Re: [budaya_tionghua] [Pendapat pribadi] Masalah Lun Yu
Dear rekan2 semuanya, Mungkin kita perlu membahas kenapa budaya Tionghua dan ajaran Konfusius itu adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Kita harus melihat mulai dari kisah Konfusius dan perkembangan aliran pemikiran Konfusius. Konfusius hidup pada sekitar 5 abad sebelum masehi dalam masa warring state (negara berperang = Chun1 Qiu1 Zhan4 Guo2). Sebelum berprofesi terakhir sebagai guru, beliau sempat menjadi pejabat kerajaan (sebelum difitnah dan terpaksa mengundurkan diri). Sedangkan bisnis keluarganya sebelum beliau menjadi pejabat adalah bisnis Ru2 - istilah untuk sejenis usaha penyelenggaraan upacara pemakaman terutama untuk orang bangsawan atau orang ternama gitu. Ini yang menyebabkan ajaran Konfusius dalam bahasa mandarin disebut Ru2 Jia1 Shi1 Xiang3 (Ru2 Jia1 = aliran Ru, Shi1 Xiang3 = pemikiran). Pemikiran aliran Rujia ini terangkum dalam Si4 Shu1 Wu5 Jing1 (=empat buku lima kitab). Sebenarnya ada 6 kitab namun salah satu kitab Yue4 Jing1 (= kitab musik) benar-benar musnah pada zaman Kaisar Qin memerintahkan pembakaran buku-buku yang berkaitan dengan Konfusius. Nah, salah satu dari empat buku itu adalah buku Lun Yu yang berisi rangkuman apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Konfusius, murid-murid Konfusius dan murid-murid dari murid-murid Konfusius. Semasa hidupnya, pemikiran Konfusius tidaklah terlalu dipandang oleh kerajaan-kerajaan yang ada saat itu. Namun setelah Beliau meninggal, pemikirannya terus dilanjutkan oleh murid-muridnya sampai akhirnya menjadi salah satu aliran pemikiran yang cukup terkemuka. Pada zaman itu ada aliran lain yang juga cukup banyak pengikutnya yaitu aliran hukum (Fa3 Jia1). Pada saat kerajan Qin berhasil menyatukan negara Tiongkok, kaisar Qin itu mengadopsi pemikiran aliran Fajia ini dan akhirnya muncullah kebijakan untuk membakar semua buku-buku yang berkaitan dengan aliran pemikiran Rujia. Untungnya adalah usia kerajaan Qin tidak lama sehingga tidak semua buku-buku aliran Rujia dibakar (kecuali kitab Yue Jing), dan aliran pemikiran Rujia ini terus berkembang. Pada zaman Dinasti Han terutama sejak Han4 Wu3 Di4, aliran pemikiran Rujia ini mendapatkan tempat yang sangat terhormat. Semua pejabat kerajaan harus menguasai Si Shu Wu Jing. Lebih banyak pula kaum terpelajar yang bercita-cita menjadi pejabat kerajaan yang mempelajari pemikiran Rujia ini. Pada zaman itu mulailah adanya sistem ujian (Ke1 Ju3) untuk menyeleksi calon pejabat kerajaan. Dalam ujian ini yang diuji antara lain adalah bagaimana penguasaan dan pemahaman para pelajar adalah Si Shu Wu Jing ini. Jadi sejak dari zaman Dinasti Han, sampai dengan dinasti Qing, kaum terpelajar selalu berkutat pada Si Shu Wu Jing ini. Hal ini jelas sangat mempengaruhi perkembangan budaya Tionghua selama berabad-abad. Jadi, bila membahas budaya Tionghua tanpa membahas pemikiran Konfusius, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang lengkap. Tetapi hal ini haruslah bertitik tolak dari pembahasan pemikiran Konfusius dilihat dari sisi budayanya, bukan dari sisi agama. Salam, Suryadi Pertanyaan tambahan: Apakah Konfusius itu adalah agama ? Secara pribadi, saya cenderung mengatakan bahwa pemikiran Konfusius ini bukanlah agama. Salah satu alasannya adalah bahwa dalam pemikiran Konfusius ini sama sekali tidak pernah disebutkan apa yang disebut Tuhan (Shen2) di samping itu juga tidak pernah juga disebutkan adalah tujuan mencapai keselamatan atau kesempurnaan abadi dengan mengikuti ajaran Konfusius. Dua hal ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Konfusius bukanlah agama. Tapi kalau sudah menyangkut agama, sebaiknya kita tidak usah terlalu berdebatlah karena itu sudah masuk ke ruang hubungan antara masing-masing pribadi dengan Tuhannya. Lagi pula, ini khan bukan milist agama. Kita boleh punya pendapat yang berbeda-beda mengenai hal ini. Catatan tambahan: Tahukah rekan-rekan sekalian bahwa keturunan Konfusius selama berabad-abad selalu mendapat kedudukan yang terhormat dalam lingkungan kerajaan? Pokoknya anak lelaki tertua dari setiap generasi keturunan Konfusius selalu diangkat menjadi raja (Wang2). Dalam sistem kerajaan, Kaisar (Huang2 Di4) itu paling tinggi, di bawahnya adalah saudara-saudara laki-laki raja (eks pangeran) yang disebut Wang2 atau Wang2 Ye2. Bedanya adalah saudara-saudara raja itu tidak dapat menurunkan gelar rajanya ke anak mereka, tetapi keturunan Konfusius bisa! Bahkan dinasti boleh berganti, dari Han, Sui, sampai dengan Tang, Song, Yan, Ming, Qin, bahkan di awal-awal zaman republik keturunan Konfusius selalu diangkat menjadi Wang. Mengapa hal ini bisa terjadi? Konon Konfusius sangat pintar dalam memilih fengshui kuburannya (orang pintar biasanya sudah menentukan lokasi kuburan sebelum meninggal). Lokasi dan posisi kuburannya adalah yang paling baik. Paling baik di sini bukanlah supaya anak cucunya menjadi orang yang paling berkuasa (= bisa menjadi penguasa atau raja), bukan pula menjadi yang paling kaya (= pedangang/saudagar kaya raya) atau bukan pula menjadi orang yang paling pintar (= bisa
Re: [budaya_tionghua] [Pendapat pribadi] Masalah Lun Yu; Kerukunan agama dan kerukunan ras ; OOT?
Rekan-rekan, Saya telah menulis beberapa kali di sini, perdebatan agama akan mengakibatkan perdebatan kusir, karena agama sifatnya pribadi dan dogmatis, yang tidak dapat dibuktikan. Tapi kali ini sebetulnya bukan perdebatan agama, karena Lunyu bukan buku agama, dan boleh diperdebatkan. Jadi masalahnya setuju atau tidak? Sama saja kalau ada orang menasehati anda jangan beli toto, toto adalah judi. Itu bukan kutipan dari kitab suci, tinggal anda percaya atau tidak. Kalau percaya ikuti, kalau tidak jangan, yah titik. Lebih halus lagi, ada orang yang menganggap future trading adalah judi. Tidak usah berdebat, anda percaya tidak, percaya jangan beli, tidak percaya yah jalan terus. Tiga tahun yang lalu, meskipun saya datang ke Shenzhen bukan pertama kalinya, tapi pertama kali saya datang ke Window of the World. Sampai ke situ saya masih menganggap itu taman mini, melihat bangunan bangunan dunia secara mini, naik menara Eifel, masuk piramid dll. Tepat setengah delapan kami mau pulang ke hotel, sampai di pintu gerbang koq melihat di podium demikian banyak orang berkumpul, apakah ada pertunjukkan? Ternyata memang ada sendra tari katanya. Kamipun tak jadi pulang dan nongkrong di situ. Saya mulai tertarik koq ditulis dari Sendra Tari Kejadian (Chuang Shiji Gewutuan), Kitab Kejadian kan kitab pertama dalam Injil. Pertunjukkan kolosal di mulai, bola bumi besar di depan belah, dan ternyata di dalamnya panggung pentas. Musik mulai mengalun lagu gereja berkumandang, permaninan lampu yang luar biasa di panggung raksasa itu, tanpa sadar mantu menarik lengan saya, lihat