回覆: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Melihat masalah apalagi dalam menilai gerak seorang, hendaknya tidak main gampang-gampangan dengan menggeneralisasi begitu saja. Ada baiknya kalau kita bisa memilih-milah, mencoba mencari tahu kenapa mereka beda dengan yang lain. Saya tidak menyangkal mungkin saja ada orang yang bermantel domba untuk masuk kandang domba, tapi pasti tidak semua begitu. Kwik Hway Gwan yang ayahnya Kwik Kian Gie, kalau tidak salah dia juga ganti nama, gunakan nama Dharmawan XX apa gitu, lupa saya. Juga saudara-saudara KKG lainnya gunakan Dharmawan XX apa, ... hanya KKG yang konsekwen tidak ganti nama. Sekalipun disatu saat, sekembali dari luar negeri, KKG pernah menjabat ketua BAKOM PKB, menggantikan Sindhunata. Sampai dimana kebenarannya, saya juga tidak tahu? Bagaimana jalan pikiran tokoh-tokoh LPKB sesungguhnya, saya juga tidak tahu jelas. Yang kemudian saya dengar, pernah terjadi "perpecahan", beda pendapat yang akibatkan beberapa diantaranya keluar atau tidak lagi aktive. Antara lain Ong Hok Ham, yang sepertinya juga kurang setuju untuk menghilangkan kultur TIonghoa-nya, bahkan ganti nama juga tidak, hanya gabungkan saja jadi satu suku, Onghokham. Begitu juga Soe Hok Gie, tidak mau ganti nama, tetap gunakan Gie? Sedang Harry Tjan Silalahi, ternyata juga tidak konsekwen, karena dia tetap saja mencantumkan marga Tjan-nya, bukan? Barangkali ada kawan lain yang bisa memberi pencerahan bagaimana sesungguhnya pemikiran tokoh-tokoh itu dahulu dan setelah memasuki era reformasi/demokrasi sekarang ini, ... biar tidak main generalisasi dengan gebuk semua tokoh LPKB begitu saja. Salam, ChanCT - 原始郵件- 寄件者: Azura-Mazda 收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 傳送日期: 2010年7月21日 14:45 主旨: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa itu siasat masuk ke kandang domba. Kalo anda masuk ke kandang domba, ya mesti pake mantel bulu domba. Masa pake bulu srigala? --- Pada Sel, 20/7/10, twa...@yahoo.com menulis: Dari: twa...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 20 Juli, 2010, 11:31 PM Oic, Tapi kenapa sebagian besar nama mereka masih berbau tionghoa ? 2. Harry Tjan Silalahi (pendiri CSIS) 3. Kwik Hay Gwan (bapaknya Kwik Kian Gie) 4. Lo Ginting 5. Ong Hok Ham 6. Melly G Tan Mngkn benar apa yg kita sangkakan ke mereka, bukan mau membela, tapi cuma utk lebih kritis. sy pikir kalu mereka masih mempertahankan nama tionghoa mereka, mngkn ada sisi lain yg mngkn mereka pertimbangkan. Kadang kita sbg bagian keluarga kita, bisa ada suatu instinct utk menjaga keluarga kita spy bisa hidup dgn aman dan jauh dr gangguan, apapun itu caranya, yg kadang bahkan mungkin bisa melanggar adat budaya kita sendiri. Apalagi kalau kita sbg orang tua. Itu pendapat sy sih. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- From: Azura-Mazda Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 20 Jul 2010 17:22:08 -0700 (PDT) To: ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Ko David Kwa, Nih daftar pentolan-pentolan LPKB dan pengikutnya yg dulu mempropagandakan pemberangusan identitas dan budaya Tionghoa dengan program asimilasi (ganti nama, buang budaya, kawin silang, ganti agama). 1. Haji Junus Jahja 2. Harry Tjan Silalahi (pendiri CSIS) 3. Kwik Hay Gwan (bapaknya Kwik Kian Gie) 4. Lo Ginting 5. Ong Hok Ham 6. Melly G Tan 7. Shindunata Kristoforus (Ong Tjong Hay-alumni PMKRI) 8. PK Ojong Please ditambahkan jika kurang --- Pada Sel, 20/7/10, David menulis: Dari: David Judul: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Tanggal: Selasa, 20 Juli, 2010, 5:11 AM Bukannya mengajak orang lain agar U HAU 有孝 (berbakti) pada leluhur, agar jangan PUT HAU 不孝 (tidak berbakti) seperti dirinya, eh, ini mah malah membonceng kekuasaan untuk menindas orang lain yang U HAU 有孝, biar ikut-ikutan PUT HAU 不孝 seperti mereka!!! Mungkin orang-orang seperti itu waktu kecil tidak diajari HAU 孝 (bakti) oleh orangtua mereka ya, sehingga tersesat seperti itu??? Mudah-mudahan mereka dibukakan mata dan kupingnya, biar menyadari dosa-dosa mereka dan bertobat untuk selamanya… --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote
回覆: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa
Benar sekali, bung Zhou! Ditahun 60 LPKB sudah dibentuk, ... saat itu mereka sudah cukup keras menyerukan konsep asimilasinya, menyerukan agar Tionghoa ganti-nama, kawin campur, hanya saja saat itu belum sampai menyerukan juga ganti Agama menjadi Islam saja. Tapi, kenyataan sampai awal tahun 66, boleh dikatakan gak jalan seruan mereka untuk jalankan asimilasi, bahkan yang mau ganti nama saja juga tidak berapa, sangat sedikit sekali, untuk tidak mengatakan tidak ada orang mau ganti nama. Baru setelah tahun 66 bukan saja direstui Soeharto, bahkan diambil oper sebagai kebijaksanaan Pemerintah Orba, gerakan asimilasi yang dimulai dengan ganti-nama bisa dikatakan berlangsung. Berusaha menghilangkan segala yang berbau TIonghoa, dengan keluarkan ketentuan-ketentuan, Mudah-mudahan saja mereka-mereka yang saat itu berkeras ingin menghilangkan segala yang berbau Tionghoa pada dirinya, tidak lebih lanjut berusaha untuk paksakan juga pada orang lain, agar semua TIonghoa di Indonesia menghilangkan segala yang berbau TIonghoa pada dirinya. Persatuan dan keharmonisan hidup bermasyarakat majemuk, tidak harus menghilangkan setiap perbedaan yang ada, lebih-lebih perbedaan biologis yang hanya bisa dilebur menjadi sesuatu yang baru setelah bergenerasi turun-temurun, ratusan bahkan ribuan tahun. Persatuan dan keharmonisan hidup bermasyarakat akan lebih mudah dicapai dengan jalan kesadaran untuk saling menerima dan menghormati segala perbedaan yang ada. Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat itu harus bisa menerima dan menghormati sesama manusia dengan segala perbedaan yang ada, ya beda ras, beda suku, beda etnis, beda Agama bahkan beda pandangan politik-ideologi. BHINEKA TUNGGAL IKA itulah yang harus diwujudkan dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat di Nusantara ini. Bisakah dibayangkan, kalau usaha asimilasi dilangsungkan dengan menghilangkan yang berbau TIonghoa, menghilangkan yang Batak, menghilangkan yang Makasar, ... yang berarti semua yang minoritas meleburkan diri menjadi suku Jawa yang mayoritas?! Salam, ChanCT - 原始郵件- 寄件者: zho...@yahoo.com 收件者: budaya_tionghua@yahoogroups.com 傳送日期: 2010年7月20日 15:39 主旨: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Orang mau punya lain keyakinan sih sah2 saja, dia mau anti sama budaya leluhur ya silahkan. Yg paling menyakitkan: cina2 itu sampai hati meminjam tangan penguasa untuk melakukan penindasan! Menurut saya, dosa pertama tetap suharto, karena dia yg punya kuasa. Orang2 anti nenek moyang itu sejak dulu sudah ada, tapi mereka toh tidak bisa berbuat macam2. Tapi Begitu suharto dan orde baru berkuasa, mereka tiba2 naik daun menjadi otak sekaligus antek suharto dlm membantai budaya leluhur! Sampai hari ini, orang2 semacam ini masih malang melintang di forum umum, hanya saja rapi membungkus diri. Bila situasi berbalik, mereka bisa menikam kembali! Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- From: "David" Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tue, 20 Jul 2010 07:16:18 - To: ReplyTo: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] Event Budaya Tionghoa Emang keliwatan bener tu CINA-CINA! Mungkin ngga banyak yang tau, bagaimana teror menghantui masyarakat Tionghoa yang terjadi sesudahnya. Buku berhuruf Tionghoa dibakar-bakarin, termasuk buku-buku papa saya. Saya tidak tahu apakah ada catatan silsilah keluarga penting atau apa yang turut dibakar; yang penting, yang ada surat Tionghoanya HARUS dibakar! Majalah-majalah luar negeri berbahasa Inggris, kalau ada salah satu gambarnya yang beraksara Tionghoa, dicoret dengan spidol hitam, padahal aksara itu CUMA nama tempat di Taiwan, misalnya… Kelenteng-kelenteng di wilayah Jakarta dan Jawa Barat HARUS “ganti kulit†jadi wihara, supaya “berlindung†di salah satu agama yang “diakui†pemerintah, kalau tidak, mau ditutup! Hal yang sama tidak terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena di sana ada organisasi Tri Dharma di bawah Ong Kie Tjay yang melindungi mereka. Salah seorang famili saya masih ingat, bagaimana pada tahun 1967-an orang Tionghoa di salah satu daerah seputaran Bogor ramai-ramai pindah agama karena tidak tahan diteror terus. Teror itu ternyata datang dari orang Tionghoa sendiri. Di Bogor sendiri orang yang mengeluh, karena dia masih mempertahankan meja sembahyang leluhur (“meja abuâ€) di ruang muka rumahnya yang kelihatan dari jalan, dia sering didatangi orang-orang yang mengolok-olok penghormatan kepada leluhur yang masih dijalankannya itu dan menyuruh menyingkirkannya. Keterlaluan tidak? Jadi, bukan semata-mata dosanya Suharto, tu CINA-CINA juga! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Maria Claudia