----- Original Message ----- 
From: imanuel 
To: imanuel 
Sent: Tuesday, April 24, 2007 6:51 AM
Subject: FW: [tioin59] HIDUP SEHAT ALAMI - Dr. Tan Tjiauw Liat
 
 

 
HIDUP SEHAT ALAMI
Dr. Tan Tjiauw Liat
Oleh: Emma Madjid                                                               
               (Majalah Nirmala, April-2007)
KITA boleh iri melihat sosok Dr Tan Tjiauw Liat. Bukan hanya fisiknya yang 
segar, sehat, dan lincah (tinggi 167 cm/berat 59 kg) tapi daya ingatnya juga 
luar biasa. Selama wawan­cara dua setengah jam, ia membuka lebih dari 10 buku, 
di antaranya How To Use Glutamine to Strengthen the Immune System, Improve 
Muscle Mass & Heal the Digestive Tract, The Anti-aging Zone, dan Water Cures: 
Drugs Kill untuk menunjukkan latar belakang pendapat­nya. Buku-buku tersebut 
hanya sebagian kecil dari koleksi buku yang berjajar rapi di dalam lemari 
bukunya.
Saya benar-benar kagum pada dokter berusia 76 tahun itu. la bukan hanya ingat 
warna cover buku, judul, atau tempat buku itu disimpan, melainkan hafal di luar 
kepala isi buku-buku itu. Mulai dari alinea, kalimat, yang sudah diberi dua 
garis dengan tinta merah, sampai kata per kata!. Luar biasa....
Buku-buku, jurnal-jurnal kesehatan, news­letter, baginya merupakan harta yang 
tak terni­lai. Ketika banjir melanda Jakarta tahun 2002, rumahnya di bilangan 
Pluit tak luput dari ben­cana. Anak-anaknya khusus menyewa truk dan jukung 
untuk mengevakuasinya, namun Dr Tan tetap bertahan hanya mengungsi ke ru­mah 
tetangganya. la enggan beranjak dari rumahnya. "Lantaran buku-buku saya masih 
di dalam," katanya. la hanya minta dibawakan sayuran mentah sebagai menu 
makannya.
Senjatanya: tomat dan mentimun
Pukul 15.00 saat mewawancarai Dr Tan di tempat praktiknya di Pluit, tampak 
beberapa pasien yang mengalami stroke mulai berda­tangan. Beberapa pasien harus 
dipapah atau didorong di kursi roda, untuk sampai ke ruang praktik. Pria 
berkacamata yang sore itu menge­nakan kemeja putih lengan pendek itu lang­sung 
berdiri dan membuka pintu kamar prak­tiknya. Dengan suara yang nyaring yang 
meru­pakan ciri khasnya, ia menyapa para pasien dan memperkenalkan mereka 
kepada saya.
"Ini pasien saya yang sudah berumur 100 tahun. Nah, bapak yang itu tadinya 
stroke berat, sekarang sudah bisa jalan. Pasien yang duduk di kursi roda itu 
otaknya sudah dibedah di rumah sakit. Waktu datang tidak berdaya sama sekali, 
tetapi setelah saya anjurkan makan tomat dan mentimun, kondisinya jauh lebih 
baik," ujarnya sambil menunjuk ke arah pasien­-pasien yang dimaksud. Mereka 
tampak ceria, dan mengatakan bahwa gairah hidupnya kembali setelah dirawat 
dengan penuh kasih sayang oleh Dr Tan.
Dulu 'kapal keruk'
Dokter Tan mengaku kesadaran akan pentingnya hidup sehat, tumbuh sejak lima 
tahun terakhir ini. "Sedari kecil saya doyan makan. Kalau sedang ada perayaan 
Cap Go Meh, Nenek menyediakan berbagai macam makanan enak. Tentu saja saya 
'sikat' sampai perut saya keras kekenyangan," tuturnya.
Kebiasaan makan enak itu terus berlanjut sampai ia bersekolah di Jakarta. 
"Waktu itu saya indekos di Jalan Raden Saleh. Dalam waktu 3 bulan, berat badan 
saya bertambah 13 kg," katanya. Sampai ia berkeluarga, ia belum bisa mengerem 
kebiasaannya itu. "Saya sering makan di hotel berbintang lima yang memberi 
diskon 50% untuk paket makan sepuasnya (all you can eat) Saya pikir, kapan lagi 
bisa makan enak dengan harga murah? Di sana saya bisa ngopi dan makan 
sepuasnya," tutur Dr Tan mengenang kebiasaannya ketika ia berusia 60 tahun.
