Mohon maaf, nimbrung..................... Saya kira ini dampak dari ketidaksingkronan pengertiann bahasa atau misunderstang. Terkadang dalam memahami suatu penjelasan, esensi bahasanya yang dipertegas ketimbang esensi budaya, sementara yang menangkap ingin mempertegas esensi budayanya atau sebaliknya dan kadang tidak jarang esensi yang dibahas menyangkut budaya dan bahasa. Contohnya : Kata "CINA". Kata ini menjadi bermasalah karena kehilangan huruf " H " karena akan berbeda dengan kata "CHINA". Memang sulit, karena yang akan mengucapkan adalah kita2 yang tinggal di Indonesia yang mana sering mengabaikan huruf-huruf. Dimaklumi atau tidak ini terus saja terjadi karena mayoritas pelafalan Orang Indonesia seperti itu. Contohnya : Jusuf Kalla ( ini harus dibaca "Kalla", double "l" dan kalau diucapkan tidak dengan double "l" ini bermakna negatif menurut suatu bahasa tertentu.Kata Akhmad, ini juga banyaj yang cuek aja tulis Ahmad<<< ini masih sering didengar oleh penutur bahasa Indonesia, apalagi kalau mau membedakan CHINA atau CINA. Yang sehari-haripun yang berkaitan dengan agama ( Islam misalnya ) pelafalannya juga gak seragam bahkan tidak betul. Bismillah <<< dibaca bismilo dsbnya. Sebenernya ini yang mesti ditertibkan oleh FPI.....hehehe Jadi menurut saya, memang sebaiknya kita menggunakan sebutan yang disenangi oleh orang/kelompok yang kita panggil atau kita sapa. Sebagai contoh penyebutan kata Indon, sebagian besar Indonesia tidak senang kalo dipanggil demikian, padahal apa bedanya kalo Indonesia kalau memang itu hanya panggilan. Lain halnya kalau tulisan resmi. Kita juga sering menyebut AMRIK, AUSSIE dan lain-lain dan fine2 aja. Tapi wa yakin suatu saat penyebutan AMRIK ini akan bermakna negatif juga dikarenakan AMRIK / USA ini sering memainkan peranan yang kurang baik di beberapa negara, tapi itu kan soal nanti. Kita tunggu aja berita...mungkin besok, lusa, bulan depan, tahun depan dstnya. Selama kita tidak diembargo, kita cuek aja..egp. O.k.....akhirnya saya ingin mengatkan bahwa, ada banyak penjelasan yang sudah proporsional, tetapi karena beda esensi maka ujung2nya menjadi persoalan yang dibahas tidak selesai. Tidak sedikit juga para member ( mungkin termasuk saya ) harus dipertegas dengan bahasa sederhana ( bahasa orang pasar ) baru " ngeh", mengerti atau understand. Masih mending kalo, understand..!! Yang repot kalo esennya menjadi bias ditarik kemana-mana hingga menyinggung pribadi dsbnya. salam, Nasir Tan --- On Sun, 10/25/09, Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo.net.id> wrote:
From: Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo.net.id> Subject: Re: [budaya_tionghua] Pro ABS #45577 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, October 25, 2009, 2:57 AM ----- Original Message ----- From: John Siswanto To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Sunday, October 25, 2009 10:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Pro ABS #45577 > Jangan mencari-cari argumentasi apapun > untuk membenarkan anda untuk menyebut Cina. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Siswanto lauwheng, kapannya saya berargumentasi untuk membenarkan menyebut "cina"? Saya selalu correct menyebut "tionghoa", tidak menyebut "cina". Jelas-jelas baru di posting kemarin saya katakan saya merasa aneh bahwa UI secara resmi masih mempergunakan istilah "Jurusan Satra Cina" di lingkungan Fak. Ilmu Budaya. Yang saya kemukakan adalah bahwa kita tidak perlu mendikotomikan istilah "cina" dan "tionghoa", dan lalu mengecam pihak-pihak lain, terutama kaum muda tionghoa, yang tidak mau mendikotomikan hal itu. Misalnya dengan bolak-balik mengatakan: "Kalau begitu, itu nama milis tionghoa-net kamu ganti saja sekalian menjadi cina-net". Saya beberapa hari yang lalu memberi contoh adanya kesalahan di kalangan masyarakat, umumnya kaum tionghoa, dengan mengatakan "lagu mandarin" atau "film mandarin". Tapi kan nyatanya tidak dianggap perlu untuk harus mengkoreksinya, menyuruh mereka semua mengatakan "lagu tiongkok" atau "film tiongkok" yang adalah lebih betul. Memang ini bukan perbandingan apple-to-apple. Melainkan perbandingan kontekstual. Juga tidak perlu kalau ada kelompok generasi muda tionghoa yang bersikap berbeda dengan kita, lalu kita main cap, mereka anteknya ini atau anteknya itu. Kalau kita bilang kelompok mereka itu kecil saja, barangkali masih kena. Tetapi kalau kita bilang dia antek si A atauantek si B, kan sudah jelas mereka hanya akan jawab: "So what gitu loh!?" Lantas kita dapat manfaat maupun keberhasilan apa dari diskursus semacam itu? Eh, gimana pen-caleg-annya? Sukses? Kalau tidak, nggak apa-apa koq, memang ini pemilu paling amburadul... Wasalam. ============ ========= ========= ----- Original Message ----- From: John Siswanto To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Sunday, October 25, 2009 10:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Pro ABS #45577 Bung ABS yth slmt hari Minggu yang baik, saya sangat setuju kita tidak berpolemik soal penggunaan kata Tionghoa atau Cina... Tapi saya mau mengomentarii perumpamaan anda soal petai Cina atau Bidara Cina dengan Budaya-Cina atau Cina-net. Nama petai Cina atau Bidara Cina, sudah dari sononya memang namanya begitu, saya yakin tidak ada satupun orang yang berkeberatan manakala anda menyebut petai Cina atau Bidara Cina, karena memang seharusnya begitu dan PASTI tidak bermaksud apapun. Sebaliknya KENAPA milis budaya-tionghua/ tionghoa atau Tionghoa-net BUKAN budaya-Cina atau Cina-net atau PITI atau INTI dsb...dsb, tentu ada pertimbangannya. ... Saya yakin (para) pendiri milis/ormas- ormas tersebut memilih kata/istilah Tionghoa (BUKAN Cina) pastilah ada pertimbangan- pertimbangaannya ... Keberatan saya, anda memperbandingkan sesuatu berdasarkan perbandingan yang tidak tepat yang sering disebut TIDAK "apple to apple". Nah, kalo seseorang lebih suka dipanggil Tionghua/Tionghoa, harap anda atau siapapun HORMATILAH pilihan mereka. Jangan mencari-cari argumentasi apapun untuk membenarkan anda untuk menyebut Cina. Kalau anda tetap ngotot, PASTILAH anda tidak mau menghargai pilihan orang lain. Begitu saja bung. Diskusinya selesai. Wassalam, Jhon Siswanto -----Inline Attachment Follows----- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.423 / Virus Database: 270.14.31/2457 - Release Date: 10/24/09 14:31:00