
   
   Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang 
   jalan

[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009. (majalah Indonesia Focus-free)

2010-01-27 Terurut Topik kwartanada
Yth Pak Sugiri

Menjawab pertanyaan Bapak, Nabil tidak menerbitkan majalah. Saat ini kami masih 
menggodok Nabil News (newsletter Nabil), yg berisi reportase 
kegiatan-kegiatan Nabil.

Nabil selalu mendapat kiriman majalah berbahasa Mandarin terbitan HKSIS 
Hongkong: INDONESIA FOCUS. Tempo hari stok sudah habis dikirimkan secara 
cuma-cuma kepada mereka yang berminat. Tapi saat ini edisi terbaru belum datang 
lagi. Apabila nanti sudah hadir, kami iklankan bagi mereka yg berminat.

salam,
didi

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote:

 Dr Irawan y.b.,
 
  
 
 Apakah Dr tahu alamat  majalah Pionir ?  Agaknya lembaga Nabil juga
 menerbitkan majalah , barangkali ada yang tahu ?
 
  
 
 Kalau Indonesia Media , mahaL banget langganannya jika dihitung ke rupiah
 ... L(
 
  
 
 Terima kasih untuk  perhatian dan infonya.
 
  
 
 Salam erat,
 
  
 
 Sugiri.
 
  
 
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dr. Irawan
 Sent: Tuesday, January 26, 2010 2:09 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009
 
  
 
   
 
 Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah
 intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal
 senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia.com
 terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk
 kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . 
 salam,
 Dr.Irawan.
 
 2010/1/25 ibcindon ibcin...@...
 
   
 
 Majalah Sinergi tutup usia  bulan Desember 2009 yang lalu.
 
  
 
 Apakah ada rekan yang tahu  terbitan majalah apa yang masih muncul teratur
 dengan  isinya mirip ,  mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ?
 
  
 
 Terima kasih sebelumnya..
 
  
 
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dr. Irawan
 Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
 
  
 
   
 
 Neng Uly yg manis,
 
 Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang
 jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil
 (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana
 dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk
 gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari
 saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. 
 
 semoga dapet,
 salam,
 Dr.Irawan.  
 
 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@...
 
   
 
 Teman temin, numpang tanya, 
 Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957?
 
 Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua,
 tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe
 desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya
 copy/foto nya. 
 
 Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue
 berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi
 koleksinya. 
 
 Trims sebelum dan sesudahnya. 
 
 *Uly





[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009

2010-01-26 Terurut Topik kwartanada
Yth Pak Tjandra

Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada 
kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? 

Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia 
berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat Tionghoa 
lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek penerbitan ulang 
karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya juga stop di no.10.

Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 awal, 
namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana respons 
pembaca thd majalah Bapak ini?

salam hormat
didi kwartanada

 




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 To member,
 Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, sayang 
 kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung POST - 
 SINERGI?  RGDS.TG (pemred)
 
 --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drira...@... wrote:
 
 
 From: Dr. Irawan drira...@...
 Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM
 
 
   
 
 
 
 Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah 
 intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal 
 senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , www.indonesiamedia. com 
 terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap kalinya . Gratis untuk 
 kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan . 
 salam,
 Dr.Irawan.
 
 
 2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id
 
 
   
 
 
 
 
 
 Majalah Sinergi tutup usia  bulan Desember 2009 yang lalu.
  
 Apakah ada rekan yang tahu  terbitan majalah apa yang masih muncul teratur  
 dengan  isinya mirip ,  mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ?
  
 Terima kasih sebelumnya..
  
 
 
 From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_tionghua@ yahoogroups. 
 com] On Behalf Of Dr. Irawan
 Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
  
   
 
 
 
 Neng Uly yg manis,
 
 Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang jalan 
 kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil (sebelah 
 kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana dimana 
 rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk gang adanya 
 disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari saja mantu 
 nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. 
 
 semoga dapet,
 salam,
 Dr.Irawan.  
 
 
 
 2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@yahoo. com.sg
 
   
 
 
 
 Teman temin, numpang tanya, 
 Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957?
 
 Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya semua, 
 tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe 
 desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya 
 copy/foto nya. 
 
 Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue 
 berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi 
 koleksinya. 
 
 Trims sebelum dan sesudahnya. 
 
 *Uly
  





[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009 (judul media Tionghoa berbahasa Indonesia)

2010-01-26 Terurut Topik kwartanada
Pak Sugiri yth

Majalah keTionghoaan berbahasa Indonesia yg masih terbit--sepeninggal Sinergi-- 
setahu saya adalah:

1.Suara Baru (Perhimpunan INTI) dua bulanan-gratis
2.China Town--bulanan--populer--sukses secara komersial
3. Suara Kalimantan (? saya lupa judulnya) terbitan2 orang2 Tionghoa Kalbar di 
Jakarta--bulanan. Saya punya 1 ex, dapat di Gunung Agung
4. Pecinan Terkini (?)--Makassar-bulanan (?) saya belum pernah lihat tapi ada 
di internet. Bisa di DL tapi lambat.  
5. POST MEDIA. dari Pak Tjandra Gozalli. Namun di edisi2 awal saya lihat ini 
tidak khusus ttg Tionghoa, byk juga rubrik umumnya malah mirip2 Monitor-nya 
Arswendo dulu (maaf kalau salah, Pak Tjandra)

Pionir (kelompok Pa Hoa)yg disebut Pak Irawan nampaknya sudah tidak terbit lagi.

Kalau soal isi yg serius, saya rasa paling serius adalah Suara Baru. Ini 
berkat dedikasi pemred-nya yg masih muda  idealis, Lisa Suroso. Menariknya 
beliau adalah seorang non-Tionghoa (putri Jawa yg menikah dg Tionghoa). saya 
sungguh salut dg Bu Lisa ini. Barusan beliau pulang dari Papua  menulis 
reportase2 panjang ttg Tionghoa di sana.

salam,




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dr. Irawan drira...@... wrote:

 Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke majalah
 intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba mengakomodasi hal
 senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media ,
 www.indonesiamedia.comterbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000
 setiap kalinya . Gratis untuk
 kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau sumbang tulisan silahkan .
 salam,
 Dr.Irawan.
 
 2010/1/25 ibcindon ibcin...@...
 
 
 
   Majalah Sinergi tutup usia  bulan Desember 2009 yang lalu.
 
 
 
  Apakah ada rekan yang tahu  terbitan majalah apa yang masih muncul teratur
  dengan  isinya mirip ,  mengenai ke Tionghoa an di Indonesia ?
 
 
 
  Terima kasih sebelumnya..
 
 
 
  *From:* budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:
  budaya_tiong...@yahoogroups.com] *On Behalf Of *Dr. Irawan
  *Sent:* Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
  *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
  *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
 
 
 
 
 
  Neng Uly yg manis,
 
  Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang
  jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil
  (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana
  dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk
  gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari
  saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi.
 
  semoga dapet,
  salam,
  Dr.Irawan.
 
   2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_...@...
 
 
 
  Teman temin, numpang tanya,
  Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957?
 
  Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya
  semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe
  desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya
  copy/foto nya.
 
  Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue
  berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi
  koleksinya.
 
  Trims sebelum dan sesudahnya.
 
  *Uly
 
 
 

 





[budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009

2010-01-26 Terurut Topik kwartanada
YTh Pak Tjandra

Terimakasih infonya Pak. Apakah 50% itu sudah bisa disebut BEP.
Tapi saya salut dg keberanian Pak Tjandra menerbitkan POST.
Membagi eksemplar gratis mungkin ide baik, krn kayaknya mash blm byk yg tahu 
ttg Post
Kesan saya, majalan ini mengingatkan majalah MOnitornya Arswendo (yg dibredel 
gara2 angket) tapi covernya ala Saturday Evening Post-nya Norman Rockwell. 
Cerpen2, komik  kartunnya cukup khas peranakan.
Saya baru tahu arti Tik Wan hahaha.terimakasih. 

Nanti ke Gramedia saya cek lagi Post-nya. sukses utk Post. 

salam,
didi


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Yth pak Didi,
 Majalah POST dicetak 10.000 expl, rata rata terjual cuma 52% sisa 48% (edisi 
 lampau) akan kita sebar di acara Cap Go Meh di PRJ bulan Februari. Kita akan 
 kasihkan secara free sebagai nomor perkenalan. Di dalamnya ada cerpen warga 
 Tionghoa (cuma ada di POST, mjlh lain ngga ada), ada komik karton Tik Wan 
 (digambar pake komputer, full color) yg nggak kalah lucu dari Put On. Tik Wan 
 kebalikan Put On, Tik Wan artinya mengambil, Put On artinya menaruh. 
 He..he..bisa aja. RGDS.TG
  
  On Tue, 1/26/10, kwartanada kwartan...@... wrote:
 
 
 From: kwartanada kwartan...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Re: SINERGI majalah + 12-2009
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, January 26, 2010, 4:50 PM
 
 
   
 
 
 
 Yth Pak Tjandra
 
 Penggerak utamanya adalah Bp Tan Swie Ling. Namun sayang saya tidak ada 
 kontaknya. Mungkin rekan2 ada yg tahu? 
 
 Memang sayang satu demi satu media serius Tionghoa dalam bahasa Indonesia 
 berguguran. Inilah kenyataan pahit yg harus diterima, bahwa masyarakat 
 Tionghoa lebih suka membelanjakan uangnya bukan di buku/media. Projek 
 penerbitan ulang karya2 Melayu Tionghoa yg direncanakan 25 jilid, akhirnya 
 juga stop di no.10.
 
 Kalau boleh tanya, Pak Tjandra, saya sempat membeli majalah POSTdi edisi2 
 awal, namun kemudian stop karena jarang ke Gramedia. Sejauh ini bagaimana 
 respons pembaca thd majalah Bapak ini?
 
 salam hormat
 didi kwartanada
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 ... wrote:
 
  To member,
  Ada yang tahu siapa penggerak majalah Sinergi? Saya mau berkenalan, sayang 
  kalau majalah sebagus itu tutup usia. Siapa tahu bisa digabung POST - 
  SINERGI?  RGDS.TG (pemred)
  
  --- On Tue, 1/26/10, Dr. Irawan drirawan@ . wrote:
  
  
  From: Dr. Irawan drirawan@ .
  Subject: Re: [budaya_tionghua] SINERGI majalah + 12-2009
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Date: Tuesday, January 26, 2010, 2:08 PM
  
  
    
  
  
  
  Kalau mau coba info ke majalah Pionir, tapi mungkin lebih condong ke 
  majalah intern Pa Hoa (THHK), Lainnya majalah umum yang mencoba 
  mengakomodasi hal senada adalah Majalah Biweekly Indonesia Media , 
  www.indonesiamedia. com terbit di Amerika Utara dengan oplah 15.000 setiap 
  kalinya . Gratis untuk kantong2 komunitas indonesia di Amrik. Kalau mau 
  sumbang tulisan silahkan . 
  salam,
  Dr.Irawan.
  