ke kiri katanya. Saya menengok, ternyata tempat duduk sebelah sudah bergeser, di antara kita ada lubang besar dan dari dalam muncul dua orang, Adam dan Eva. Dengan perlahan-lahan mereka bergeser ke panggung. Pembawa suara dan layar yang memampangkan teks dekat panggung menceritakan bahwa pertunjukkan tentang penciptaan bumi dimulai. Kita mulai dari kepercayaan orang Kristen, katanya. Pertunjukkan yang megah dan artistik menakjubkan semua orang baik turis dalam negeri maupun turis luar negeri, setelah selesai dikatakan, kita melihat bagaimana kepercayaan orang Tionghoa tentang penciptaan bumi ini, mulai dengan Pan Gu membelah bumi, kemudian muncul dewi Nvwa, sampai Nv Wa melayang terbang menutup langit yang bocor. Pertunjukkan dilanjutkan dengan kepercayaan penciptaan bumi orang Mesir,India (termasuk Hindu dan Budha) Babilonia dan Yunani. Sendra tari raksasa dilanjutkan dengan peperangan zaman Qin Shihuang, zaman Ayodhia dll. Yang sangat mengagumkan saya ada dua hal: 1. Tentu saja kekolosalannya, karena waktu perang, puluhan kuda tampil di pentas, panggung belah dan muncul danau dengan air benaran. Ratusan pemain muncul sekali gus, kereta kuda untuk berperang dsb. Keindahan pakaian dan tata lampu jangan dikatakan lagi, untuk saya pribadi tercengang. 2. Di sini ditonjolkan kerukunan beragama. Orang bisa melihat bagaimana kepercayaan orang Kristen, bagaimana kepercayaan orang Tionghoa dll. Koq ini terjadi di Tiongkok, negara yang selama ini dianggap pusat setan? Sedang kalau di Indonesia, kalau sudah menonjolkan satu agama yang lain harus menjadi kafir atau setan, bahkan buka mulut saja tak berani. Padahal hanya Indonesia yang mempunyai Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Saya sih selalu mengidamkan kerukunan ras, kerukunan beragama, bukan saling maki dan saling benci. Mudah-mudahan banyak yang sependapat. Liang U --- Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear all members, Beberapa hari ini saya ada memperhatikan masalah Lun Yu antara yang menganggap bahwa Lun Yu adalah kutipan ayat dari kitab suci sebuah agama vs yang menganggap Lun Yu hanya kutipan bersifat ajaran filsafat. Di Indonesia, segala macam hal sepertinya harus dan tidak dapat tidak dikotakkan ke dalam sekat2 religius. Sebenarnya hemat saya sendiri, masalah agama sudah kelewat dipolitisir di Indonesia. Pandangan saya sendiri terhadap Lun Yu adalah bahwa Lun Yu adalah nilai2 ajaran dari Konfusius yang universal, tidak harus cuma dipandang sebagai ajaran sebuah agama. Lalu bila ada yang mempertanyakan bagaimana bila anggota beragama lain juga ramai2 mempostingkan kutipan ayat kitab suci mereka ke milis budaya, jawaban saya sederhana saja. Bila tidak ada hubungannya dengan kebudayaan Tionghoa, maka kutipan2 tersebut tidak akan diperbolehkan di milis ini. Milis ini bukan milis budaya umum karena telah jelas dikemukakan bahwa milis ini hanya membahas permasalahan ke-Tionghoa-an di Indonesia dan dunia, serta sejarah-sejarah mengenainya. Kalau hari ini, Konfusius bukan kelahiran Tionghoa melainkan seorang India ataupun seorang Aztec, maka ajarannya tidak akan tim moderator perbolehkan di sini. Saya akan sarankan kepada anggota yang ingin memposting (Sdr. Hendri Irawan) untuk mencari milis budaya_india atau budaya_aztec untuk mempostingkan kutipan ajaran Konfusius di sana. Ini pula alasan mengapa tidak ada ayat-ayat kutipan kitab suci