Bukan Dr Tan namanya jika berbicara tanpa data. Dari lacinya, ia menge­luarkan 
selembar foto diri saat bobotnya 80 kg. Penampilannya sama sekali berbeda 
dengan sosok yang berada di depan saya!
Namun setelah itu badannya mulai terasa tidak nyaman. Pada waktu berjalan, 
misalnya, dadanya terasa sesak. "Padahal saya rajin mengukur tekanan darah, dan 
hasilnya normal, 120/80," katanya.
Pada satu kesempatan berkunjung ke Australia menengok seorang anaknya yang 
bersekolah di sana, ia mendatangi seorang dokter. Dari pemeriksaan yang 
dilakukan oleh dokter itu, diketahui tekanan darahnya melesat sampai 180. 
"Dokter menyuruh saya minum obat. Tetapi saya bilang, NO!. Saya katakan 
kepadanya, saya akan kembali tiga bulan lagi, dan saya pasti sudah sembuh," 
ujarnya.
Pulang dari dokter, ia langsung ngeloyor ke toko buku mencari buku kesehatan. 
"Saya tidak mau sakit, saya ingin panjang umur. Nah, sejak itu saya gandrung 
membaca buku-buku mengenai kesehatan," katanya.
Sekolah di Internet
Latar belakang pendidikannya sebagai dokter lulusan FKUI tahun 1958 dan 
spesialis radiologi sangat mendukung keinginannya untuk menemukan kunci hidup 
sehat. Penguasaannya terhadap bahasa Inggris, Belanda, dan Mandarin secara 
aktif memudahkannya membaca dan menyerap ilmu kesehatan dari berbagai sumber.
"Sampai sekarang saya masih belajar dan terus belajar. Sekolah saya Internet. 
Media cybernet atau penjelajahan situs-situs Internet yang dapat 
dipertanggung­jawabkan, semakin memperluas wasasan saya," ujarnya sambil 
menyebut situs favoritnya: www.mercola.com. 
Hampir setiap hari ia duduk di depan laptop-nya dari pukul 23.30 sampai pukul 
05.00, mencari berita kesehatan yang aktual. Dengan demikian, ia tidak pernah 
ketinggalan informasi. Sebelum duduk di depan laptop, ia selalu melakukan 
meditasi terlebih dahulu dengan bantuan CD yang berisi suara gemercik air 
hujan. "CD tersebut dipakai untuk meningkatkan kemampuan fokus. Sudah setahun 
lebih saya menggunakan CD untuk meditasi," ujarnya. Gadget IT milik orang 
kantoran masa kini adalah mainannya di usia kepala tujuh. la mahir 
mengoperasikan komputer dengan segala programnya, merekam dengan USB, sms 
dijawab melalui PDA-nya dengan kecepatan anak muda, mengirim faksimili pun 
dilakukannya sendiri.
Ada apa dengan tomat dan mentimun?
Hasil bacaan dan penelusuran di alam maya itulah yang menelurkan gaya hidup dan 
pola makan yang diterapkannya sekarang.
"Unsur genetika spesies manusia yang dibawa DNA-nya pada kenyataannya tidak 
pernah berubah sejak zaman purba hingga kini; bahkan di masa mendatang," 
katanya. Yang berbeda adalah yang ada di sekeliling kita, sebagai hasil dari 
kecerdasan manusia dan olah teknologi. Ini yang mempengaruhi cara hidup manusia 
dan cara mengelola hidup termasuk makanannya, serta bagaimana tubuh bereaksi 
terhadap apa yang dikonsumsi.
Gen (pembawa sifat keturunan yang terdapat pada inti sel) adalah rangkaian 
gugusan DNA yang tidak mungkin mengalami perubahan dalam waktu singkat. 
Perubahan pada struktur gen membutuhkan waktu ribuan tahun lamanya akibat 
paparan (ter-expose) oleh lingkungan yang juga telah berubah dalam kurun waktu 
sekian lama.
Banyak bukti antropologis (bukan hanya dari sisi medis) yang menjelaskan bahwa 
penyakit yang muncul saat ini adalah sebagai akibat pola makan, gaya hidup, dan 
paparan lingkungan. Yaitu karena manusia sudah jauh melenceng ke luar dari rel 
sebagaimana alam.
