----- Original Message ----- 
From: santoso.bern...@neuf.fr 
To: hk...@yahoogroups.com 
Sent: Monday, October 19, 2009 8:36 PM
Subject: [HKSIS] Tr:Jawa Pos | Selalu Ada yang Baru! D.Iskan: Beijing (1)


Jawa Pos

Kamis, 15 Oktober 2009 ] 
Dahlan Iskan: Pesatnya Perkembangan Turisme Kota Beijing (1) 

Geser Singapura sebagaiPusat Turisme KotaAsia 

KALAU dulu hanya ditemani Wangfujing, kini pusat turisme Tian An Men -Forbiden 
City sudah dikitari tiga pusat kya-kya sekaligus. Masing-masing dengan ciri 
khas dan segmennya sendiri-sendiri. Ditambah pembangunan CDB (Central Business 
District) di arah timur Tian An Men, saya sudah bisa membuat kesimpulan ini: 
turisme-kota di Asia yang selama ini hanya disimbolkan oleh Singapura, segera 
diambil alih Beijing.

Setelah penutupan World Media Summit, saya pergi ke CDB dan naik ke lantai 66 
sebuah gedung baru di kompleks yang isinya hanya gedung-gedung yang menuding 
langit. Saya masuk ke restorannya di beberapa lantai di atas lantai 66, lalu 
naik lagi untuk mengintip diskoteknya, naik lagi untuk melongok ke bar-barnya: 
saya tidak tahu lagi kalau malam itu berada di Beijing yang pernah saya kenal. 
Saya sudah seperti berada di kehidupan malam Los Angeles, atau New York, atau 
Tokyo. Sudah mengalahkan Singapura. 

Di samping wisata yang mengandalkan kekunoannya, belanjanya, dan kya-kyanya, 
kini Beijing pun sudah memiliki wisata hiburan malam yang elegannya seperti di 
Barat. Bahkan, dengan alokasi ruangan yang lebih besar. Ini karena Beijing juga 
sudah menjadi salah satu pusat keuangan di luar Shanghai dan Shenzhen. 

Pembenahan Kota Beijing yang gila-gilaan lima tahun terakhir memang telah 
membuat kota ini sangat modern, bersih, cantik, dan terasa sekali sangat 
elegan. Beijinglah kota paling elegan di Tiongkok. Sudah lebih 15 tahun ini 
saya tidak pernah tidak ke Beijing setiap tahun. Yakni, sejak saya masih 
tinggal di hotel yang di halamannya masih berserakan batubara yang sangat kotor 
untuk menyediakan air panas sampai kini masuk ke hotel yang lobinya saja di 
lantai 66. Bahkan belakangan, dengan semakin banyaknya kegiatan, saya bisa ke 
Beijing tiga-lima kali setahun. Saya bisa "menggrafikkan" dengan baik 
perkembangan Beijing dari tahun ke tahun. Terasa sekali ambisinya untuk 
mengalahkan To! kyo segera terwujud. Tidak lagi memperhitungkan Singapura. 

Maka, kalau dulu turisme hanya mengandalkan peninggalan kuno yang memang sangat 
berharga seperti Kota Terlarang dan Tembok Besar, kini Beijing sudah 
benar-benar masuk ke turisme kota. Tian An Men dengan Forbiden Citynya, terus 
dibenahi sehingga kekunoannya ditambahi daya tarik modernisasi: air mancur 
bermain di sepanjang tembok depan Kota Terlarang, perombakan tata cahaya di 
waktu malam dan vtron-vtron raksasa. Orang yang pernah ke kawasan Tian An Men 
pun akan selalu ingin melihat perkembangan barunya.

Dari sini, ke timur sedikit ada tempat jalan-jalan Wangfujing yang sudah 
legendaris, tapi juga terus diperbarui. Kini orang juga sudah diberi pilihan 
untuk jalan-jalan ke arah barat: Xidan. Kawasan inilah yang disiapkan untuk 
anak-anak muda dengan turisme gaya hidup mudanya.

Bahkan, sekarang ini (baru sekali ini saya lihat karena memang baru saja jadi), 
kampung di belakang (selatan) Tian An Men sudah pula diubah menjadi pusat 
jalan-jalan baru yang desainnya sangat modern, tapi dengan ciri khas Tiongkok. 
Inilah pusat kya-kya baru yang khas dan elegan sepanjang 1 km: Qianmen. 

