Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-12 Terurut Topik Denny Tan
dear Mpek Liang U,

Saya tidak bermaksud menyerang mpek dan menikmati cerita pengalaman mpek Liang 
U. Saya hanya mengeluarkan pendapat saja tidak lebih itu. Tentu tiap orang 
memiliki pandangan masing2 dan saya menghormati itu. Soal Sie Djin Koei yg 
tidak menjadi raja, saya membaca kisah itu semasa kecil. Dan selepas 
meninggalkan kota kelahiran saya 33 tahun lalu, saya tidak membaca kembali 
kisah itu. Mengenai Koan Kong, saya sendiri semasa remaja mempelajari silat 
dengan jurus-jurus memakai nama koan kong seperti jurus koan kong membaca buku, 
jurus koan kong mengelus jenggot, jurus koan kong tampar panglima perang, 
jurus koan kong terjun ke medan laga , jurus koan kong mengasah golok. Hanya 
sebagai tokoh panutan saya lebih menyukai Sie Djin Koei.

Tentu mpek Liang U memiliki pengalaman kehidupan yg lebih kaya dari saya. Saya 
hanya berpendapat bahwa kebaikan dan keburukan selalu hidup berdampingan tidak 
memandang yg tua atau yg muda. Dan yg tua berkewajiban mendidik yg muda agar 
tidak tejerumus pada ahlak yg rendah (ini maksud cerita mpek Liang U, bukan ? 
saya mengerti cerita mpek dari awal).

Sebagai orang yang pernah dididik oleh yang tua, Suhu saya pendiri Gie Say Hwee 
di Bio Sukabumi. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg kelewat batas.

Wassalam.

Denny Tan.







 




From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tue, January 12, 2010 12:30:36 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Dik Denny, 
   Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati 
Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya 
setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat. Yang ditanyakan pak 
Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya tulis 
adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. Selain 
itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya tak 
pernah meriset Kuan Kong.
  Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai 
seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap 
pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat 
Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda 
tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui 
tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui 
adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang 
dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie).
   Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak 
orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini 
anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang 
pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak 
meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman 
orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, 
tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. 
   Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak 
yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik 
taksi  berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan 
oleh anak-anak baru gede demikian?  Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat 
disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, 
pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih 
dalam waktu singkat. 
   Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. 
   Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, 
apa yang sebetulnya anda serang?  Pengalaman itu bersifat random, tapi yang 
random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta 
data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana 
dan jam berapa?  Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau 
kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang.
   Kiongchiu





From: Denny Tan dennyta...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
dear mpek Liang U.

kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan 
dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan 
aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali 
di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses 
menjadi seorang raja.

Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg 
mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak 
perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan.

Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru.

Wassalam

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-12 Terurut Topik liang u
Dik Denny, 
   Baguslah kalau begitu. Berarti antara kita tak ada perbedaan  paham yang 
prinsipil.  Anak muda memang menjadi harapan orang-orang tua. Tanpa generasi 
muda yang sadar akan hak dan kewajibannya, maka golongan Tionghoa Indonesia 
hanya akan menjadi kambing hitam terus menerus. 
Tanpa mau menggali moral leluhur, manusia bisa-bisa kembali ke jaman batu, 
yaitu:  Tahu ibu tak tahu ayah.. 
   Salam
 Liang U





From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tue, January 12, 2010 10:23:03 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
dear Mpek Liang U,

Saya tidak bermaksud menyerang mpek dan menikmati cerita pengalaman mpek Liang 
U. Saya hanya mengeluarkan pendapat saja tidak lebih itu. Tentu tiap orang 
memiliki pandangan masing2 dan saya menghormati itu. Soal Sie Djin Koei yg 
tidak menjadi raja, saya membaca kisah itu semasa kecil. Dan selepas 
meninggalkan kota kelahiran saya 33 tahun lalu, saya tidak membaca kembali 
kisah itu. Mengenai Koan Kong, saya sendiri semasa remaja mempelajari silat 
dengan jurus-jurus memakai nama koan kong seperti jurus koan kong membaca buku, 
jurus koan kong mengelus jenggot, jurus koan kong tampar panglima perang, 
jurus koan kong terjun ke medan laga , jurus koan kong mengasah golok. Hanya 
sebagai tokoh panutan saya lebih menyukai Sie Djin Koei.

