Re: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media

2010-01-28 Terurut Topik Dr. Irawan
Bapak Tjandra Ghozalli yb,

Nggak apa2 koq , kita'kan satu kolega dibidang itu. Tentang koran lainnya ,
memang kami banyak sekali berafiliasi dan bersindikasi. seperti IDN
(International Daily News) yang kalau bahasa mandarinnya disebut Guo Zi Re
Bao, Indopos, Jawa Pos group dan lainnya , termasuk majalah di Australia
yang dulunya bernama Gamelan , lalu jadi Ozindo, dan banyak lagi. Tapi nama
"Harian Indonesia" saya belum pernah dengar lagi (dulu itu 'kan punya
Bakin). IDN mempunyai printing Plant di LA juga, namun kami tidak nyetak
disana.

Saya senang sekali kalau ada kawan2 yang mengadakan media cetak atau siar,
Karena banyak aspirasi yang tidak tertampung oleh koran yang lain, mungkin
kami bisa bantu. Demikianlah seharusnya dalam implementasi kehidupan
demokrasi. Dulu waktu Pak Mochtar Ryadi datang ke LA kita sempat berbincang
dan dia cukup kagum terhadap Indonesia Media , saya katakan kalau mau
memperjuangkan kesetaraan maka kita harus punya media, jangan hanya dagang
saja. Sepulangnya dia dari AS , langsung Suara Pembaruan dibelinya dan
berkembang terus dengan koran bahasa Inggerisnya juga. Pak Tjiputra juga
pernah menemui saya untuk tukar pikiran, beliau juga dari Tempo ternyata.
Pak Gunawan Mohamad juga pernah saya temui untuk minta masukan , ketika itu
saya jumpai beliau di apartementnya di daerah Santa Monica. Beliau bilang
bahwa sebagai media cetak harus memberitakan secara seimbang, dan
mendengarkan suara hati rakyat banyak.

Mendirikan media cetak , sebenarnya tidak terlalu sulit, yang sulit adalah
memeliharanya supaya langgeng terus. Untuk itu kita harus banyak mendengar
dari pada bicara .

Saya kagum dan senang kalau Pak Tjandra bisa membantu PSMTI pada proyek
Anjungan Budaya Tionghoa di TMII, saya juga pernah berkunjung kesana dan
meliput . Bahkan BrigJen Purn Teddy Jusuf dan isteri waktu ke LA juga titip
untuk membantu project ini. Project itu bukan kecil, namun donatur masih
sulit di motivasi. Harus cari terobosan baru, dan itu harus dipikirkan .

Saya mencontoh dengan project Pa Hoa , yang dibangun oleh Sumarecon dengan
para donatur. Mengapa Pa Hoa dalam waktu singkat dapat mengetuk hati donatur
? Tentu ada banyak perbedaan. Maka harus dicari common groundnya .

Mudah2an lancar. Salam kepada Pak Teddy.

salam,
Dr.Irawan.
2010/1/28 Tjandra Ghozalli 

>
>
> Yth Dr.Irawan,
> Thanks atas pencerahannya. Dalam artikel saya - saya gunakan kata "konon"
> karena saya sendiri masih sangsi atas info seorang kawan bahwa majalah
> Indonesia Media di cetak di Indonesia satu grup dengan koran chinese "Harian
> Indonesia", ternyata tidak demikian.  Sekali lagi terima kasih atas
> pelurusannya.  RGDS.TG
>
> --- On *Thu, 1/28/10, drirawan1 * wrote:
>
>
> From: drirawan1 
> Subject: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Thursday, January 28, 2010, 3:54 PM
>
>
>
> Pelurusan Indonesia Media
>
> Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb,
>
> Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan
> aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya.
>
> Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu
> saya rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda,
> dan mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari.
>
> Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg
> anda sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000
> copies setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia. Dari akal sehat hal
> itu tidak mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling
> lama , yang berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat
> cetak , sampai majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas
> pallet , dan siap diedarkan adalah 11 jam.
> Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam .
> Disamping itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa
> ? Seandainya di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum
> lagi ketepatan waktunya .
>
> Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak
> mungkin, karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau
> dikalikan 24 saja jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90.
> Berarti masih di subsidi.
> Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan
> mencetak dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di
> Indonesia . Tapi untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat
> selama 12 tahun , dari pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan
> besar di Amerika.
>
> Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang
> ke Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami
> semua memang dulu tid

