Mbak Maria yb,

Maksud kalimat terakhir, Harus ada yang memulai untuk merubahnya. Itu apa 
maksudnya, ya? Kan, kalau orang tidak ber-Agama atau Agama yang dianut tidak 
termasuk Agama yang diakui sah oleh Pemerintah, misalnya Agama Kong Hu Chu 
dimasa Soeharto berkuasa yang tidak diakui sebagai Agama yang sah, itu 
akibatkan mereka jalankan kawin kebo. Tidak tercatat di catatan sipil, karena 
mereka tidak hendak menghianati Agama yang menjadi keyakinannya, atau disuruh 
ganti Agama untuk tercatat perkawinan mereka.

Saya SETUJU, jangan libatkan Agama dengan NEGARA. Orang kawin apapun Agama-nya 
tidak ada hubungan denegan catatan sipil, CATAT-lah mereka sebagai warga yang 
melangsungkan perkawinan secara sah. Negara tidak usah ikut mencampuri Agama 
orang yang dianut, berilah kebebasan pada masing-masing. Karena kepercayaan dan 
keyakinan Agama itu sepenuhnya adalah masalah pribadi orang, yang tidak 
seharusnya direcoki oleh Pemerintah.

Jadi, untuk merubahnya bukan harus ada orang yang memulai. Itu sudah banyak 
orang yang memulai tidak mencatatkan diri dicatatan sipil, ... tapi, Pemerintah 
yang berkuasa harus ambil tindakan untuk merubah. Bahkan bubarkan saja itu 
Dept. Agama, yang katanya hanya jadi sarang korup. Biarlah setiap Agama yang 
ada diurus sendiri oleh Agama masing-masing.

Salam,
ChanCT

  ----- 原始郵件----- 
  寄件者: Maria Claudia 
  收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  傳送日期: 2010年5月23日 15:21
  主旨: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING







  Surya Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah 
di catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan 
negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus 
nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal jadi 
orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang bisa 
mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun 
tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk merubahnya.

  Salam
  Maria


------------------------------------------------------------------------------
  From: ChanCT <sa...@netvigator.com>
  To: tionghoa-...@yahoogroups.com
  Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

    
  Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak 
  pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang begitu 
  banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk menuntut 
  generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. Dengan 
  berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik dan jangan 
  sampai terulang jatuh korban-korban yang tak diperlukan!

  Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang meninggalkan 
  Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah Indonesia saat 
  itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) lebih dahulu harus 
  menandatangani pernyataan "TIDAK AKAN KEMBALI KE INDONESIA LAGI", maka 
  ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada benarnya juga. Tentu 
  saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang pejabat yang nakal dan 
  serakah, setelah gaet 50 juta, merasa "KURANG", ingin dapatkan lebih banyak, 
  akhirnya Tong balik pikiran setelah kesal-mendongkol melihat busuknya 
  birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun melihat kenyataan, tidak sedikit 
  Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, sekalipun juga yang pulang 
  kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong korban PP-10.

  Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih dahulu dengan TEGAS 
  benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan "SALAH" pemerintah terdahulu dan, 
  ... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap pejabat Pemerintah secara 
  jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, menjadi "KACUNG" rakyat yang 
  membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya.

  Salam,
  ChanCT

  ----- Original Message ----- 
  From: "Flowing Water" <syahr...@cbn.net.id>
  To: <tionghoa-...@yahoogroups.com>
  Sent: Sunday, May 23, 2010 8:13 AM
  Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  Kutipan: "Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin
  naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan
  biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an," kata Alan. "Awalnya
  dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang
  dengan menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan
  surat bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,"
  katanya.

  Membaca ini saya tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang
  menjijikkan yang mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes
  saja negeri ini terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang
  bercokol dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa
  menghargai nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para
  pelatih nasional. Sangat memalukan...

  -----Original Message-----
  From: den suta [mailto:sutawiy...@yahoo.com]
  Sent: Sunday, May 23, 2010 6:44 AM
  To: tionghoa-...@yahoogroups.com
  Subject: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  Dear T-neters,

  Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara,
  harus ada keinginan keras dan mau cepat berubah....

  Tak cepat berubah takkan sampai ke-mana2. Kayaknya
  sudah merpakan hukum alam...."no pain mo gain"....ba-
  hwa utk, meraih kemajuan apa pun harus ada pengorban-
  nan!!

  Memang, kata para umat Buddhis, agar bisa hidup baha-
  gia, terutama harus berpikir "here and now", karena apa
  yang sudah lalu gak akan terulang yang sama lagi, dan
  karenanya hilangkan rasa takut. Demikian pula, apa yang
  akan datang gak usah dikuatirkan, karena blm. tahu apa
  yang akan terjadi. Namun, bagi DS belajar sejarah masa
  lalu, dan antisipasi masa depan, demi maraih suatu kema-
  juan dan kemenangan tetap perlu.

  Dalam konteks ini, mungkin artikel kiriman seorang teman
  di Canada ini, dapat menjadi contoh nyata yang perlu di-
  pelajari, agar gak terulang kejadian yang merugikan...

  Silakan...

  Salam belajar sejarah,
  DS

  Sat, May 22, 2010 8:26:18 PM
  Fw: Tong Sin Fu
  From:
  To: REUNION-3-HOUSTON <reunion-3-hous...@yahoogroups.com>
  ________________________________

  ----- Forwarded Message ----
  From:
  Sent: Sat, May 22, 2010 1:18:04 AM
  Subject: Tong Sin Fu

  TANG HSIN FOE

  Mantan pemain nasional Alan Budi Kusuma menganggap negara lain lebih
  memberi penghargaan kepada para pelatih bulu tangkis yang berprestasi.

