Re: [budaya_tionghua] [Pendapat pribadi] Masalah Lun Yu

2005-12-23 Terurut Topik adipranata . suryadi




Dear rekan2 semuanya,

Mungkin kita perlu membahas kenapa budaya
Tionghua dan ajaran Konfusius itu adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.
Kita harus melihat mulai dari kisah Konfusius dan perkembangan aliran pemikiran
Konfusius. Konfusius hidup pada sekitar 5 abad sebelum masehi dalam masa
warring state (negara berperang = Chun1 Qiu1 Zhan4 Guo2). Sebelum berprofesi
terakhir sebagai guru, beliau sempat menjadi pejabat kerajaan (sebelum
difitnah dan terpaksa mengundurkan diri). Sedangkan bisnis keluarganya
sebelum beliau menjadi pejabat adalah bisnis Ru2 - istilah
untuk sejenis usaha penyelenggaraan upacara pemakaman terutama untuk orang
bangsawan atau orang ternama gitu. Ini yang menyebabkan ajaran Konfusius
dalam bahasa mandarin disebut Ru2 Jia1 Shi1 Xiang3 (Ru2 Jia1 = aliran Ru,
Shi1 Xiang3 = pemikiran). Pemikiran aliran Rujia ini terangkum dalam Si4
Shu1 Wu5 Jing1 (=empat buku lima kitab). Sebenarnya ada 6 kitab namun salah
satu kitab Yue4 Jing1 (= kitab musik) benar-benar musnah pada zaman Kaisar
Qin memerintahkan pembakaran buku-buku yang berkaitan dengan Konfusius.
Nah, salah satu dari empat buku itu adalah buku Lun Yu yang berisi rangkuman
apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Konfusius, murid-murid Konfusius
dan murid-murid dari murid-murid Konfusius.

Semasa hidupnya, pemikiran Konfusius
tidaklah terlalu dipandang oleh kerajaan-kerajaan yang ada saat itu. Namun
setelah Beliau meninggal, pemikirannya terus dilanjutkan oleh murid-muridnya
sampai akhirnya menjadi salah satu aliran pemikiran yang cukup terkemuka.
Pada zaman itu ada aliran lain yang juga cukup banyak pengikutnya yaitu
aliran hukum (Fa3 Jia1). Pada saat kerajan Qin berhasil menyatukan negara
Tiongkok, kaisar Qin itu mengadopsi pemikiran aliran Fajia ini dan akhirnya
muncullah kebijakan untuk membakar semua buku-buku yang berkaitan dengan
aliran pemikiran Rujia. Untungnya adalah usia kerajaan Qin tidak lama sehingga
tidak semua buku-buku aliran Rujia dibakar (kecuali kitab Yue Jing), dan
aliran pemikiran Rujia ini terus berkembang.

Pada zaman Dinasti Han terutama sejak
Han4 Wu3 Di4, aliran pemikiran Rujia ini mendapatkan tempat yang sangat
terhormat. Semua pejabat kerajaan harus menguasai Si Shu Wu Jing. Lebih
banyak pula kaum terpelajar yang bercita-cita menjadi pejabat kerajaan
yang mempelajari pemikiran Rujia ini. Pada zaman itu mulailah adanya sistem
ujian (Ke1 Ju3) untuk menyeleksi calon pejabat kerajaan. Dalam ujian ini
yang diuji antara lain adalah bagaimana penguasaan dan pemahaman para pelajar
adalah Si Shu Wu Jing ini. Jadi sejak dari zaman Dinasti Han, sampai dengan
dinasti Qing, kaum terpelajar selalu berkutat pada Si Shu Wu Jing ini.
Hal ini jelas sangat mempengaruhi perkembangan budaya Tionghua selama berabad-abad.


Jadi, bila membahas budaya Tionghua
tanpa membahas pemikiran Konfusius, rasanya seperti ada sesuatu yang kurang
lengkap. Tetapi hal ini haruslah bertitik tolak dari pembahasan pemikiran
Konfusius dilihat dari sisi budayanya, bukan dari sisi agama.