Tentu mpek Liang U memiliki pengalaman kehidupan yg lebih kaya dari saya. Saya 
hanya berpendapat bahwa kebaikan dan keburukan selalu hidup berdampingan tidak 
memandang yg tua atau yg muda. Dan yg tua berkewajiban mendidik yg muda agar 
tidak tejerumus pada ahlak yg rendah (ini maksud cerita mpek Liang U, bukan ? 
saya mengerti cerita mpek dari awal).

Sebagai orang yang pernah dididik oleh yang tua, Suhu saya pendiri Gie Say Hwee 
di Bio Sukabumi. Mohon ma'af jika ada kata-kata yg kelewat batas.

Wassalam.

Denny Tan.







 




From: liang u lian...@yahoo.. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Tue, January 12, 2010 12:30:36 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Dik Denny, 
   Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati 
Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya 
setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat. Yang ditanyakan pak 
Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya tulis 
adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. Selain 
itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya tak 
pernah meriset Kuan Kong.
  Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai 
seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap 
pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat 
Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda 
tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui 
tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui 
adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang 
dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie).
   Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak 
orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini 
anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang 
pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak 
meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman 
orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, 
tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. 
   Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak 
yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik 
taksi  berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan 
oleh anak-anak baru gede demikian?  Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat 
disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, 
pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih 
dalam waktu singkat. 
   Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. 
   Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, 
apa yang sebetulnya anda serang?  Pengalaman itu bersifat random, tapi yang 
random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta 
data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana 
dan jam berapa?  Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau 
kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang.
   Kiongchiu





From: Denny Tan dennyta...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik liang u
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya.. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini
 masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di 
perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. 
Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah 
menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda 
terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya 
katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling 
kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu 
koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. 
Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat 
kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan 
seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, 
sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko 
tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi 
karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si 
penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya 
di sana agak jauh, jarang datang ke sini,  ia bilang tak apa kapan-kapan saja. 
Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan 
dibayar. Di pemilik toko, cuma
 geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak 
percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? 
Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya.
Haha, pengalaman baru, ternyata  anak muda sudah membuang budaya xinyong. 
Menga;pa demikian? Sayapun  tak tahu, sudah modern?
Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan .
 Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. 
Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou.
Kiongchiu
Liang U

 




From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/�juga adalah sebuah 
marga)

  
Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah 
dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena 
bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam 
dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba 
diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. 
Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. 
Waktu itu u sekarang ditulis oe, dengan demikian diharapkan yang membaca Thung 
tidak akan menjadi Thoeng. Tapi setelah oe diganti u, maka banyak orang 
membacanya menjadi Thoeng,  jelas salah.
Disamping u ada orang yang menggunakan i, sebab dalam dialek Hokkian Ciangciu, 
terutama bagian selatan tidak ada bunyi ing, yang ada adalah eng. Jadi jika 
ditulis Thing tidak akan ada yang membaca Ting dengan letupan.. Karena memang 
ejaan tak ada standarnya, maka semua orang dapat menulis sesuai dengan cara 
dia. Hanya untung, para penulis cerita silat lama, yang saya tahu sampai zaman 
OKT, menulis dengan ejaan yang lazim, sehingga seolah-olah ada standard yaitu 
Thung.  Gan KL sudah mulai merubah ejaan yang lazim, misalnya Bouwyong ditulis 
Buyung. 
Oleh karena itulah diperlukan suatu standar agar yang bersne sama ditulis sama, 
yang bersne beda juga ditulis beda. 
Untuk Thung yang menulisnya sebagai  Thing agak  banyak yang menulisnya sebagai 
Ting belum pernah saya temukan, tapi kemungkinan selalu ada karena tak ada 
ejaan standar itu. 
Kiongchiu

 




From: Steve Haryono 

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik Denny Tan
dear mpek Liang U.

kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan 
dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan 
aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali 
di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses 
menjadi seorang raja.

Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg 
mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak 
perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan.

Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru.

Wassalam.




From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini
 masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di 
perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. 
Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah 
menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda 
terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya 
katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling 
kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu 
koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. 
Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat 
kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan 
seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, 
sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko 
tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi 
karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si 
penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya 
di sana agak jauh, jarang datang ke sini,  ia bilang tak apa kapan-kapan saja. 
Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan 
dibayar. Di pemilik toko, cuma
 geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak 
percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? 
Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya.
Haha, pengalaman baru, ternyata  anak muda sudah membuang budaya xinyong. 
Menga;pa demikian? Sayapun  tak tahu, sudah modern?
Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan .
 Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. 
Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou.
Kiongchiu
Liang U

 




From: liang u lian...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/�juga adalah sebuah 
marga)

  
Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah 
dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena 
bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam 
dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba 
diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. 
Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. 
Waktu itu u sekarang ditulis oe, dengan demikian diharapkan yang membaca Thung 
tidak akan menjadi Thoeng. Tapi setelah oe diganti u, maka banyak orang 
membacanya menjadi Thoeng,  jelas salah.
Disamping u ada orang yang menggunakan i, sebab dalam dialek Hokkian Ciangciu, 
terutama bagian selatan tidak ada

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik zhoufy
Sie djien kui nggak pernah jadi raja lho

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com
Date: Mon, 11 Jan 2010 06:15:37 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua]  Koan Kong

dear mpek Liang U.

kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan 
dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan 
aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali 
di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses 
menjadi seorang raja.

Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg 
mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak 
perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan.

Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru.

Wassalam.




From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini
 masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di 
perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. 
Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah 
menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda 
terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya 
katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling 
kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu 
koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. 
Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat 
kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan 
seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, 
sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko 
tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi 
karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si 
penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya 
di sana agak jauh, jarang datang ke sini,  ia bilang tak apa kapan-kapan saja. 
Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan 
dibayar. Di pemilik toko, cuma
 geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak 
percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? 
Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya.
Haha, pengalaman baru, ternyata  anak muda sudah membuang budaya xinyong. 
Menga;pa demikian? Sayapun  tak tahu, sudah modern?
Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan .
 Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. 
Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou.
Kiongchiu
Liang U

 




From: liang u lian...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/�juga adalah sebuah 
marga)

  
Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah 
dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena 
bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam 
dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu dicoba 
diselipkan huruf hidup, dipilih u yang dalam bahasa Belanda mendekati e pepet. 
Jadi Thung bunyinya mendekati teng dalam kata tenggara tapi dengan letupan. 
Waktu itu u sekarang ditulis oe

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik djoko santoso
Kwan Kong, dulu waktu kecil saya sering diceritai mengenai kepahlawan Kwan 
Kong, Oleh Ie Po saya, Kwan Kong itu keras/kasar tapi sangat kesatria, punya 
dua saudara angkat, Tio Fie dan Lauw Pi, Kwan Kong brewoknya kasar matanya 
besar berwarna merah, dan kalau tidur melek, suatu ketika musuhnya mo membunuh 
Kwan Kong pada tengah malam, dia mengindap2 masuk, dengan tujuan membunuh Kwan 
Kong pada saat tidur, dia sangat terkejut dan menjadi takut, karena dilihatnya 
Kwan Kong, sedang duduk dengan mata melotot merah saga, sehingga dia lari 
ketakutan.

