[budaya_tionghua] Re: My book has been published!

2006-09-14 Terurut Topik valiant_virtue
Gongxi ni Liang xiong,

I am certain that your book will correct common mistakes about chinese
warfare, because many chinese still think that their ancestors only
use primitive swords and spears in battle. Is your book also published
in Indonesia ?

Valiant Virtue
¥Í¬°¤¤µØ¤H, ¦º¬°¤¤µØ»î





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Menyanggah Buku Mitologi China Kisah Alkitab

2006-09-10 Terurut Topik valiant_virtue
From: Dharmajala@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of dh4rm4duta
Sent: Tuesday, September 05, 2006 12:08 PM
To: Dharmajala@yahoogroups.com
Subject: [Dharmajala] Menyanggah Buku Mitologi China  Kisah Alkitab

Menyanggah Buku Mitologi China  Kisah Alkitab
4 September 2006

Pendahuluan

Pada kesempatan kali ini, saya hendak menyanggah sebuah buku yang 
berjudul Mitologi China  Kisah Alkitab, karya J.S. Kwek (Penerbit 
Andi, 2006). Tidak berbeda dengan buku-buku semacamnya yang pernah 
terbit sebelumnya, buku kali ini juga berusaha memberikan berbagai 
pelintiran terhadap berbagai aspek budaya Tionghua demi mendukung 
keyakinan mereka. Oleh karenanya, pelintiran-pelintiran semacam ini 
perlulah diluruskan demi menegakkan kebenaran. Ingatlah bahwa 
kebenaran tidak dapat dibangun atas dasar ketidak-benaran.
Penulisan buku ini memperlihatkan perbedaan antara konsep iman 
dalam Kekristenan dan saddha dalam Buddhisme, dimana iman dalam 
Kekristenan bersifat melekat, kaku, tidak dapat dipertanyakan, 
dan lain sebagainya. Inilah yang menyebabkan ditulisnya buku-buku 
yang memutar-balikkan kebenaran oleh pihak mereka. Sebaliknya, 
saddha tidak bersifat demikian. Saddha bersifat apa adanya 
dan tidak dibuat-buat (disebut dengan wuwei dalam Dao). Karena 
itu, umat Buddha tidak merasa perlu memelintir kebenaran agama lain 
demi menegakkan keyakinannya sendiri. Sikap inilah yang perlu kita 
pertahankan.

A.Hundun

Pada halaman 3 buku tersebut di atas dapat kita jumpai uraian 
sebagai berikut:

Asumsi bangsa China dengan bangsa lainnya mengenai perihal ihwal 
penciptaan tidak jauh berbeda. Penciptaan adalah pengurangan dari 
bentuk ketidakteraturan menjadi lebih teratur. Dengan demikian 
penciptaan dari keadaan bumi yang sebelumnya kacau-balau menjadi 
teratur hadir dalam mitologi penciptaan banyan bangsa.

Dunia pra-penciptaan dikenal oleh bangsa China sebagai Hun Dun 
yang berarti kacau balau. Cerita mengenai Hun Dun bisa ditemukan 
dalam karya Zhuang Zhi (abad ke-3 SM).

Dikatakan, Hun Dun tidak memiliki panca indera untuk melihat, 
mendengar, makan, dan bernafas. Shu dan Hu melubanginya setiap hari. 
Gabungan dari Shu dan Hu berarti halilintar. Halilintar inilah yang 
menghancurkan Hun Dun (kacau-balau) pada ketujuh dan menyebabkan Hun 
Dun mati, dari sanalah langit dan bumi tercipta - Chinese Mythology 
halaman 51.

Penulis lalu menghubungkan kisah Hun Dun di atas dengan Alkitab, 
khususnya Kejadian 1:2:

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera 
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air

Perhatikan bahwa penulis di halaman 4 mengutip ayat di atas tetapi 
menyisipkan kata kacau balau di dalam tanda kurung setelah 
kata kosong. Berikutnya pada halaman 4 dapat kita baca kutipan 
sebagai berikut:

Ini merupakan pengetahuan orang China Kuno akan kisah Penciptaan 
Alkitab. Yahweh yang kehadiran-Nya digambarkan disertai guntur dan 
halilintar, bekerja setiap hari dalam penciptaan selama 6 hari. Dan 
pada hari ke-7, Ia telah menyelesaikan segala sesuatu dan berhenti 
dari pekerjaan-Nya.

Kini kita akan memberikan tanggapan terhadap pendapat J.S. Kwek di 
atas.
Kalaupun seandainya benar bahwa kondisi kacau balau dalam Alkitab 
dan Hun-dun adalah sama, mengapa Tuhan yang maha pencipta harus 
menciptakan alam semesta dari kondisi kacau terlebih dahulu? Apakah 
maksud tindakan ini? Bila Tuhan menurut agama Kristen adalah 
sempurna, bagaimana mungkin dapat keluar sesuatu yang tidak sempurna 
(yakni kondisi kacau balau itu)? Jika kondisi kacau balau dianggap 
sebagai sesuatu yang sempurna, mengapa Tuhan masih perlu 
menyempurnakannya menjadi alam semesta dalam waktu kerja selama enam 
hari? Tidak dapatkah Tuhan menciptakan segalanya dalam sekali 
penciptaan saja? Bukankah master plan alam semesta itu seharusnya 
sudah berada dalam benak Tuhan? Ini adalah paradoks yang sulit 
dipahami.
Menurut J.S. Kwek, Tuhan diidentikkan dengan guntur. Mungkin 
rujukannya adalah Mazmur 77:18 (77:19), Mazmur 104:7, Yesaya 29:6, 
dan lain sebagainya. Ini kontras sekali dengan penampilan Buddha 
yang diliputi welas asih. Dharma yang dibabarkan Buddha 
dikatakan indah pada awalnya, indah pada akhirnya, dan indah pada 
bagian tengahnya. Sesungguhnya identifikasi Tuhan dengan guntur 
justru mencerminkan suatu pandangan primitif, dimana masyarakat pada 
zaman itu meyakini fenomena-fenomena alam sebagai manifestasi 
kekuatan adikodrati. Tidak berbeda dengan masyarakat Viking purba 
yang meyakini bahwa petir adalah manifestasi Dewa Thor (asal mula 
kata Thursday yang berarti Kamis dalam bahasa Inggris atau 
Doennerstag dalam bahasa Jerman. Kata Doenner sendiri 
berarti petir).
Hun-Dun sendiri hendaknya ditafsirkan secara filosofis dan bukannya 
hurufiah. Paham Daoisme sendiri menafsirkan Hun-Dun sebagai kondisi 
alamiah yang belum dicemari oleh berbagai pandangan dan sensasi 
indrawi. Karena itu, dalam Daoisme disebutkan bahwa Hun-Dun tidak 
memiliki panca-indera. Jadi jelas sekali terdapat