Adik Chan sayang, he he he ......... so akrab ........

Maksud saya juga begitu. Ada banyak orang Tionghoa yang sebenarnya ga punya 
agama, ngakunya Budha tapi doanya apa juga ga tau, mereka cuma percaya Thian, 
tapi Liam Keng juga ga pernah, mereka cuma pegang hio kalau ada anggota 
keluarganya yang meninggal atau pas melayat. Nah, giliran mau kawin, ada 
peraturan harus nikah di lembaga agama, kelabakan deh. Ujung2nya lari ke Budha, 
yang paling dekat dan mungkin paling gampang persyaratannya, atau yang lebih 
modern ke Katolik, supaya masih bisa 'pegang hio' dan nanti ananknya gampang 
cari sekolah. Nah, setelah dapat surat dari vihara atau gereja, apa mereka mau 
ke sana lagi? Mungkin iya kalau mau cerai ....., kalau ga sih boro-boro 
.......... lewat juga ga .........

Selain itu ada masalah yang lebih penting. Masalah kdrt. Tau ga kalau gereja 
Katolik itu ketat banget aturannya. Kalau udah kawin, 
suliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit banget untuk cerai apa pun alasannya. Tanpa UU 
Perkawinan itu aja udah susah, ditambah lagi ada aturan itu. Bayangin lho, itu 
korban kdrt, udah tiap hari disiksa suami, mau cerai ke catatan sipil, ga bisa, 
karena diancam terus, lari ke gereja eeeeeh ............ malah disuruh ke 
catatan sipil dulu ................ Akhirnya menderita seumur hidup ........... 
Kasian ga dengernya? Mendingan kita ikutan deh mikiran nasib orang2 yang 
seperti itu. Kasihan kan mereka ga bisa apa2.

Kalau kawin kebo mah bodo aja ceweknya. Yang rugi siapa? Jangan mau dong 
diajakin kawin kebo. Ntar cowoknya kabur, minta pertanggung jawabannya gimana?

Maria





________________________________
From: ChanCT <sa...@netvigator.com>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Mon, May 24, 2010 12:54:18 AM
Subject: 回覆: [budaya_tionghua] Re:  PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING

  
 
Mbak Maria yb,
 
Maksud kalimat terakhir, Harus ada yang memulai 
untuk merubahnya. Itu apa maksudnya, ya? Kan, kalau orang tidak ber-Agama atau 
Agama yang dianut tidak termasuk Agama yang diakui sah oleh Pemerintah, 
misalnya 
Agama Kong Hu Chu dimasa Soeharto berkuasa yang tidak diakui sebagai Agama yang 
sah, itu akibatkan mereka jalankan kawin kebo. Tidak tercatat di catatan sipil, 
karena mereka tidak hendak menghianati Agama yang menjadi 
keyakinannya, atau disuruh ganti Agama untuk tercatat perkawinan 
mereka.
 
Saya SETUJU, jangan libatkan Agama dengan 
NEGARA. Orang kawin apapun Agama-nya tidak ada hubungan denegan catatan sipil, 
CATAT-lah mereka sebagai warga yang melangsungkan perkawinan secara sah. Negara 
tidak usah ikut mencampuri Agama orang yang dianut, berilah kebebasan pada 
masing-masing. Karena kepercayaan dan keyakinan Agama itu sepenuhnya adalah 
masalah pribadi orang, yang tidak seharusnya direcoki oleh 
Pemerintah.
 
Jadi, untuk merubahnya bukan harus ada orang 
yang memulai. Itu sudah banyak orang yang memulai tidak mencatatkan diri 
dicatatan sipil, ... tapi, Pemerintah yang berkuasa harus ambil tindakan untuk 
merubah. Bahkan bubarkan saja itu Dept. Agama, yang katanya hanya jadi sarang 
korup. Biarlah setiap Agama yang ada diurus sendiri oleh Agama 
masing-masing.
 
Salam,
ChanCT
 
----- 原始郵件----- 
>寄件者: Maria Claudia 
>收件者: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
>傳送日期: 2010年5月23日 15:21
>主旨: Re: [budaya_tionghua] Re: PELAJARAN 
>  SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
>
>
>
>
>Surya 
>  Paloh itu bener banget. Coba lihat UU Perkawinan. Masa sebelum menikah di 
>  catatan sipil harus nikah di lembaga keagamaan dulu. Apa urusannya agama dan 
>  negara? Nenek moyang juga kita juga bisa nikah di catatan sipil tanpa harus 
>  nikah di gereja. Memangnya kalau nikah di lembaga keagamaan dijamin bakal 
> jadi 
>  orang beragama? Yang bener adalah waktu mau kawin sibuk cari tempat yang 
> bisa 
>  mengawinkan, tapi setelah upacara selesai, mungkin lewat tempat ibadat pun 
>  tidak. Ga bener tuh! Harus ada yang memulai untuk 
>  merubahnya.
>
>Salam
>Maria
>
>
________________________________
 From: ChanCT 
>  <sa...@netvigator. com>
>To: >  tionghoa-net@ yahoogroups. com
>Sent: Sat, May 22, 2010 5:43:53 
>  PM
>Subject: [budaya_tionghua] 
>  Re: PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
>
>  
>Setuju! Pengalaman sejarah jangan dilewatkan begitu saja, bahkan banyak 
> 
>pengalaman sudah dibayar sangat mahal dengan korban jiwa manusia yang 
>  begitu 
>banyaknya, ... Jadi, benar-benar harus dijadikan cambuk untuk 
>  menuntut 
>generasi berikut lebih keras dan berani melihat kenyataan sejarh. 
>  Dengan 
>berani akui dan betulkan yang salah, untuk maju lebih lebih baik 
>  dan jangan 
>sampai terulang jatuh korban-korban yang tak 
>  diperlukan!
>
>Seandainya kita perhatikan, saat-saat Tong Sien Fu yang 
>  meninggalkan 
>Indonesia ditahun 1960, sebagaimana saya ketahui, Pemerintah 
>  Indonesia saat 
>itu menetapkan bagi mereka yang pulang kampung (Hui Guo) 
>  lebih dahulu harus 
>menandatangani pernyataan "TIDAK AKAN KEMBALI KE 
>  INDONESIA LAGI", maka 
>ketidak berhasilan Tong Sien Fu mendapatkan WNI ada 
>  benarnya juga. Tentu 
>saya tidak menyangkal kemungkinan hanya karena sang 
>  pejabat yang nakal dan 
>serakah, setelah gaet 50 juta, merasa "KURANG", 
>  ingin dapatkan lebih banyak, 
>akhirnya Tong balik pikiran setelah 
>  kesal-mendongkol melihat busuknya 
>birokrasi dinegeri ini. Karena sayapun 
>  melihat kenyataan, tidak sedikit 
>Tionghoa bisa kembali hidup di Indonesia, 
>  sekalipun juga yang pulang 
>kekampung tahun 60, bahkan jelas tergolong 
>  korban PP-10.
>
>Jadi, Pemerintah yang berkuasa sekarang ini, kudu lebih 
>  dahulu dengan TEGAS 
>benahi ketentuan-ketentuan yang dirasakan "SALAH" 
>  pemerintah terdahulu dan, 
>... benahi birokrasi Pemerintahan, agar setiap 
>  pejabat Pemerintah secara 
>jujur menjadi pengabdi rakyat yang baik-baik, 
>  menjadi "KACUNG" rakyat yang 
>membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat 
>  sebaik-baiknya.
>
>Salam,
>ChanCT
>
>----- Original Message ----- 
> 
>From: "Flowing Water" <syahr...@cbn. net.id>
>To: 
>  <tionghoa-net@ yahoogroups. com>
>Sent: 
>  Sunday, May 23, 2010 8:13 AM
>Subject: RE: [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG 
>  MAHAL TAPI PENTING
>
>Kutipan: "Om Tong memang cerita tentang kesulitan 
>  dia memperoleh izin
>naturalisasi. Dia telah mengajukan selama lebih dari 
>  sepuluh tahun dengan
>biaya sendiri hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an," 
>  kata Alan. "Awalnya
>dia telah mendapatkan KIMS (kartu izin menetap 
>  sementara) yang diperpanjang
>dengan menerima KIM (kartu izin menetap), 