Kwan Kong, Tio Fie, dan Lau Pi,  saling mengasihi dan setia, padahal mereka 
cuma tiga saudara angkat, mereka terkenal, yg satu sangat pintar, yang satu 
sangat gagah kesatria, dan yang lain sangat welas asih, tiga serangkai yang 
saling mengenapi, dan sangat dihormati pada masanya, sehingga masyarakat 
membuat patung bagi ketiganya untuk dikenang. Ditaruh di Kelenteng2 dan 
dirumah2 tangga, itu yang saya ingat ceriteranya

Sifat2 baik mereka menurut Ie Po harus saya tiru, Sayang pada usia 9 tahun saya 
pindah ke Jakarta, menyusul orang tua kandung yang sudah di jakarta, sehingga 
jauh dari orang tua2 yang suka berceritera, kisah2 lama, seperti Sam kok, Cu 
Goan Ciang, Ma Pau Cuan, Cau Cau, dll.

Tapi yang tidak saya mengerti, mengapa tokoh2 seperti Kuan Kong itu disebut Toa 
Pe Kong?

salam sejahtera buat semua sdr2 di mailis Budaya Tiong Hua











From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, 11 January, 2010 18:28:19
Subject: Re: [budaya_tionghua]  Koan Kong

  
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih
 berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, 
masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat 
barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang 
pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang 
pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya katanya pengusaha di 
Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling kenal, waktu itu saya 
masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu koq. Belakangan baru 
tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. Kalau kita bisa bicara 
Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan 
seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, 
sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko 
tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi 
karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si 
penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya 
di sana agak jauh, jarang datang ke sini,  ia bilang tak apa kapan-kapan saja. 
Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan 
dibayar. Di pemilik toko, cuma
 geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak 
percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? 
Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya.
Haha, pengalaman baru, ternyata  anak muda sudah membuang budaya xinyong. 
Menga;pa demikian? Sayapun  tak tahu, sudah modern?
Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan .
 Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. 
Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou.
Kiongchiu
Liang U

 




 From: liang u lian...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/å

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik jackson_yahya
Kayanya si denny kurang ngerti apa yang disampaikan mpek liang.

Saya nangkap nya sih orang jaman dulu (seangkatan empek liang) orangnya jujur2. 
Anak muda sekarang kebanyakan sudah meninggalkan budaya jujur itu.


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com
Date: Mon, 11 Jan 2010 06:15:37 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua]  Koan Kong

dear mpek Liang U.

kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan 
dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan 
aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali 
di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses 
menjadi seorang raja.

Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg 
mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak 
perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan.

Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru.

Wassalam.




From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini
 masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di 
perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. 
Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah 
menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda 
terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya 
katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling 
kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu 
koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. 
Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat 
kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura. Saya, mantu, anak dan 
seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari mantu saya, 
sebab ternyata ia sudah keluar dari toko dan saya tak tahu. Keluar dari toko 
tengok kiri tengok kanan tak ada, saya segera balik lagi, minta maaf lagi 
karena batal membeli, saya tak membawa dompet, mantu pergi entah ke mana. Si 
penjual memaksa saya, ia bilang bayarnya kapan-kapan saja. Kata saya rumah saya 
di sana agak jauh, jarang datang ke sini,  ia bilang tak apa kapan-kapan saja. 
Saya tetap tak mau, ketika itu mantu saya datang lagi. Saya pinjam uang dan 
dibayar. Di pemilik toko, cuma
 geleng-geleng kepala, ia bilang anda terlalu seji (sungkan), masa ia tak 
percaya. Saya bilang saya tak pernah datang ke sini, mengapa anda percaya? 
Percaya, katanya, karena anda orang tua, kalau anak muda saya tak percaya.
Haha, pengalaman baru, ternyata  anak muda sudah membuang budaya xinyong. 
Menga;pa demikian? Sayapun  tak tahu, sudah modern?
Oleh karena itulah Kuan Kong dianggap sebagai teladan .
 Maaf , cuma ini yang saya tahu. Tolong teman lain menambahkan. 
Mengenai Li Shimin sudah dijawab Sdr. Zhou.
Kiongchiu
Liang U

