[budaya_tionghua] Catatan Perjalanan V - Lok Yang

2006-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Di bawah ini catatan perjalanan Harry Alim sianseng yang ke-V dalam
'menapak-tilasi' lokasi-lokasi cersil di Tionggoan

Foto-foto seputar Lok Yang dapat dilihat dengan meng-klik:
http://forums.indoforums.info/viewtopic.php?t=5914

Wasalam.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Lok Yang pertama saya kenal melalui cerita Pendekar Sejati, karya Liang Ie
Shen.
Liang Ie Shen mungkin satu2nya pengarang yang cerita hasil karyanya paling
bertebaran di banyak tempat dan waktu.

Lok Yang (Luoyang) memang terlihat gelap sewaktu saya datang. Tapi itu
sudah pukul 11.30 malam, dan ada kemungkinan lampu2 di plaza depan
stasiun kereta api dikurangi karena hampir tengah malam.

Terasa lega menghirup udara malam Lok yang, sungguh beruntung bisa duduk
di kereta makan selama 3 setengah jam dari desa Mengyuan, kalau tidak entah
bagaimana membayar lelah mendaki gunung Hoa San (Lihat catatan perjalanan
sebelumnya).

Sudah beberapa kali kaki seakan malas diajak berjalan, mendaki gunung Hoa
San sungguh sangat melelahkan. dan pilihan untuk langsung berangkat ke Lok
Yang tanpa beristirahat di desa Hoa San sungguh pilihan nekat, karena naik
kereta api dari stasiun kecil risikonya jelas, tidak ada tempat duduk, dan
harus siap berdirii. Walaupun Mengyuan sampai Lok Yang hanya tiga setengah
jam, terbayang rasanya berdiri selama itu setelah seharian mendaki Hoa San.

Untung mencari hotel cukup mudah, banyak hotel yang cukup baik tersedia di
depan stasiun, ada air panas dan ruangan cukup lega, sehingga segera kita
terlelap tidur.

Di pagi hari Lok Yang terasa terang benderang, sinar yang masuk dari jendela
menggugah semangat.

Lok Yang memang tidak seramai Xian atau Zhengzhou, karena bukan ibukota
propinsi. Tetapi inilah kota yang pernah paling tidak menjadi ibukota 11
dinasti, Han, Wei dll. di sekitar abad 5.
Ibukota dari Datong dipindah ke Lok Yang, dan berakhirlah Dinasti Wei
Utara, mulailah Dinasti Wei Selatan.
Lok Yang inilah yang cukup paling sering menjadi ibukota Tiong-kok

Lok Yang berkali kali dibangun dan dihancurkan.
Terakhir dihancurkan tentara Kim, pada abad 12, dan setelah itu hampir tidak
pernah bangun lagi, dan Lok Yang ditinggalkan banyak orang, hanya untuk
bangkit kembali setelah jaman modern, waktu Tiongkok dipegang oleh
pemerintah Komunis.

Beberapa kali Liang Ie Shen mengambil setting cerita di sini, misalnya Beng
Ciang Hong In Lok (Pendekar Sejati), dan juga Jala Pedang Jaring Sutra
Di salah satu episode Jala Pedang Jaring Sutra, disebutkan para tetamu
yang sedang mengagumi bunga bo-tan (peony). Satu kebiasaan yang
diteruskan sampai sekarang, penduduk Lok Yang di sekitar 15 - 25 April
setiap tahunnya mengadakan festival bunga bo-tan.

Tidak aneh Lok Yang sering dipilih menjadi ibukota, karena kota ini terletak
di dekat pertemuan Sungai Lok (Lok Hoo) dan Sungai Kuning (Hong Hoo), di
dataran yang subur.
Air dari salju yang mencair pada akhir musim dingin di atas endapan lumpur
yang membentuk dataran ini dapat tersimpan cukup lama dan menjamin tanah
tetap basah selama beberapa bulan sampai datangnya hujan, sehingga
menjadikan daerah ini subur dari sejak jaman dulu.