Salam,
Suryadi

Pertanyaan tambahan:
Apakah Konfusius itu adalah agama ?
Secara pribadi, saya cenderung mengatakan bahwa pemikiran Konfusius ini
bukanlah agama. Salah satu alasannya adalah bahwa dalam pemikiran Konfusius
ini sama sekali tidak pernah disebutkan apa yang disebut Tuhan (Shen2)
di samping itu juga tidak pernah juga disebutkan adalah tujuan mencapai
keselamatan atau kesempurnaan abadi dengan mengikuti ajaran Konfusius.
Dua hal ini sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Konfusius bukanlah
agama. Tapi kalau sudah menyangkut agama, sebaiknya kita tidak usah terlalu
berdebatlah karena itu sudah masuk ke ruang hubungan antara masing-masing
pribadi dengan Tuhannya. Lagi pula, ini khan bukan milist agama. Kita boleh
punya pendapat yang berbeda-beda mengenai hal ini.

Catatan tambahan:
Tahukah rekan-rekan sekalian bahwa keturunan
Konfusius selama berabad-abad selalu mendapat kedudukan yang terhormat
dalam lingkungan kerajaan? Pokoknya anak lelaki tertua dari setiap generasi
keturunan Konfusius selalu diangkat menjadi raja (Wang2). Dalam sistem
kerajaan, Kaisar (Huang2 Di4) itu paling tinggi, di bawahnya adalah saudara-saudara
laki-laki raja (eks pangeran) yang disebut Wang2 atau Wang2 Ye2. Bedanya
adalah saudara-saudara raja itu tidak dapat menurunkan gelar rajanya ke
anak mereka, tetapi keturunan Konfusius bisa! Bahkan dinasti boleh berganti,
dari Han, Sui, sampai dengan Tang, Song, Yan, Ming, Qin, bahkan di awal-awal
zaman republik keturunan Konfusius selalu diangkat menjadi Wang.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Konon
Konfusius sangat pintar dalam memilih fengshui kuburannya (orang pintar
biasanya sudah menentukan lokasi kuburan sebelum meninggal). Lokasi dan
posisi kuburannya adalah yang paling baik. Paling baik di sini bukanlah
supaya anak cucunya menjadi orang yang paling berkuasa (= bisa menjadi
penguasa atau raja), bukan pula menjadi yang paling kaya (= pedangang/saudagar
kaya raya) atau bukan pula menjadi orang yang paling pintar (= bisa 

Re: [budaya_tionghua] [Pendapat pribadi] Masalah Lun Yu; Kerukunan agama dan kerukunan ras ; OOT?

2005-12-23 Terurut Topik liang u
Rekan-rekan, 
Saya telah menulis beberapa kali di sini, perdebatan
agama akan mengakibatkan perdebatan kusir, karena
agama sifatnya pribadi dan dogmatis, yang tidak dapat
dibuktikan. Tapi kali ini sebetulnya bukan perdebatan
agama, karena Lunyu bukan buku agama, dan boleh
diperdebatkan. Jadi masalahnya setuju atau tidak? Sama
saja kalau ada orang menasehati anda jangan beli toto,
toto adalah judi. Itu bukan kutipan dari kitab suci,
tinggal anda percaya atau tidak. Kalau percaya ikuti,
kalau tidak jangan, yah titik. Lebih halus lagi, ada
orang yang menganggap future trading adalah judi.
Tidak usah berdebat, anda percaya tidak, percaya
jangan beli, tidak percaya yah jalan terus. 
Tiga tahun yang lalu, meskipun saya datang ke Shenzhen
bukan pertama kalinya, tapi pertama kali saya datang
ke Window of the World. Sampai ke situ saya masih
menganggap itu taman mini, melihat bangunan bangunan
dunia secara mini, naik menara Eifel, masuk piramid
dll. 
Tepat setengah delapan kami mau pulang ke hotel,
sampai di pintu gerbang koq melihat di podium demikian
banyak orang berkumpul, apakah ada pertunjukkan?
Ternyata memang ada sendra tari katanya. Kamipun tak
jadi pulang dan nongkrong di situ. Saya mulai tertarik
koq ditulis dari Sendra Tari Kejadian (Chuang Shiji
Gewutuan), Kitab Kejadian kan kitab pertama dalam
Injil.
Pertunjukkan kolosal di mulai, bola bumi besar di
depan belah, dan ternyata di dalamnya panggung pentas.
Musik mulai mengalun lagu gereja berkumandang,
permaninan lampu yang luar biasa di panggung raksasa
itu, tanpa sadar mantu menarik lengan saya, lihat ke
kiri katanya. Saya menengok, ternyata tempat duduk
sebelah sudah bergeser, di antara kita ada lubang
besar dan dari dalam muncul dua orang, Adam dan Eva.
Dengan perlahan-lahan mereka bergeser ke panggung.
Pembawa suara dan layar yang memampangkan teks dekat
panggung menceritakan bahwa pertunjukkan tentang
penciptaan bumi dimulai. Kita mulai dari kepercayaan
orang Kristen, katanya. Pertunjukkan yang megah dan
artistik menakjubkan semua orang baik turis dalam
negeri maupun turis luar negeri, setelah selesai
dikatakan, kita melihat bagaimana kepercayaan orang
Tionghoa tentang penciptaan bumi ini, mulai dengan Pan
Gu membelah bumi, kemudian muncul dewi Nvwa, sampai Nv
Wa melayang terbang menutup langit yang bocor.
Pertunjukkan dilanjutkan dengan kepercayaan penciptaan
bumi orang Mesir,India (termasuk Hindu dan Budha)
Babilonia dan Yunani. Sendra tari raksasa dilanjutkan
dengan peperangan zaman Qin Shihuang, zaman Ayodhia
dll.