  
  2010/1/25 ibcindon ibcin...@rad. net.id
  
  
    
  
  
  
  
  
  Majalah Sinergi tutup usia  bulan Desember 2009 yang lalu.
   
  Apakah ada rekan yang tahu  terbitan majalah apa yang masih muncul 
  teratur  dengan  isinya mirip ,  mengenai ke Tionghoa an di 
  Indonesia ?
   
  Terima kasih sebelumnya..
   
  
  
  From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ 
  yahoogroups. com] On Behalf Of Dr. Irawan
  Sent: Tuesday, January 26, 2010 11:55 AM
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Komik Put On tahun 1957
   
    
  
  
  
  Neng Uly yg manis,
  
  Kalau mau dicoba cari , coba anda pergi ke Asemreges Pas turun nyebrang 
  jalan kereta dari Karang Anyar kejalan Asemreges disana banyak gang2 kecil 
  (sebelah kanan dari pintu kereta) Coba anda tanya sama orang2 tua disana 
  dimana rumahnya Janda penulis Put On. Anda bisa diantar kerumahnya masuk 
  gang adanya disebelah kiri. Kalau si Tantenya jarang mau terima tamu , cari 
  saja mantu nya. Atau anda bisa minta keterangan dari redaksi Sinergi. 
  
  semoga dapet,
  salam,
  Dr.Irawan.  
  
  
  
  2010/1/25 ulysee_me2 ulysee_me2@ yahoo. com.sg
  
    
  
  
  
  Teman temin, numpang tanya, 
  Adakah yang punya atau mengetahui siapa yang punya komik Put On tahun 1957?
  
  Satu Apeq mengkoleksi Put On, copy dari arsip nasional, sudah dipunya 
  semua, tapi yang tahun 1957 (yang terbit di koran Sin Po dari Januari sampe 
  desember) katanya digunting orang, bolong semua sehingga Apeq tidak punya 
  copy/foto nya. 
  
  Berhubung soal Komik PUT ON gue inget pernah dibahas disini, maka gue 
  berharap, siapa tah...ada yang bisa bantuin apeq untuk melengkapi 
  koleksinya. 
  
  Trims sebelum dan sesudahnya. 
  
  *Uly
   
 





[budaya_tionghua] Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator 24-31 Januari 2010

2010-01-24 Terurut Topik kwartanada

Pameran Fotografi SINGKAWANG - Jade of Equator
Sunday January 24-Sunday January 31, 2010
10:00 am - 7:00 pm
Galeri Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Jalan Salihara 16, Pasar Minggu
Jakarta
Phone: 0811800030


Sebuah pameran fotografi dengan tema SINGKAWANG - Jade of Equator akan 
diselenggarakan di Galeri Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu Jakarta, 
tepatnya pada tanggal 24 Januari 2010 sampai dengan 31 Januari 2010. 
Untuk pembukaan pameran diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010 
yang berlaku untuk para undangan khusus.

Pameran ini juga akan dimeriahkan dengan performance wayang gantung (Chiao 
Theu), pagelaran batik khas Singkawang bercorak Tidayu (Tionghoa Dayak Melayu), 
Pat Jim Pan dan atraksi tatung.

Juga ada pameran keramik Singkawang dan kuliner khas Singkawang seperti 
kincipan, choipan, rujak, kue kantong semar dan penganan kecil lainnya yang 
khas Singkawang.

Pokoknya kita bikin Salihara jadi 'Little Singkawang'.

Yuk, ramai-ramai datang, Pasti !!! Ke Singkawang.


Jadwal lengkap:

Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator
24-31 Januari, Pk 10.00-19.00 WIB
Karya: Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John 
Suryaatmadja, Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, dan Oscar Motuloh

***

Diskusi: Singkawang dan Zambrud Keberagaman Indonesia
Minggu, 24 Januari 2010, Pk 16.00 WIB
Nara Sumber: Harry Tjan Silalahi, Mely G Tan, Goenawan Mohamad

***

Bincang Santai Tentang Kota Singkawang Bersama Fotografer:
Jay Subyakto, Yori Antar, Enrico Soekarno, Sigi Wimala, John Suryaatmadja, 
Sjaiful Boen, Asfarinal St. Rumah Gadang, Oscar Motuloh
Minggu, 31 Januari 2010, Pk 16.00 WIB
Moderator: Susan Bachtiar
*Dilanjutkan dengan acara ramah tamah sambil menikmati kuliner dan sejumlah 
atraksi kesenian tradisional ala Singkawang.

***

Pameran Fotografi SINGKAWANG: Jade of Equator akan diteruskan di kota 
Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
13 -27 Februari 2010

***

GRATIS alias tidak dipungut bayaran






[budaya_tionghua] Re: (unknown) Chung Hua Tsung Hui (CHTH) (was: THHK)

2010-01-18 Terurut Topik kwartanada

Info bung Zhou FY ttg Zhonghua Zhonghui ini tidak seluruhnya benar.

Organisasi yg pada zamannya ditulis sbg Chung Hua Tsung Hui (CHTH)ini didirikan 
segera sesudah berakhirnya zaman Jepang. Saat itu terjadi ketegangan di 
kalangan masyarakat Tionghoa dan muncul tekanan pada organisasi tunggal yg 
disponsori Jepang, Hua Chiao Tsung Hui/Hua Chiao Chung Hui (HCTH/HCCH) atau dlm 
bhs Jepang Kakyo Sokai.

Maka muncullah CHTH, yg pertama kali muncul di Jakarta tgl 15 Okt 1945 (Jepang 
kalah Agustus'45). Yg kemudian diikuti dg pendirian CHTH di daerah2 lain. Pada 
masa itu mmg CHTH didominasi kaum totok, khususnya yg berkiblat ke Kuomintang. 
Ini beda dg HCCH yg didominasi peranakan. Baru barangkali stlh berdirinya RRT 
organisasi ini diambil alih oleh mereka yg berkiblat ke sana.

jadi statement Zfy ini tidak tepat
 Zhonghua. zhonghui adalah organisasi yg didirikan oleh tionghoa WN RRT di 
 indonesia,

Justru yg dominan adalah org2 Kuomintang, apalagi di th 1945 blm ada RRT.

Namun memang benar, bahwa antara CHTH satu tempat dg tempat yg lain tdk ada 
hubungan organisatoris.

Sejarawan Mary Somers Heidhues sudah menulis bbrp artikel ttg organisasi2 TH 
tsb.

didi

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote:

 Zhonghua. zhonghui adalah organisasi yg didirikan oleh tionghoa WN RRT di 
 indonesia, utk mengurusi kepentingan mereka dlm masalah sosial dan politik, 
 termasuk urusan pendidikan warganya. 
 Pada prinsipnya, himpunan2 marga dan sekolah2 Tionghoa juga menjadi perhatian 
 organisasi ini. Namun sifatnya bukan membawahi, lebih ke koordinasi.
 
 Krn berstatus warga asing,  organisasi ini menjalin hubungan yg erat dng 
 kedutaan maupun konsulat RRT di daerah2. Meski di mana2 ada zhonghua 
 zhonghui, tapi antar organisasi2 di daerah ini tak ada ikatan organisasi, 
 masing2 bersifat mandiri.
 
 Sent from my BlackBerry®
 powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 -Original Message-
 From: djoko santoso yodj...@...
 Date: Mon, 18 Jan 2010 07:04:45 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] (unknown)  THHK
 
 Ada yang tau nga ya kayaknya saya pernah denger Chong Hua Chong Huei, apaan 
 tuh? Sen Hoo She?
 
 
 
 
 
 From: lucia Herawati luciaheraw...@...
 To: budaya_tiong...@...
 Sent: Sat, 16 January, 2010 0:02:35
 Subject: RE: [budaya_tionghua] (unknown)  THHK
 
   
 sekali lagi terimakasih ...  pasti saya via BT ini ..
 
 
 --- Pada Jum, 15/1/10, ibcindon ibcin...@rad. net.id menulis:
 
 
 Dari: ibcindon ibcin...@rad. net.id
 Judul: RE: [budaya_tionghua] (unknown)  THHK
 Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Tanggal: Jumat, 15 Januari, 2010, 11:48 PM
 
 
 
 
 
 
   
 
  
   
  
 
 
 
 
 
 
 Hehehe, silahkan saja.
  
 Kalau komunikasi di millist akan banyak yang membantu
 mengkoreksi bila ada informasi yang keliru, jadi Anda akan bisa mendapat
 bahan-bahan lebih cepat. Mungkinnya juga jauh lebih objektif, sebab akan 
 timbul
 banyak sanggahan dan berkembang bahannya. Sambil mendiskusikan materinya.  Di
 milis ini banyak tokoh yang jauh lebih mumpuni pengetahuannya, ,,, pasti.
  
 Silahkan mana yang lebih nyaman saja,
  
 Salam sukses.
  
 
 
 From:budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of lucia Herawati
 Sent: Friday, January 15, 2010 11:15 PM
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK
  
   
 
 
 
 
   Terimakasih  boleh khan kalau ada yg perlu saya tanyakan ..saya email
   anda ,,,
 
   --- Pada Jum, 15/1/10, ibcindon ibcin...@rad. net.id   menulis:
 
   Dari: ibcindon ibcin...@rad. net.id
   Judul: RE: [budaya_tionghua] (unknown) THHK
   Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   Tanggal: Jumat, 15 Januari, 2010, 10:50 PM
   
 Sdri Lucia,
  
 Berbicara mengenai
   pendidikan , sekolah Tionghoa di  Indonesia, THHK  pada masanya
   merupakan  suatu jawaban masyarakat Tionghoa pada situasi  ketika
   pemerintah colonial Belanda mulai memberikan pendidikan pada masyarakat 
   pribumi, dan masyarakat Belanda di Ned India.
  