 




From: liang u lian...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:41:25 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dinasti Tang (Tang/�juga adalah sebuah 
marga)

  
Tang Xianhu adalah Tang1 (kuah) bukan Tang2 (dinasti Tang) . Seperti sudah 
dikatakan oleh sdr. King Hian, Thng begini zaman Belanda tidak lazim karena 
bahasa Belanda tidak ada ng yang berdiri sendiri sebagai huruf hidup. Dalam 
dialek Jakarta sih ada ngga yang berarti tidak. Oleh karena itu

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Kalau yg pernah baca samkok mungki masih ingat bahwa Kwankog penah ditangkap 
CaoCao.  Oleh karena Kwankong terkenal sebagai jendral yg kuat dan pintar - 
CaoCao mencoba utk membeli servicenya KwanKong --- tetapi segala  macem sogokan 
yg dapat dipikirkan oleh Caocao semua tidak berguna terhadap Kwankong.  Inilah 
sifat jenderal ini. 

Mengenai minum² dan berfoya² ini adalah maklum.
Seorang jendral jaman ini sudah bersedia utk mati utk negara  jadi setiap waktu 
jiwa bisa melayang. Kalau kalah perang juga biasanya harus bunuh diri. Kalau 
terluka parah dimedan perang juga  dibunuh oleh komandant mereka. Ditangkap 
musuh juga mati.
Jadi kalau mereka minum dan makan enak - ini dianggap sebagai last supper 
sebelum mati.
 
Apakah diantara kalian pernah melihat atau mengalami orang yg kesurupan 
[kitang] oleh KwanKong. Coba kalau dpt bicara dgn dia [ pakai bah. hokkian] dan 
tanya persoalan cerita samkok. Dia tidak akan mengerti sama sekali apa yg 
ditanya - ini menurut saya oleh karena story  samkok banyak isapan jempolnya.
 
Andreas 
 

--- On Mon, 1/11/10, djoko santoso yodj...@yahoo.co.uk wrote:


From: djoko santoso yodj...@yahoo.co.uk
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, January 11, 2010, 9:10 AM













Kwan Kong, dulu waktu kecil saya sering diceritai mengenai kepahlawan Kwan 
Kong, Oleh Ie Po saya, Kwan Kong itu keras/kasar tapi sangat kesatria, punya 
dua saudara angkat, Tio Fie dan Lauw Pi, Kwan Kong brewoknya kasar matanya 
besar berwarna merah, dan kalau tidur melek, suatu ketika musuhnya mo membunuh 
Kwan Kong pada tengah malam, dia mengindap2 masuk, dengan tujuan membunuh Kwan 
Kong pada saat tidur, dia sangat terkejut dan menjadi takut, karena dilihatnya 
Kwan Kong, sedang duduk dengan mata melotot merah saga, sehingga dia lari 
ketakutan.

Kwan Kong, Tio Fie, dan Lau Pi,  saling mengasihi dan setia, padahal mereka 
cuma tiga saudara angkat, mereka terkenal, yg satu sangat pintar, yang satu 
sangat gagah kesatria, dan yang lain sangat welas asih, tiga serangkai yang 
saling mengenapi, dan sangat dihormati pada masanya, sehingga masyarakat 
membuat patung bagi ketiganya untuk dikenang. Ditaruh di Kelenteng2 dan 
dirumah2 tangga, itu yang saya ingat ceriteranya

Sifat2 baik mereka menurut Ie Po harus saya tiru, Sayang pada usia 9 tahun saya 
pindah ke Jakarta, menyusul orang tua kandung yang sudah di jakarta, sehingga 
jauh dari orang tua2 yang suka berceritera, kisah2 lama, seperti Sam kok, Cu 
Goan Ciang, Ma Pau Cuan, Cau Cau, dll.

Tapi yang tidak saya mengerti, mengapa tokoh2 seperti Kuan Kong itu disebut Toa 
Pe Kong?

salam sejahtera buat semua sdr2 di mailis Budaya Tiong Hua











From: liang u lian...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, 11 January, 2010 18:28:19
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  



Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini
 masih berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di 
perusahaan, masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. 
Seorang pengamat barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah 
menemui seorang pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda 
terima. Seorang pejabat perusahaan yang pribumi, pernah memberi tahu saya 
katanya pengusaha di Glodok, ditelpon saja barang dikirim kalau mereka saling 
kenal, waktu itu saya masih muda, tak mengerti saya katakan memangnya begitu 
koq. Belakangan baru tahu, bahwa itu hanya berlaku di antara orang Tionghoa. 
Kalau kita bisa bicara Mandarin ditambah dialek, kepercayaan itu lebih cepat 
kita dapat.
Pernah saya menulis di milis ini pengalaman di Singapura.. Saya, mantu, anak 
dan seorang cucu pergi ke pasar, di pasar ini banyak toko-toko, ada juga pasat 
sayurnya. Putri saya langsung ke pasar sayur, sedang mantu menggendong cucu dan 
saya masuk ke toko penjual lagu-lagu. Saya coba memilih beberapa lagu lalu 
diserahkan kepada pemilik. Ketika saya mau membayar, baru saya tahu dompet tak 
ada di kantong. Sayapun berkata, minta maaf tunggu dulu saya cari

Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

2010-01-11 Terurut Topik liang u
Dik Denny, 
   Anda benar, tapi tak ada seorangpun yang tak punya kelemahan, Menghormati 
Kuan Kong bukan kehendak saya, itu adalah masyarakat Tionghoa umumnya, saya 
setuju atau tidak, tidak akan mengubah pendapat masyarakat.. Yang ditanyakan 
pak Andreas adalah mengapa Kuan Kong dihormati oleh para pengusaha. Yang saya 
tulis adalah pendapat para pengusaha yang saya dengar sejak saya masih muda. 
Selain itu saya meminta pendapat teman lain yang juga tahu untuk menambah, saya 
tak pernah meriset Kuan Kong.
  Mengenai Siq Jin Kui (Sie Djin Koei) saya tahu, tapi tak mendetail. Menilai 
seseorang melalui komik terlalu gegabah. Saya tahu Siq Jin Kuipun dianggap 
pahlawan, tapi mengapa pengaruhnya kalah oleh Kuan Kong dalam masyarakat 
Tionghoa, itu perlu diselidiki. Anda lebih menghargai Siq Jin Kui itu hak anda 
tentunya, saya tak menyalahkan. Hanya saya ingin meluruskan, bahwa Siq Jin Kui 
tak pernah menjadi raja. Ini kesalahan besar dalam kesimpulan anda. Siq Jin Kui 
adalah seorang jenderal , sedang kaisar waktu itu adalah kaisar dinasti Tang 
dimulai dari Li Yan , kemudian Li Shimin dll semua ber-sne Li (Lie).
   Kepercayaan seseorang tidak tergantung kepada usia, inipun benar, banyak 
orang tua yang jahat, dan banyak anak muda yang baik. Hanya saja dalam hal ini 
anda salah mengartikan cerita saya. Yang mengatakan begitu adalah seorang 
pedagang. Mengapa ia demikian? Pasti pernah ditipu anak muda. Saya tidak 
meneliti dia, saya juga tak kenal dia, tak ada waktu untuk meneliti pengalaman 
orang lain yang tak ada hubungannya dengan saya. Bisa saja ia menggeneralisasi, 
tapi ia pasti mengalami hal itu. Kita harus bisa memaklumi hal ini. 
   Contoh lain beberapa bulan yang lalu supir-supir taksi di Singapura banyak 
yang tidak mau menarik anak sekitar umur 13-16 tahunan, kalau mereka mau naik 
taksi  berdua atau lebih. Mengapa? Penodongan terjadi beberapa kali dilakukan 
oleh anak-anak baru gede demikian?  Itupun generalisasi, tapi mereka tak dapat 
disalahkan, demi keamanan, mereka lebih baik menghindar. Yang bagusnya, 
pemerintah tak menyalahkan supir taksi, tapi langsung bertindak, keamanan pulih 
dalam waktu singkat. 
   Saya hanya cerita pengalaman, bahwa budaya xinyong masih ada. 
   Terima kasih atas tanggapan anda, cuma saya tak dapat menangkap maksud anda, 
apa yang sebetulnya anda serang?  Pengalaman itu bersifat random, tapi yang 
random ini akan berbekas pada seseorang. Dalam cerita pengalaman jangan meminta 
data statistik, pernah berapa kali anda menemukan hal demikian dsb., di mana 
dan jam berapa?  Sayang dalam milis ini waktu lalu suka ada orang yang kalau 
kalau berdiskusi lalu minta data statistiknya. Sayang.
   Kiongchiu