  Hal ini diungkapkan oleh Alan mengenai sosok pelatih China kelahiran
  Indonesia, Tong Sin Fu atau Tang Hsienhu, yang mendampingi para pemain
  negeri itu mengalahkan Indonesia 3-0 pada final Piala Thomas, Minggu
  (16/5/2010).

  Alan memang dikenal dekat dengan pelatih kelahiran Teluk Betung, Lampung, 13
  Maret 1942. Perkenalan terjadi saat Tong melatih di Indonesia pada 1987
  hingga 1998. "Bayangkan, pada usia setua itu, ia masih diberi kesempatan
  duduk mendampingi pemainnya. Padahal setahu saya, ia memiliki masalah dengan
  jantungnya, serta memang sejak muda hidup dengan satu ginjal," katanya.

  Peraih medali emas olimpiade ini memang merupakan salah satu anak didik
  Tong sejak muncul akhir 1980-an. Menurutnya, Tong sebagai pelatih
  menanamkan disiplin tinggi buat anak didiknya. "Kalau latihan pukul delapan,
  dia sudah di lapangan pukul 07.30. Kami terlambat satu menit saja akan
  disuruh pulang," ungkapnya.

  Ia juga memuji Tong yang memiliki metode latihan yang unik dan tidak pernah
  sama untuk setiap pemain. "Saya dengan pemain lain, seperti Ardy, diberikan
  metode latihan yang berbeda. Namun, setiap memberikan teknik latihan, Om
  Tong selalu bilang, latihan yang dijalankan itu akan memberi hasil tiga
  bulan kemudian. Dan ini terbukti," ungkapnya.

  Mereka terus bersama hingga Tong memutuskan kembali ke China setelah
  permintaannya untuk memperoleh surat bukti warga negara Indonesia ditolak.

  "Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia memperoleh izin naturalisasi.
  Dia telah mengajukan selama lebih dari sepuluh tahun dengan biaya sendiri
  hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an," kata Alan. "Awalnya dia telah
  mendapatkan KIMS (kartu izin menetap sementara) yang diperpanjang dengan
  menerima KIM (kartu izin menetap), tetapi ketika saatnya mendapatkan surat
  bukti WNI, dia malah diminta mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,"
  katanya.

  Alan ingat bagaimana reaksi Tong Sin Fu saat permintaannya mendapatkan surat
  bukti WNI gagal. "Waktu itu kami masih latihan hingga pukul 10 malam. Om
  Tong bilang saya mau ke imigrasi sebentar," katanya. "Pukul 11 malam, dia
  pulang dengan menendang pintu ruang latihan sampai kami semua berhenti
  berlatih. Om Tong cuma teriak, 'kurang ajar... gue disuruh

  ngulang prosesnya!'" kenang Alan.

  Alan tidak tahu apakah dalam proses mendapatkan surat WNI tersebut Tong
  mendapat bantuan dari pengurus PB PBSI atau pejabat berwenang lainnya.
  "Beberapa hari setelah kejadian itu, dia bilang memutuskan akan kembali ke
  China," katanya. "'Lan, apa sih yang kurang saya lakukan buat negeri ini?
  Saya sudah membawa gelar juara, juga dapat penghargaan dari Presiden. Tapi
  semua itu tidak ada gunanya'," ucap Alan mengulangi perkataan Tong.

  Saat itu, Alan, karena masih menjadi pemain, meminta Tong mempertimbangkan
  keputusannya itu. Namun, pelatih yang pernah melahirkan nama-nama besar di
  China, seperti Lin Ying/Wu Dixi dan Li Lingwei ini mengatakan, "Gue di sini
  warga negara asing. Kalau mati di sini, istri dan anak gue makan apa?"

  Tong memang menikah dengan seorang wanita dari China daratan pada usia cukup
  lanjut dan memiliki putra yang seingat Alan baru berusia enam tahun.
  "Mungkin setelah menghubungi koleganya di China, ia mendapat kepastian
  tentang masa depannya di sana," ucap Alan.

  Juni 1998, Tong akhirnya kembali ke China dengan membawa keluarga. Ia
  diantarkan oleh para mantan anak asuhnya, antara lain Alan Budi Kusuma,
  Candra Wijaya, Hariyanto Arbi, dan Hendrawan sampai ke bandara
  Soekarno-Hatta.

  Menurut Alan, setelah pindah, Tong ditarik sebagai pelatih tingkat provinsi
  kemudian timnas oleh pelatih kepala, Li Yongbo. Sebagai pelatih timnas,
  Tong Sin Fu atau Tang Hsien Hu mendapat jaminan, seperti rumah, kendaraan,
  dan jaminan hidup hingga seumur hidup anaknya. Ya, seumur hidup anaknya!

  [Non-text portions of this message have been removed]

  ------------------------------------

  ------------------------------------

  Motto : Persahabatan, Perdamaian dan Harmoni

  # Mohon selalu berbahasa santun dan sopan, kunjungi rumah kita di 
  http://tionghoa-net.blogspot.com #

  # Isi tulisan merupakan tanggung jawab penuh masing-masing penulis atau 
  member yang memposting tulisan dalam milis Tionghoa-Net #

  Subscribe : tionghoa-net-subscr...@yahoogroups.com
  Unsubscribe : tionghoa-net-unsubscr...@yahoogroups.com

  Yahoo! Groups Links







  

Kirim email ke