----- Original Message -----
From: putu oka sukanta
To: wahana-n...@yahoogroups.com ; 
Sent: Wednesday, November 11, 2009 9:51 PM
Subject: UNDANGAN PELUNCURAN BUKU DAN FILM


KESENYAPAN GEMURUH 1965

Masa lalu bagaikan tulang punggung sejarah yang menopang
perjalanan bangsa ke masa depan yang lebih baik. Oleh karena
itu mengingat dan memahami masa lalu adalah kearifan yang
perlu terus kita pelihara untuk pembangunan watak bangsa yang
lebih beradab.

Dalam upaya mengingat dan memahami masa lalu, Lembaga
Kreatifitas Kemanusiaan, bekerjasama dengan Goethe-Institut,
Institut Sejarah Sosial Indonesia, TAPOL London, Jaker, KIPAS,
menggelar bedah buku dan pemutaran film documenter, serta
mengundang kehadiran Anda.


1.       Buku Antologi cerita pendek LOBAKAN: kesenyapan gemuruh Bali 1965.

Buku ini memuat 22 cerpen bertema Tragedi Kemanusiaan 1965 di Bali

Penulis: 14 pengarang dari berbagai generasi: Dyah Merta,
Fatie Soewandi, Gde Aryantha Soetama, Happy Salma, Ni Komang
Ariani, Kadek Sonia Piscayanti, Martin Aleida, May Swan, Putu
Satria Kusuma, Putu Fajar Arcana, Putu Oka Sukanta, Sunaryono
Basuki KS, Soeprijadi Tomodihardjo, dan T.Iskandar A.S

Kata Pengantar ditulis oleh I Gusti Agung Ayu Ratih,
sejarawan, yang memberikan gambaran makro situasi di Bali saat
itu. Ilustrasi menawan dibuat oleh Salim M, Misbach Tamrin,
Adrianus Gumelar dan Imas Masnu'ah.

Pembacaan cerpen  oleh Happy Salma, dan Ni Komang Ariani duet
dengan  Arswendi Nasution.

Pembahasan buku oleh Ni Made Purnama Sari, mahasiswi muda yang
 brilian dari Denpasar, dan DS Putra, pekerja kebudayaan yang
kritis dari Kabupaten Negara Bali,  tempat pembantaian paling
kejam dan luas di Bali.

Kelompok KIPAS muncul dengan tarian, diiringi musik
tradisional Bali, Genggong oleh Afrizal.

Penerbit : Koekoesan dan Lembaga Kreatifitas Kemanusiaan, atas
 dukungan YAPPIKA dan Imparsial.

Moderator: I Gusti Agung Ayu Ratih



2.        Novel "BURUAN" karya Putu Oka Sukanta yang ditulis
pada tahun 1963, pernah dimuat bersambung di Majalah Minggu
Pagi di Jogja, 1tahun 964,  dan sekarang diterbitkan oleh
JAKER (Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat). Karya fiksi ini
bercerita  tentang  peran nelayan di masa Revoslui 45, di
Tambak Lorok dan perjuangannya melawan si Juragan Perahu di
Kali Klidang Jawa Tengah.

Pembahas AJ Susmana, penulis, alumnus Universitas Gajah Mada
1998, yang menjabat Wakil Sekjen DPP PAPERNAS.

Moderator : I Gusti Agung Ayu Ratih.

3.        Pemutaran dan diskusi film dokumenter "TJIDURIAN
19". Film ini mengisahkan pengalaman para  seniman LEKRA yang
sempat tinggal,  berkantor,  dan berkreasi di Jalan Tjidurian
19, Cikini, Jakarta Pusat.  Rumah-kantor milik kepala rumah
tangga Lekra, Oey Hay Djoen, tersebut dirampas, diduduki,
kemudian dijual ke pihak lain oleh aparat negara Orde Baru.
Sekarang telah berubah menjadi gedung mewah bertingkat dengan
fungsinya yang baru pula. Perampasan gedung dan penguburan
ingatan berlangsung secara terstruktur dan sistematis oleh
penguasa Orde Baru, sehingga terjadi kesenjangan dalam lintas
perjalanan sejarah negeri ini. Seniman-seniman seperti  Amrus
Natalsya, Amarzan Ismail Hamid, S.Anantaguna, Hersri Setiawan
Martin Aleida, Putu Oka, dan T.Iskandar A.S menceritakan
pengalaman mereka yang penuh semangat dan gairah berinteraksi
dengan sesama seniman di gedung tersebut, serta rasa
kehilangan yang mendalam. Mereka tidak hanya menghasilkan
karya-karya mereka,  tetapi juga  menjalin kesetaraan serta
memperdebatkan soal-soal estetika, politik dan ideologi.

Sutradara: Lasja Susatyo dan M.Abduh Azxiz..

 Produser: M.Abduh Aziz , dan  Putu Oka Sukanta.

Film ini diproduksi oleh Lembaga Kreatifitas Kemanusiaan
bekerjasama dengan Innstitut Sejarah Sosial Indonesia dan
TAPOL London.

Pemandu diskusi: Th.J. Erlijna.

Acara

Tempat :  Goethe Institut, Jl. Sam Ratulangi 9 Jakarta Pusat.

Hari /Tanggal:  Selasa, 17 Nopember 2009

Jam 15.00 - 18.30: Bedah 2 buku dan pembacaan cerpen.

Jam  18,30 - 19,15:  Istirahat (Santap malam)

Jam  19,15 - 21.00i: Pemutaran dan diskusi film Tjidurian 19.

Kirim email ke