Yang sangat mengagumkan saya ada dua hal:

1. Tentu saja kekolosalannya, karena waktu perang,
puluhan kuda tampil di pentas, panggung belah dan
muncul danau dengan air benaran. Ratusan pemain muncul
sekali gus, kereta kuda untuk berperang dsb. Keindahan
pakaian dan tata lampu jangan dikatakan lagi, untuk
saya pribadi tercengang.

2. Di sini ditonjolkan kerukunan beragama. Orang bisa
melihat bagaimana kepercayaan orang Kristen, bagaimana
kepercayaan orang Tionghoa dll. Koq ini terjadi di
Tiongkok, negara yang selama ini dianggap pusat setan?
Sedang kalau di Indonesia, kalau sudah menonjolkan
satu agama yang lain harus menjadi kafir atau setan,
bahkan buka mulut saja tak berani. Padahal hanya
Indonesia yang mempunyai Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

Saya sih selalu mengidamkan kerukunan ras, kerukunan
beragama, bukan saling maki dan saling benci.

Mudah-mudahan banyak yang sependapat.
Liang U

--- Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear all members,
 
 Beberapa hari ini saya ada memperhatikan masalah Lun
 Yu antara yang 
 menganggap bahwa Lun Yu adalah kutipan ayat dari
 kitab suci sebuah agama 
 vs yang menganggap Lun Yu hanya kutipan bersifat
 ajaran filsafat.
 
 Di Indonesia, segala macam hal sepertinya harus dan
 tidak dapat tidak 
 dikotakkan ke dalam sekat2 religius. Sebenarnya
 hemat saya sendiri, 
 masalah agama sudah kelewat dipolitisir di
 Indonesia.
 
 Pandangan saya sendiri terhadap Lun Yu adalah bahwa
 Lun Yu adalah nilai2 
 ajaran dari Konfusius yang universal, tidak harus
 cuma dipandang sebagai 
 ajaran sebuah agama. Lalu bila ada yang
 mempertanyakan bagaimana bila 
 anggota beragama lain juga ramai2 mempostingkan
 kutipan ayat kitab suci 
 mereka ke milis budaya, jawaban saya sederhana saja.
 Bila tidak ada 
 hubungannya dengan kebudayaan Tionghoa, maka
 kutipan2 tersebut tidak 
 akan diperbolehkan di milis ini. Milis ini bukan
 milis budaya umum 
 karena telah jelas dikemukakan bahwa milis ini hanya
 membahas 
 permasalahan ke-Tionghoa-an di Indonesia dan dunia,
 serta 
 sejarah-sejarah mengenainya.
 
 Kalau hari ini, Konfusius bukan kelahiran Tionghoa
 melainkan seorang 
 India ataupun seorang Aztec, maka ajarannya tidak
 akan tim moderator 
 perbolehkan di sini. Saya akan sarankan kepada
 anggota yang ingin 
 memposting (Sdr. Hendri Irawan) untuk mencari milis
 budaya_india atau 
 budaya_aztec untuk mempostingkan kutipan ajaran
 Konfusius di sana.
 
 Ini pula alasan mengapa tidak ada ayat-ayat kutipan
 kitab suci