Re: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: "Cina" dan "China")

2010-03-12 Terurut Topik Tjandra Ghozalli
Yang saya tau di angkatan laut ada laksamana Sudomo dan di angkatan darat ada 
jendral Sumitro yang berkumis dan berbadan gemuk. Apakah bukan jendral ini yang 
bapak maksud? Maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG

--- On Fri, 3/12/10, kwartanada  wrote:


From: kwartanada 
Subject: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: "Cina" dan 
"China")
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Friday, March 12, 2010, 11:04 AM


  



Yth Pak Tjandra

Menanggapi respons Bapak sbb

> ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
> Mohon maaf jika ada salah persepsi.

Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. 
Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg 
PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. Namun 
sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi.

salam,
didi

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tjandra Ghozalli  
wrote:
>
> Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong;
> ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti biasa 
> dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada akhir 
> kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan "tenglang" 
> (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong" 
> ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
> Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG
> 
> --- On Thu, 3/11/10, kwartanada  wrote:
> 
> 
> From: kwartanada 
> Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan 
> Historis dan Masalah
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM
> 
> 
>   
> 
> 
> 
> Rekan2 yth,
> 
> Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" masih 
> menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie 
> Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai 
> jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan 
> juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam
> Didi
> 
> Istilah "Cina" dan "China": 
> Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini
> 
> 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 
> 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan 
> bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : 
> Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang 
> berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku 
> Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi.
> 
> 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang 
> lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri 
> tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" .
> 
> 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh 
> Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17.
> 
> 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi 
> buruk.
> Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh 
> kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu 
> baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah "Cina" 
> sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian.
> 
> 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah 
> "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi masyarakat 
> Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" antara para 
> pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, 
> untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi menghina/rasa 
> kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat Memoar Ang Yan 
> Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 
> 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 
> dll, semua menggunakan istilah "Tionghoa" dan bukan "Cina".
> 
> 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 
> 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 
> Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi "Cina" dengan 
> alasan "Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang 
> dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan 
> warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, 
> sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri 
> kita." yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Panggabean dalam laporan 
> kesimpulan Seminar pada Suharto â€" pimpinan Kabinet. (sumber : Kong Yuan Zhi 
> (sebutan "Tiongkok", "Tionghoa" dan "Cina")
> 
> Hal ini kemudian dituangkan kedalam surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No. 
> SE.06/Pres.Kab/ 6/1967 tgl 28 Juni 1967.
> Menurut sumbe

RE: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: "Cina" dan "China") ????

2010-03-11 Terurut Topik ibcindon
Yth Pak Didi  y.b.,

 

Tolong  di check  laksamana kepangkatan di  angkatan laut,  cocok dengan  Pak 
Sudomo,

 

Pak Sumitro dari angkatan Darat, agaknya letnan jendral ??

 

Angkatan udara kepangkatan dengan   Marsekal ??

 

Kalau tidak salah ingat pak Sumitro ini sudah almarhum.  Mohon maaf sebelumnya  
kalau saya salah ingat.

 

 

Salam  erat, 

 

Sugiri.

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] 
On Behalf Of kwartanada
Sent: Friday, March 12, 2010 11:04 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Laksamana Sumitro (was: Eddie Lembong: "Cina" dan 
"China")

 

  

Yth Pak Tjandra

Menanggapi respons Bapak sbb

> ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
> Mohon maaf jika ada salah persepsi.

Yg benar adalah Sumitro. Sudomo malah sudah meraih bintang 4 alias Laksamana. 
Laksdya Sumitro ini bersimpati dg nasib Tionghoa, maka kemudian bergabung dg 
PARTI (Partai Reformasi Tionghoa Indonesia) pimpinan Lieus Sungkharisma. Namun 
sekarang sudah tidak terdengar kiprah beliau lagi.