Pagi itu tidak susah mencari bus menuju Longmen Caves (Longmen Shiku),
dan dalam perjalanan berusaha untuk tidak jatuh tertidur, memandang keluar
jendela sambil memikir entah berapa banyak darah pernah membasahi tanah itu.
Sudah lama darah mengering dan kembali tertiup angin menjadi debu sejarah
hinggap di orang yang lalu-lalang, kemudian tercuci, dan seperti juga debu
lain tercuci hujan dan sudah larut ke sungai mengendap menjadi debu kembali.
Warna merah juga sudah hilang dan orang-orang d pinggir jalan agaknya juga
sudah lupa, sejarah akhirnya hanya di tangan orang ahli.

Tetapi inilah kota di mana jalan-jalannya pernah dilewati Cao Coh, Kwan
Kong, Lauw Pie, Thio Hui di jaman Tiga Negara (Sam Kok), Lok Yang
waktu itu ibukota Dinasti Han Timur.
Selalu menyedihkan mengingat bagaimana Kwan Kong meninggal karena tipu-
akal Sun Kwan, dan tetap menyesakkan kenapa Kwan Kong mau masuk ke
dalam perangkap.
Dan di kota inilah terletak petilasan Kwan Kong. Di jaman Beng Tiauw,
sebuah kuil (Guan Lin Sie) didirikan sebagai penghormatan, dan pada jaman
Ceng Tiauw diberi gelar anumerta.

Bus melintas pasar di pagi ini, orang lalu-lalang di pinggir jalan, banyak
semangka, buah pear, peach dan apple di jual di gerobag.
Dalam keadaan begitu banyak buah dan suasana demikian cerah, bus akhirnya
tiba di tujuan.

Hampir di semua tempat wisata dibentuk otorita kawasan wisata, dan
pengunjung harus berjalan lebih dari 500 m untuk sampai ke gua-gua Longmen.
Bersama-sama Yun-gang di Datong dan Dunhuang inilah gua-gua yang
dibangun di abad 4 sampai abad 7 yang menunjukkan tersebarnya agama
Budha di daratan Tiongkok.

Mungkin inilah gua gua yang dimaksud oleh Khu Lung di karyanya, Pendekar
Baja, tetapi tidak ada gua yang terlalu dalam.  Atau mungkin juga di bukit
yang lebih jauh ke selatan.
Longmen Shiku terletak 15 km di selatan Lok Yang di depan 

[budaya_tionghua] Catatan Perjalanan V - Lok Yang

2006-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Di bawah ini catatan perjalanan Harry Alim sianseng yang ke-V dalam
'menapak-tilasi' lokasi-lokasi cersil di Tionggoan

Foto-foto seputar Lok Yang dapat dilihat dengan meng-klik:
http://forums.indoforums.info/viewtopic.php?t=5914

Wasalam.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Lok Yang pertama saya kenal melalui cerita Pendekar Sejati, karya Liang Ie
Shen.
Liang Ie Shen mungkin satu2nya pengarang yang cerita hasil karyanya paling
bertebaran di banyak tempat dan waktu.

Lok Yang (Luoyang) memang terlihat gelap sewaktu saya datang. Tapi itu
sudah pukul 11.30 malam, dan ada kemungkinan lampu2 di plaza depan
stasiun kereta api dikurangi karena hampir tengah malam.

Terasa lega menghirup udara malam Lok yang, sungguh beruntung bisa duduk
di kereta makan selama 3 setengah jam dari desa Mengyuan, kalau tidak entah
bagaimana membayar lelah mendaki gunung Hoa San (Lihat catatan perjalanan
sebelumnya).

Sudah beberapa kali kaki seakan malas diajak berjalan, mendaki gunung Hoa
San sungguh sangat melelahkan. dan pilihan untuk langsung berangkat ke Lok
Yang tanpa beristirahat di desa Hoa San sungguh pilihan nekat, karena naik
kereta api dari stasiun kecil risikonya jelas, tidak ada tempat duduk, dan
harus siap berdirii. Walaupun Mengyuan sampai Lok Yang hanya tiga setengah
jam, terbayang rasanya berdiri selama itu setelah seharian mendaki Hoa San.

Untung mencari hotel cukup mudah, banyak hotel yang cukup baik tersedia di
depan stasiun, ada air panas dan ruangan cukup lega, sehingga segera kita
terlelap tidur.

Di pagi hari Lok Yang terasa terang benderang, sinar yang masuk dari jendela
menggugah semangat.