Begitu kuatnya pembentukan ciri khas pusat jalan-jalan di Qianmen ini sehingga 
tidak satu gerai pun yang boleh melanggar ciri khas yang sudah ditetapkan. 
Tidak ada kompromi untuk mencapai pencitraan yang kuat itu. Merek terkuat di 
dunia seperti Starbuck pun harus tunduk. Tidak boleh menampilkan logo Starbuck 
yang amat spesial itu di sini. Warna gerainya juga tidak boleh menggunakan 
warna khas Starbuck. Harus diubah menjadi agak abu-abu-hitam yang mencitrakan 
bangunan modern, tapi terasa kuno. 

Inilah rasanya kasus marketing di mana pemilik merek yang menguasai dunia harus 
kalah total di Beijing. Sampai-sampai di papan nama besar di luarnya pun tidak 
boleh ada tulisan Starbuck. Yang boleh adalah tulisan Xing Pa Ke dalam huruf 
Mandarin. Xing Pa Ke adalah nama Mandarin untuk Starbuck sebagaimana nama Iskan 
menjadi Yu Shi Gan. Nama Starbuck hanya ! boleh ditulis kecil di bawah samping 
gerai, itu pun di barisan kedua. Maka, orang asing yang jalan-jalan ke situ 
tidak akan mengira kalau gerai itu adalah gerai Starbuck. 

Ini menandakan bahwa posisi tawar pusat jalan-jalan Qianmen sangat kuat. Sampai 
bisa membuat merek kelas dunia tunduk pada aturannya. Saya jadi ingat ketika 
diberi hak sewa tiga tahun untuk mengelola Jalan Kembang Jepun menjadi Kya Kya 
di malam hari: ingin mengecat bangunan di sepanjang Jalan Kembang Jepun saja 
tidak mendapat respons dari pemiliknya. Betapa lemahnya posisi saya saat itu. 
Mungkin juga karena saat itu saya hanya dapat hak kelola dari pemda tiga tahun 
sehingga tidak bisa mendapat kepercayaan pasar.

Di Qianmen ini bahkan restoran Peking Duck tertua di Tiongkok (tahun ini 
berumur 145 tahun) harus tunduk pula. Akibatnya, restoran ini harus mundur ke 
barisan kedua di belakang bangunan barisan pertama. Kalaupun ngotot tetap buka 
di barisan pertama, restoran ini tidak akan bisa mendapat jatah ruang yang 
luas. Padahal, ribuan orang makan bebek di sini. 

Saya harus minta tolong teman di Beijing mengantrekan sejak pukul 15.00 untuk 
bisa mengajak rombongan para pengelola DBL dari seluruh Indonesia untuk makan 
pukul 16.30 (saat restoran mulai dibuka). Itu pun sudah kalah dulu. Mendapat 
nomor 17. 

Tembok depan berumur 145 tahun yang menjadi ciri khas restoran ini pun harus 
dipindah! Tidak cocok dengan karakter yang ingin dibentuk pusat jalan-jalan 
ini. Pemilik restoran terpaksa mengabadikan tembok bersejarah itu dengan cara 
membangun tembok baru dengan desain yang sama di pintu masuknya yang baru di 
barisan kedua bangunan di Qianmen.

Sebenarnya restoran ini sudah punya satu cabang tidak jauh dari situ. Yakni, 
sebuah bangunan besar 7 lantai yang setiap lantai selalu penuh dengan orang 
yang makan bebek. Saya juga sering membawa keluarga makan di sini. 
Kelebihannya: kita mendapat sertifikat yang berisi pemberitahuan bebek ke 
berapa yang kita makan hari itu. Bebek yang saya makan hari itu, misalnya, 
adalah bebe! k yang ke 1.684.356.245. Artinya, sampai hari itu sudah 1,6 miliar 
lebih bebek yang oleh manusia tidak dihargai perikebebekannya. 

