CiKEAS Re:IMF Menilai Ekonomi Indonesia 2008 Melemah
IMF nih manas-manasin saja, ekonomi di indonesia ketar-ketir. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
CiKEAS Jangan Ada Dusta di Antara Kita
http://batampos.co.id/content/view/32760/97/ Sabtu, 20 Oktober 2007 Jangan Ada Dusta di Antara Kita Oleh: Nur Hidayat* Soal Pemenuhan Anggaran Pendidikan Isu pemenuhan anggaran pendidikan kembali menjadi polemik. Kritik dan protes pun mengiringi pengesahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2008 menjadi undang-undang (UU), beberapa waktu lalu. Hampir semua fraksi juga memberikan catatan terhadap alokasi anggaran pendidikan dalam RAPBN 2008. Di luar Senayan, banyak kalangan menilai pemerintah tidak serius memajukan sektor pendidikan. Salah satu indikasinya, RAPBN 2008 hanya mengalokasikan anggaran pendidikan 12 persen. Selain jauh di bawah amanat konstitusi, persentase itu lebih rendah daripada nota keuangan yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 16 Agustus 2007. Dalam nota keuangan tersebut, anggaran pendidikan dalam APBN 2008 direncanakan 12,3 persen. Ironisnya, angka itu berkurang menjadi 12 persen dalam RAPBN 2008 yang disahkan beberapa hari menjelang Idul Fitri itu. Senjata Pemungkas Dalam lima tahun terakhir, pemenuhan anggaran pendidikan menjadi polemik yang berkepanjangan. Isu krusial yang diperdebatkan hingga kini adalah perhitungan gaji pendidik. Pemerintah cenderung menganggap itu bagian dari alokasi anggaran pendidikan. Padahal, masyarakat cenderung berpendapat sebaliknya. Sebagaimana diketahui, ketika konstitusi mengamanatkan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari total anggaran pendapatan dan belanja negara/ daerah (APBN/D), pemerintah dan pemerhati pendidikan (baca: masyarakat) segera berdebat tentang tafsir amanat konstitusi terkait dengan perhitungan gaji pendidik. Titik kompromi pun diperoleh. Pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan, alokasi anggaran pendidikan -yang disebut dengan istilah dana pendidikan- tidak termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Tapi, penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa pemenuhan pendanaan pendidikan dapat dilakukan secara bertahap. Sayang, rakyat tidak bisa dibodohi lagi. Fathul Hadie Usman serta beberapa warga dari Banyuwangi dan Jember mengajukan judicial review terhadap penjelasan pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas kepada Mahkamah Konstitusi (MK). Hasilnya, melalui Putusan Nomor 11/PUU-III/2005, MK menyatakan bahwa penjelasan pasal 49 ayat (1) tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Itulah putusan pertama MK mengenai tafsir amanat konstitusi tentang anggaran pendidikan yang membuka jalan bagi proses judicial review berikutnya. Konsekuensi putusan itu adalah pemerintah tidak memiliki cantolan hukum untuk menjustifikasi kelambanan -lebih tepatnya kegagalan- memenuhi anggaran pendidikan sesuai amanat konstitusi. Sejak itu pula, isu gaji pendidik menjadi senjata pemungkas pemerintah untuk menjawab gugatan dan kritik atas kegagalan tersebut. Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, juga turut menggunakan senjata pemungkas tersebut. Menurut dia, gaji guru sebenarnya layak dimasukkan sebagai salah satu poin anggaran pendidikan. Apalagi, anggaran pendidikan berhubungan dengan kegiatan mencerdaskan bangsa. Diakui atau tidak, pernyataan Menkeu telah menegaskan keinginan kuat pemerintah untuk memasukkan gaji guru ke dalam perhitungan alokasi anggaran pendidikan. Gagasan ini juga sempat dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa waktu sebelumnya. Kemunduran Mengalokasikan anggaran pendidikan dalam batas minimal sebesar 20 persen dari APBN/APBD di luar gaji pendidik memang cukup berat dan sulit. Apalagi, sekitar sepertiga APBN masih tersedot untuk membayar cicilan