 Untuk kelompok etnik
   Tionghoa diabaikan, kasarnya dibodohkan tanpa fasilitas sekolahan . 
  Anak-anak
   Tionghoa tidak diberi kesempatan untuk masuk pada salah satu diantara 
  pilihan
   ini.  Para kleuarga Tionghoa kaya memberikan pendidikan pada anak-anak
   nya dengan memanggil tutor mengajar di keluarga. Dengan bahan utama budaya
   dan ajaran Konghucu.  Mungkin bagi keluarga kaya bisa juga masuk ke
   sistim sekolah Belanda , hanya bagi yang bisa mendapatkan setatus disamakan
   dengan warga Belanda. Biasanya hartawan kapten , letnan Tionghoa.
  
 Pada saat yang sama , di
   Tiongkok dan di Asia Tenggara timbul kesadaran atas kemerosotan wibawa dan
   pengaruh pemerintah  dinasti  Manchu yang sangat mundur.. 
   Pemuka masyarakat Tionghoa mulai berpaling pada keadaan masyarakat dan
   pendidikan barat,  dalam harapan untuk usaha merubah kondisi
   tsb.   Kegiatan revolusioner ini banyak dimulai di Asia 

Thema Ke-9 (Re: [budaya_tionghua] FW: sastra mengenai Tionghoa, 98-09. Pak Didi Kwartanada)

2009-11-02 Terurut Topik kwartanada
Bpk ABS yang budiman,

Terimakasih atas respons Bapak.
Point yang Bpk kemukakan cukup menarik dan blm saya singgung dalam artikel dan 
komentar saya yg barusan.
Cerita bersambung di koran dan majalah ini juga rupanya cukup banyak. Ini sulit 
utk mengetahuinya (tidak mungkin kita membaca berbagai macam koran dan majalah 
sekaligus) dan lebih sulit lagi utk mendokumentasikannya.
Memang betul, di Kompas saat ini Lan Fang sedang menuliskan feuilletonnya 
Ciuman di bawah Hujan dg tokoh seorang wartawati Tionghoa. Saya juga 
mengklipingnya. Namun biasanya feuilleton yg muncul di Kompas, kmd diterbitkan 
Gramedia. 
Dalam hal ini kita beruntung. Bahkan bbrp serial yang pernah muncul di Femina, 
Republika dan Surabaya Post, juga diterbitkan Gramedia.

Namun sayang, tidak semua feuilleton itu kemudian terbit dalam bentuk buku. 
Inilah yg menyulitkan para peneliti atau penggemar 

Dari penuturan Bpk ABS, ternyata hobby meng-kliping ini rupanya kelak bisa 
menjadi barang dagangan ya. Apalagi kalo hal yg di-kliping kmd mjd barang 
langka. Weleh weleh...

Wassalam,
didi 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... 
wrote:

 Didi lauwheng, terimakasih klarifikasinya.
 
 Lalu, apakah fiksiyang muncul sebagai cerita bersambung di koran atau majalah 
 juga diperhitungkan? Atau hanya yang terbit sebagai buku saja?
 
 Saya amati fiksi ketionghoaan yang sebagai feuilleton ini sudah ada beberapa.
 Antara lain yang sekarang justru sedang menjadi feuilleton-nya Kompas.
 
 Dalam kerja katalogisasi cersil, versi feuilleton ini menjadi issue 
 tersendiri yang cukup berat.
 
 Pada katalog cersil buatan Claudine Salmon, misalnya, hanya dicantumkan 
 cersil yang buku saja.
 
 Sementara itu kami di MTjersil sekarang sedang hendak membuat daftar clipping 
 feuilleton yang ternyata banyak beredar di 'bursa collector's item'.
 
 Hebatnya cukup banyak di antaranya yang sudah berusia 70-an tahun. Dan 
 diwarisi turun-temurun dalam keluarga si kolektor.
 
 Soalharganya, jangan ditanya!
 Kalau dipakai peribahasa tionghoa: Mengungkuli harganya satu kota!
 
 Wasalam.
 
 ===
 
 - Original Message - 
 From: kwartanada 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 Sent: Monday, November 02, 2009 5:45 PM
 Subject: Thema Ke-9 (Re: [budaya_tionghua] FW: sastra mengenai Tionghoa, 
 98-09. Pak Didi Kwartanada)
 
 Bpk ABS yth,
 
 Terimakasih atas masukan Bpk dan ijinkan saya menanggapinya.
 Usulan Bapak utk memasukkan tema ke-9 yaitu tema cersil.
 Dari uraian Bapak, saya terkesan dengan jumlah yang cukup besar, yakni 
 150-an, atau hampir 4 kalinya dari seluruh 8 kelompok tema yg saya ajukan. 
 
 Tulisan saya adalah fiksi-fiksi mengenai orang Tionghoa di Indonesia, dengan 
 setting di Indonesia. Saya sadar dg booming-nya cerita silat di masa 
 Reformasi ini. namun --dengan segala hormat---saya menganggap (maafkan 
 kenaifan saya kalau saya salah), keseluruhan cersil itu ber-setting Tiongkok. 
 Bahkan dua karya cersil penulis muda asal Curup, Bengkulu, Nafta S. Meika pun 
 saya anggap bersetting TIongkok.





[budaya_tionghua] Dicari: Satu Orang Tenaga Full Time (Berbahasa Mandarin)

2009-10-08 Terurut Topik kwartanada
Bung Moderator yth

Mohon permisi utk menyebarkan iklan lowongan ini. 
Siapa tahu ada milisers maupun rekan2 lain yg memenuhi syarat
Terimakasih dan salam,
DK


Dibutuhkan: 
SATU ORANG TENAGA FULL TIME (STAF BERBAHASA MANDARIN)

Persyaratan:
1.Lelaki/Perempuan yang sanggup untuk bekerja full time
2.Mampu membaca dan menulis Bahasa Mandarin dengan baik
3.Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik
4.Mampu mengoperasikan Microsoft Office versi Mandarin
5.Usia tidak lebih dari 30 tahun 
6.Berpendidikan D-3 atau S-1 (semua jurusan) dari perguruan tinggi Indonesia, 
China atau Taiwan.
7.Mampu bekerja dalam team work
8.Tugas antara lain: meringkas isi surat kabar, majalah, buku dari bahasa 
Mandarin ke dalam bahasa Indonesia, serta membuat surat dalam bahasa Mandarin
9.Mengirimkan CV dalam dwi bahasa: Indonesia/Mandarin, ke alamat di bawah ini 
selambat-lambatnya Jumat, 30 Oktober 2009
10.Hanya pelamar yang memenuhi kualifikasi yang akan dipanggil.


Yayasan Nabil, 
Jalan Limo 40, 
Permata Hijau, Senayan, 
Jakarta 12220

Telp. (021) 720 4383
Fax(021) 724 4430, 726 0788
Email: yayasan_na...@yahoo.co.id
  



[budaya_tionghua] Penganugerahan Nabil Award 2009

2009-10-01 Terurut Topik kwartanada
  PRESS RELEASE 
  MALAM PENGANUGERAHAN NABIL AWARD 
KAMIS 22 OKTOBER 2009 di HOTEL MULIA



Yayasan Nation Building (NABIL), adalah suatu lembaga nirlaba yang didirikan 
tanggal 30 September 2006 dengan tujuan untuk turut serta dalam proses Nation 
Building Indonesia.

Sejak 2007, setiap tahun sekali Yayasan Nabil menganugerahkan NABIL Award 
kepada ilmuwan sosial yang telah berjasa bagi pengembangan proses Nation 
Building Indonesia melalui penelitian, penerbitan karya ilmiah dan/atau 
aktivitas lain yang mampu memberikan pencerahan kepada publik. Mereka yang akan 
dievaluasi diantaranya adalah orang(-orang) yang mengupayakan perbaikan 
kedudukan etnis Tionghoa dalam masyarakat Indonesia serta mereka yang bergiat 
dalam bidang-bidang lain yang berkaitan dengan tantangan yang dihadapi Nation 
Building Indonesia dari dulu hingga sekarang. Penerima award ditentukan oleh 
suatu Dewan Pertimbangan, yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang andal, 
terhormat dan terpercaya 

Pemenang pertama Nabil Award adalah Dr Claudine Salmon (Perancis), disusul oleh 
Mary Somers-Heidhues (Jerman) dan Leo Suryadinata (Singapura) pada tahun 2008.

Penganugerahan Nabil Award akan kembali diadakan pada Hari Kamis, 22 Oktober 
2009 di Hotel Mulia, dengan mengusung tema Nation Building melalui Penyerbukan 
Silang antar Budaya. Tema ini sesuai dengan salah satu maksud dan tujuan 
Yayasan Nabil, yakni   mengembangkan dan melestarikan doktrin Penyerbukan 
Silang antar Budaya (Cross-Cultural Fertilization), antara budaya 
Indonesia-Tionghoa dengan semua budaya-budaya suku lainnya, baik yang sudah 
maupun yang akan tercipta, sehingga melahirkan suatu Budaya Indonesia Baru yang 
harmonis, makin  maju dan makin unggul. 

Adapun pemenang Nabil Award 2009 adalah Dra Myra Sidharta; Mely G. Tan, Ph.D 
(keduanya dari Indonesia) dan Assoc. Prof. Charles A. Coppel (Australia).  Myra 
Sidharta (Tanjungpandan, 1927) yang juga dikenal sebagai psikolog, banyak 
meneliti berbagai aspek kebudayaan dan kaum perempuan Indonesia –Tionghoa. 
Sosiolog senior Mely Tan (Jakarta, 1930) telah menulis berbagai aspek etnis 
Tionghoa dalam konteks kebangsaan Indonesia. Sedangkan sejarawan Charles Coppel 
(Melbourne, 1937) telah mengkaji spektrum sosial budaya, agama Konghucu dan 
kewarganegaraan dari etnis Indonesia-Tionghoa.

Dalam proses Nation Building, patut direnungkan peribahasa: Kekuatan Sebuah 
Rantai, ditentukan oleh Mata Rantai yang Paling Lemah. Agar rantai Nation 
Building dapat diperkuat semaksimal mungkin, maka Mata Rantai yang relatif 
paling lemah itulah yang perlu diberdayakan. Hal ini menjelaskan kenapa sampai 
saat ini, para pemenang NABIL Award adalah ilmuwan-ilmuwan yang berkutat dalam 
bidang yang menyangkut etnis Tionghoa, yang selama ini memang masih belum 
sepenuhnya terintegrasikan dengan sebaik-baiknya ke dalam tubuh bangsa Indonesia

Dalam penganugerahan tahun ini, untuk pertama kalinya Nabil Award dianugerahkan 
kepada sarjana Indonesia. Ketiganya memenangkan penghargaan berdasarkan 
dedikasi dan produktivitas mereka dalam penelitian dan pengkajian etnis 
Tionghoa di Indonesia. Karya-karya mereka mampu menunjukkan, bahwa sejarah 
etnis Tionghoa sama sekali tidak terpisahkan dari sejarah masyarakat Indonesia 
secara keseluruhan. Bisa disimpulkan, bahwa Myra Sidharta, Mely Tan dan Charles 
Coppel telah menempatkan etnis Tionghoa sebagai bagian integral dari proses 
nation building Indonesia.

