RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR
Saya cenderung lebih setuju dengan pak Adji. Masalah kondisi pesawat adalah tanggung jawab crew maintenance. Pilot/co-pilot paling bisa menolak berangkat apabila kondisi pesawat betul-betul parah sehingga membahayakan keselamatan penerbangan. Kalau masalahnya adalah kenyamanan terbang, seperti kursi rusak, air menetes, dsb apakah penerbangan harus dicancel ? Bisa saja cabin-crew menghimbau petugas check-in utk tidak menjual kursi yang bermasalah tsb. Tapi kalau pesawat memang penuh, membiarkan kursi-kursi tsb kosong berarti harus mengorbankan penumpang lain yang datang check-in belakangan (padahal sudah punya confirmed ticket). Jadi masalahnya memang tidak sederhana. Memarah-marahi cabin-crew seperti yang dilakukan oleh Lulu Aka, mau tidak mau memang menyiratkan arogansi. Bukankah lebih baik kalau bersikap lebih toleran ? Cabin-crew juga manusia biasa, yang ingin diperlakukan wajar dan dihargai. Bayangkan bila pramugari itu kebetulan saudara kita sendiri. Utk kemajuan dunia penerbangan kita dan juga sebagai masukan kepada manajemen Lion Air, tentu saja surat komplain tetap harus dibuat. Masih banyak kok alternatif protes yang lebih santun, tanpa harus memacu adrenalin dan membuat banyak orang stress. Have a nice weekend. Tjoek -Original Message- From: Teguh Febrianto [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, January 06, 2006 10:54 AM To: bumi-serpong@yahoogroups.com Subject: RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR Kalo saya ngeliatnya gini Selama tindakan konsumen masih dalam taraf wajar silahkan saja komplain dan awak pesawat harus bisa menghadapi keluhan konsumen secara bijak dan tidak boleh terbawa emosi karena awak pesawat harus sadar bahwa sebagai ujung tombak,mereka harus menservis konsumennya semaksimal mungkin. Memang tetesan air itu bukanlah hal yg wajar tp paling enggak kasi minuman kek ato makanan kecil kek ato souvenir kek ke pnp ybs sehingga kemarahannya/kekecewaannya tidak menjadi berlebihan. _ From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 06 Januari 2006 10:36 To: bumi-serpong@yahoogroups.com Subject: Re: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR Saya sih setuju dengan tindakan Lulu Aka. Bagaimana pun juga cabin crews adalah ujung tombak perusahaan. Merekalah yang berurusan dengan pelanggan. Dan mereka punya kewajiban untuk meminta perusahaan memperbaiki kondisi kabin sebelum take off kalau ada yang tidak beres tentunya. Kalau melihat foto-2nya, kejadian tersebut seharusnya sudah diketahui oleh pihak management Lion Air, terbukti dengan adanya tindakan sementara menutup dengan lakban. Pertanyaannya, sejak kapan bocor itu terjadi? Saya berkeyakinan sudah cukup lama terjadi. Walau pun awak yang melayani penerbangan tersebut bukan awak tetap, toh mereka punya mata dan bisa melihat bahwa sebagian seat memang tidak layak jual. Kenapa tetap dijual dan mereka hanya diam saja? Sudah bukan rahasia lagi bahwa hak-2 konsumen di Indonesia tidak pernah mendapat perhatian yang cukup. Kejadian di Lion Air hanya segelintir contoh saja. Banyak kejadian di maskapai-2 penerbangan yang berhubungan dengan faktor safety tetapi terkesan dibiarkan saja. Apalagi ini yang hanya faktor comfort? Kita sebagai konsumen harus tegas tanpa perlu bersikap arogan bila pelayanan yang kita terima tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Maksudnya adalah supaya ada perubahan. Kapan lagi bisa berubah kalau semua konsumen kita punya 'toleransi' yang tinggi? Contoh lain 'kebodohan' konsumen Indonesia adalah keharusan menitipkan tas/jaket di supermarket, hypermart atau dept. store. Mana ada policy ini hypermart sejenis di luar negeri? Dan herannya, sedikit sekali konsumen yang protes ke pihak management saat hak milik mereka (tas jaket) dititip-paksakan. Tidak sadarkah mereka bahwa management hypermart. supermarket dept. store yang memberlakukan policy tsb. telah melanggar azas praduga tak bersalah? Masak yang jadi maling segelintir orang saja, yang lainnya mau dianggap maling semua? Salam, Hilmy adji ekawarman [EMAIL PROTECTED]@yahoogroups.com on 01/06/2006 10:11:53 AM (tolong untuk diteruskan kepada: Lulu Aka di Perum. Permata Depok) kejadian ini pun pernah terjadi kok di maskapai GA, waktu pesawatnya masih menggunakan pesawat lama.. demikian juga dengan maskapai2 lainnya. saya rasa tidak pada tempatnya memarahi awak pesawat, karena mereka kan tidak menjadi awak tetap di pesawat (aircraft) yg sama? mereka berganti-ganti pesawat, kan..? jadi ya wajar aja kalo mereka juga gak tau ada masalah seperti itu, dan menurut saya ya mereka lagi apes aja kok kebagian jadwal dgn pesawat tersebut..!! dan kondisi pesawat tanggung jawab bagian maintenance, bukan mereka.. cmiiw jadi sebaiknya ya tuliskan aja keluhan ini ke perusahaan tersebut cc. media massa, jangan awaknya yg dimarahi seperti itu di depan umum.. berapa banyak pelayanan baik yg telah kita terima dibandingkan dengan pelayanan buruk itu sehingga kita merasa sangat pantas untuk memarahi