Tentu saya tidak pernah bertanya apakah benar bebek yang saya makan itu adalah 
bebek yang ke 1.684.356.245. Saya takut dianggap tidak percaya lalu disuruh 
menghitung sendiri. Angka yang saya tulis itu pun tidak perlu Anda tanyakan 
keakuratannya. Sertifikat asli saya sudah hilang. Saya hanya ingat angka-angka 
depannya. Kalau tidak percaya, Anda terpaksa membantu menemukan kembali 
sertifikat saya....(*)

[ Jum'at, 16 Oktober 2009 ] 
Dahlan Iskan: Pesatnya Perkembangan Kota Beijing (2) 

Saatnya Menarik Turis Tiongkok ke Indonesia 

"Beijing baru" telah membuat sikap orang Beijing berubah. Kalau dulu terbiasa 
naik sepeda dan gerobak, kini sudah harus hidup dengan fasilitas serbadigital 
dan eskalator. Perokok berat (yang antara lain juga membuat kota kotor) menurun 
drastis karena terlalu banyak tempat "dilarang merokok". Kebiasaan berdahak dan 
meludah tidak terlihat lagi di jalan-jalan dan tempat umum. Toilet-toilet yang 
dulu berbau menyengat tiba-tiba lenyap.

Bus kotanya bagus-bagus dan bersih. Sistem karcisnya juga digital. Sistem 
kereta bawah tanahnya sudah meluas bersilang-silang ke seluruh penjuru kota. 
Petunjuk jalan di stasiun bawah tanahnya serbadigital. Petanya digital. 
Iklan-iklan di dalam kereta bawah tanah itu hanya ada iklan digital. 

Kalau dulu hanya ada satu lin, kini kereta bawah tanahnya sudah 10 lin. Dari 10 
lin itu tinggal satu yang tidak serbadigital. Yakni, lin timur-barat yang 
melewati Tian An Men. Maklum, inilah lin yang pertama dibangun 30 tahunan lalu. 
Tapi, 9 jurusan lainnya sudah serbadigital dan tangganya sudah eskalator semua. 
Saya yang 10 tahun lalu merasa lebih modern dari mereka, kini harus banyak 
bertanya tentang cara membeli karcis di mesin-mesin yang tidak bisa diajak 
bicara itu. Saya sudah kalah dengan orang-orang kampung yang dulu menarik 
gerobak itu.

Maka, kalau dulu orang Beijing sangat memimpikan pergi ke Singapura untuk bisa 
merasakan kehidupan yang modern, kini berubah total. Pikiran seperti itu sudah 
dianggap masa lalu. Mereka sendiri sehari-hari sudah berada di kehidupan itu 
sekarang. Orang Beijing sudah semakin tidak tertarik ke Singapura. Orang-orang 
Tiongkok di luar Beijing pun, misalnya yang di wilayah selatan, akan kian mimpi 
ke Beijing daripada ke Singapura. 

Perayaan 1 Oktober lalu, misalnya, ternyata telah membuat orang Tiongkok begitu 
bermimpi ingin melihat Beijing. Perayaan yang isinya perpaduan antara kekuatan 
militer dan kekuatan hiburan itu memang dikemas sangat intertainment. Lalu 
harus disiarkan secara langsung di semua channel televisi. Bahkan, selama 
penyiaran perayaan itu sehari semalam, tidak boleh ada iklan sama sekali. Hari 
itu semua stasiun tv yang memang dimiliki negara, harus mengabdi sepenuhnya 
kepada negara. Pemerintah komunis Tiongkok sadar benar peran dan kekuatan media 
massa dalam memobilisasi emosi dan mengaduk-aduk perasaan. Termasuk 
membangkitkan perasaan ai guo -cinta negara. 

Dan berhasil. Sebagaimana yang dilakukan selama Olimpiade tahun lalu, upaya 
membangun kebanggaan rakyat melalui pengerahan televisi bukan main dampaknya. 
Keesokan harinya, setelah Kota Beijing ditutup satu hari untuk perayaan itu, 
Beijing kebanjiran turis sembilan hari. Di kawasan sekitar Tian An Men, tempat 
yang sangat populer dalam siaran masal televisi itu, padat manusia. Mereka 
ingin melihat langsung apa yang mereka lihat di televisi sehari sebelumnya. 
Apalagi semua yang diparadekan masih dipamerkan di sana. Termasuk dua vtron 
raksasa masih terus memutar video rekaman parade itu.