Sejalan dengan situasi kebangsaan yang makin kondusif dewasa ini, maka 
diharapkan pemberian Nabil Award dimasa yang akan datang tidak hanya diberikan 
kepada para pemenang-pemenang yang karya ilmiahnya dalam bidang Ilmu 
Sosial/Humaniora menyangkut memperkuat mata rantai yang terlemah saja, 
melainkan juga kepada mereka yang kajian-kajiannya mencakup semua peri 
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang lebih luas dan makin beraneka ragam.
---

Yayasan Nation Building (Nabil)
Jl. Limo No, 40, Permata Hijau, Senayan
Jakarta 12220, Indonesia.
Tel : (62-21) 7204383, 7200981 Ext 206,207
Fax : (62-21) 7260788
Email: yayasan_na...@yahoo.co.id
Web: www.nabilfoundation.org 





[budaya_tionghua] Kata2 Hokkian dlm bhs Indonesia/Melayu--Loan Words In Indonesian and Malay

2009-07-24 Terurut Topik Didi Kwartanada
Rekan2 yb,

Mungkin ada rekan2 yg belum tahu.

Bagi para peneliti sejarah Tionghoa di Nusantara, tentu akan banyak berjumpa dg 
kosa kata Hokkian. Ini sungguh menyulitkan bagi yg tidak familiar, apalagi 
hampir tidak ada kamusnya. 
Tahun lalu terbit buku Loan Words In Indonesian and Malay
(plus DVD) editor: Russel Jones, oleh KITLV Leiden. Ternyata diem2 barusan 
(2009) sdh ada edisi Indonesianya, terbitan Yayasan Obor Indonesia (YOI), saya 
kaget waktu lihat di Gramedia, bbrp waktu yl.

Edisi Indonesianya tetap ada DVD-nya kamus klasik Hokkian-Inggrisnya Carstairs 
Douglas (yg sudah ditambahi karakter Mandarin oleh Russell Jones, padahal di 
kamus aslinya malahan gak ada hehe)

Untuk detilnya silakan lihat:

http://www.kitlv.nl/book/show/1210 -- edisi KITLV harga 60 Euro

http://www.beli-buku.com/loan-words-indonesian-and-malay-p-4493.html -- edisi 
Obor--150 ribu

http://khatulistiwa.net/khatulistiwa.php?c=172p=8998

Sebetulnya barusan terbit juga buku yg lebih khusus lagi dari Russell Jones, yg 
tentu amatlah menarik bagi kita, Chinese Loan~Word in Malay and Indonesian: A 
Background Study, buku ini lama tertunda2 penerbitannya dan untunglah akhirnya 
bisa terbit. Namun sayang, terbitnya di KL. Harus nitip kalau ada rekan yg di 
sana.
Ternyata bonusnya sama, DVD Kamus Hokkian-Inggris dari Carstairs Douglas.

http://umpress.um.edu.my/Catalogue_PLEASE_UPDATE_HERE/bukupendidikan13/chinese_loan_word.html

Chinese Loan~Word in Malay and Indonesian: A Background Study

Editor/ Author: Russell Jones
ISBN: 978-983-100-074-9
Price: RM65.00
Page: 284
Year: 2009

Synopsis

This book focusses on the loan-words in Malay and Indonesian originating from 
the Chinese dialects. It brings together data to be found in word-lists 
compiled during the past century or more from a variety of sources, making it 
the only comprehensive study of this subject to appear so far. The background 
study outlines the history of Chinese immigration into the Nanyang, and traces 
dialects and subdialects back to their home districts in South China. It is an 
invaluable aid to a full understanding of the Chinese loan-words to be found in 
Loan-words in Indonesian and Malay.
The accompanying DVD incorporates a facsimile of the rare Amoy and English 
dictionary of Carstairs Douglas published in 1899, furnished with Chinese 
characters written in by hand, together with the supplement to it published by 
Barclay in 1923. There is an informative Introduction by Dr Russell Jones.

salam hangat,
didi




[budaya_tionghua] Re: Regerings-Almanak van Nederlandsch-Indie was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis

2009-07-23 Terurut Topik Didi Kwartanada
Pak King Hian yth

Saya juga mau Pak. Mohon dicatat.

Oh ya, mau nanya isi Reg Almanaknya keseluruhan data yang ada, atau cuman 
bagian2 Tionghoa (Kapitan Tionghoa, khususnya yg relevan dg riset silsilahnya 
Ko Steve), atau juga hal2 lain, termasuk raja2 yg dicari Bung Ivan Tani juga 
discan? Kalau semuanya...luarbiasa, karena tebalnya minta ampun. Apalagi 
kemudian RA terbit tiap tahun dlm 2 jilid.

Anyway, terimakasih dan saluut pada yg sudah bersusah payah men-scan utk 
kebutuhan banyak orang.

Terimakasih Pak King Hian utk sharing harta karun tsb dg kita semua 

salam hangat,
Didi Kwartanada




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Santo Putra santopu...@... wrote:

 Kiang Hian Lao Xiong, 
 Terima kasih sekali, saya minta satu juga.
 
 Salam Sejahtera.
 Santo Putra
 
 
 
 
 From: lim kwet hian akwet_2...@...
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Friday, July 24, 2009 11:27:15 AM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch-Indie was: 
 pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
 
   
 Ko King Hian, daftar untuk 1 copy-an ya !
 Salam : akwet.
 
 --- On Fri, 7/24/09, King Hian king_h...@yahoo. com wrote:
 
 
 From: King Hian king_h...@yahoo. com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie 
 was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Friday, July 24, 2009, 11:12 AM
 
 
   
 Boleh Pak.
 Mungkin sekalian member yang lain, yang mau copy bisa kirim email ke milis 
 ini.
 
 kiongchiu,
 KH
 
 --- On Fri, 7/24/09, raharjo irawan irawanraharjo@ yahoo.co. uk wrote:
 
 
 From: raharjo irawan irawanraharjo@ yahoo.co. uk
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie 
 was: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Friday, July 24, 2009, 11:06 AM
 
 
   
 Koh King Hian, apakah anda berkenan mengcopykan buat saya ? Terima kasih.
  
 Salam,
 Irawan R
 
 --- On Fri, 24/7/09, King Hian king_h...@yahoo. com wrote:
 
 
 From: King Hian king_h...@yahoo. com
 Subject: [budaya_tionghua] Regerings-Almanak van Nederlandsch- Indie was: 
 pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Friday, 24 July, 2009, 10:58 AM
 
 
   
 Ngomong2 tentang teks bhs Belanda, apa sudah punya: Regerings-Almanak van 
 Nederlandsch- Indie 1815-1942 ?
 
 Saya ada versi digitalnya, dapat dari Sdr. Steve Haryono. Semua dalam bhs 
 Belanda kecuali sedikit catatan ketika masa Raffles berkuasa, ditulis 
 dalam bhs Inggris. Formatnya berupa pdf file, kalau dicopy ke DVD jadi 2 
 DVD.
 
 
 
 --- On Fri, 7/24/09, ivan_taniputera ivan_taniputera@ yahoo.com wrote:
 
 
 From: ivan_taniputera ivan_taniputera@ yahoo.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: pak Ivan :: uit Cheribon's geschiedenis
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Friday, July 24, 2009, 12:43 AM
 
 
   
 Salam,
 
 kalau ada boleh juga Pak. Saya juga ada buku2 lainnya. Saya akan upload 
 daftar pustaka sementara saya di blog saya:
 
 sejarahastrologimet afisika.blogspot .com
 atau
 sejarah-astrologi- metafisika. co.cc
 
 Silakan ikuti terus blog saya, karena tiap ada perkembangan akan saya 
 upload ke sana.
 
 Salam hormat,
 
 IT.
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, ibc ibcindon@ . wrote:
 
  Yth Pak Ivan,
  
  Saya baru baca naskah UIT CHERIBON'S GESCHIEDENIS. SEKELUMIT SEJARAH
  CIREBON.
  
  Door Dr. Godee Molsbergen, Lands archivaris. Diterjemahkan oleh Dr. Iwan
  Satibi.
  
  Barangkali Anda berminat ?
  
  Cerita sederhana mengenai perjanjian VOC dengan para 3 sultan di 
  Cirebon.
  Biasa politik adu domba antara kita heheheh lengkap dengan copy naskah
  bahasa Belanda kunonya. .
  
 
  Salam,
  
  Sugiri.
 
 
  
  
  
 





[budaya_tionghua] Re: buku karangan Lie Tek Cheng?

2009-02-02 Terurut Topik Didi Kwartanada
Halo Laras,

Salam kenal dan selamat bergabung disini.
Buku2 karangan alm Lie Tek Tjeng (begini ejaan nama beliau yg benar)
bisa dilihat disini:

http://www.worldcat.org/search?qt=worldcat_org_allq=lie+tek+tjeng

setahu saya http://www.worldcat.org/
(world catalogue ini salah satu katalog online yg paling bagus utk
mencari judul2 buku/artikel, termasuk bhn2 dlm bhs Indonesia, namun
berhubung katalog ini berdasarkan koleksi perpus2 di negara2 barat,
maka buku terbaru indonesia belum akan nongol).

soal buku Pak Lie, rasanya ada di PDII LIPI maupun Pernas. 
Beberapa buku beliau adl terbitan Alumni Bandung, namun rasanya sudah
susah dicari di pasaran.

utk pengkajian ahli2 Indonesia ttg Asia Timur mmg blm byk, a.l: A.
Dahana, Ignatius Wibowo dan Syamsul Hadi, ketiganya dari UI


sukses dan salam,
didi 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hafizah_larashati
hafizah_larash...@... wrote:

 Zao an..
 selamat pagi..
 salam kenal semua, saya newbie nih di milis budaya tionghoa ini.
 Nama saya Hafizah Larashati, biasa dipanggil Laras, Saya tertarik
 mengikuti milis ini karena menyukai bahasa Mandarin dan budaya
Tionghoa. 
 Seneng banget bisa gabung dan baca2 diskusi di sini^^
 
 oia, mau tanya dan mohon info, saya ingin mendapatkan buku2 karya alm
 Lie Tek Cheng tentang kajian Asia Timur. Kayaknya menarik banget, jadi
 pengen baca^^ Setau saya adanya di LIPI atau perpustakaan nasional
 aja. ada yang tau penerbitnya siapa dan bisa dibeli di mana ya?
 Xie xie..





