Re: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media
Bapak Tjandra Ghozalli yb, Nggak apa2 koq , kita'kan satu kolega dibidang itu. Tentang koran lainnya , memang kami banyak sekali berafiliasi dan bersindikasi. seperti IDN (International Daily News) yang kalau bahasa mandarinnya disebut Guo Zi Re Bao, Indopos, Jawa Pos group dan lainnya , termasuk majalah di Australia yang dulunya bernama Gamelan , lalu jadi Ozindo, dan banyak lagi. Tapi nama "Harian Indonesia" saya belum pernah dengar lagi (dulu itu 'kan punya Bakin). IDN mempunyai printing Plant di LA juga, namun kami tidak nyetak disana. Saya senang sekali kalau ada kawan2 yang mengadakan media cetak atau siar, Karena banyak aspirasi yang tidak tertampung oleh koran yang lain, mungkin kami bisa bantu. Demikianlah seharusnya dalam implementasi kehidupan demokrasi. Dulu waktu Pak Mochtar Ryadi datang ke LA kita sempat berbincang dan dia cukup kagum terhadap Indonesia Media , saya katakan kalau mau memperjuangkan kesetaraan maka kita harus punya media, jangan hanya dagang saja. Sepulangnya dia dari AS , langsung Suara Pembaruan dibelinya dan berkembang terus dengan koran bahasa Inggerisnya juga. Pak Tjiputra juga pernah menemui saya untuk tukar pikiran, beliau juga dari Tempo ternyata. Pak Gunawan Mohamad juga pernah saya temui untuk minta masukan , ketika itu saya jumpai beliau di apartementnya di daerah Santa Monica. Beliau bilang bahwa sebagai media cetak harus memberitakan secara seimbang, dan mendengarkan suara hati rakyat banyak. Mendirikan media cetak , sebenarnya tidak terlalu sulit, yang sulit adalah memeliharanya supaya langgeng terus. Untuk itu kita harus banyak mendengar dari pada bicara . Saya kagum dan senang kalau Pak Tjandra bisa membantu PSMTI pada proyek Anjungan Budaya Tionghoa di TMII, saya juga pernah berkunjung kesana dan meliput . Bahkan BrigJen Purn Teddy Jusuf dan isteri waktu ke LA juga titip untuk membantu project ini. Project itu bukan kecil, namun donatur masih sulit di motivasi. Harus cari terobosan baru, dan itu harus dipikirkan . Saya mencontoh dengan project Pa Hoa , yang dibangun oleh Sumarecon dengan para donatur. Mengapa Pa Hoa dalam waktu singkat dapat mengetuk hati donatur ? Tentu ada banyak perbedaan. Maka harus dicari common groundnya . Mudah2an lancar. Salam kepada Pak Teddy. salam, Dr.Irawan. 2010/1/28 Tjandra Ghozalli > > > Yth Dr.Irawan, > Thanks atas pencerahannya. Dalam artikel saya - saya gunakan kata "konon" > karena saya sendiri masih sangsi atas info seorang kawan bahwa majalah > Indonesia Media di cetak di Indonesia satu grup dengan koran chinese "Harian > Indonesia", ternyata tidak demikian. Sekali lagi terima kasih atas > pelurusannya. RGDS.TG > > --- On *Thu, 1/28/10, drirawan1 * wrote: > > > From: drirawan1 > Subject: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, January 28, 2010, 3:54 PM > > > > Pelurusan Indonesia Media > > Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb, > > Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan > aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya. > > Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu > saya rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, > dan mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari. > > Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg > anda sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000 > copies setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia. Dari akal sehat hal > itu tidak mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling > lama , yang berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat > cetak , sampai majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas > pallet , dan siap diedarkan adalah 11 jam. > Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam . > Disamping itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa > ? Seandainya di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum > lagi ketepatan waktunya . > > Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak > mungkin, karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau > dikalikan 24 saja jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90. > Berarti masih di subsidi. > Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan > mencetak dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di > Indonesia . Tapi untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat > selama 12 tahun , dari pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan > besar di Amerika. > > Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang > ke Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami > semua memang dulu tid
Re: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media