From: Denny Tan dennyta...@yahoo.com
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, January 11, 2010 10:15:37 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua]  Koan Kong

  
dear mpek Liang U.
 
kelemahan koan kong adalah telalu lemah hati ketika kesempatan sudah ditangan 
dan suka mabuk. Walau gagah berani aku tidak suka meniru tokoh yg satu ini. Dan 
aku menyukai kisah Sie Djin Koei yang sekarang komiknya sudah beredar kembali 
di Gramedia. Dari seorang petani yg melarat dan yatim piatu kemudian sukses 
menjadi seorang raja.
 
Sedangkan untuk kepercayaan kepada seseorang tidak tergantung pada usia. Apa yg 
mpek Liang U alami di singapura adalah suatu hal yg biasa dan wajar. Tidak 
perlu menjadi tua dulu baru mendapat kepercayaan.
 
Mohon ma'af jika ada kata-kata yg keliru.
 
Wassalam..




 From: liang u lian...@yahoo. com
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Mon, January 11, 2010 6:28:19 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Koan Kong

  
Kuan Kong (dulu Kwan Kong) yang  nama aslinya Kuan Yi (dulu Kwan Ie), kong 
adalah panggilan kehormatan, seperti hakim Pao Kong. Kuan Kong  dihormati 
karena sifatnya yang satria, jujur, setia dan moralnya yang tinggi. Saya pernah 
mendengar dari para pengusaha yang memuja Kuan Kong, kejujuran dan dan 
kesetiaan dalam bisnis penting. Kejujuran adalah tidak menipu konsumen maupun 
supplier, kesetiaan adalah etika bisnis, bila setelah anda menyanggupi meskipun 
tanpa bukti tertulis, anda tetap harus menepatinya. Ini yang disebut xinyong 
atau kepercayaan. Pengusaha tradisional selalu mencoba mentaatinya, kalau tidak 
namanya hancur dan tak ada orang yang akan mempercayai lagi.  Sistim ini 
menjadi rumit karena sekarang pengusaha banyak sakali, sehingga kalau ada 
pengusha yang nakal, biarpun namanya rusak, yang kenal dia cuma sebagian kecil, 
sehingga ia masih tetap hidup. Meskipun demikian, di antara pengusaha yang erat 
berhubungan, sistim xinyong 信用 ini masih
 berlaku. Saya bukan pengusaha, tapi karena saya pernah bekerja di perusahaan, 
masih banyak orang diantara kita, yang melakukan hal demikian. Seorang pengamat 
barat, ketika mengadakan survey di Asia Tenggara, pernah menemui seorang 
pengusaha besar menyerahkan cheque satu juga dolar tanpa tanda terima. Seorang 
pejabat