[budaya_tionghua] Kata Owe (Was: Kosakata Hokkian)

2008-08-22 Terurut Topik Didi Kwartanada
Rekan2 David, JT dll yth,

Menarik sekali soal kata owe ini, yang mungkin unik khas peranakan.
Terimakasih buat pencerahan rekan2 semua.

Nio Joe Lan sudah membahas soal kata 'owe' dalam Indonesia: Madjalah
kebudajaan No 1 (VI), Januari 1955, h. 20-22.

Kembali soal kata 'owe' utk mengiyakan seperti yang ditulis rekan JT,
ada anekdot menarik dari alm. Oey Hay Djoen yg baru saja wafat, yg
ditulis dalam obituari tulisan Hilmar Farid: 

Setahun kemudian keluarga Oey pindah ke Jakarta, karena Oey ditarik
ke sekretariat pusat LEKRA. Rumahnya di Jl Cidurian 19 di kawasan
Cikini, Jakarta Pusat, ditawarkannya menjadi sekretariat. Pasalnya,
kantor sebelumnya di Jl Dr Wahidin tidak memadai lagi. Tawaran itu
langsung disambut oleh organisasi dan seiring dengan kemajuan
organisasi pengunjung tetap dan tidak tetap semakin bertambah. DN
Aidit, Oloan Hutapea, Njoto, Djokosudjono kerap mampir di tempatnya,
untuk berdiskusi atau sekadar ngobrol dan minum bir
Tabrakan budaya pun tidak jarang terjadi. Oey yang berasal dari
keluarga Tionghoa yang sangat menghargai orang lebih tua, kalau
mendengarkan orang bicara sering manggut-manggut sambil mengiyakan
dengan dialek Khek, owe, owe (saya, saya). Suatu hari Aidit
mendampratnya, apa kamu owe, owe. Seperti feodal saja!

Tapi disini Hilmar kayaknya kurang tepat, karena dikatakan owe
adalah dialek Khek, mestinya Hokkian.

Salam hangat,
didi


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ko JT jang bae,
 
 Kamsia atas Enko poenja tanggepan, jang mana soeda menambaken 
 arti „owe” jang sasoenggoenja.
 
 Betoel sakali „owe” dan „saja” boekan tjoemah satoe perkatahan 
 jang dipake boewat seboet diri sendiri, tetapi djoega goena 
 mengijaken. Salaennja terhadep orang toewa atawa orang jang perna 
 toewa, ade lelaki terhadep iapoenja enko, oepamanja, „owe” djoega 
 dipake antara orang-orang sapantaran jang baroe kenal atawa soeda 
 kenal lama tapi saling menghormatin. Marika saling seboet „owe” 
 boewat diri sendiri, di laen pihak djoega saling seboet „Enko” 
 satoe pada laennja.
 
 Ada satoe lagi pamakean „owe” dan „saja” jang belon
diseboetken, 
 jaitoe koetika kitaorang poenja orang toea atawa orang laen jang 
 perna toewa panggil kita, maka kita moesti 
 menjaoet „Owe, ‘Ba/‘Ne!” (boewat orang lelaki) 
 atawa „Saya, ‘Ba/‘Ne!” (boewat orang prampoewan), oepamanja.
Kita 
 tentoe tida bole menjaoet: „Apa, ‘Ba/‘Ne!” atwa „Hah?,”
sebab 
 bisa dianggep koerang hormat sama orang jang toewahan.
 
 Di laen pihak, kaloe orang lagi mara, itoe perkatahan „owe” jang 
 sopan mendadak-sontak bisa beroba djadi ... „goewa”! „Goewa”
jang 
 di dalem bahasa aslinja dialect Hokkian selatan sama sakali tida 
 mengandoeng arti kasar, di dalem bahasa Melajoe dianggep kasar! Ini 
 perobahan dari „owe” ka „goewa” teroetama berlakoe terhadep
orang 
 laen jang sapantaran, atawa antara enko-ade, jang perbedahan 
 oesianja tida terlaloe djaoe, tentoe sadja tida berlakoe terhadep 
 orang jang perna toewa, apalagi terhadep orang toewa sendiri! Bisa 
 koewalat orang toewa di „goewa-goewa” in!!!
 
 Kiongtjioe,
 DK
 
 Engko David Kwa en engko Ophoeng yang baek.
 
 Owe maoe adjar kenal en maoe kasi tanggepan sama engko berdoea. Owe 
 ada setoedjoe sama engko2 poenja pendapet, iaitoe seboetan owe 
 tjoema dipake boeat orang lelaki tetapi tra dipake sama orang 
 perempoean. Orang perempoean ada seboet dirinja sendiri sebagi saja. 
 Owe djoega ada heiran sama itoe hoedjin jang seboet dirinja sendiri 
 dengen owe, jang njata ada boektiken kaloe itoe hoedjin ada satoe 
 lelaki toelen.
 
 Kita orang waktoe ketjil ada diadjarken sama kita orang poenja orang 
 toea, kaloe kita orang lelaki berhadepan sama orang jang lebih toea 
 musti seboet diri kita dengan owe dan jang perempoean musti seboet 
 dirinja dengen saja. Tapi kaloe kita lelaki berhadepan sama kita 
 orang punja hopeng, kita ada boleh seboet diri kita dengan goea, 
 tapi itoe orang perempoean tidak lazim kaloe seboet dirnja dengan 
 goea melainken tetep seboet dirinja dengan saja.
 
 Itoe perkataan owe djoega ada bole dipake boeat laen keperloean 
 hormat sama orang jang lebi toea, tra tjoema boeat seboet diri 
 sendiri sadja. Itoe owe bisa diartiken sebagi betoel, baek, atawa 
 ija, satoe perkataan boeat mengijaken. Tjontonja, kaloe ada orang 
 jang lebih toea tanya: „Apa ini loe poenya?,” kita orang moesti 
 djawab: „Owe tjek, itoe owe poenja,” en orang perempoean ada moesti 
 djawab: „Saja tjek, itoe saja poenja,” jang artinja: „Betoel
tjek, 
 itoe owe / saja poenja” dalem perkataan jang sopan.
 
 Tjonto laen bisa kita orang seboetken koetika orang jang lebi toea 
 bilang: „Apa begini soeda betoel?” kita orang moesti djawab: „Owe 
 tjek, soeda betoel,” en orang perempoean ada moesti djawab: „Saja 
 tjek, soeda betoel”. En sebaliknja kaloe kita seboet: „Ija tjek, 
 soeda betoel” itoe ada artinja tidak sopan en 

[budaya_tionghua] Tjoa Tjoe Koan dan Buku Hari Raja Orang Tjina

2008-06-10 Terurut Topik Didi Kwartanada
Rekan Tjoa Liang di Padang  rekan2 lain yg baik,

Perkenalkan, saya Didi Kwartanada, asal Yogya yg saat ini sedang
menyelesaikan S3 sejarah di NUS Singapura. Kebetulan sekali figur Tjoa
Tjoe Koan yg anda bicarakan dan salin bukunya Hari raja Orang Tjina
(HROT) adalah kakek buyut saya dari pihak papa almarhum. Kebetulan
lainnya, disertasi saya bertutur mengenai sumbangsih etnis TIonghoa
dalam terciptanya kemodernan (modernitas) Indonesia, l.k.1890-1911 dan
salah satu tokoh yg saya bahas adalah TTK. Berhubung belum banyak
pembaca milis ini yg mengenal nama Tjoa Tjoe Koan, maka saya akan
membahasnya secara singkat.

Nama Tjoa Tjoe Koan (1861-1905) kadang ditulis juga Tjoa Tjoe Kwan
atau lebih parahnya lagi Tan Tjoe Kwan (misalnya sejarawan Jepang
Takashi Shiraishi dalam bukunya, Zaman Bergerak). TTK lahir dan wafat
di Surakarta. Ayah beliau, Tjoa Tiong Ling (l.k.1837-1905) adalah juga
seorang pujangga yg terpelajar dan sekaligus letnan masyarakat
Tionghoa di Surakarta pada abad XIX.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa beliau ini adalah sastrawan
(pujangga), pengusaha, penerbit, penulis, edukator dan wartawan. Tjoa
fasih berbahasa Tionghoa (tertulis  lisan, khususnya Hokkian, karena
waktu itu bahasa Mandarin/Tjeng Im belum dikenal); bahasa Jawa,
Melayu, Belanda dan Inggris. 

TTK mendirikan percetakan dan menerbitkan buku2 serta dua surat kabar.
Dewasa ini buku2 TTK masih tersimpan di berbagai tempat, a.l.:
Perpusnas Jakarta, KITLV  Perpus UNiv Leiden, Perpusnas Singapura. 

Kefasihan TTK dalam bahasa Jawa ditunjukkan dg fakta bahwa di tahun
1903 ia menerbitkan koran berbahasa Jawa-Melayu, Darmo Kondo. Sayang
sekali TTK wafat dua tahun kmd. Menariknya koran ini kemudian dibeli
oleh Boedi Oetomo (BO), salah satu perintis kebangkitan nasional, dan
terus diterbitkan sebagai organ resmi BO hingga tahun 1930-an dengan
nama yg digagas oleh TTK! Selain DK, TTK juga menerbitkan koran
Melayu-Tionghoa, IK PO (Hokkian: Koran Terjemahan), yg berorientasi
pada kemodernan orang TIonghoa di awal abad XX.

TTK giat sekali menganjurkan pelajaran bahasa Tjeng Im (Mandarin) pada
anak2 peranakan di awal abad XX. Ini sesuai dg misi sekolah THHK yg
dididrikan di Batavia th 1901. Maka dia menerbitkan beberapa buku
pelajaran baca/tulis Tjeng Im untuk anak-anak dg medium bahasa Melayu,
namun lucunya disana-sini ditambah juga dengan huruf Jawa, mungkin sbg
antisipasi bahwa mayoritas pembacanya, yakni  kaum peranakan di Jawa
Tengah lebih fasih berbahasa, membaca  menulis huruf Jawa daripada
bahasa Melayu. 

