Umat Kristiani Wajib Menghargai Kebhinekaan
Jumat, 25 Desember 2009 19:08 WIB | Peristiwa | Pendidikan/Agama | Dibaca 442 
kali
Serang (ANTARA News) - Umat Kristiani wajib menghargai kebhinekaan, intoleran, 
serta mewujudkan kebersamaan dalam ragam perbedaan, caranya dengan menjadi 
warga negara yang mampu menjadi penyejuk bagi hati yang gelap dan dingin.

"Itulah khotbah yang saya sampaikan pagi tadi," kata Ketua Dewan Pastoral 
Paroki Gereja Kristus Raja Serang, Banten, Adi Indiatono, Jumat.

Adi menjelaskan, Yesus harus berada di hati manusia. Dengan begitu, ia akan 
menjadi warga yang cinta kasih.

Dengan begitu, lanjut Adi, ia akan menjadi warga yang cinta kasih. Berada di 
negara Indonesia yang penuh keragaman ini, cinta kasih bisa diwujudkan dengan 
menghargai perbedaan. 

Ia juga mengatakan, kebhinekaan harus dipandang sebagai sarana produktif untuk 
menciptakan pembangunan manusia seutuhnya, termasuk di Banten.

Sementara, mengenai tema Natal tahun ini adalah `Tuhan Baik Kepada Semua 
Orang`. Namun, ia sengaja menyisipkan pesan tentang kebinekaan di dalam 
khotbahnya. 

"Ini untuk mengikis perbedaan pendapat serta menjadikan dunia menjadi lebih 
damai, tanpa kekerasan," kata Adi.

Selain menekankan kepada jemaatnya tentang pentingnya arti kebinekaan, ia juga 
menghimbau kepada ribuan jemaatnya mengenai peran serta umat Kristiani dalam 
mengisi bidang pembangunan.

Menurut Adi, seorang Kristiani bukan saja harus menjadi subyek pembangunan 
tetapi juga pemrakarsa. Umat juga harus terlibat aktif dalam upaya gerakan 
moral, solidaritas, serta tindakan kemanusiaan. 

Bahkan, tegas Adi, umat juga harus secara sadar menjaga kelestarian lingkungan, 
minimal di sekitar rumahnya.

Sedangkan mengenai ritual Natal sendiri, Adi membeberkan, terdiri dari empat 
bagian, yakni malam misa, Natal pagi, Natal sore, dan esok ini akan digelar 
Natal bagi kalangan manula.

Di tempat yang sama, Wakil Dewan Pastoral Paroki Gereja Kristus Raja, Aloysius, 
mengatakan, prosesi Natal tahun ini khususnya di Gereja Kristus Raja berjalan 
normal dan aman. 

"Sebanyak 6.000 umat Kristiani mengikuti ritual dengan khusuk. Mereka berasal 
dari wilayah Cikande, Kota Serang, Kota Cilegon, Anyer, dan Merak," katanya.(*)

Korban Tsunami Aceh Doa Bersama
Jumat, 25 Desember 2009 16:37 WIB | Peristiwa | Umum | Dibaca 518 kali

ilustrasi (ANTARA/Irwansyah Putra)Banda Aceh (ANTARA News) - Menjelang 
peringatan lima tahun tsunami di Aceh, warga dan korban bencana yang terjadi 26 
Desember 2004 lalu itu menggelar doa bersama di masjid dan surau.

Wartawan ANTARA dari Banda Aceh, Jumat, melaporkan, sejak Kamis (24/12) selepas 
shalat Isya, warga di kota Banda Aceh mulai melaksanakan doa bersama untuk 
korban tsunami.

Ratusan warga desa Ilie, kecamatan Ulee Kareng misalnya melaksanakan zikir 
untuk korban bencana yang menewaskan 170.000 lebih penduduk Aceh pada 26 
Desember 2004.

Kepala Desa Ilie, Iskandar mengatakan doa an zikir yang dilaksanakan di masjid 
desa tersebut diharapkan dapat menghilangkan trauma dan kesedihan akibat 
musibah lima tahun lalu itu.

"Bencana maha dasyat itu hendaknya menjadi pelajaran buat semua dan 
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup di dunia ini," katanya.

Selain itu, ratusan keluarga dan korban tsunami di kabupaten Aceh Besar juga 
melaksanakan doa bersama di masjid Rahmatullah, Lampuk.

Kegiatan tersebut juga di hadiri Bupati Aceh Besar, Bukhari Daud, pejabat teras 
serta unsur muspida setempat.

Pantauan ANTARA, puluhan ibu-ibu tidak dapat menahan tangis saat kegiatan itu 
berlangsung.

"Saya masih teringat ketika ombak menghancurkan rumah kami, suami dan tiga anak 
saya juga meninggal," kata warga Lampuuk, Yusniar (35).

Puncak peringatan lima tahun tsunami Aceh akan dilaksanakan Sabtu (26/12) di 
Pelabuhan Ulee Lhue, Banda Aceh, kegiatan tersebut juga akan dihadiri wakil 
Presiden Budiono dan sejumlah Menteri.
(*)

<<id-aceh011008-2x.jpg>>

Kirim email ke