回覆: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-21 Terurut Topik ChanCT
Melihat masalah apalagi dalam menilai gerak seorang, hendaknya tidak main 
gampang-gampangan dengan menggeneralisasi begitu saja. Ada baiknya kalau kita 
bisa memilih-milah, mencoba mencari tahu kenapa mereka beda dengan yang lain. 
Saya tidak menyangkal mungkin saja ada orang yang bermantel domba untuk masuk 
kandang domba, tapi pasti tidak semua begitu. 

Kwik Hway Gwan yang ayahnya Kwik Kian Gie, kalau tidak salah dia juga ganti 
nama, gunakan nama Dharmawan XX apa gitu, lupa saya. Juga saudara-saudara KKG 
lainnya gunakan Dharmawan XX apa, ... hanya KKG yang konsekwen tidak ganti 
nama. Sekalipun disatu saat, sekembali dari luar negeri, KKG pernah menjabat 
ketua BAKOM PKB, menggantikan Sindhunata. Sampai dimana kebenarannya, saya juga 
tidak tahu?

Bagaimana jalan pikiran tokoh-tokoh LPKB sesungguhnya, saya juga tidak tahu 
jelas. Yang kemudian saya dengar, pernah terjadi "perpecahan", beda pendapat 
yang akibatkan beberapa diantaranya keluar atau tidak lagi aktive. Antara lain 
Ong Hok Ham, yang sepertinya juga kurang setuju untuk menghilangkan kultur 
TIonghoa-nya, bahkan ganti nama juga tidak, hanya gabungkan saja jadi satu 
suku, Onghokham. Begitu juga Soe Hok Gie, tidak mau ganti nama, tetap gunakan 
Gie? Sedang Harry Tjan Silalahi, ternyata juga tidak konsekwen, karena dia 
tetap saja mencantumkan marga Tjan-nya, bukan?

Barangkali ada kawan lain yang bisa memberi pencerahan bagaimana sesungguhnya 
pemikiran tokoh-tokoh itu dahulu dan setelah memasuki era reformasi/demokrasi 
sekarang ini, ... biar tidak main generalisasi dengan gebuk semua tokoh LPKB 
begitu saja.

Salam,
ChanCT


  - 原始郵件- 
  寄件者: Azura-Mazda 
  收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  傳送日期: 2010年7月21日 14:45
  主旨: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa




itu siasat masuk ke kandang domba. Kalo anda masuk ke kandang
domba, ya mesti pake mantel bulu domba. Masa pake bulu srigala? 


--- Pada Sel, 20/7/10, twa...@yahoo.com  menulis:


  Dari: twa...@yahoo.com 
  Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
  Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Tanggal: Selasa, 20 Juli, 2010, 11:31 PM



  Oic,
  Tapi kenapa sebagian besar nama mereka masih berbau tionghoa ?

  2. Harry Tjan Silalahi (pendiri CSIS)
  3. Kwik Hay Gwan (bapaknya Kwik Kian Gie)
  4. Lo Ginting
  5. Ong Hok Ham
  6. Melly G Tan

  Mngkn benar apa yg kita sangkakan ke mereka, bukan mau membela, tapi 
cuma utk lebih kritis. sy pikir kalu mereka masih mempertahankan nama tionghoa 
mereka, mngkn ada sisi lain yg mngkn mereka pertimbangkan.

  Kadang kita sbg bagian keluarga kita, bisa ada suatu instinct utk 
menjaga keluarga kita spy bisa hidup dgn aman dan jauh dr gangguan, apapun itu 
caranya, yg kadang bahkan mungkin bisa melanggar adat budaya kita sendiri. 
Apalagi kalau kita sbg orang tua.

  Itu pendapat sy sih.

  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT

--

  From: Azura-Mazda  
  Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  Date: Tue, 20 Jul 2010 17:22:08 -0700 (PDT)
  To: 
  ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa


Ko David Kwa, 

Nih daftar pentolan-pentolan LPKB dan pengikutnya 
yg dulu mempropagandakan pemberangusan identitas 
dan budaya Tionghoa dengan program asimilasi
(ganti nama, buang budaya, kawin silang, ganti agama). 

1. Haji Junus Jahja 
2. Harry Tjan Silalahi (pendiri CSIS)
3. Kwik Hay Gwan (bapaknya Kwik Kian Gie)
4. Lo Ginting
5. Ong Hok Ham
6. Melly G Tan
7. Shindunata Kristoforus (Ong Tjong Hay-alumni PMKRI)
8. PK Ojong

Please ditambahkan jika kurang

--- Pada Sel, 20/7/10, David  menulis:


  Dari: David 
  Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
  Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Tanggal: Selasa, 20 Juli, 2010, 5:11 AM



  Bukannya mengajak orang lain agar U HAU 有孝 (berbakti) pada 
leluhur, agar jangan PUT HAU 不孝 (tidak berbakti) seperti dirinya, eh, ini mah 
malah membonceng kekuasaan untuk menindas orang lain yang U HAU 有孝, biar 
ikut-ikutan PUT HAU 不孝 seperti mereka!!! Mungkin orang-orang seperti itu waktu 
kecil tidak diajari HAU 孝 (bakti) oleh orangtua mereka ya, sehingga tersesat 
seperti itu??? Mudah-mudahan mereka dibukakan mata dan kupingnya, biar 
menyadari dosa-dosa mereka dan bertobat untuk selamanya…