***Sbg catatan: dalam konteks 'kebangkitan bahasa Mandarin dewasa
ini, menarik sekali apabila kita menelusuri buku2 teks pelajaran
bahasa Mandarin sejak dari akhir abad XIX. Alangkah bagusnya apabila
ada rekan lain yg bisa meneliti dan mengumpulkan buku2 tsb.

TTK bahkan juga mengarang satu buku dalam bahasa Jawa yg dipakai sbg
bacaan wajib di sekolah2 Jawa! Buku ini bertutur ttg kata2 dari bahasa
Tionghoa yang diserap dalam bahasa Jawa (1896). Buku dalam bahasa Jawa
ini dilengkapi dg karakter2 Tionghoa untuk lbh menjelaskan topik yg
dibahas. Sayang nampaknya tidak ada satu copy-pun buku ini yg masih
survive dewasa ini.

Tentu saja saya sebagai sejarawan maupun keturunan Tjoa Tjoe Koan,
justru amat berbahagia apabila ada pihak yg bersusah payah menyebarkan
tulisan2 beliau, seperti upaya bapk Tjoa Liang ini, berhubung buku
asli maupun fotokopinya sudah susah didapatkan.
 
Buku HROT adalah buku pertama dalam bahasa Melayu mengenai hari raya
Tionghoa (Chinese festivals) th 1887. Penerbitan buku tsb disponsori
oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, suatu
lembaga penelitian ilmiah di Batavia yg cukup bona fide (mungkin
semacam LIPI kalau jaman sekarang). Dua tahun kmd, buku tsb
diterjemahkan ke dlm bahasa Belanda oleh sinolog JW Young dalam satu
jurnal ilmiah terkemuka. Jarang sekali karya penulis Tionghoa yg
diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda di masa kolonial. Ini adalah
bukti mengenai arti penting buku HROT tsb.
  
Bpk Tjoa tidak usah khawatir dengan soal copyright, karena sebelum
anda mengetik ulang naskah tsb, alm. Kwee Tek Hoay (penulis peranakan
yg amat produktif!) sudah mencetak ulang buku tsb di tahun 1940 dan
kemudian almarhum Basoeki Soedjatmiko (Tan Hok Liong) dari Surabaya
sudah menerbitkan ulang buku tsb dengan judul Hari Raya Tionghoa Tempo
Doeloe di Hindia Belanda 1885 (Surabaya: rama Press, 1983), 109
halaman. Tentu saja tulisan di buku ini sudah diketik sesuai dg EYD. 

Mohon maaf, jadinya saya terlalu bersemangat menulis ttg kakek buyut
saya ini. 

Lebih lanjut mengenai Tjoa Tjoe Koan (yg juga menjadi bagian dari
disertasi yg sedang saya selesaikan), silakan baca tulisan saya di
Chinese Heritage Newsletter (Singapore) pada link berikut ini:

http://www.chineseheritagecentre.org/bulletin/jun2004/CHC.pdf 

(sbg catatan: Claudine Salmon menulis biografi TTK secara singkat
namun sangat informatif dalam karya besarnya, Literature in Malay by
the Chinese in Indonesia, 1981. Nama TTK juga disebut oleh

[budaya_tionghua] Re: Penganugerahan NABIL Award 2007, Dr. Claudine SALMON--penjelasan dari NABIL

2007-10-18 Terurut Topik Didi Kwartanada
Rekan2 milis Budaya Tionghoa yth,

Menanggapi postingan HKSIS mengenai penganugerahan NABIL AWARD 2007
kepada Dr Claudine Salmon (Perancis), kami telah mendapatkan kepastian
dari penyelenggara (Yayasan NABIL) bahwa acara tsb hanya diperuntukkan
bagi undangan dan tidak terbuka untuk umum. Seperti yang sudah
tertulis dalam fwd undangan di bawah ini yakni Undangan harap dibawa
dan berlaku untuk 1 (satu) orang.

Demikian penjelasan yang saya peroleh dari Yayasan NABIL, sekaligus
memperjelas fwd undangan dari HKSIS

Terimakasih atas perhatian rekan2 semua
salam,
didi kw


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, HKSIS [EMAIL PROTECTED] wrote:

 YAYASAN MEL u/ NATION BUILDING
 
  
 
  
 
 Dengan hormat mengundang dan mengharapkan kehadiran
 
 Bapak/Ibu/Saudara/i dalam acara
 
  
 
  
 
 Penganugerahan  NABIL Award 2007
 
  
 
 kepada
 
  
 
 Dr. Claudine SALMON
 
 Centre National de la Recherche Scientifique
 
 République Francaise
 
  
 
 yang akan diselenggarakan pada 
 
 hari Kamis, 25 Oktober 2007, pk. 18.00 – 21.30 WIB
 
 di Ballroom Hotel Sahid Jaya, Jl. Jend. Sudirman No. 86, Jakarta
 
  
 
  
 
 Merupakan kehormatan besar dan kebahagiaan bagi kami apabila
Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan hadir pada acara tersebut 
 
 dan sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih.
 
  
 
  
 
 YAYASAN MEL u/ NATION BUILDING
 
  
 
 Hormat kami,
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  Prof. DR. H. Ahmad Syafii Maarif   Drs. Eddie
Lembong
 
 Ketua Dewan Juri   Ketua Pendiri
 
  
 
  
 
  
 
 *RSVP   : Cindy/Vidya, 021 – 720 4383 / 021 – 726 9103
 
 *Pakaian : Resmi/Batik lengan panjang
 
 *Undangan harap dibawa dan berlaku untuk 1 (satu) orang.
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
 SUSUNAN ACARA
 
 Penganugerahan  NABIL Award 2007
 
  
 
  
 
 18.00 – 18.30Registrasi  Welcome Drink
 
  
 
 18.30 – 19.30Makan Malam di Foyer Ballroom 
 
 H. Sahid Jakarta
 
  
 
 19.30 – 19.35  Pembukaan oleh MC
 
  
 
 19.35 – 19.50Kata Sambutan oleh Ketua
Pendiri Yayasan NABIL, Drs. Eddie Lembong, Apt
 
  
 
 19.50 – 20.05Urainan tentang Dasar-dasar
Pertimbangan Penganugerahan NABIL Award 2007 oleh 
 
 DR. Asvi Warman Adam
 
  
 
 20.05 – 20.10   Pembacaan Surat Keputusan
Dewan Juri oleh Sdr. Didi Kwartanada, Ph.D candidate
 
  
 
 20.10 – 20.25Kata Sambutan oleh Ketua
Dewan Juri, 
 
 Prof. DR. H. Ahmad Syafii Maarif
 
  
 
 20.25 – 20.35Penyerahan Nabil Award, Pin
dan Piagam Penghargaan
 
  
 
 20.35 – 21.00Kata Sambutan dari Penerima
NABIL Award 2007, Dr. Claudine Salmon
 
  
 
 21.00 – 21.15  Paduan Suara
 
  
 
 21.15 – 21.20  Penutup oleh MC
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[budaya_tionghua] Re: [Pengumuman] Keadaan Budayawan David Kwa

2007-09-28 Terurut Topik Didi Kwartanada
Rekan2 yth,

Teriring doa bagi kesembuhan rekan kita David Kwa. Saya salut dg
beliau yg dg tekun dan teliti menggeluti sejarah budaya Tionghoa.
Apalagi beliau ini cukup fasih membaca literatur berbahasa Tionghoa,
yg merupakan kelemahan banyak peneliti kita (seperti saya, misalnya).

Mungkin memang sudah waktunya tulisan2 David untuk dikumpulkan dan
dibukukan agar lebih mudah diakses. Yg saya ingat, dg bagus sekali dia
menunjukkan berbagai ketidak-akuratan novel Remy Silado 'Ca Bau Kan'.
David juga muncul sbg narasumber dalam film dokumenter ttg Cina
Benteng 'Anak Naga Beranak Naga'.

Tolong sampaikan doa dari saya  klg.
Didi  



[budaya_tionghua] Kumis orang Tionghoa (Bpk ABS)

2007-09-11 Terurut Topik Didi Kwartanada
Bapak ABS yth,

Terimakasih sudah mengangkat tema kumis, yg cukup menarik, namun blm
ada tanggapan.
Ini juga pertanyaan saya, waktu melihat foto2 dari awal abad XX yg
mempertunjukkan kaum pembaharu (peranakan) Tionghoa di Jawa (yg
disebut 'kaoem moeda bangsa tjina') banyak yang memakai kumis.

Sejauh ini saya hanya menduga, kalau jenggot itu tradisi Tionghoa
(misalnya nabi Konghucu, kaisar2 Tiongkok), namun kumis yg terpilin
rapi agaknya fenomena modern dari barat. Misalnya Kaisar Jerman yg
ternama (kalau tdk salah Wilhelm II) kumisnya malang melintang.
Kemudian kaum pembaharu Jepang (Meiji) mengambil alihnya atas nama
modernitas (silakan lihat tokoh2 Meiji Jepang, mereka kebanyakan juga
pakai kumis yg di 'trimming'). 

Oleh karena 'kaoem moeda bangsa tjina' banyak belajar dari Meiji, maka
untuk melengkapi kemodern-annya dalam berbusana barat, kaum pembaharu
peranakan di Jawa pun memakai kumis yg rapi. Namun kumis ini tidak
eksklusif di kalangan peranakan Tionghoa, para priyayi terpelajar pun
ikut merawat kumisnya (lihat foto2 suami RA Kartini, atau cover buku
Ben Anderson, Imagined Communities, yakni Bupati Blora, misalnya).
Waktu saya menunjukkan foto 'kaoem moeda' peranakan yg berkumis,
seorang Professor dari Amerika langsung bilang: 'wah ini pengaruh
Meiji. Demikian yg bisa saya kumpulkan sejauh ini. Mungkin ada rekan
lain yg bisa mengoreksi/menambah?

Dewasa ini saya sering kok, berjumpa oom peranakan Tionghoa yg memakai
 kumis, walau memang nampaknya tidak begitu banyak.

salam hangat dan terimakasih,
Didi Kw

 Ada satu aspek ketionghoaan yang sudah puluhan tahun mengusik
 pikiran saya, barangkali liatwie kuncu di milis ini bisa memberikan
 penjelasan.
 Yaitu soal kumis!!