Hidup di zaman sekarang tidak bisa terlepas dari polusi, dan kepungan penyakit 
yang membuat kita mudah sakit. Bagaimana mengantisipasinya? "Pertama insulin 
harus dikontrol, dan yang kedua pola makan kita harus mengikuti pola makan 
manusia purba. Manusia purba tidak mengenal api, apalagi kompor dan microwave. 
Segala sesuatu dikonsumsi secara mentah (raw) dan segar (fresh). Dengan asupan 
serupa ini tidak heran tubuh akan jauh lebih tahan terhadap segala sesuatu," 
tuturnya.
Lalu, untuk apa ada restoran? "Restoran itu suatu kebudayaan (civilitation). 
Itu bukan untuk kesehatan kita. Jika untuk kesehatan, kita harus balik ke DNA 
kita. Kita hanya makan dedaunan atau sayuran mentah. Tidak ada cara lain. Kalau 
tidak demikian, pasien saya pasti gagal semua....," katanya dengan lantang.
Sayur mentah satu baskom
Dokter Tan, tidak hanya cuap-cuap memberi nasihat kepada pasien-pasiennya agar 
mengkonsumsi sayuran mentah untuk mengobati stroke yang mereka derita, tetapi 
dalam keseharian ia benar-benar mempraktikannya dengan disiplin. "Pukul 6 pagi 
saya makan buah. Buah yang ada dalam simpanan saya. Kalau ada apel ya itu saja 
yang dimakan, tapi bukan buah manis tinggi fruktosa seperti pepaya, pisang atau 
mangga ranum," katanya.
Menurutnya, dari tengah malam sampai jam 12.00 terjadi siklus pembuangan, 
sebaiknya perut tidak diisi dengan makanan berat. "Siang hari saya makan sayur 
mentah. Banyaknya satu baskom (mangkuk besar) yang ditambah jahe, kunyit, 
masing-masing ukuran satu jari, dan satu siung bawang putih. Semua bahan itu 
dimasukkan ke dalam juice-extractor- bukan blender atau juicer biasa. juice 
extractor ini mempunyai putaran mesin hanya 30 rpm sehingga tidak menimbulkan 
panas di atas 30 derajat Celsius, dan ekstraksi mineral terjamin sempurna. 
Selain itu saya juga makan satu kuning telur mentah organik yang jelas bebas 
bakteri," katanya. Siang itu sayur yang memenuhi baskomnya terdiri dari 
brokoli, selada, paprika kuning, tomat, dan mentimun yang dipotong-potong. la 
adalah pelaku raw-food yang setia dan me­ngerti betul dasar latar belakang 
mengapa makanan yang disantap harus raw alias men­tah. Bahan makanan dari 
tanaman yang me­mungkinkan dimakan mentah dan enzim
 (katepsin) yang terkandung dalam sayuran mentah itulah yang menghancurkan diri 
sendiri (self destruct) agar komponennya dapat dise­rap pencernaan kita sebagai 
sumber gizi. Sedangkan sayuran lain yang biasanya perlu dimasak (misalkan 
kangkung, bayam, kailan, caisim, diambil ekstraknya melalui juice extractor.
Makan sayur mentah saja, apakah tidak lapar? "Tentu saja tidak, karena 
komposisi sayuran saya bermacam-macam, kondisi ini menjamin" plant-based food" 
tetap prima sebagai sumber kalori dan energi. Masih di­tambah bawang bombai, 
aneka sprouts (se­jenis taoge). Kalau masih lapar saya menggado tomat dan 
mentimun," katanya.
Masih makan kedondong
Dengan berbagai pengetahuan yang dimilikinya kini Dr Tan sangat hati-hati 
mengkonsumsi makanan maupun minuman. la tidak lagi minum kopi kendati dulu 
disukainya. "Kalau orang setua saya minum kopi sekali, berarti terbentuk 
kortisol dalam waktu 24 jam. Kortisol akan bertumpuk jika kita terus 
mengkonsumsi kopi. Jika sudah demikian, segala macam penyakit akan datang. 
Misalnya, kita jadi pikun," katanya.
Air putih adalah minuman terbaik, karena dapat menggelontor lemak-lemak tubuh. 
Seberapa banyak kita minum air putih per hari? "Ukurannya yaitu sampai urine 
kita tidak berwarna. Urine yang sehat adalah yang bening seperti air ledeng, 
tidak boleh berwarna," katanya.
la juga mengingatkan bahwa kita harus waspada terhadap bahaya gula.