utang dan berbagai subsidi. Tapi, itu tidak berarti bangsa ini harus melangkah mundur. Meski baru wacana, memasukkan gaji pendidik ke dalam perhitungan alokasi anggaran pendidikan merupakan langkah mundur. Sebab, alokasi gaji pendidik saja sebenarnya telah menyedot lebih dari 20 persen anggaran pendidikan saat ini. Temuan hasil analisis JPIP terhadap APBD kabupaten/ kota di Jawa Timur menunjukkan bahwa rerata alokasi gaji pendidik telah mencapai lebih dari 30 persen dari total APBD. Di daerah dengan cakupan wilayah yang luas, seperti Kabupaten Malang, gaji pendidik bahkan telah menyedot hampir separo APBD. Lebih dari itu, gagasan tersebut justru semakin menegaskan bahwa sektor pendidikan selama ini hanya dijadikan komoditas politik. Mengutip pernyataan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita, ketetapan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari total APBN/APBD bernuansa politik. Saat perumusan, kepentingan pragmatis untuk meraih simpati masyarakat cukup dominan (Jawa Pos, 21/9/2007). Meski tidak menawarkan solusi, pernyataan tersebut merupakan sebuah ungkapan jujur pejabat tinggi negara yang patut diapresiasi. Kejujuran semacam itulah yang
CiKEAS Terbukti Masih Mahalnya Biaya Pendidikan
GALAMEDIA 23/10/2007 Terbukti Masih Mahalnya Biaya Pendidikan Hikmah Pendidikan Sudah Dilupakan SETIABUDHI, (GM).- Anggaran pendidikan tahun ini sudah naik walaupun belum sebesar 20% seperti yang ditentukan oleh undang-undang. Kendati demikian, biaya pendidikan masih terasa mahal bagi masyarakat. Masyarakat masih mempertanyakan mahalnya pendidikan di Indonesia, ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), K.H. Hasyim Muzadi kepada wartawan pada acara silaturahmi keluarga besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung di Masjid Al Furqon UPI Bandung, Jln. Dr. Setiabudhi, Senin (22/10). Menurut Hasyim, ada dua hal yang harus diatur agar biaya pendidikan di Indonesia bisa murah. Pertama, pemerintah harus seoptimal mungkin membuat pendidikan di Indonesia menjadi murah agar bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Kedua, pemerintah harus berusaha meningkatkan income masyarakat. Namun sampai saat ini, saya belum melihat upaya pemerintah ke arah itu, ungkapnya. Sedangkan solusinya, kata Hasyim, anggaran pendidikan harus mampu menekan biaya pendidikan. Selain itu, tingkatkan kemampuan penghasilan masyarakat saat ini, tambahnya. Hikmah pendidikan Dalam tausiahnya di hadapan peserta silaturahmi, Hasyim menyatakan, bangsa Indonesia sudah melupakan hikmah pendidikan. Hal ini terbukti dengan masih mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat. Terpuruknya pendidikan saat ini bukan hanya karena kurangnya anggaran pendidikan, tetapi juga karena bangsa kita sudah melupakan hikmah pendidikan, ujarnya. Menurutnya, yang membuat dunia pendidikan di negara ini terpuruk adalah orang yang mengerti pendidikan. Demikian juga yang merusak tatanan hukum di Indonesia, adalah orang yang mengerti tentang hukum. Tidak mungkin orang yang tidak mengerti hukum mampu merusak tatanan hukum di Indonesia, ujarnya. Ia mengatakan, jika hikmah ilmu pendidikan terus dijaga, maka pendidikan di Indonesia tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Ia mencontohkan, di Malaysia, ilmu pendidikan sudah menjadi hikmah pendidikan. Makanya, pendidikan di negara tersebut tidak mengalami keterpurukan, bahkan pendidikan pun bisa digratiskan, ujarnya. Salah satu cara untuk mengembalikan hikmah pendidikan di Indonesia, menurut Hasyim, dengan mengembalikan hati nurani kembali ke jalan Allah. Karena itu, Hasyim meminta civitas akademika UPI Bandung bisa mengembalikan hikmah pendidikan Indonesia yang sudah hilang. Caranya, bimbing hati nurani mahasiswa UPI dengan berbagai ilmu yang bermanfaat dan menumbuhkan rasa profesionalisme sebagai insan pendidikan, ujar Hasyim Muzadi. (B.81