salam,
didi

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 , Tjandra Ghozalli 
 wrote:
>
> Ada beberapa masukan atas tulisan bp Eddie Lembong;
> ad 1. Kata China berasal dari sebutan "orang dinasti Chin" dan seperti biasa 
> dalam percakapan orang Tionghoa suka memberi kata hidup "a..." pada akhir 
> kata nama. Jadi mereka menyebutnya "China.." Analogi dengan "tenglang" 
> (Hokkian) atau "tongyin" (Khe) yang tidak lain "orang dinasti Tang / Tong"Â 
> ad 7.Setahu saya laksamana madya adalah Sudomo bukan Sumitro
> Mohon maaf jika ada salah persepsi. RGDS.TG
> 
> --- On Thu, 3/11/10, kwartanada  wrote:
> 
> 
> From: kwartanada 
> Subject: [budaya_tionghua] Eddie Lembong: "Cina" dan "China": Tinjauan 
> Historis dan Masalah
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>  
> Date: Thursday, March 11, 2010, 12:55 PM
> 
> 
> Â  
> 
> 
> 
> Rekan2 yth,
> 
> Rupanya hingga hari ini, pemakaian istilah "Cina", "China", "Tionghoa" masih 
> menjadi perdebatan yg hangat. Tulisan di bawah ini berasal dari Bpk Drs Eddie 
> Lembong, ketua pendiri Yayasan Nation Building (Nabil), yg disusun sebagai 
> jawaban atas email sdr Dharma Hutahuruk. Barangkali ada baiknya dibagikan 
> juga dimilis ini, dengan harapan akan membawa manfaat. Terimakasih dan salam
> Didi
> 
> Istilah "Cina" dan "China": 
> Tinjauan Historis dan Masalah Penggunaannya Dewasa Ini
> 
> 1.Dalam teks pidato pengukuhan sebagai Guru Besar, tgl 15 Oktober 2008 hal. 
> 2, Prof. Dr. A.M. Cecillia Hermina Sutami, pada catatan kaki ada dijelaskan 
> bahwa kata "Cina" (Inggris : "China"), (Belanda : China/Chinees) , (Jerman : 
> Chinesische) , (Perancis : Chinois) berasal dari bahasa Sansekerta yang 
> berarti "Daerah yang sangat jauh". Kata "China" sudah berada di dalam buku 
> Mahabharata sekitar 1400 th sebelum Masehi.
> 
> 2.Menurut Prof. Wang Gungwu (dalam sebuah konferensi satu dua tahun yang 
> lalu, yang saya hadir) pernah menegaskan bahwa orang-orang Tionghoa sendiri 
> tidak mengenal apalagi menggunakan istilah "Cina/China" .
> 
> 3.Istilah "Cina" atau yang mirip dengan itu di bawa/diperkenalkan oleh 
> Bangsa-bangsa Barat yang mulai datang ke Nusantara sejak awal Abad ke 17.
> 
> 4.Mula-mula masyarakat di Nusantara menggunakan istilah itu tanpa konotasi 
> buruk.
> Tetapi dengan makin "berhasilnya" penerapan politik "Devide et Impera" oleh 
> kolonialisme Belanda, hubungan Tionghoa-penduduk setempat yang dulunya selalu 
> baik, berangsur-angsur memburuk. Dalam sentimen yg emosional, istilah "Cina" 
> sering diucapkan dengan "Aksen" yang penuh rasa kebencian.
> 
> 5.Di awal Abad 20, ± th 1920-an, koran Sin Po mempelopori penggunaan istilah 
> "INDONESIA" sebagai ganti istilah "INLANDER" yang merendahkan bagi masyarakat 
> Nederlands Indië. Kemudian ada semacam "gentleman agreement" antara para 
> pemuka "Kaum Pergerakan" dengan Sin Po yang mewakili masyarakat Tionghoa, 
> untuk tidak lagi menggunakan istilah "Cina" yang berkonotasi menghina/rasa 
> kebencian itu, dan diganti dengan sebutan "Tionghoa" (lihat Memoar Ang Yan 
> Goan: Tokoh Pers Tionghoa yang Peduli Pembangunan Bangsa Indonesia, 2009, h. 
> 49). Itulah sebabnya pada semua dokumen-dokumen historis seperti UUD 1945 
> dll, semua menggunakan istilah "Tionghoa" dan bukan "Cina".
> 
> 6.Pada masa sengit-sengitnya PERANG DINGIN, setelah terjadi peristiwa Gerakan 
> 30 September, dalam seminar ke II AD di Bandung pada tanggal 25 s/d 31 
> Agustus 1966 diusulkan mengganti sebutan Tionghoa menjadi "Cina" dengan 
> alasan "Demi memulihkan dan keseragaman penggunaan istilah dan bahasa yang 
> dipakai secara umum diluar dan dalam negeri terhadap sebutan negara dan 
> warganya, dan terutama menghilangkan rasa rendah-diri rakyat negeri kita, 
> sekaligus juga untuk menghilangkan rasa superior segolongan warga negeri 
> kita." yang dinyatakan oleh wakil panglima AD Pangg