"Batasi makanan yang mengandung gula seperti beras, terigu, kentang, 
umbi-umbian, serta wortel (yang dimasak sebagai sup atau dijus). Wortel yang 
dijus akan menjadi air gula. Artinya kalau kita minum jus wortel sama dengan 
kita minum air gula. Segala buah yang manis juga mengandung gula. Pemanis dalam 
bentuk artifisial, seperti aspartam, sakarin, lebih berbahaya daripada gula," 
katanya.
Jika demikian, buah apa yang baik? Ditanya demikian ia tersenyum. "Buah yang 
baik adalah alpukat dan kedondong. Gigi saya sudah habis. Agar saya bisa makan 
sayur mentah, kedondong, mangga muda, dan pepaya muda, semua gigi sudah diganti 
dengan teknologi implant. Bukan karena keropos, tapi kebanyakan karena 
kecelakaan di masa lalu, zaman masih menunggang scooter. Oh ya, mangga muda, 
pepaya muda (bukan yang sudah ranum dengan tinggi kadar fruktosanya) baik 
dimakan," sambungnya.
Menularkan pola hidup sehat
Dengan mengubah pola makannya, Dr Tan merasa badannya nyaman dan lebih energik. 
Bobot tubuhnya pun proporsional dengan tingginya. la berhasil menurunkan berat 
badannya 21 kg dari berat semula 80 kg. Bukan hanya itu, daya ingatnya pun 
semakin tajam. "Waktu kuliah dulu, kalau ada teman yang menyebut suatu masalah, 
saya langsung ingat masalah itu dibahas di buku apa, halaman berapa. Nah, di 
usia saya sekarang ini, daya ingat saya kembali seperti itu.
Temuan-temuan ini ditularkan kepada pasien-pasiennya.
"Mereka saya anjurkan makan tomat dan mentimun. Saya perhatikan, hanya dalam 
waktu tiga hari atau seminggu, kondisi kesehatan mereka mengalami kemajuan. 
Mengapa? Karena sayuran mentah adalah makanan yang sesuai dengan DNA kita," 
katanya.
Kepada pasien-pasiennya, Dr Tan tidak pernah memberi obat-obatan kimia. 
Bilamana perlu ia hanya memberikan satu suntikan untuk memperlebar pembuluh 
darah. "Pembuluh darah pasien stroke sering bermasalah," demikian alasannya. Di 
samping itu, ia juga mengaplikasikan teknik meridian melalui titik-titik 
akupuntur. Ilmu tersebut dipelajarinya antara lain dari sebuah buku keluaran 
Bayer dan banyak buku asli tentang meridian dan akupuntur dari bahasa dan 
sumber aslinya yaitu bahasa Mandarin. Bahasa itu justru baru dikenalnya sebagai 
orang Tionghoa ketika Jepang masuk dan bahasa Belanda dilarang.
Tidak merepotkan orang lain
Sekarang ini Dr Tan masih sering ke hotel bintang lima untuk makan, tapi ia 
lebih cerdik. "Saya pilih light lunch, ya murah, ya sehat. Saya bisa makan 
salad sesuka saya," katanya.
la sangat yakin, apabila setiap orang mau menjaga diri dan merawat diri, ia 
akan mendapatkan kesehatan yang prima, yang memperpanjang usia hidup aktif. 
"Dampaknya tentu sangat positif, yang jelas kita tidak merepotkan diri sendiri 
di usia lanjut dan tidak tergantung pada pasangan, anak-anak, atau orang-orang 
di sekitar kita. Saya mempunyai tujuan mempertahankan hidup yang berkualitas 
demi kemanusiaan dengan mempraktikkan kejujuran serta kebenaran untuk tujuan 
tersebut," tuturnya.
"Sekarang saya punya konklusi yang jelas sekali, yaitu dengan mengikuti DNA - 
hanya makan sayur, selanjutnya dikombinasi dengan quantum touch- pasti akan 
sehat seumur hidup."
Bagaimana dengan bermacam-macam diet yang digembar-gemborkan sekarang ini? 
"Omong kosong! Ndak bisa itu! Pokoknya paling baik hanya mengkonsumsi sayuran 
mentah. Yang lain dilupain aja, deh," ujarnya. Ekstrim? Tentu begitu kesan 
pertamanya. Tapi bagaimanapun, komitmen dan disiplinnya untuk sehat sangat 
mengagumkan. (N)


      
____________________________________________________________________________________
Be a better friend, newshound, and 
know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke