Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
dear Mpek Liang U, Saya tidak bermaksud menyerang mpek dan menikmati cerita pengalaman mpek Liang U. Saya hanya mengeluarkan pendapat saja tidak lebih itu. Tentu tiap orang memiliki pandangan masing2 dan saya menghormati itu. Soal Sie Djin Koei yg tidak menjadi raja, saya membaca kisah itu semasa kecil. Dan selepas meninggalkan kota kelahiran saya 33 tahun lalu, saya tidak membaca kembali kisah itu. Mengenai Koan Kong, saya sendiri semasa remaja mempelajari silat dengan jurus-jurus memakai nama koan kong seperti jurus koan kong membaca buku, jurus koan kong mengelus jenggot, jurus koan kong tampar panglima perang, jurus koan kong terjun ke medan laga , jurus koan kong mengasah golok. Hanya sebagai tokoh panutan saya lebih menyukai Sie Djin Koei. Tentu mpek Liang U memiliki pengalaman kehidupan yg lebih kaya dari saya. Saya hanya berpendapat bahwa kebaikan dan keburukan selalu hidup berdampingan tidak memandang yg tua atau yg muda. Dan yg tua berkewajiban mendidik yg muda agar tidak tejerumus pada ahlak yg rendah (ini maksud cerita mpek Liang U, bukan ? saya mengerti cerita mpek dari awal). Sebagai orang yang pernah dididik oleh yang tua, Suhu saya pendiri Gie Say Hwee di Bio Sukabumi. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg kelewat batas. Wassalam. Denny Tan. From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tue, January 12, 2010 12:30:36 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Dik Denny, Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat. Yang ditanyakan pak Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya tulis adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. Selain itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya tak pernah meriset Kuan Kong. Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie). Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik taksi berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan oleh anak-anak baru gede demikian? Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih dalam waktu singkat. Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, apa yang sebetulnya anda serang? Pengalaman itu bersifat random, tapi yang random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana dan jam berapa? Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang. Kiongchiu From: Denny Tan dennyta...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong dear mpek Liang U. kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses menjadi seorang raja. Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru. Wassalam
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Dik Denny, Baguslah kalau begitu. Berarti antara kita tak ada perbedaan paham yang prinsipil. Anak muda memang menjadi harapan orang-orang tua. Tanpa generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya, maka golongan Tionghoa Indonesia hanya akan menjadi kambing hitam terus menerus. Tanpa mau menggali moral leluhur, manusia bisa-bisa kembali ke jaman batu, yaitu: Tahu ibu tak tahu ayah.. Salam Liang U From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tue, January 12, 2010 10:23:03 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong dear Mpek Liang U, Saya tidak bermaksud menyerang mpek dan menikmati cerita pengalaman mpek Liang U. Saya hanya mengeluarkan pendapat saja tidak lebih itu. Tentu tiap orang memiliki pandangan masing2 dan saya menghormati itu. Soal Sie Djin Koei yg tidak menjadi raja, saya membaca kisah itu semasa kecil. Dan selepas meninggalkan kota kelahiran saya 33 tahun lalu, saya tidak membaca kembali kisah itu. Mengenai Koan Kong, saya sendiri semasa remaja mempelajari silat dengan jurus-jurus memakai nama koan kong seperti jurus koan kong membaca buku, jurus koan kong mengelus jenggot, jurus koan kong tampar panglima perang, jurus koan kong terjun ke medan laga , jurus koan kong mengasah golok. Hanya sebagai tokoh panutan saya lebih menyukai Sie Djin Koei. Tentu mpek Liang U memiliki pengalaman kehidupan yg lebih kaya dari saya. Saya hanya berpendapat bahwa kebaikan dan keburukan selalu hidup berdampingan tidak memandang yg tua atau yg muda. Dan yg tua berkewajiban mendidik yg muda agar tidak tejerumus pada ahlak yg rendah (ini maksud cerita mpek Liang U, bukan ? saya mengerti cerita mpek dari awal). Sebagai orang yang pernah dididik oleh yang tua, Suhu saya pendiri Gie Say Hwee di Bio Sukabumi. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg kelewat batas. Wassalam. Denny Tan. From: liang u lian...@yahoo.. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, January 12, 2010 12:30:36 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Dik Denny, Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat. Yang ditanyakan pak Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya tulis adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. Selain itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya tak pernah meriset Kuan Kong. Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie). Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik taksi berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan oleh anak-anak baru gede demikian? Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih dalam waktu singkat. Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, apa yang sebetulnya anda serang? Pengalaman itu bersifat random, tapi yang random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana dan jam berapa? Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang. Kiongchiu From: Denny Tan dennyta...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya.. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya di sana agak jauh, jarang datang ke sini, ia bilang tak apa kapan-kapan saja. Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan dibayar. Di pemilik toko, cuma geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya. Haha, pengalaman baru, ternyata anak muda sudah membuang budaya xinyong. Menga;pa demikian? Sayapun tak tahu, sudah modern? Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan . Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou. Kiongchiu Liang U From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å”�juga adalah sebuah marga) Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. Waktu itu u sekarang ditulis oe, dengan demikian diharapkan yang membaca Thung tidak akan menjadi Thoeng. Tapi setelah oe diganti u, maka banyak orang membacanya menjadi Thoeng, jelas salah. Disamping u ada orang yang menggunakan i, sebab dalam dialek Hokkian Ciangciu, terutama bagian selatan tidak ada bunyi ing, yang ada adalah eng. Jadi jika ditulis Thing tidak akan ada yang membaca Ting dengan letupan.. Karena memang ejaan tak ada standarnya, maka semua orang dapat menulis sesuai dengan cara dia. Hanya untung, para penulis cerita silat lama, yang saya tahu sampai zaman OKT, menulis dengan ejaan yang lazim, sehingga seolah-olah ada standard yaitu Thung. Gan KL sudah mulai merubah ejaan yang lazim, misalnya Bouwyong ditulis Buyung. Oleh karena itulah diperlukan suatu standar agar yang bersne sama ditulis sama, yang bersne beda juga ditulis beda. Untuk Thung yang menulisnya sebagai Thing agak banyak yang menulisnya sebagai Ting belum pernah saya temukan, tapi kemungkinan selalu ada karena tak ada ejaan standar itu. Kiongchiu From: Steve Haryono
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
dear mpek Liang U. kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses menjadi seorang raja. Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru. Wassalam. From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya di sana agak jauh, jarang datang ke sini, ia bilang tak apa kapan-kapan saja. Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan dibayar. Di pemilik toko, cuma geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya. Haha, pengalaman baru, ternyata anak muda sudah membuang budaya xinyong. Menga;pa demikian? Sayapun tak tahu, sudah modern? Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan . Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou. Kiongchiu Liang U From: liang u lian...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å”�juga adalah sebuah marga) Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. Waktu itu u sekarang ditulis oe, dengan demikian diharapkan yang membaca Thung tidak akan menjadi Thoeng. Tapi setelah oe diganti u, maka banyak orang membacanya menjadi Thoeng, jelas salah. Disamping u ada orang yang menggunakan i, sebab dalam dialek Hokkian Ciangciu, terutama bagian selatan tidak ada
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Sie djien kui nggak pernah jadi raja lho Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com Date: Mon, 11 Jan 2010 06:15:37 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong dear mpek Liang U. kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses menjadi seorang raja. Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru. Wassalam. From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya di sana agak jauh, jarang datang ke sini, ia bilang tak apa kapan-kapan saja. Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan dibayar. Di pemilik toko, cuma geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya. Haha, pengalaman baru, ternyata anak muda sudah membuang budaya xinyong. Menga;pa demikian? Sayapun tak tahu, sudah modern? Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan . Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou. Kiongchiu Liang U From: liang u lian...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å”�juga adalah sebuah marga) Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. Waktu itu u sekarang ditulis oe
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Kwan Kong, dulu waktu kecil saya sering diceritai mengenai kepahlawan Kwan Kong, Oleh Ie Po saya, Kwan Kong itu keras/kasar tapi sangat kesatria, punya dua saudara angkat, Tio Fie dan Lauw Pi, Kwan Kong brewoknya kasar matanya besar berwarna merah, dan kalau tidur melek, suatu ketika musuhnya mo membunuh Kwan Kong pada tengah malam, dia mengindap2 masuk, dengan tujuan membunuh Kwan Kong pada saat tidur, dia sangat terkejut dan menjadi takut, karena dilihatnya Kwan Kong, sedang duduk dengan mata melotot merah saga, sehingga dia lari ketakutan. Kwan Kong, Tio Fie, dan Lau Pi, saling mengasihi dan setia, padahal mereka cuma tiga saudara angkat, mereka terkenal, yg satu sangat pintar, yang satu sangat gagah kesatria, dan yang lain sangat welas asih, tiga serangkai yang saling mengenapi, dan sangat dihormati pada masanya, sehingga masyarakat membuat patung bagi ketiganya untuk dikenang. Ditaruh di Kelenteng2 dan dirumah2 tangga, itu yang saya ingat ceriteranya Sifat2 baik mereka menurut Ie Po harus saya tiru, Sayang pada usia 9 tahun saya pindah ke Jakarta, menyusul orang tua kandung yang sudah di jakarta, sehingga jauh dari orang tua2 yang suka berceritera, kisah2 lama, seperti Sam kok, Cu Goan Ciang, Ma Pau Cuan, Cau Cau, dll. Tapi yang tidak saya mengerti, mengapa tokoh2 seperti Kuan Kong itu disebut Toa Pe Kong? salam sejahtera buat semua sdr2 di mailis Budaya Tiong Hua From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, 11 January, 2010 18:28:19 Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya di sana agak jauh, jarang datang ke sini, ia bilang tak apa kapan-kapan saja. Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan dibayar. Di pemilik toko, cuma geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya. Haha, pengalaman baru, ternyata anak muda sudah membuang budaya xinyong. Menga;pa demikian? Sayapun tak tahu, sudah modern? Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan . Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou. Kiongchiu Liang U From: liang u lian...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Kayanya si denny kurang ngerti apa yang disampaikan mpek liang. Saya nangkap nya sih orang jaman dulu (seangkatan empek liang) orangnya jujur2. Anak muda sekarang kebanyakan sudah meninggalkan budaya jujur itu. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com Date: Mon, 11 Jan 2010 06:15:37 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong dear mpek Liang U. kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses menjadi seorang raja. Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru. Wassalam. From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya di sana agak jauh, jarang datang ke sini, ia bilang tak apa kapan-kapan saja. Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan dibayar. Di pemilik toko, cuma geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya. Haha, pengalaman baru, ternyata anak muda sudah membuang budaya xinyong. Menga;pa demikian? Sayapun tak tahu, sudah modern? Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan . Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou. Kiongchiu Liang U From: liang u lian...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å”�juga adalah sebuah marga) Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Kalau yg pernah baca samkok mungki masih ingat bahwa Kwankog penah ditangkap CaoCao. Oleh karena Kwankong terkenal sebagai jendral yg kuat dan pintar - CaoCao mencoba utk membeli servicenya KwanKong --- tetapi segala macem sogokan yg dapat dipikirkan oleh Caocao semua tidak berguna terhadap Kwankong. Inilah sifat jenderal ini. Mengenai minum² dan berfoya² ini adalah maklum. Seorang jendral jaman ini sudah bersedia utk mati utk negara jadi setiap waktu jiwa bisa melayang. Kalau kalah perang juga biasanya harus bunuh diri. Kalau terluka parah dimedan perang juga dibunuh oleh komandant mereka. Ditangkap musuh juga mati. Jadi kalau mereka minum dan makan enak - ini dianggap sebagai last supper sebelum mati. Apakah diantara kalian pernah melihat atau mengalami orang yg kesurupan [kitang] oleh KwanKong. Coba kalau dpt bicara dgn dia [ pakai bah. hokkian] dan tanya persoalan cerita samkok. Dia tidak akan mengerti sama sekali apa yg ditanya - ini menurut saya oleh karena story samkok banyak isapan jempolnya. Andreas --- On Mon, 1/11/10, djoko santoso yodj...@yahoo.co.uk wrote: From: djoko santoso yodj...@yahoo.co.uk Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, January 11, 2010, 9:10 AM Kwan Kong, dulu waktu kecil saya sering diceritai mengenai kepahlawan Kwan Kong, Oleh Ie Po saya, Kwan Kong itu keras/kasar tapi sangat kesatria, punya dua saudara angkat, Tio Fie dan Lauw Pi, Kwan Kong brewoknya kasar matanya besar berwarna merah, dan kalau tidur melek, suatu ketika musuhnya mo membunuh Kwan Kong pada tengah malam, dia mengindap2 masuk, dengan tujuan membunuh Kwan Kong pada saat tidur, dia sangat terkejut dan menjadi takut, karena dilihatnya Kwan Kong, sedang duduk dengan mata melotot merah saga, sehingga dia lari ketakutan. Kwan Kong, Tio Fie, dan Lau Pi, saling mengasihi dan setia, padahal mereka cuma tiga saudara angkat, mereka terkenal, yg satu sangat pintar, yang satu sangat gagah kesatria, dan yang lain sangat welas asih, tiga serangkai yang saling mengenapi, dan sangat dihormati pada masanya, sehingga masyarakat membuat patung bagi ketiganya untuk dikenang. Ditaruh di Kelenteng2 dan dirumah2 tangga, itu yang saya ingat ceriteranya Sifat2 baik mereka menurut Ie Po harus saya tiru, Sayang pada usia 9 tahun saya pindah ke Jakarta, menyusul orang tua kandung yang sudah di jakarta, sehingga jauh dari orang tua2 yang suka berceritera, kisah2 lama, seperti Sam kok, Cu Goan Ciang, Ma Pau Cuan, Cau Cau, dll. Tapi yang tidak saya mengerti, mengapa tokoh2 seperti Kuan Kong itu disebut Toa Pe Kong? salam sejahtera buat semua sdr2 di mailis Budaya Tiong Hua From: liang u lian...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, 11 January, 2010 18:28:19 Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat. Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura.. Saya, mantu, anak dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari
Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
Dik Denny, Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat.. Yang ditanyakan pak Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya tulis adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. Selain itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya tak pernah meriset Kuan Kong. Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie). Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik taksi berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan oleh anak-anak baru gede demikian? Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih dalam waktu singkat. Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, apa yang sebetulnya anda serang? Pengalaman itu bersifat random, tapi yang random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana dan jam berapa? Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang. Kiongchiu From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong dear mpek Liang U. kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses menjadi seorang raja. Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru. Wassalam.. From: liang u lian...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong dihormati karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi. Sistim ini menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang pejabat