Yth Dr.Irawan, Thanks atas pencerahannya. Dalam artikel saya - saya gunakan kata "konon" karena saya sendiri masih sangsi atas info seorang kawan bahwa majalah Indonesia Media di cetak di Indonesia satu grup dengan koran chinese "Harian Indonesia", ternyata tidak demikian. Sekali lagi terima kasih atas pelurusannya. RGDS.TG --- On Thu, 1/28/10, drirawan1 wrote: From: drirawan1 Subject: [budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, January 28, 2010, 3:54 PM Pelurusan Indonesia Media Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb, Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya. Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu saya rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, dan mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari. Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg anda sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000 copies setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia. Dari akal sehat hal itu tidak mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling lama , yang berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat cetak , sampai majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas pallet , dan siap diedarkan adalah 11 jam. Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam . Disamping itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa ? Seandainya di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum lagi ketepatan waktunya . Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak mungkin, karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau dikalikan 24 saja jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90. Berarti masih di subsidi. Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan mencetak dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di Indonesia . Tapi untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat selama 12 tahun , dari pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan besar di Amerika. Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang ke Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami semua memang dulu tidak terbiasa dengan bicara terus terang pada zaman ORBA, jadi sekali ada keluhan mengenai HAM , dan kritik kepada pemerintah, lalu itu dianggap miring. Padahal sekarang lebih banyak lagi kritikan kepada Presiden, dan pembongkaran kasus korupsi. Itu hanya perlu waktu beradaptasi dalam paradigma memandang permasalahan politik dari masayarakat Indonesia . Jadi bukan materi dari publikasi yang berubah tapi secara sublimasi otak kita yang berubah, dan memandang yang dulunya miring sekarang tidak lagi karena sudah terbiasa. Hati2 dalam menyatakan tentang KBRI. pertama di California tidak ada KBRI, yang ada itu KJRI (Konsulat) , sedangkan KBRI adanya di Washington D.C. Dan tidak pernah fasilitas ICAA (Indonesian Chinese American Association) yang di Duarte Inn (bukan El Duardo) , mau menyamakan diri sebagai kantor perwakilan RI. Kami malah ikut membantu KJRI dalam banyak hal untuk pelayanan kepada Masyarakat indonesia. Betul Pemilik hotel Duarte Inn adalah orang yang sosial Namanya DR. Frits Hong , beliau adalah ketua umum ICAA. Tapi beliau tidak mengatur penyebaran dari IM. IM dan ICAA adalah badan hukum yang terdaftar di Amerika secara terpisah , namun saling bersinergi (istilah Tan Swie Ling nya). Kalau rombongan Indonesia dari LA mau tour kenegara bagian lainnya kenapa harus kumpul di KBRI , atau "Duarte Inn". Ini terlalu berlebihan agaknya. Bazaar tidak diadakan setiap bulan , melainkan setahun sekali yaitu pada waktu menyambut tahun baru IMLEK . biasanya diadakan di Hacienda Heights , oleh ICAA bekerja sama dengan IM. ICAA mempunyai Food Court yang diadakan setiap hari Sabtu (jadi setiap minggu) dari jam 8:30 pagi sampai jam 2:00 sore, Ada Taichi , dan sekolah bahasa Mandarin Gratis. semua kegiatan ini diadakan di Duarte Inn. Kota Duarte dengan alamat 1200 E. Huntington Drive , Duarte . California 91010. Sedangkan Indonesia Media berkantor di : 505 East . Arrow Highway . Suite C , Glendora, California 91740 Mudah2an kawan2 menjadi maklum adanya dan jangan sampai salah kaprah. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak Tjandra Ghozali yang telah berusaha menceritakan tentang Indonesia Media dan kegiatan ICAA, saya ucapkan terimakasih. salam, Dr.Irawan Editor In Chief Indonesia Media 2010/1/27 Tjandra Ghozalli - Show quoted text - Yth members, Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya
[budaya_tionghua] Pelurusan Indonesia Media