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote

回覆: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa

2010-07-20 Terurut Topik ChanCT
Benar sekali, bung Zhou! Ditahun 60 LPKB sudah dibentuk, ... saat itu mereka 
sudah cukup keras menyerukan konsep asimilasinya, menyerukan agar Tionghoa 
ganti-nama, kawin campur, hanya saja saat itu belum sampai menyerukan juga 
ganti Agama menjadi Islam saja. Tapi, kenyataan sampai awal tahun 66, boleh 
dikatakan gak jalan seruan mereka untuk jalankan asimilasi, bahkan yang mau 
ganti nama saja juga tidak berapa, sangat sedikit sekali, untuk tidak 
mengatakan tidak ada orang mau ganti nama. Baru setelah tahun 66 bukan saja 
direstui Soeharto, bahkan diambil oper sebagai kebijaksanaan Pemerintah Orba, 
gerakan asimilasi yang dimulai dengan ganti-nama bisa dikatakan berlangsung. 
Berusaha menghilangkan segala yang berbau TIonghoa, dengan keluarkan 
ketentuan-ketentuan, 

Mudah-mudahan saja mereka-mereka yang saat itu berkeras ingin menghilangkan 
segala yang berbau Tionghoa pada dirinya, tidak lebih lanjut berusaha untuk 
paksakan juga pada orang lain, agar semua TIonghoa di Indonesia menghilangkan 
segala yang berbau TIonghoa pada dirinya. Persatuan dan keharmonisan hidup 
bermasyarakat majemuk, tidak harus menghilangkan setiap perbedaan yang ada, 
lebih-lebih perbedaan biologis yang hanya bisa dilebur menjadi sesuatu yang 
baru setelah bergenerasi turun-temurun, ratusan bahkan ribuan tahun. Persatuan 
dan keharmonisan hidup bermasyarakat akan lebih mudah dicapai dengan jalan 
kesadaran untuk saling menerima dan menghormati segala perbedaan yang ada. 
Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat itu harus bisa menerima dan 
menghormati sesama manusia dengan segala perbedaan yang ada, ya beda ras, beda 
suku, beda etnis, beda Agama bahkan beda pandangan politik-ideologi. BHINEKA 
TUNGGAL IKA itulah yang harus diwujudkan dalam kenyataan kehidupan 
bermasyarakat di Nusantara ini. Bisakah dibayangkan, kalau usaha asimilasi 
dilangsungkan dengan menghilangkan yang berbau TIonghoa, menghilangkan yang 
Batak, menghilangkan yang Makasar, ... yang berarti semua yang minoritas 
meleburkan diri menjadi suku Jawa yang mayoritas?! 

Salam,
ChanCT




  - 原始郵件- 
  寄件者: zho...@yahoo.com 
  收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  傳送日期: 2010年7月20日 15:39
  主旨: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa




  Orang mau punya lain keyakinan sih sah2 saja, dia mau anti sama budaya 
leluhur ya silahkan. Yg paling menyakitkan: cina2 itu sampai hati meminjam 
tangan penguasa untuk melakukan penindasan!

  Menurut saya, dosa pertama tetap suharto, karena dia yg punya kuasa. Orang2 
anti nenek moyang itu sejak dulu sudah ada, tapi mereka toh tidak bisa berbuat 
macam2. Tapi Begitu suharto dan orde baru berkuasa, mereka tiba2 naik daun 
menjadi otak sekaligus antek suharto dlm membantai budaya leluhur!

  Sampai hari ini, orang2 semacam ini masih malang melintang di forum umum, 
hanya saja rapi membungkus diri. Bila situasi berbalik, mereka bisa menikam 
kembali!


  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT


--

  From: "David"  
  Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Date: Tue, 20 Jul 2010 07:16:18 -
  To: 
  ReplyTo: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa



  Emang keliwatan bener tu CINA-CINA! Mungkin ngga banyak yang tau, bagaimana 
teror menghantui masyarakat Tionghoa yang terjadi sesudahnya. Buku berhuruf 
Tionghoa dibakar-bakarin, termasuk buku-buku papa saya. Saya tidak tahu apakah 
ada catatan silsilah keluarga penting atau apa yang turut dibakar; yang 
penting, yang ada surat Tionghoanya HARUS dibakar! Majalah-majalah luar negeri 
berbahasa Inggris, kalau ada salah satu gambarnya yang beraksara Tionghoa, 
dicoret dengan spidol hitam, padahal aksara itu CUMA nama tempat di Taiwan, 
misalnya… Kelenteng-kelenteng di wilayah Jakarta dan Jawa Barat HARUS 
“ganti kulit” jadi wihara, supaya “berlindung” di salah satu agama yang 
“diakui” pemerintah, kalau tidak, mau ditutup! Hal yang sama tidak terjadi 
di Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena di sana ada organisasi Tri Dharma di 
bawah Ong Kie Tjay yang melindungi mereka.

  Salah seorang famili saya masih ingat, bagaimana pada tahun 1967-an orang 
Tionghoa di salah satu daerah seputaran Bogor ramai-ramai pindah agama karena 
tidak tahan diteror terus. Teror itu ternyata datang dari orang Tionghoa 
sendiri. Di Bogor sendiri orang yang mengeluh, karena dia masih mempertahankan 
meja sembahyang leluhur (“meja abu”) di ruang muka rumahnya yang kelihatan 
dari jalan, dia sering didatangi orang-orang yang mengolok-olok penghormatan 
kepada leluhur yang masih dijalankannya itu dan menyuruh menyingkirkannya. 
Keterlaluan tidak?

  Jadi, bukan semata-mata dosanya Suharto, tu CINA-CINA juga!

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Maria Claudia