Lok Yang memang tidak seramai Xian atau Zhengzhou, karena bukan ibukota
propinsi. Tetapi inilah kota yang pernah paling tidak menjadi ibukota 11
dinasti, Han, Wei dll. di sekitar abad 5.
Ibukota dari Datong dipindah ke Lok Yang, dan berakhirlah Dinasti Wei
Utara, mulailah Dinasti Wei Selatan.
Lok Yang inilah yang cukup paling sering menjadi ibukota Tiong-kok

Lok Yang berkali kali dibangun dan dihancurkan.
Terakhir dihancurkan tentara Kim, pada abad 12, dan setelah itu hampir tidak
pernah bangun lagi, dan Lok Yang ditinggalkan banyak orang, hanya untuk
bangkit kembali setelah jaman modern, waktu Tiongkok dipegang oleh
pemerintah Komunis.

Beberapa kali Liang Ie Shen mengambil setting cerita di sini, misalnya Beng
Ciang Hong In Lok (Pendekar Sejati), dan juga Jala Pedang Jaring Sutra
Di salah satu episode Jala Pedang Jaring Sutra, disebutkan para tetamu
yang sedang mengagumi bunga bo-tan (peony). Satu kebiasaan yang
diteruskan sampai sekarang, penduduk Lok Yang di sekitar 15 - 25 April
setiap tahunnya mengadakan festival bunga bo-tan.

Tidak aneh Lok Yang sering dipilih menjadi ibukota, karena kota ini terletak
di dekat pertemuan Sungai Lok (Lok Hoo) dan Sungai Kuning (Hong Hoo), di
dataran yang subur.
Air dari salju yang mencair pada akhir musim dingin di atas endapan lumpur
yang membentuk dataran ini dapat tersimpan cukup lama dan menjamin tanah
tetap basah selama beberapa bulan sampai datangnya hujan, sehingga
menjadikan daerah ini subur dari sejak jaman dulu.

Pagi itu tidak susah mencari bus menuju Longmen Caves (Longmen Shiku),
dan
dalam perjalanan berusaha untuk tidak jatuh tertidur, memandang keluar
jendela sambil memikir entah berapa banyak darah pernah membasahi tanah itu.
Sudah lama darah mengering dan kembali tertiup angin menjadi debu sejarah
hinggap di orang yang lalu-lalang, kemudian tercuci, dan seperti juga debu
lain tercuci hujan dan sudah larut ke sungai mengendap menjadi debu kembali.
Warna merah juga sudah hilang dan orang-orang d pinggir jalan agaknya juga
sudah lupa, sejarah akhirnya hanya di tangan orang ahli.

Tetapi inilah kota di mana jalan-jalannya pernah dilewati Cao Coh, Kwan
Kong, Lauw Pie, Thio Hui di jaman Tiga Negara (Sam Kok), Lok Yang
waktu itu ibukota Dinasti Han Timur.
Selalu menyedihkan mengingat bagaimana Kwan Kong meninggal karena tipu-
akal Sun Kwan, dan tetap menyesakkan kenapa Kwan Kong mau masuk ke
dalam perangkap.
Dan di kota inilah terletak petilasan Kwan Kong. Di jaman Beng Tiauw,
sebuah kuil (Guan Lin Sie) didirikan sebagai penghormatan, dan pada jaman
Ceng Tiauw diberi gelar anumerta.

Bus melintas pasar di pagi ini, orang lalu-lalang di pinggir jalan, banyak
semangka, buah pear, peach dan apple di jual di gerobag.
Dalam keadaan begitu banyak buah dan suasana demikian cerah, bus akhirnya
tiba di tujuan.

Hampir di semua tempat wisata dibentuk otorita kawasan wisata, dan
pengunjung harus berjalan lebih dari 500 m untuk sampai ke gua-gua Longmen.
Bersama-sama Yun-gang di Datong dan Dunhuang inilah gua-gua yang
dibangun di abad 4 sampai abad 7 yang menunjukkan tersebarnya agama
Budha di daratan Tiongkok.