Meski penyiarannya dipaksakan oleh pemerintah, siaran itu sendiri memang sangat 
layak ditonton. Kalaupun ada tv yang dibolehkan menyiarkan acara lain, tidak 
akan ditonton orang. Parade itu sendiri, dan hiburan pada malam harinya, sangat 
layak dikagumi: serbaindah dan serbakolosal. Penari, penyanyi, bintang film, 
pemain kungfu, dan kekuatan persenjataan terbaik yang dimiliki negara memang 
dikerahkan habis-habisan. Termasuk Peng Li Yuan, penyanyi yang sampai mendapat 
pangkat tituler brigjen, yang kini menjadi isteri Xi Jinping. Xi Jinping adalah 
wakil presiden Tiongkok yang tiga tahun mendatang hampir dipastikan menjabat 
presiden menggantikan Hu Jintao.

Perayaan seperti itu memang hanya boleh dilakukan 10 tahun sekali. Karena itu, 
sangat emosional. Apalagi, bersamaan dengan kebangkitan Tiongkok dari negara 
gagal ekonomi (lebih rendah dari status negara sangat miskin) menjadi 
superpower seperti sekarang.

Di satu pihak apa yang terjadi di Beijing pekan lalu kian membuat kita 
tertinggal. Tapi, di pihak lain ada pula kesempatan. Yakni, ketika mereka sudah 
kian makmur dan tidak lagi tertarik ke Singapura. Saatnya kita mengisap turis 
mereka ke Indonesia. Minat mereka melihat Indonesia sudah kian besar. Apalagi, 
ke Bali dan Jogja. Sebuah kekayaan alam yang tidak akan bisa dimiliki Beijing 
sampai kapan pun. 

Tinggal bagaimana usaha keras kita mengalihkan turis Tiongkok yang kian lama 
kian banyak jumlahnya itu. Saya bangga bahwa Garuda mulai melangkah maju. 
Bahkan, pekan lalu Garuda menjadi berita penting di koran terbesar Hongkong. 
Judulnya begini: Garuda telah memberi pelajaran pada perusahaan penerbangan 
Tiongkok.

Isinya menceritakan bagaimana manajemen baru Garuda di bawah Dirut Emirsyah 
Satar telah melakukan perombakan yang membuat Garuda dari berantakan dan rugi 
besar menjadi perusahaan berlaba. Lalu mampu menambah pesawat-pesawat baru dari 
jenis Airbus 330 dan Boeing 737-800. Lalu bisa membuka rute baru di dalam 
negeri dan luar negeri. Termasuk akan menambah penerbangan Jakarta-Shanghai dan 
Jakarta-Beijing menjadi setiap hari. Satar juga tahu bahwa turis dari Tiongkok 
kian meledak saja dan tahun ini mencapai 48 juta orang. Dari jumlah itu baru 
250.000 yang ke Indonesia.

Dengan menampilkan Satar itu kelihatannya koran terbesar di Hongkong tersebut 
ingin mengkritik pemerintah Tiongkok dengan cara halus. Misalnya, ketika 
menulis bagaimana Satar berani mengurangi jumlah karyawan Garuda dari 6.000 
menjadi 5.000. Keberanian seperti inilah yang tidak dimiliki perusahaan 
penerbangan Tiongkok, sehingga dua tahun terakhir banyak yang rugi besar. Koran 
itu mengkritik bagaimana panggabungan China Eastern Airlines (Dongfang) dengan 
Shanghai Airlines akhir tahun ini nanti tidak diikuti restrukturisasi karyawan 
yang jumlahnya mencapai 52.000. Bagaimana pemerintah Tiongkok telah menjanjikan 
tidak adanya PHK itu hanya demi terjaminnya lapangan kerja mereka.

Koran itu juga menulis bagaimana Satar berani mengajukan syarat khusus kepada! 
menteri perhubungan ketika dia akan diangkat menjadi CEO Garuda pada 2004 dulu. 
Syarat itu adalah agar pemerintah tidak mencampuri penetapan rute mana yang 
harus diterbangi dan rute mana yang harus dihapus. Satar juga minta agar boleh 
melakukan apa saja untuk membuat perusahaan bisa laba. Ini, kata koran 
tersebut, bisa dijadikan pelajaran bagi Tiongkok untuk memperbaiki perusahaan 
penerbangannya. 