Pelurusan Indonesia Media Bapak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb, Pertama, terimakasih atas perhatian anda terhadap Indonesia Media, dan aktivitas masyarakat Indonesia di Los Angeles dan sekitarnya. Ada banyak hal yang Bapak beritakan rupanya masih kurang tepat , untuk itu saya rasa sebaiknya diluruskan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda, dan mengurangi kemungkinan salah kaprah dikemudian hari. Mengenai majalah IM yang terbit dwiminggu bisa diambil gratis ditempat2 yg anda sebut itu betul adanya, hanya majalah yang kami cetak sebanyak 15.000 copies setiap kali terbitnya tidak dicetak di Indonesia. Dari akal sehat hal itu tidak mungkin karena masa proses kami dipercetakan adalah 11 jam paling lama , yang berarti file kami sejak masuk di kamar pengolahan data ke Plat cetak , sampai majalah itu selesai dicetak , di bundel dan di ikat diatas pallet , dan siap diedarkan adalah 11 jam. Sedangkan transportasi tercepat dari Indonesia ke LAX adalah 19 jam . Disamping itu forwarding pesawat dengan cargo 1,8 ton , itu ongkosnya berapa ? Seandainya di Indonesia cetaknya gratis juga tidak mungkin punya, belum lagi ketepatan waktunya . Jadi kalau langganan dari Indonesia itu harusnya murah, jelas tidak mungkin, karena perangkonya memang sudah mahal mendekati $ 4, kalau dikalikan 24 saja jadi $96 , padahal ongkos berlangganannya saja masih $90. Berarti masih di subsidi. Mungkin saja kalau ada majalah yang terbit hanya sebulan sekali dan mencetak dalam jumlah sedikit , itu mungkin lebih ekonomis cetak di Indonesia . Tapi untuk Indonesia Media yang telah terbit tanpa tersendat selama 12 tahun , dari pertama kali terbitnya selalu dicetak di percetakan besar di Amerika. Mengenai kalau dahulu isinya agak miring , tapi sekarang setelah CW pulang ke Indo jadi pujian2 , itu juga tidak benar adanya. Mengapa ?? Karena kami semua memang dulu tidak terbiasa dengan bicara terus terang pada zaman ORBA, jadi sekali ada keluhan mengenai HAM , dan kritik kepada pemerintah, lalu itu dianggap miring. Padahal sekarang lebih banyak lagi kritikan kepada Presiden, dan pembongkaran kasus korupsi. Itu hanya perlu waktu beradaptasi dalam paradigma memandang permasalahan politik dari masayarakat Indonesia . Jadi bukan materi dari publikasi yang berubah tapi secara sublimasi otak kita yang berubah, dan memandang yang dulunya miring sekarang tidak lagi karena sudah terbiasa. Hati2 dalam menyatakan tentang KBRI. pertama di California tidak ada KBRI, yang ada itu KJRI (Konsulat) , sedangkan KBRI adanya di Washington D.C. Dan tidak pernah fasilitas ICAA (Indonesian Chinese American Association) yang di Duarte Inn (bukan El Duardo) , mau menyamakan diri sebagai kantor perwakilan RI. Kami malah ikut membantu KJRI dalam banyak hal untuk pelayanan kepada Masyarakat indonesia. Betul Pemilik hotel Duarte Inn adalah orang yang sosial Namanya DR. Frits Hong , beliau adalah ketua umum ICAA. Tapi beliau tidak mengatur penyebaran dari IM. IM dan ICAA adalah badan hukum yang terdaftar di Amerika secara terpisah , namun saling bersinergi (istilah Tan Swie Ling nya). Kalau rombongan Indonesia dari LA mau tour kenegara bagian lainnya kenapa harus kumpul di KBRI , atau "Duarte Inn". Ini terlalu berlebihan agaknya. Bazaar tidak diadakan setiap bulan , melainkan setahun sekali yaitu pada waktu menyambut tahun baru IMLEK . biasanya diadakan di Hacienda Heights , oleh ICAA bekerja sama dengan IM. ICAA mempunyai Food Court yang diadakan setiap hari Sabtu (jadi setiap minggu) dari jam 8:30 pagi sampai jam 2:00 sore, Ada Taichi , dan sekolah bahasa Mandarin Gratis. semua kegiatan ini diadakan di Duarte Inn. Kota Duarte dengan alamat 1200 E. Huntington Drive , Duarte . California 91010. Sedangkan Indonesia Media berkantor di : 505 East . Arrow Highway . Suite C , Glendora, California 91740 Mudah2an kawan2 menjadi maklum adanya dan jangan sampai salah kaprah. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak Tjandra Ghozali yang telah berusaha menceritakan tentang Indonesia Media dan kegiatan ICAA, saya ucapkan terimakasih. salam, Dr.Irawan Editor In Chief Indonesia Media 2010/1/27 Tjandra Ghozalli - Show quoted text - Yth members, Saban kali saya jenguk anak yang lagi sekolah di LA, saya suka iseng ambil majalah Indonesia Media yang ditumpuk di pintu masuk restoran Indonesia, Chinese, dan Thailand. Majalah ini boleh ambil zonder bayar. Formatnya mirip Tempo jadul, kertasnya koran, cetakannya campur B&W dan color HVS. Isinya sebagian iklan keimigrasian, plumbing, properti, dan bank. Artikelnya menarik ada cerita wisata, politik Indo, politik Amrik, kegiatan KBRI Amrik, dan lain lain. Konon Indonesia Media dicetak di Indo lalu dikirim ke Amrik, semestinya bagi yg mau langganan di sini tidak perlu bayar mahal. Isi artikelnya banyak yang menarik. Dahulu sewaktu Bread Talk lagi puncaknya, ada artikel yang kira kira berbunyi "gila cuma roti aja ngantrinya begitu panjang" sepertin