Mungkin inilah gua gua yang dimaksud oleh Khu Lung di karyanya, Pendekar
Baja, tetapi tidak ada gua yang terlalu dalam.  Atau mungkin juga di bukit
yang lebih jauh ke selatan.
Longmen Shiku terletak 15 km di selatan Lok Yang di depan 

[budaya_tionghua] Catatan Perjalanan V - Lok Yang

2006-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Di bawah ini catatan perjalanan Harry Alim sianseng yang ke-V dalam
'menapak-tilasi' lokasi-lokasi cersil di Tionggoan

Foto-foto seputar Lok Yang dapat dilihat dengan meng-klik:
http://forums.indoforums.info/viewtopic.php?t=5914

Wasalam.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Lok Yang pertama saya kenal melalui cerita Pendekar Sejati, karya Liang Ie
Shen.
Liang Ie Shen mungkin satu2nya pengarang yang cerita hasil karyanya paling
bertebaran di banyak tempat dan waktu.

Lok Yang (Luoyang) memang terlihat gelap sewaktu saya datang. Tapi itu
sudah pukul 11.30 malam, dan ada kemungkinan lampu2 di plaza depan
stasiun kereta api dikurangi karena hampir tengah malam.

Terasa lega menghirup udara malam Lok yang, sungguh beruntung bisa duduk
di kereta makan selama 3 setengah jam dari desa Mengyuan, kalau tidak entah
bagaimana membayar lelah mendaki gunung Hoa San (Lihat catatan perjalanan
sebelumnya).

Sudah beberapa kali kaki seakan malas diajak berjalan, mendaki gunung Hoa
San sungguh sangat melelahkan. dan pilihan untuk langsung berangkat ke Lok
Yang tanpa beristirahat di desa Hoa San sungguh pilihan nekat, karena naik
kereta api dari stasiun kecil risikonya jelas, tidak ada tempat duduk, dan
harus siap berdirii. Walaupun Mengyuan sampai Lok Yang hanya tiga setengah
jam, terbayang rasanya berdiri selama itu setelah seharian mendaki Hoa San.

Untung mencari hotel cukup mudah, banyak hotel yang cukup baik tersedia di
depan stasiun, ada air panas dan ruangan cukup lega, sehingga segera kita
terlelap tidur.

Di pagi hari Lok Yang terasa terang benderang, sinar yang masuk dari jendela
menggugah semangat.

Lok Yang memang tidak seramai Xian atau Zhengzhou, karena bukan ibukota
propinsi. Tetapi inilah kota yang pernah paling tidak menjadi ibukota 11
dinasti, Han, Wei dll. di sekitar abad 5.
Ibukota dari Datong dipindah ke Lok Yang, dan berakhirlah Dinasti Wei
Utara, mulailah Dinasti Wei Selatan.
Lok Yang inilah yang cukup paling sering menjadi ibukota Tiong-kok

Lok Yang berkali kali dibangun dan dihancurkan.
Terakhir dihancurkan tentara Kim, pada abad 12, dan setelah itu hampir tidak
pernah bangun lagi, dan Lok Yang ditinggalkan banyak orang, hanya untuk
bangkit kembali setelah jaman modern, waktu Tiongkok dipegang oleh
pemerintah Komunis.

Beberapa kali Liang Ie Shen mengambil setting cerita di sini, misalnya Beng
Ciang Hong In Lok (Pendekar Sejati), dan juga Jala Pedang Jaring Sutra
Di salah satu episode Jala Pedang Jaring Sutra, disebutkan para tetamu
yang sedang mengagumi bunga bo-tan (peony). Satu kebiasaan yang
diteruskan sampai sekarang, penduduk Lok Yang di sekitar 15 - 25 April
setiap tahunnya mengadakan festival bunga bo-tan.

Tidak aneh Lok Yang sering dipilih menjadi ibukota, karena kota ini terletak
di dekat pertemuan Sungai Lok (Lok Hoo) dan Sungai Kuning (Hong Hoo), di
dataran yang subur.
Air dari salju yang mencair pada akhir musim dingin di atas endapan lumpur
yang membentuk dataran ini dapat tersimpan cukup lama dan menjamin tanah
tetap basah selama beberapa bulan sampai datangnya hujan, sehingga
menjadikan daerah ini subur dari sejak jaman dulu.