Persaingan antarnegara, bahkan antarkota, memang kian keras. Diperlukan 
orang-orang seperti Emirsyah lebih banyak lagi. Saya yakin Indonesia akan punya 
hubungan ekonomi yang kuat dan saling menguntungkan dengan Tiongkok. Tinggal 
bagaimana kita memanfaatkannya. Dan, Indonesia akan maju, mengalahkan 
negara-negara seperti Thailand, Filipna, Malaysia, dan Vietnam dalam waktu 
tujuh tahun ke depan. (*) 

Dahlan Iskan: Pesatnya Perkembangan Kota Beijing (3-habis) 

Tarif Parkir Akan Dinaikkan Setinggi Yao Ming 

MELEDAKNYA pembangunan kota Beijing memang juga membawa sisi buruk: kemacetan 
total di jalan-jalan raya. Sangat melelahkan. Dari Beijing Hotel ke lapangan 
basket di Fuxing Lu (untuk nonton pertandingan basket NBA) perlu waktu satu 
jam. Untuk ke stasiun kereta api Beijing Selatan (stasiun kereta api yang 
modern dan mewahnya setara dengan Bandara Hongkong) juga satu jam. Padahal, 
kalau lagi lancar, jarak itu bisa ditempuh hanya 15 menit. 

Di kota Beijing saja, kini memang sudah ada 4.920.000 mobil. Dan masih terus 
bertambah setiap hari. Meski harga bensin 6 yuan/liter (sekitar Rp 
9.000/liter), itu tidak membuat orang menghemat. Padahal, naik kereta bawah 
tanah ke mana pun arahnya dan ganti kereta berapa kali pun, tarifnya hanya 2 
yuan (sekitar Rp 3.000).

Memang sudah ada aturan baru. Mobil dengan nomor-nomor tertentu tidak boleh 
terlihat di jalan raya pada hari-hari tertentu. Bukan lagi aturan genap-ganjil, 
tapi sudah dua nomor sekaligus. Kalau hanya genap-ganjil, orang masih bisa 
mengakali dengan membeli dua mobil. Pemerintah Beijing tidak mau ''tertipu" 
seperti itu. Bahkan, nomor-nomor yang dilarang beroperasi pun selalu diubah 
setiap delapan minggu. Pengaturan nomor ini saja sudah mengurangi beroperasinya 
200.000 mobil setiap hari. 

Tapi, ternyata Beijing masih macet saja. Terutama pada hari libur Sabtu-Minggu, 
ketika semua nomor boleh masuk jalan raya. Saya selalu berpikir apa yang akan 
terjadi dengan lalu lintas di Beijing lima tahun lagi? 

Ternyata sudah ada konsep matang. Tinggal melaksanakan dalam waktu dua tahun 
ini: menaikkan tarif parkir setinggi pemain basket Yao Ming. Jalan keluar ini 
diambil setelah para pejabat Beijing melakukan kunker ke luar negeri. Yakni ke 
Tokyo. Pulang dari kunker, mereka langsung membahas hasil kunker itu dan 
membuat keputusan untuk dilakukan segera. 

Berapa tingginya kenaikan itu, kini masih disimulasikan. Yang jelas, akan 
sangat tinggi dan revolusioner. Tidak ada jalan lain untuk menghindarkan kota 
Beijing dari neraka kemajuan. Sekarang ini tarif parkir di Beijing memang 
tergolong murah untuk kota metropolis. Di pusat kota sampai wilayah ring road 
2, tarifnya 10 yuan per jam (Rp 15.000/jam). Di kawasan antara ring road 2 
sampai ring road 5, tarifnya 5 yuan per jam (sekitar Rp 7.500/jam). Sedangkan 
di luar ring road 5 adalah 2 yuan/jam (sekitar Rp 3.000/jam). 