Re: CiKEAS Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian
Salam, Saya tidak kenal dengan vincen liong dengan kompatiologinya, tetapi setelah melihat beberapa postinganya saya berpendapat hanya buang-buang waktu membaca postinganya, sehingga saya berusaha menghindar dengan keluar dari beberapa milis yang memiliki member vincent liong. Tetapi saat ini saya kembali merasa terganggu dengan postinganya di milis ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya akan keluar dari milis ini jika ternyata postinganya hanya memenuhi memori server email saya. Wassalam On 10/8/07, Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote: Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian Penulis : Vincent Liong / Vincent Liong. Tempat, Hari Tanggal : Jakarta, Minggu, 7 Oktober 2007. Ingin bergabung dalam diskusi? Klik aja :) http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436 (note: khusus buang stress dengan cacimaki kepada siapa saja di [EMAIL PROTECTED]psikologi_transformatif%40yahoogroups.com ; tempat mentransformasikan segala stress yang membebani diri anda dengan fasilitas untuk boleh mencacimaki siapa saja.) I* Pendahuluan Saya sebagai Vincent Liong merasa sangat terhormat dengan sikap pada member di maillist [EMAIL PROTECTED]psikologi_transformatif%40yahoogroups.comini. Bayangkan saja maillist ini berubah tema dari membahas ilmu psikologi menjadi sebuah kesepakatan Kill and Destroy Kim Il Sen (Bunuh dan hancurkan Vincent Liong). Misalnya Sinaga Harez Posma yang konon punya kedudukan di fakultas Psikologi yang rela meluangkan waktu, tenaga dan kerugian rusaknya nama baik untuk benar-benar mempelajari sejarah seorang Vincent Liong secara detail, seperti seorang ilmuan atau mahasiswa membikin tesis perlu mempelajari berbagai macam bahan berkaitan dengan tesis yang ingin dikerjakan sampai hafal benar sumber-sumber daftar pustaka tiap bahan, mengenai sejarak Vincent Liong yang panjang dan bertele-tele. Butuh usaha yang cukup serius dari Sinaga Harez Posma untuk mempelajari Vincent Liong sebuah novel bersambung yang terus berjalan. Tidak tahu apakah benar yang dikatakan Sinaga Harez Posma soal dukungan fakultas dan lembaga resmi psikologi berikut oknum-oknum pejabatnya dalam usaha untuk merencanakan Kill and Destroy Kim Il Sen, dengan segala cara termasuk dengan melanggar Kode Etik Psikologi Indonesia dan kode etik secara umum yaitu mengenai kegiatan memanipulasi data yang dilakukan oleh Sinaga Harez Posma. Tidak hanya Sinaga Harez Posma, atau fakultas psikologi seperti diceritakan Sinaga Harez Posma yang bekerjakeras untuk belajar novel berjalan seorang Vincent Liong dan kompatiologi-nya. Di sini juga ada Ratih Ibrahim ahli Psikologi Perkembangan yang sering nongol di televisi, Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM. Yang muridnya Aa Gym, dlsb yang tidak bisa disebut satu demi satu. Perhatian yang anda luapkan untuk Vincent Liong dan kompatiologi cukup banyak seperti orang kulaih yang mengerjakan disertasi saja, tetapi masalahnya perhatian tsb bukanlah hal yang membangun, hanya destruktif saja, maka dari itu biasanya Vincent Liong akan membiarkan untuk sementara waktu (untuk memberikan kesempatan kepada anda-anda ini untuk berhenti) hingga pada akhirnya diambil tindakan yang tentunya secara serius ditujukan untuk merugikan pribadi pelaku. Pihak-pihak ini selalu beralasan bahwa Vincent Liong harus diperbaiki masalah 'cara', katanya Vincent selalu menggunakan negative approach ;nah soal masalah cara ini perlu dijelaskan posisi duduk dari Vincent Liong dan tentunya harus disadari posisi duduk dari masing-masing pelaku yang lain. II* Macam-Macam Orientasi Metodologi Penelitian Tiap penelitian apapun ditujukan untuk kebaikan atau kebergunaan bagi umat manusia, meski demikian ada beberapa macam