RE: [bumi-serpong] OOT: FYI: ADA HUJAN DI PESAWAT LION AIR
Tanpa protes yang tegas, saya takut tidak akan terjadi perbaikan. Sudah jamak di Indonesia ini, masalah-2 kecil yang luput dari tindakan perbaikan oleh perusahaan. Padahal, mungkin sekali ketidaknyamanan itu sangat mengganggu sebagian orang, dan bagi orang lain tidak karena mereka sudah 'take it for granted' untuk situasi semacam itu. Toh, biaya-2 di Indonesia masih tergolong murah, buat apa bersusah payah klaim atau protes kalau ujung-2nya tetap saja tidak ada perbaikan. Lagi pula, seberapa banyak sih dari kita yang mau meluangkan waktu menulis keluhan kita ke pihak perusahaan? Saya koq yakin sebagian besar dari kita akan bersikap acuh, tokh kejadiannya sudah lewat, sambil berharap kejadian yang sama tidak menimpa diri kita lagi. Lagi pula, protes demonstratif semacam yang dilakukan Lulu Aka membutuhkan keberanian tersendiri, sebab, 'Kan penumpang lain aja gak protes koq... Nanti malah jadi bahan tontonan malu-2in diri kita sendiri.' Ada baiknya berita semacam ini beredar sehingga kita bisa belajar kelemahan pelayanan maskapai penerbangan lokal, walau akhirnya bisa menjadi bumerang bagi penulisnya, seperti yang sekarang sedang dialami Lulu Aka. BTW, saya tidak kenal dengan tidak punya alamat e-mail pasangan Lulu Aka sehingga tidak dapat menyampaikan pesan Pak Adjie. Seorang teman malah berkomentar setelah membaca posting ini bahwa air menetes di kabin dalam penerbangan Merpati sudah sangat biasa. Teman tersebut sudah bersyukur kalau bisa mendarat dengan selamat. Ia rela menderita selama penerbangan asal tiba dengan selamat. Rasanya bukan mentalitas 'nrimo' semacam ini yang mau kita bangun untuk anak cucu kita, bukan? Saya setuju bahwa protes harus dilakukan sesantun mungkin tanpa perlu membuat 'scene'. Tapi berdasarkan pengalaman, protes semacam itu biasanya hanya ditanggapi dengan senyum dan cenderung permasalahan yang sama akan terulang lagi. Artinya, mungkin saja management aware namun tidak melakukan tindakan perbaikan karena yang complaint tokh hanya 1 atau 2 orang saja. Koordinasi semua lini dalam sebuah maskapai penerbangan saya rasa merupakan hal yang sangat esensial dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk penumpang atau calon penumpang. Masalah apakah pesawat harus di-delay atau di-cancel atau diganti dengan pesawat lain (karena beberapa seat-nya tidak layak jual) adalah masalah managerial dan solusinya tergantung kepekaan management terhadap kebutuhan pelanggan. Jangan melulu mau mengejar keuntungan lalu faktor kenyamanan dikorbankan. Belum lagi faktor safety, banyak cerita horor yang beredar tentang maskapai yang sengaja teledor mengabaikan faktor yang satu ini. Saya kebetulan menerima undangan seminar tentang Membangun Daya Saing Bisnis Melalui Sentuhan Etika. Cuplikan undangannya ada sbb. Mungkin patut direnungkan oleh perusahaan-2 - tidak hanya maskapai penerbangan lokal - nasional, sebab saya sangat merasa bahwa bukanlah suatu tindakan yang etis membiarkan penumpang terkena tetesan air selama hampir 2 jam lama penerbangan: - Quote - If you embrace ethical behavior, will it automatically make you rich and successful? Of course not! Can it pave the way for you to become successful? Absolutely! Ethos + Competence is a winning quation (John C. Maxwell) *** Jhon Maxwell pasti betul, Bisnis modern berbasis keahlian, Tetapi, tanpa etika keahlian bisa menyesatkan, Bisnispun terpuruk. Integrasi etika dan kompetensi merupakan sine qua non condition untuk bisnis yang sehat dan bermasa depan. Mengabaikan standar-standar etika dalam berbisnis tidak saja menjadi batu sandungan, tetapi juga menggali laing kubur bagi bisnis, Investasi andapun sia-sia Karena itu, jangan biarkan bisnis berlalu dari Anda, Lengakapi diri Anda sekarang juga dengan kompetensi dalam bidang stika bisnis. Melalui sentuhan etika lembaga kami yang bergerak dalam bidang pengembangan sumber daya manusia berusaha membantu membuat peluang bisnis Anda kembali cerah. - Unquote - Salam, Hilmy Tjoek Lianto [EMAIL PROTECTED]@yahoogroups.com on 01/06/2006 11:16:51 AM Saya cenderung lebih setuju dengan pak Adji. Masalah kondisi pesawat adalah tanggung jawab crew maintenance. Pilot/co-pilot paling bisa menolak berangkat apabila kondisi pesawat betul-betul parah sehingga membahayakan keselamatan penerbangan. Kalau masalahnya adalah kenyamanan terbang, seperti kursi rusak, air menetes, dsb apakah penerbangan harus dicancel ? Bisa saja cabin-crew menghimbau petugas check-in utk tidak menjual kursi yang bermasalah tsb. Tapi kalau pesawat memang penuh, membiarkan kursi-kursi tsb kosong berarti harus mengorbankan penumpang lain yang datang check-in belakangan (padahal sudah punya confirmed ticket). Jadi masalahnya memang tidak sederhana. Memarah-marahi cabin-crew seperti yang dilakukan oleh Lulu Aka, mau tidak mau memang menyiratkan arogansi. Bukankah lebih baik kalau bersikap lebih toleran ? Cabin-crew juga manusia biasa, yang ingin diperlakukan wajar dan dihargai. Bayangkan bila pramugari