Pagi itu tidak susah mencari bus menuju Longmen Caves (Longmen Shiku),
dan dalam perjalanan berusaha untuk tidak jatuh tertidur, memandang keluar
jendela sambil memikir entah berapa banyak darah pernah membasahi tanah itu.
Sudah lama darah mengering dan kembali tertiup angin menjadi debu sejarah
hinggap di orang yang lalu-lalang, kemudian tercuci, dan seperti juga debu
lain tercuci hujan dan sudah larut ke sungai mengendap menjadi debu kembali.
Warna merah juga sudah hilang dan orang-orang d pinggir jalan agaknya juga
sudah lupa, sejarah akhirnya hanya di tangan orang ahli.

Tetapi inilah kota di mana jalan-jalannya pernah dilewati Cao Coh, Kwan
Kong, Lauw Pie, Thio Hui di jaman Tiga Negara (Sam Kok), Lok Yang
waktu itu ibukota Dinasti Han Timur.
Selalu menyedihkan mengingat bagaimana Kwan Kong meninggal karena tipu-
akal Sun Kwan, dan tetap menyesakkan kenapa Kwan Kong mau masuk ke
dalam perangkap.
Dan di kota inilah terletak petilasan Kwan Kong. Di jaman Beng Tiauw,
sebuah kuil (Guan Lin Sie) didirikan sebagai penghormatan, dan pada jaman
Ceng Tiauw diberi gelar anumerta.

Bus melintas pasar di pagi ini, orang lalu-lalang di pinggir jalan, banyak
semangka, buah pear, peach dan apple di jual di gerobag.
Dalam keadaan begitu banyak buah dan suasana demikian cerah, bus akhirnya
tiba di tujuan.

Hampir di semua tempat wisata dibentuk otorita kawasan wisata, dan
pengunjung harus berjalan lebih dari 500 m untuk sampai ke gua-gua Longmen.
Bersama-sama Yun-gang di Datong dan Dunhuang inilah gua-gua yang
dibangun di abad 4 sampai abad 7 yang menunjukkan tersebarnya agama
Budha di daratan Tiongkok.

Mungkin inilah gua gua yang dimaksud oleh Khu Lung di karyanya, Pendekar
Baja, tetapi tidak ada gua yang terlalu dalam.  Atau mungkin juga di bukit
yang lebih jauh ke selatan.
Longmen Shiku terletak 15 km di selatan Lok Yang di depan 

[budaya_tionghua] Catatan Perjalanan V - Lok Yang

2006-10-18 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Di bawah ini catatan perjalanan Harry Alim sianseng yang ke-V dalam
'menapak-tilasi' lokasi-lokasi cersil di Tionggoan

Foto-foto seputar Lok Yang dapat dilihat dengan meng-klik:
http://forums.indoforums.info/viewtopic.php?t=5914

Wasalam.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Lok Yang pertama saya kenal melalui cerita Pendekar Sejati, karya Liang Ie
Shen.
Liang Ie Shen mungkin satu2nya pengarang yang cerita hasil karyanya paling
bertebaran di banyak tempat dan waktu.

Lok Yang (Luoyang) memang terlihat gelap sewaktu saya datang. Tapi itu
sudah pukul 11.30 malam, dan ada kemungkinan lampu2 di plaza depan
stasiun kereta api dikurangi karena hampir tengah malam.

Terasa lega menghirup udara malam Lok yang, sungguh beruntung bisa duduk
di kereta makan selama 3 setengah jam dari desa Mengyuan, kalau tidak entah
bagaimana membayar lelah mendaki gunung Hoa San (Lihat catatan perjalanan
sebelumnya).

Sudah beberapa kali kaki seakan malas diajak berjalan, mendaki gunung Hoa
San sungguh sangat melelahkan. dan pilihan untuk langsung berangkat ke Lok
Yang tanpa beristirahat di desa Hoa San sungguh pilihan nekat, karena naik
kereta api dari stasiun kecil risikonya jelas, tidak ada tempat duduk, dan
harus siap berdirii. Walaupun Mengyuan sampai Lok Yang hanya tiga setengah
jam, terbayang rasanya berdiri selama itu setelah seharian mendaki Hoa San.

Untung mencari hotel cukup mudah, banyak hotel yang cukup baik tersedia di
depan stasiun, ada air panas dan ruangan cukup lega, sehingga segera kita
terlelap tidur.

Di pagi hari Lok Yang terasa terang benderang, sinar yang masuk dari jendela
menggugah semangat.