Sistem ring road itu sebenarnya dibangun untuk menjamin agar lalu lintas kota 
Beijing yang kian besar tersebut tetap lancar. Prinsipnya: infrastruktur jalan 
akan terus ditambah seiring dengan pertambahan mobil dan perkembangan kota. 
Dengan sistem ring road, kendaraan dari timur ke barat atau dari selatan ke 
utara tidak harus lewat tengah kota. Sampai-sampai pembangunan jalan lingkar 
itu terus ditambah. Sekarang ini sudah membangun jalan lingkar yang kedelapan! 
Toh, kenaikan kemakmuran Tiongkok yang pesat tidak bisa mengatasi bertambahnya 
jumlah mobil. Maka, aturan yang sangat ''kejam" terpaksa akan diberlakukan.

Sangat mungkin, tarif parkir di kawasan pusat kota sampai ring road 2 akan naik 
dari 10 yuan menjadi 50 yuan/jam (atau sekitar Rp 75.000/jam). Ini masih 
sedikit lebih murah daripada tarif parkir di kota San Fransisco. Bahkan, masih 
jauh lebih murah daripada tarif parkir di Tokyo. Karena itu, kalau tarif 
semahal itu masih belum juga bisa mengatasi kemacetan Beijing, tidak ada jalan 
lain kecuali akan terus dinaikkan sampai ke angka di mana masyarakat terpaksa 
mengendalikan diri untuk tidak menggunakan mobil pribadi lagi.

Saya bayangkan, nanti, kota Beijing yang sudah sangat elegan itu akan mencapai 
tahap yang setara dengan Tokyo: modern, bersih, dan tidak terasa sesak. Tentu 
ada kurang lebihnya. Mungkin, di beberapa sektor Tokyo masih unggul, tapi di 
banyak sektor, Beijing akan jauh lebih unggul.

Karena itu, janganlah lagi punya pikiran bahwa belanja di Beijing lebih murah. 
Beijing sudah kian mahal saja. Dulu, makan di Beijing lebih murah daripada di 
Jakarta. Kini sudah terbalik. Dulu, koki-koki terbaik Tiongkok ''lari" ke 
Hongkong karena bisa lebih makmur. Itulah sebabnya, makanan di Hongkong 
terkenal enaknya. Restoran-restoran di Hongkong dipegang oleh juru masak-juru 
masak terbaik. Kini mereka sudah mulai kembali ke Tiongkok, khususnya ke 
Beijing, karena kemakmuran juga sudah ada di sana.

Beijing saya lihat juga sudah mulai ''mengancam" posisi Shanghai. Inilah yang 
membuat Shanghai, sebuah kota yang sudah lebih dulu mempunyai citra lebih 
modern dan menjadi pusat keuangan, juga terus berbenah. Shanghai yang akan 
menjadi tuan rumah Ekspo Dunia tahun depan (Arab Saudi untuk kali pertama akan 
memamerkan bentuk masa depan kota Mina di World Expo ini) lagi berusaha keras 
untuk menjadi satu dengan Hanzhou. Yakni, dengan jalan membangun kereta 
berkecepatan 330 km/jam yang menghubungkan dua kota itu. 

Persaingan Beijing yang sedang mencoba menjadi satu dengan Tianjin ini akan 
sangat keras di saat Shanghai sedang dalam proses bersatu dengan Hanzhou. 
Persaingan itu juga telah mendorong Guangzhou untuk menjalin kombinasi dengan 
Shenzhen di wilayah selatan. 

Di Guangzhou, misalnya, saya diberi kesempatan meninjau pembangunan ''kota 
baru" seluas 28 km2 yang khusus untuk segala fasilitas Asian Games tahun depan. 
Begitu Asian Games selesai, kota baru tersebut akan menjadi kota modern 
Guangzhou menggantikan kota yang sekarang. Karena itu, meski dibangun untuk 
Asian Games, perencanaan dan penataan kota di selatan Guangzhou tersebut sudah 
disesuaikan dengan perencanaan sebuah kota baru. 

Siapa yang kalah dalam persaingan itu nanti? Saya kira tiga-tiganya tidak akan 
kalah. Yang akan kalah justru Singapura dan Tokyo yang tidak terlibat dalam 
persaingan tersebut. Ini biasa dalam marketing. Dua raksasa bertempur 
habis-habisan, yang kalah justru perusahaan yang kecil-kecil. (*)


http://www.jawapos.com/

Berita dan Tulisan yang disiarkan HKSIS-Group, sekadar untuk diketahui dan 
sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili pendapat 
dan pendirian HKSIS. 

Kirim email ke