[budaya_tionghua] Re: Tanja? LKH KHT

2007-01-07 Terurut Topik Didi Kwartanada
Salam Kenal Boeng,

Terimakasih bnyk atas postingan2 Sin Po-nya yg menarik.
Maap, tanggal  bulan lahirnya LKH  KHT tidak ada dalam buku Leo 
Suryadinata, Eminent Indonesian Chinese: Biographical Sketches 
(Spore: ISEAS, 1978). Sayang sekali yg ada di saya hanya edisi ini, 
padahal sdh edisi ke-3 (1995)

LKH lahir di Bandjarmasin (walau ngetop di Surabaya) 1896

KHT lahir di Surabaya 1891

Riwayat mereka berdua ini perlu dikaji ulang, krn selama ini yg ada 
hanyalah kajian Leo, yg utk ukuran sekarang sudah kadaluwarsa.

salam,
didi




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, djoelia28 [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Ada jang taoe Tanggal boelan dan tempat boleh sekalian taon 
 lahirnja LIEM KOEN HIAN dan KWEE HING TJIAT, jang laen menjoesoel 
 djoega boleh





Balasan: [budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya

2006-08-09 Terurut Topik Didi Kwartanada
Bung Tjendela,

Makasih infonya, apakah bisa tambahkan nomor halamannya?
Setahu saya Liberty yg asli diterbitkan oleh --kalau tdk salah--alm. 
Goh Tjing Hok. Tapi Liberty sekarang, yg isinya klenik dan erotisme, 
setahu saya sudah bukan milik klg Goh Tjing Hok lagi. Hanya saja 
namanya sama.

Saya tunggu postingan Melayu TH anda selanjutnya. Terimakasih.

didi




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, tjendela [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Mas Didi, itu artikel saya kutip dari majalah Liberty yang pernah 
terbit di Surabaya, edisi November tahun 1931. Dan bukan Liberty 
yang sekarang terit di Surabaya yang isinya infotainment. Saya gag 
tahu ada hubungannya apa tidak.

   Leih detil lagi nanti saya sampaikan tentang majalah ini, karena 
keetulan sedang tidak saya bawa.

   Salam

   Tjendela
 
 Didi Kwartanada [EMAIL PROTECTED] menulis:
   Bung (?) Tjendela,
 
 Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, 
 seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien 
Kie.
 Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari 
 majalah apa, tahun berapa, halaman berapa?
 Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg 
 berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber 
aslinya.
 
 Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu 
 Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau 
menyukai 
 postingan2 seperti itu. Terimakasih.
 
 salam,
 didi
 ==
 
  Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama 
 sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya 
 gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat 
dari 
 sisi perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa 
 nya.
  
  Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah.
 
 
 
 
  
 
   
 -
 Apakah Anda Yahoo!?
 Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
 
 [Non-text portions of this message have been removed]








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Balasan: [budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya

2006-08-09 Terurut Topik Didi Kwartanada
Bung Tjendela,

Makasih infonya, apakah bisa tambahkan nomor halamannya?
Setahu saya Liberty yg asli diterbitkan oleh --kalau tdk salah--alm. 
Goh Tjing Hok. Tapi Liberty sekarang, yg isinya klenik dan erotisme, 
setahu saya sudah bukan milik klg Goh Tjing Hok lagi. Hanya saja 
namanya sama.

Saya tunggu postingan Melayu TH anda selanjutnya. Terimakasih.

didi




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, tjendela [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Mas Didi, itu artikel saya kutip dari majalah Liberty yang pernah 
terbit di Surabaya, edisi November tahun 1931. Dan bukan Liberty 
yang sekarang terit di Surabaya yang isinya infotainment. Saya gag 
tahu ada hubungannya apa tidak.

   Leih detil lagi nanti saya sampaikan tentang majalah ini, karena 
keetulan sedang tidak saya bawa.

   Salam

   Tjendela
 
 Didi Kwartanada [EMAIL PROTECTED] menulis:
   Bung (?) Tjendela,
 
 Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, 
 seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien 
Kie.
 Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari 
 majalah apa, tahun berapa, halaman berapa?
 Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg 
 berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber 
aslinya.
 
 Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu 
 Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau 
menyukai 
 postingan2 seperti itu. Terimakasih.
 
 salam,
 didi
 ==
 
  Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama 
 sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya 
 gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat 
dari 
 sisi perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa 
 nya.
  
  Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah.
 
 
 
 
  
 
   
 -
 Apakah Anda Yahoo!?
 Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
 
 [Non-text portions of this message have been removed]








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Nasihat Perkawinan-- mohon detail sumber aslinya

2006-08-07 Terurut Topik Didi Kwartanada
Bung (?) Tjendela,

Saya amat setuju dg postingan mengenai sastra Melayu TIonghoa, 
seperti yg sudah dilakukan Pak Steve Haryono dg Majoor Tan Tjien Kie.
Kalau boleh tahu, sumber artikel Nasehat Perkawinan itu dari 
majalah apa, tahun berapa, halaman berapa?
Mohon soal detil ini juga dilampirkan, jadi kalau ada peneliti yg 
berminat, bisa mengutipnya atau mengecek langsung ke sumber aslinya.

Saya menunggu postingan anda selanjutnya mengenai sastra melayu 
Tionghoa ini. Saya yakin banyak rekan lain yg menunggu atau menyukai 
postingan2 seperti itu. Terimakasih.

salam,
didi
==

   Sebetulnya ya memang saya sampaikan artikel tahun 30 ini pertama 
sebagai bagian dari sejarah. Kedua, mbok yao kalo mau ngebahas ya 
gag usah jadi debat kusir begitu. Mari kita lihat dari melihat dari 
sisi  perkembangan budayanya dan dari segi sastra melayu tionghoa 
nya.

   Udah ah gitu aja...besok aku posting dari sastra melayu aja ah.






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Ada yang tau cerita tentang Kapling Roncali Salatiga?--Kwik Djoen Eng

2006-07-14 Terurut Topik Didi Kwartanada
pak Abdi yg baik,

Kapling yg anda maksud adalah bekas milik Kwik Djoen Eng (1859-
1935), yang memang seperti yg anda katakan merupakan salah 
satu mantan org terkaya di dunia. Namun sayang sekali namanya 
kalah terkenal dibanding dg Oei TIong Ham, walau mereka sama2 
dijuluki Raja Gula.
Kwik Djoen Eng ini memiliki usaha NV Kwik Hoo TOng, dg cabang2 
tersebra di berbagai belahan dunia. Namun akhirnya ditangan generasi 
kedua, ditambah dg adanya malaise global, maka bisnisnya bangkrut. 
istananya yg di Salatiga dibeli oleh gereja Katolik dan menjadi 
Institut Roncalli. Di Yogyakarta beberapa waktu yg lalu sempat ada 
juga hotel Phoenix Heritage (skrg hotel Accor), yg dulunya juga 
rumah Kwik Djoen Eng. 

sejauh ini, sepengetahuan saya baru ada 2 studi ttg Kwik Djoen Eng:
 
Man-houng Lin,The Multiple Nationality of Overseas Chinese 
Merchants: A Means for Reducing Commercial Risk, Modern Asian 
Studies vol.35, part 4 (2001), pp.985-1010

Peter Post, The Kwik Hoo Tong trading sociery of Semarang, Java -- a 
Chinese business network in late colonial Asia, Journal of Southeast 
Asian studies; vol. 33 (2002), issue 2, page 279-296


mungkin ada rekan2 lain yg bisa menambahkan

salam,
didi kwartanada



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, abdi christ 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear netters, ada yang tahu tentang Roncali Institute di Kota
 Salatiga? Katanya kapling yang sekarang jadi Suteran dan Bruderan
 Fransiscus Imma Culata (FIC) tsb dulunya merupakan rumah milik 
mantan
 orang terkaya di Asia.
 
 Saya pernah jalan2 didalamnya. Luasnya hampir 3x lapangan bola. 
Banyak
 ornamen2 dan gazebo2 kecil bermotif oriental. Ada air mancur kecil
 yang keran sumbernya berujud mulut bayi ala yunani. Yang menarik,
 tiang2 gazebo yang tinggi megah tsb dililit tanaman seperti ular 
yang
 diameternya sekitar 15-20 cm. Tampak seperti naga. 
 
 Pdt di gereja saya sering bercerita tentang Roncali. Katanya, 
ayahnya
 pernah tinggal dan bekerja pada taipan Asia itu, puluhan tahun yang
 lampau.
 
 Ada yang punya infonya?








 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Bagaiamana cara baca buku Regerings Almanak ?--koreksi

2006-07-14 Terurut Topik Didi Kwartanada
Saya mau koreksi tulisan sahabat Yerry,

anda betul sekali ttg Handboek voor cultuur- en handels-
ondernemingen in Nederlandsch-Indië 1888-1940. disini bisa dicari 
nama2 pebisnis dari berbagai macam etnis (Eropa-Tionghoa-Arab dan 
sedikit Pribumi). Yg lebih penting lagi adalah jumlah modal usaha  
nama2 pemegang saham dari badan usaha yg terdaftar resmi pd 
pemerintah akan disebutkan dg detil.

koreksi saya utk Yerry, buku ini muncul setiap tahun. kebetulan anda 
belum cek di perpus Leiden, karena mereka punya lengkap edisi 1888-
1940 (53 edisi lengkap). saya sudah cek langsung beberapa edisi di 
akhir 1930an-1940. Informasinya amat banyak  berguna. Twang Peck-
yang yang disertasinya sudah terbit dlm bahasa Indonesia, 
mempergunakan sumber ini. Menariknya, intelejen Jepang sebelum 
menyerbu Indonesia, mereka juga mempelajari etnis Tionghoa dan salah 
satu acuan yg mereka gunakan untuk mengetahui kekuatan dan peran 
ekonomi Tionghoa adalah buku referensi ini. Hal ini menunjukkan 
nilai lebih buku tahunan tsb.

salam,
didi kwartanada








--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, yerww [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear all,
 
 Saya ingin sedikit menambahkan. Kalau di Jakarta, buku Regeering 
 Almanak bisa ditemukan di Arsip Nasional (di ampera raya) dan 
kabarnya 
 juga ada di Perpustakaan Nasional (Pernas, salemba raya). Namun 
saya 
 tidak yakin bawha edisinya cukup lengkap. Di Arsip nasional mulai 
 tahun 1920 an kmd kosong dan berikutnya edisi thn 1930 an. Sdgkan 
yg 
 di Pernas saya belum sempat lihat. Betul seperti yg dikatakan mas 
 Didik, Regeering Almanaak (RA) memang biasanya lebih memuat ttg 
opsir2 
 tionghoa, namun begitu kita harus tetap harus meng cros check dgn 
 sumber2 lain (sebaiknya sumber tionghoa jika memungkinkan) krn 
 seringkali terjadi perbedaan periode jabatan. 
 