Re: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media

2010-01-28 Terurut Topik Tjandra Ghozalli
Yth Dr.Irawan,
Thanks atas pencerahannya. Dalam artikel saya - saya gunakan kata "konon" 
karena saya sendiri masih sangsi atas info seorang kawan bahwa majalah 
Indonesia Media di cetak di Indonesia satu grup dengan koran chinese "Harian 
Indonesia", ternyata tidak demikian.  Sekali lagi terima kasih atas 
pelurusannya.  RGDS.TG  

--- On Thu, 1/28/10, drirawan1  wrote:


From: drirawan1 
Subject: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, January 28, 2010, 3:54 PM


  



Pelurusan Indonesia Media

Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb,

Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan 
aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya.

Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu saya 
rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, dan 
mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari.

Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg anda 
sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000 copies 
setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia. Dari akal sehat hal itu tidak 
mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling lama , yang 
berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat cetak , sampai 
majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas pallet , dan siap 
diedarkan adalah 11 jam.
Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam . Disamping 
itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa ? Seandainya 
di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum lagi ketepatan 
waktunya .

Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak mungkin, 
karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau dikalikan 24 saja 
jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90. Berarti masih di 
subsidi.
Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan mencetak 
dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di Indonesia . Tapi 
untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat selama 12 tahun , dari 
pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan besar di Amerika.

Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang ke 
Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami semua 
memang dulu tidak terbiasa dengan bicara terus terang pada zaman ORBA, jadi 
sekali ada keluhan mengenai HAM , dan kritik kepada pemerintah, lalu itu 
dianggap miring. Padahal sekarang lebih banyak lagi kritikan kepada Presiden, 
dan pembongkaran kasus korupsi. Itu hanya perlu waktu beradaptasi dalam 
paradigma memandang permasalahan politik dari masayarakat Indonesia . Jadi 
bukan materi dari publikasi yang berubah tapi secara sublimasi otak kita yang 
berubah, dan memandang yang dulunya miring sekarang tidak lagi karena sudah 
terbiasa.

Hati2 dalam menyatakan tentang KBRI. pertama di California tidak ada KBRI, yang 
ada itu KJRI (Konsulat) , sedangkan KBRI adanya di Washington D.C. Dan tidak 
pernah fasilitas ICAA (Indonesian Chinese American Association) yang di Duarte 
Inn (bukan El Duardo) , mau menyamakan diri sebagai kantor perwakilan RI. Kami 
malah ikut membantu KJRI dalam banyak hal untuk pelayanan kepada Masyarakat 
indonesia.

Betul Pemilik hotel Duarte Inn adalah orang yang sosial Namanya DR. Frits Hong 
, beliau adalah ketua umum ICAA. Tapi beliau tidak mengatur penyebaran dari IM. 
IM dan ICAA adalah badan hukum yang terdaftar di Amerika secara terpisah , 
namun saling bersinergi (istilah Tan Swie Ling nya).

Kalau rombongan Indonesia dari LA mau tour kenegara bagian lainnya kenapa harus 
kumpul di KBRI , atau "Duarte Inn". Ini terlalu berlebihan agaknya.

Bazaar tidak diadakan setiap bulan , melainkan setahun sekali yaitu pada waktu 
menyambut tahun baru IMLEK . biasanya diadakan di Hacienda Heights , oleh ICAA 
bekerja sama dengan IM.

ICAA mempunyai Food Court yang diadakan setiap hari Sabtu (jadi setiap minggu) 
dari jam 8:30 pagi sampai jam 2:00 sore, Ada Taichi , dan sekolah bahasa 
Mandarin Gratis. semua kegiatan ini diadakan di Duarte Inn. Kota Duarte dengan 
alamat 1200 E. Huntington Drive , Duarte . California 91010.

Sedangkan Indonesia Media berkantor di : 505 East . Arrow Highway . Suite C , 
Glendora, California 91740

Mudah2an kawan2 menjadi maklum adanya dan jangan sampai salah kaprah.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak Tjandra Ghozali yang 
telah berusaha menceritakan tentang Indonesia Media dan kegiatan ICAA, saya 
ucapkan terimakasih. 

salam,
Dr.Irawan
Editor In Chief
Indonesia Media


2010/1/27 Tjandra Ghozalli 
- Show quoted text -

Yth members,
Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil 
majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, 
Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya

[budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media

2010-01-28 Terurut Topik drirawan1
Pelurusan Indonesia Media

Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb,

Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan 
aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya.

Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu saya 
rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, dan 
mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari.

Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg anda 
sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000 copies 
setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia.  Dari akal sehat hal itu 
tidak mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling lama , 
yang berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat cetak , 
sampai majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas pallet , dan 
siap diedarkan adalah 11 jam.
Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam . Disamping 
itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa ? Seandainya 
di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum lagi ketepatan 
waktunya .

Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak mungkin, 
karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau dikalikan 24 saja 
jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90. Berarti masih di 
subsidi.
Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan mencetak 
dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di Indonesia . Tapi 
untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat selama 12 tahun , dari 
pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan besar di Amerika.

Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang ke 
Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami semua 
memang dulu tidak terbiasa dengan bicara terus terang pada zaman ORBA, jadi 
sekali ada keluhan mengenai HAM , dan kritik kepada pemerintah, lalu itu 
dianggap miring. Padahal sekarang lebih banyak lagi kritikan kepada Presiden, 
dan pembongkaran kasus korupsi. Itu hanya perlu waktu beradaptasi dalam 
paradigma memandang permasalahan politik dari masayarakat Indonesia . Jadi 
bukan materi dari publikasi yang berubah tapi secara sublimasi otak kita yang 
berubah, dan memandang yang dulunya miring sekarang tidak lagi karena sudah 
terbiasa.

Hati2 dalam menyatakan tentang KBRI. pertama di California tidak ada KBRI, yang 
ada itu KJRI (Konsulat) , sedangkan KBRI adanya di Washington D.C.  Dan tidak 
pernah fasilitas ICAA (Indonesian Chinese American Association) yang di Duarte 
Inn (bukan El Duardo) , mau menyamakan diri sebagai kantor perwakilan RI. Kami 
malah ikut membantu KJRI dalam banyak hal untuk pelayanan kepada Masyarakat 
indonesia.

Betul Pemilik hotel Duarte Inn adalah orang yang sosial Namanya DR. Frits Hong 
, beliau adalah ketua umum ICAA. Tapi beliau tidak mengatur penyebaran dari IM. 
IM dan ICAA adalah badan hukum yang terdaftar di Amerika secara terpisah , 
namun saling bersinergi (istilah Tan Swie Ling nya).

Kalau rombongan Indonesia dari LA mau tour kenegara bagian lainnya kenapa harus 
kumpul di KBRI , atau "Duarte Inn". Ini terlalu berlebihan agaknya.

Bazaar tidak diadakan setiap bulan , melainkan setahun sekali yaitu pada waktu 
menyambut tahun baru IMLEK . biasanya diadakan di Hacienda Heights , oleh ICAA 
bekerja sama dengan IM.

ICAA mempunyai Food Court yang diadakan setiap hari Sabtu (jadi setiap minggu) 
dari jam 8:30 pagi sampai jam 2:00 sore, Ada Taichi , dan  sekolah bahasa 
Mandarin Gratis. semua kegiatan ini diadakan di Duarte Inn. Kota Duarte dengan 
alamat 1200 E. Huntington Drive , Duarte . California 91010.

Sedangkan Indonesia Media berkantor di : 505 East . Arrow Highway . Suite C , 
Glendora, California 91740

Mudah2an kawan2 menjadi maklum adanya dan jangan sampai salah kaprah.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak Tjandra Ghozali yang 
telah berusaha menceritakan tentang Indonesia Media dan kegiatan ICAA, saya 
ucapkan terimakasih. 

salam,
Dr.Irawan
Editor In Chief
Indonesia Media
 



2010/1/27 Tjandra Ghozalli 
- Show quoted text -

 

Yth members,
Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil 
majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, 
Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya mirip 
Tempo jadul, kertasnya koran, cetakannya campur B&W dan color HVS.  Isinya 
sebagian iklan keimigrasian, plumbing, properti, dan bank. Artikelnya menarik 
ada cerita wisata, politik Indo, politik Amrik, kegiatan KBRI Amrik, dan lain 
lain. Konon Indonesia Media dicetak di Indo lalu dikirim ke Amrik, semestinya 
bagi yg mau langganan di sini tidak perlu bayar mahal. Isi artikelnya banyak 
yang menarik. Dahulu sewaktu Bread Talk lagi puncaknya, ada artikel yang kira 
kira berbunyi "gila cuma roti aja ngantrinya begitu panjang" sepertin