Lok Yang memang tidak seramai Xian atau Zhengzhou, karena bukan ibukota
propinsi. Tetapi inilah kota yang pernah paling tidak menjadi ibukota 11
dinasti, Han, Wei dll. di sekitar abad 5.
Ibukota dari Datong dipindah ke Lok Yang, dan berakhirlah Dinasti Wei
Utara, mulailah Dinasti Wei Selatan.
Lok Yang inilah yang cukup paling sering menjadi ibukota Tiong-kok

Lok Yang berkali kali dibangun dan dihancurkan.
Terakhir dihancurkan tentara Kim, pada abad 12, dan setelah itu hampir tidak
pernah bangun lagi, dan Lok Yang ditinggalkan banyak orang, hanya untuk
bangkit kembali setelah jaman modern, waktu Tiongkok dipegang oleh
pemerintah Komunis.

Beberapa kali Liang Ie Shen mengambil setting cerita di sini, misalnya Beng
Ciang Hong In Lok (Pendekar Sejati), dan juga Jala Pedang Jaring Sutra
Di salah satu episode Jala Pedang Jaring Sutra, disebutkan para tetamu
yang sedang mengagumi bunga bo-tan (peony). Satu kebiasaan yang
diteruskan sampai sekarang, penduduk Lok Yang di sekitar 15 - 25 April
setiap tahunnya mengadakan festival bunga bo-tan.

Tidak aneh Lok Yang sering dipilih menjadi ibukota, karena kota ini terletak
di dekat pertemuan Sungai Lok (Lok Hoo) dan Sungai Kuning (Hong Hoo), di
dataran yang subur.
Air dari salju yang mencair pada akhir musim dingin di atas endapan lumpur
yang membentuk dataran ini dapat tersimpan cukup lama dan menjamin tanah
tetap basah selama beberapa bulan sampai datangnya hujan, sehingga
menjadikan daerah ini subur dari sejak jaman dulu.

Pagi itu tidak susah mencari bus menuju Longmen Caves (Longmen Shiku),
dan dalam perjalanan berusaha untuk tidak jatuh tertidur, memandang keluar
jendela sambil memikir entah berapa banyak darah pernah membasahi tanah itu.
Sudah lama darah mengering dan kembali tertiup angin menjadi debu sejarah
hinggap di orang yang lalu-lalang, kemudian tercuci, dan seperti juga debu
lain tercuci hujan dan sudah larut ke sungai mengendap menjadi debu kembali.
Warna merah juga sudah hilang dan orang-orang d pinggir jalan agaknya juga
sudah lupa, sejarah akhirnya hanya di tangan orang ahli.

Tetapi inilah kota di mana jalan-jalannya pernah dilewati Cao Coh, Kwan
Kong, Lauw Pie, Thio Hui di jaman Tiga Negara (Sam Kok), Lok Yang
waktu itu ibukota Dinasti Han Timur.
Selalu menyedihkan mengingat bagaimana Kwan Kong meninggal karena tipu-
akal Sun Kwan, dan tetap menyesakkan kenapa Kwan Kong mau masuk ke
dalam perangkap.
Dan di kota inilah terletak petilasan Kwan Kong. Di jaman Beng Tiauw,
sebuah kuil (Guan Lin Sie) didirikan sebagai penghormatan, dan pada jaman
Ceng Tiauw diberi gelar anumerta.

Bus melintas pasar di pagi ini, orang lalu-lalang di pinggir jalan, banyak
semangka, buah pear, peach dan apple di jual di gerobag.
Dalam keadaan begitu banyak buah dan suasana demikian cerah, bus akhirnya
tiba di tujuan.

Hampir di semua tempat wisata dibentuk otorita kawasan wisata, dan
pengunjung harus berjalan lebih dari 500 m untuk sampai ke gua-gua Longmen.
Bersama-sama Yun-gang di Datong dan Dunhuang inilah gua-gua yang
dibangun di abad 4 sampai abad 7 yang menunjukkan tersebarnya agama
Budha di daratan Tiongkok.

Mungkin inilah gua gua yang dimaksud oleh Khu Lung di karyanya, Pendekar
Baja, tetapi tidak ada gua yang terlalu dalam.  Atau mungkin juga di bukit
yang lebih jauh ke selatan.
Longmen Shiku terletak 15 km di selatan Lok Yang di depan