>  tetapi ketika saatnya mendapatkan
>surat bukti WNI, dia malah diminta 
>  mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,"
>katanya.
>
>Membaca ini saya 
>  tidak bisa mengelak untuk marah. Apakah ulat2 yang
>menjijikkan yang 
>  mengatur urusan beginian di kantor2 masih bercokol. Pantes
>saja negeri ini 
>  terpuruk. Soalnya kebanyakan orang2 bermental b***k yang
>bercokol 
>  dimana-mana. Alan benar negeri ini bukan hanya kurang bisa
>menghargai 
>  nilai2 tetapi bahkan TIDAK menghargai nilai2, seperti para
>pelatih 
>  nasional. Sangat memalukan...
>
>-----Original Message-----
>From: den 
>  suta [mailto:sutawiy...@yahoo. com]
>Sent: 
>  Sunday, May 23, 2010 6:44 AM
>To: tionghoa-net@ yahoogroups. com
>Subject: 
>  [t-net] PELAJARAN SEJARAH, YANG MAHAL TAPI PENTING
>
>Dear 
>  T-neters,
>
>Untuk dapat cepat membangun suatu bagsa dan negara,
>harus 
>  ada keinginan keras dan mau cepat berubah....
>
>Tak cepat berubah takkan 
>  sampai ke-mana2. Kayaknya
>sudah merpakan hukum alam...."no pain mo 
>  gain"....ba-
>hwa utk, meraih kemajuan apa pun harus ada 
>  pengorban-
>nan!!
>
>Memang, kata para umat Buddhis, agar bisa hidup 
>  baha-
>gia, terutama harus berpikir "here and now", karena apa
>yang sudah 
>  lalu gak akan terulang yang sama lagi, dan
>karenanya hilangkan rasa takut. 
>  Demikian pula, apa yang
>akan datang gak usah dikuatirkan, karena blm. tahu 
>  apa
>yang akan terjadi. Namun, bagi DS belajar sejarah masa
>lalu, dan 
>  antisipasi masa depan, demi maraih suatu kema-
>juan dan kemenangan tetap 
>  perlu.
>
>Dalam konteks ini, mungkin artikel kiriman seorang teman
>di 
>  Canada ini, dapat menjadi contoh nyata yang perlu di-
>pelajari, agar gak 
>  terulang kejadian yang merugikan...
>
>Silakan...
>
>Salam belajar 
>  sejarah,
>DS
>
>Sat, May 22, 2010 8:26:18 PM
>Fw: Tong Sin 
>  Fu
>From:
>To: REUNION-3-HOUSTON <reunion-3-houston@ yahoogroups. com>
>____________ _________ _________ __
>
>----- 
>  Forwarded Message ----
>From:
>Sent: Sat, May 22, 2010 1:18:04 
>  AM
>Subject: Tong Sin Fu
>
>TANG HSIN FOE
>
>Mantan pemain nasional 
>  Alan Budi Kusuma menganggap negara lain lebih
>memberi penghargaan kepada 
>  para pelatih bulu tangkis yang berprestasi.
>
>Hal ini diungkapkan oleh 
>  Alan mengenai sosok pelatih China kelahiran
>Indonesia, Tong Sin Fu atau 
>  Tang Hsienhu, yang mendampingi para pemain
>negeri itu mengalahkan Indonesia 
>  3-0 pada final Piala Thomas, Minggu
>(16/5/2010).
>
>Alan memang dikenal 
>  dekat dengan pelatih kelahiran Teluk Betung, Lampung, 13
>Maret 1942. 
>  Perkenalan terjadi saat Tong melatih di Indonesia pada 1987
>hingga 1998. 
>  "Bayangkan, pada usia setua itu, ia masih diberi kesempatan
>duduk 
>  mendampingi pemainnya. Padahal setahu saya, ia memiliki masalah 
>  dengan
>jantungnya, serta memang sejak muda hidup dengan satu ginjal," 
>  katanya.
>
>Peraih medali emas olimpiade ini memang merupakan salah satu 
>  anak didik
>Tong sejak muncul akhir 1980-an. Menurutnya, Tong sebagai 
>  pelatih
>menanamkan disiplin tinggi buat anak didiknya. "Kalau latihan pukul 
>  delapan,
>dia sudah di lapangan pukul 07.30. Kami terlambat satu menit saja 
>  akan
>disuruh pulang," ungkapnya.
>
>Ia juga memuji Tong yang memiliki 
>  metode latihan yang unik dan tidak pernah
>sama untuk setiap pemain. "Saya 
>  dengan pemain lain, seperti Ardy, diberikan
>metode latihan yang berbeda. 
>  Namun, setiap memberikan teknik latihan, Om