 Menurutku sumber yg paling baik utk menelusuri nama Tan Bun Hwie 
bisa 
 di lihat di Handboek voor cultuur- en handels-ondernemingen in 
 Nederlandsch-Indië 1888-1940 atau yg saya singkat cultuur handboek 
yg 
 memuat daftar pemilik perkebunan, penyewaan tanah, nama2 
perusahaan 
 dst. Dalam RA juga memuat hal yg sama namun tidak selengkap 
Cultuur 
 handboek. Hanya handboek ini tidak terbit setiap tahun seeperti 
RA, 
 namun ada satu edisinya di Arsip nasional (saya lupa tahun berapa 
tapi 
 kalau tidak salah tahun 30 an) dan mudah2an ada juga di 
Perpustakaan 
 nasional. Kalau di KITLV mereka punya edisi 1888, 1889, 1927, 
1929, 
 1930, 1931, 1935, 1937, 1939, 1940.
 
 Salam,
 
 Yerry







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Mohon bantuan data Tan Bun Hwie di Regerings Almanak

2006-07-14 Terurut Topik Didi Kwartanada
Pak Irawan yb,

Pertanyaan anda memancing saya untuk membuka berbagai literatur yg 
ada pada saya disini. Berikut ini beberapa hal yg saya dapatkan.

Point2 bapak yg ingin saya bahas adalah:
1. Tan Bun Hwie (TBH) yang anda cari ini adalah seorang Mayor 
Tionghoa pertama di kota Semarang.
2. TBH meninggal dunia tahun 1770.
3. Keturunan TBH juga menjadi Mayor ( 3 generasi: Ayah, anak: Tan 
Hong Yan, cucu: Tan Shao Nan ).

Dari Riwayat Semarang-nya Liem Thian Joe  (supaya memudahkan Pak 
Irawan  para pembaca lainnya, saya mengacu ke edisi cetak ulang 
2004, yang masih bisa didapatkan di toko2 buku)
1.  Mayor pertama Semarang adalah Tan Tiang Tjhing, yg diangkat 
tahun 1829 (halaman 116) dan wafat di tahun 1833 (h.117). Nama 
Mandarinnya adalah Chen Yuanyou.
2.  Betul sekali, nama anak Mayor Tan adalah Tan Hong Yan alias 
Tan King Lin (h.116). Dia wafat di tahun 1851
3.   Betul sekali, anak Tan Hong Yan adalah Tan Tjong Hoay alias 
Chen Shaonan 

Jadi disini:
1) saya tidak mengerti Mandarin, apakah nama Tan Bun Hwie dalam 
bahasa Mandarin adalah Chen Yuanyou? 
Mohon bantuan rekan2 yg mengerti Mandarin. Karena dlm berbagai 
literatur Mayor pertama Semarang adalah Tan Tiang Tjhing. Kalau 
lafal Mandarinnya bukan seperti itu, berarti data Pak Irawan kurang 
tepat.
2) Mayor Tan Tiang Thjing wafat di tahun 1833 bukan 1770 spt yg anda 
sebut
3) sebagai tambahan, puteri Tan Hong Yan, Tan Ndjiang Nio kemudian 
menikah dengan Be Biauw Tjoan yg legendaris itu (beliau adalah 
putera Be Ing Tjioe).
4) Bukanlah hal yg mengherankan apabila Tan Hong Yan bersama dengan 
Be Ing Tjioe memprakarsai pendirian Kong Tek Siu karena mereka 
adalah besan
5) Soal gedong Gula, semua ada di buku Liem Thian Joe. Silakan anda 
baca. 
6) Terakhir, yg Bapak cari ini adalah para elite Tionghoa (tjabang 
atas) Semarang dan sekitarnya. Sudah cukup banyak tulisan yg 
mengkaji kiprah mereka: James Rush, Opium to Java (sudah ada 
terjemahannya), Riwayat Semarang (Liem Thian Joe) dan tulisan2 
Claudine Salmon. Dalam hal ini kalau Bapak tdk ada waktu untuk cek 
Regeeringsalmanak, bisa langsung berkonsultasi dg buku2 yg saya 
sebut tadi.

Semoga membantu dan mungkin rekan2 lain bisa menambahkan?

Salam hangat,
Didi Kwartanada




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Semarang, 14 Juli 2006.
 
 
 Salam,
 
 Terima kasih atas perhatian dari rekan-rekan, atas
 kesulitan saya mencari data.
 
 Tan Bun Hwie yang saya cari ini adalah seorang Mayor
 Tionghoa pertama di kota Semarang. Beliau merupakan
 pedagang gula sukses ( sehingga rumahnya dinamakan
 Gedong Gula ), berasal dari Fu Jian. Beliau meninggal
 dunia tahun 1770. 
 
 Keturunan beliau juga menjadi Mayor ( 3 generasi:
 Ayah, anak: Tan Hong Yan, cucu: Tan Shao Nan ).
 
 Tan Bun Hwie memprakarsai pendirian klenteng Tay Kak
 Sie.
 
 Tan Hong Yan bersama dengan Bhe Ing Ciu memprakarsai
 pendirian Kong Tek Siu. Namun setelah sampai Tan Shao
 Nan cerita keluarga ini tidak terdengar lagi (
 bangkrut ). Mayor terakhir di kota Semarang adalah Tan
 Siauw Liep rumahnya di jalan Bugangan ( apakah masih
 ada saudara atau hanya sekedar sama marga ? ).
 
 Bagi rekan-rekan yang ada waktu, tolong saya dibimbing
 untuk melihat data beliau di RA ( di Perpuswil
 Semarang tersedia ).
 
 Terima kasih.
 
 
 Salam,
 Irawan R






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Tjong A Fie di Medan--buku Queeny Chang masih ada di Singapura

2006-07-13 Terurut Topik Didi Kwartanada
Kalau ada rekan2 yg berminat dg buku asli Queeny Chang, puteri Tjong 
A Fie Memories of a nonya, dan pas lagi ke Singapura, silakan anda 
ke toko buku (bekas) Evernew di lantai 1 Bras Basah Complex. 
Minggu lalu saya lihat masih ada 3/4 copy, yg dijual @ SGD 9,90. 
SEtahu saya buku ini sudah sulit didapat, tapi di toko itu masih ada 
stok lebih.

salam hangat,
didi kwartanada




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

  astri rahadi:
  Bisa juga baca Pelangi Cina Indonesia terbitan intisari (ga tau 
apa masih d cetak ato nggak)...dsitu ada artikel yg dtulis anaknya 
Tjong A Fie...
 
 KH:
 Artikel ttg Tjong A Fie di Pelangi Cina Indonesia berasal dari 
buku Memories of a Nonya tulisan Queeny Chang (Anak Tjong A Fie). 
Pada tahun 2003 buku ini telah diterjemahkan ke bhs Indonesia dan 
diterbitkan oleh penerbit Taramedia Publisher.
 ---
 Eddy:
 ...hallo Irawan...bagaiman sih dpt buku  Tionghoa dalam Pusaran 
Politik 
 
 KH:
 Coba cari di toko Gramedia.
 
 
 
 * [EMAIL PROTECTED] wrote:  bisa 
tolong kasi website nya...thx
...hallo Irawan...bagaiman sih dpt buku  Tionghoa dalam 
Pusaran Politik 
 
thx..
 
Eddy
  
  astri rahadi [EMAIL PROTECTED] schrieb:
Bisa juga baca Pelangi Cina Indonesia terbitan 
intisari (ga tau apa masih d cetak ato nggak)...dsitu ada artikel yg 
dtulis anaknya Tjong A Fie...
  
  Salam
  Achie
  
  Btw temans.. bukunya Ong Hok Ham bagus yah...(telat bgt he he...)
  
 
 
 
 

 
   
 -
 Do you Yahoo!?
  Next-gen email? Have it all with the  all-new Yahoo! Mail Beta.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Bagaiamana cara baca buku Regerings Almanak ?

2006-07-10 Terurut Topik Didi Kwartanada
Pak Irawan yth,

Wah, saya salut dg Bapak yg serius mencari data, bahkan sampai 
ke Regeeringsalmanak (saya singkat RA). 

Seingat saya (pengalaman waktu nulis skripsi dulu) RA terdiri dari 2 
jilid. Jilid pertama adalah berbagai peraturan/UU dan jilid kedua 
mengenai personalia.

Walaupun namanya adalah almanak pemerintah, namun tidak hanya 
mereka yg bekerja pada/berhubungan langsung dg pemerintah (misalnya 
residen, asisten res, bupati, wedana, atau opsir2 Tionghoa, dll) yg 
namanya dimuat dlm RA jilid 2. Namun disitu dimuat juga berbagai 
organisasi sosial  maupun keagamaan (dg nama2 pengurusnya).

Untuk soal Tionghoa, hal terpenting dari RA adalah nama2 opsir 
TIonghoa dari berbagai daerah, dari jaman ke jaman. Mungkin di RA 
inilah satu2nya data terlengkap soal opsir Tionghoa di Jawa (sampai 
dihapuskan tahun 1933/34, dg perkecualian di Batavia). Kalau tidak 
salah (sudah lama sekali saya tidak membuka2 RA) bagian mengenai 
opsir Tionghoa ini ada di seksi binnenlands bestuur.

Cara termudah untuk mencari nama seseorang adalah di bagian indeks 
RA jilid 2 (di halaman2 belakang).

Namun, kalau Pak Irawan mencari Tan Bun Hwie, seorang pedagang
kaya pemilik persil Gedong Gula dahulu, saya khawatir nama beliau 
tidak ada di RA kalau beliau tidak menjabat posisi yg saya sebutkan 
diatas. Kalau beliau lbh sebagai pedagang, kayaknya Bapak harus 
mencarinya di sumber lain. 

Mungkin rekan2 lain bisa menambahkan

salam hangat,
Didi Kwartanada



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Semarang, 1-7-2006.
 
 Salam,
 
 Koh Steve Haryono,
 
 Saya juga pernah membaca buku Regerings Almanak di
 perpustakaan Semarang, namun tidak tahun cara untuk
 mendapatkan data.
 
 Bagaimanakah cara membaca buku tersebut ? Saya lagi
 mencari data tentang Tan Bun Hwie, seorang pedagang
 kaya pemilik persil Gedong Gula dahulu.
 
 Mohon bantuannya, Terima kasih.
 
 
 Hormat saya,
 
 Irawan R






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/