>Tong selalu bilang, latihan 
>  yang dijalankan itu akan memberi hasil tiga
>bulan kemudian. Dan ini 
>  terbukti," ungkapnya.
>
>Mereka terus bersama hingga Tong memutuskan 
>  kembali ke China setelah
>permintaannya untuk memperoleh surat bukti warga 
>  negara Indonesia ditolak.
>
>"Om Tong memang cerita tentang kesulitan dia 
>  memperoleh izin naturalisasi.
>Dia telah mengajukan selama lebih dari 
>  sepuluh tahun dengan biaya sendiri
>hingga habis lebih dari Rp 50 juta-an," 
>  kata Alan. "Awalnya dia telah
>mendapatkan KIMS (kartu izin menetap 
>  sementara) yang diperpanjang dengan
>menerima KIM (kartu izin menetap), 
>  tetapi ketika saatnya mendapatkan surat
>bukti WNI, dia malah diminta 
>  mengurus ulang proses mendapatkan KIMS,"
>katanya.
>
>Alan ingat 
>  bagaimana reaksi Tong Sin Fu saat permintaannya mendapatkan surat
>bukti WNI 
>  gagal. "Waktu itu kami masih latihan hingga pukul 10 malam. Om
>Tong bilang 
>  saya mau ke imigrasi sebentar," katanya. "Pukul 11 malam, dia
>pulang dengan 
>  menendang pintu ruang latihan sampai kami semua berhenti
>berlatih. Om Tong 
>  cuma teriak, 'kurang ajar... gue disuruh
>
>ngulang prosesnya!'" kenang 
>  Alan.
>
>Alan tidak tahu apakah dalam proses mendapatkan surat WNI 
>  tersebut Tong
>mendapat bantuan dari pengurus PB PBSI atau pejabat berwenang 
>  lainnya.
>"Beberapa hari setelah kejadian itu, dia bilang memutuskan akan 
>  kembali ke
>China," katanya. "'Lan, apa sih yang kurang saya lakukan buat 
>  negeri ini?
>Saya sudah membawa gelar juara, juga dapat penghargaan dari 
>  Presiden. Tapi
>semua itu tidak ada gunanya'," ucap Alan mengulangi 
>  perkataan Tong.
>
>Saat itu, Alan, karena masih menjadi pemain, meminta 
>  Tong mempertimbangkan
>keputusannya itu. Namun, pelatih yang pernah 
>  melahirkan nama-nama besar di
>China, seperti Lin Ying/Wu Dixi dan Li 
>  Lingwei ini mengatakan, "Gue di sini
>warga negara asing. Kalau mati di 
>  sini, istri dan anak gue makan apa?"
>
>Tong memang menikah dengan seorang 
>  wanita dari China daratan pada usia cukup
>lanjut dan memiliki putra yang 
>  seingat Alan baru berusia enam tahun.
>"Mungkin setelah menghubungi 
>  koleganya di China, ia mendapat kepastian
>tentang masa depannya di sana," 
>  ucap Alan.
>
>Juni 1998, Tong akhirnya kembali ke China dengan membawa 
>  keluarga. Ia
>diantarkan oleh para mantan anak asuhnya, antara lain Alan 
>  Budi Kusuma,
>Candra Wijaya, Hariyanto Arbi, dan Hendrawan sampai ke 
>  bandara
>Soekarno-Hatta.
>
>Menurut Alan, setelah pindah, Tong ditarik 
>  sebagai pelatih tingkat provinsi
>kemudian timnas oleh pelatih kepala, Li 
>  Yongbo. Sebagai pelatih timnas,
>Tong Sin Fu atau Tang Hsien Hu mendapat 
>  jaminan, seperti rumah, kendaraan,
>dan jaminan hidup hingga seumur hidup 
>  anaknya. Ya, seumur hidup anaknya!
>
>[Non-text portions of this message 
>  have been 
>  removed]
>
>------------ --------- --------- ------
>
>------------ --------- --------- ------
>
>Motto 
>  : Persahabatan, Perdamaian dan Harmoni
>
># Mohon selalu berbahasa santun 
>  dan sopan, kunjungi rumah kita di 
>http://tionghoa- net.blogspot. com #
>
># Isi 
>  tulisan merupakan tanggung jawab penuh masing-masing penulis atau 
>member 
>  yang memposting tulisan dalam milis Tionghoa-Net #
>
>Subscribe : tionghoa-net- subscribe@ yahoogroups. com
>Unsubscribe 
>  : tionghoa-net- unsubscribe@ yahoogroups. com
>
>Yahoo! 
>  Groups Links
>
>
>
 


      

Kirim email ke