orientasi metode penelitian yang diyakini sebagai cara yang cocuk untuk dirinya oleh kelompok manusia berbeda dalam mencapai tujuan yang sama tsb. Orientasi metodologi penelitian tsb diantaranya: (baca II.1 dan II.2) II.1* Penelitian Ilmiah Metodologi ini adalah jenis metodologi penelitian yang digunakan oleh para peneliti berbasis pendidikan resmi ala filsafat barat. Penekanannya adalah mencocokan asumsi yang sudah ada, yang diperoleh dari literature, teori-teori, untuk menilai ke-ilmiahan suatu ilmu atau metodologi. Kebanyakan peneliti model ini membutuhkan suatu ilmu atau metodologi atau asumsi yang sudah ada bentuknya sebelumnya, untuk dinilai dengan cara membandingkannya dengan asumsi yang diyakininya. Ketertarikan peneliti ilmiah untuk membakukan suatu kebenaran ilmiah menyebabkan penelitian ilmiah sering tergoda oleh hasrat / ego untuk menggeneralisasi, karena eksistensi suatu kebenaran ilmiah ditentukan oleh range / jangkauan area dimana kebenaran tsb tetap terbukti berlaku. Meskipun di psikologi misalnya, bersemboyan understanding individual differences, tetapi dalam
CiKEAS Yuuu uk ikutan memilih Repoter KabarIndonesia of the Year 2007
Koran Online KabarIndonesia pada saat ini sedang mengadakan kontes pemilihan Reporter KabarIndonesia of the Year 2007 oleh sebab itu dengan ini kami mengundang anda untuk turut berpartisipasi dalam pemilihan ini. Tata caranya sangat mudah, lihat saja di www.kabarindonesia.com. Di samping itu, di antara para pemberi suara, akan dipilih tiga orang secara undian yang akan diberikan hadiah menarik dari KabarIndonesia. So, ayooo buruaaannn Hormat kami Redaksi KabarIndonesia Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ Alamat ratron (surat elektronik): [EMAIL PROTECTED] Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: www.kabarindonesia.com
CiKEAS Young Woman Beats Up Harasser
http://www.arabnews.com/?page=9section=0article=102745d=23m=10y=2007pix=community.jpgcategory=Features Tuesday 23 October 2007 (12 Shawwal 1428) Young Woman Beats Up Harasser Arab News DAMMAM, 23 October 2007 - The problem of women being harassed in shopping malls in Saudi Arabia is common. Most victims of harassment choose to ignore their pursuers in the hope that they will eventually grow tired and leave them alone. A 20-year-old woman who was out shopping with her mother tried the ignoring method after a young teenager began harassing her, the daily Al-Yaum reported recently. The young man, who thought she was playing hard to get, continued to pursue her and ignore her warnings. Finally the young woman decided she had had enough and rolled up the sleeves of her abaya and began to pummel the youth with her fists. The shocked teenager lost his balance and fell to the ground. The young woman, with the help of her mother, surrounded the youth and continued to kick and punch him. Eventually, the young man managed to get up and run away. The beating undoubtedly was a lesson to the teen who will think twice before harassing a woman again
CiKEAS Jusuf Kalla, Lima Tahun Tanpa Macet
http://www.antara.co.id/arc/2007/10/23/jusuf-kalla-lima-tahun-tanpa-macet/ 23/10/07 10:01 Jusuf Kalla, Lima Tahun Tanpa Macet Oleh Frislidia Padang (ANTARA News) - Ada-ada saja keinginan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kali ini putra Makasar itu berencana menulis buku berjudul Lima Tahun Tanpa Macet. Selesai jadi wakil presiden, ya saya akan menulis buku `Lima Tahun Tanpa Macet`. Sebab selama lima tahun, ketika di jalan raya saya lancar-lancar saja, katanya disambut derai tawa 800 peserta pertemuan Silaturrahmi Saudagar Minang (SSM) di Padang, Sabtu (20/10). Wapres Jusuf Kalla berkisah, pada suatu hari ada stafnya yang terlambat datang dengan alasan macet. Namun Jusuf Kalla tidak percaya. Dimana ada macet, saya tidak pernah lihat, katanya berkelakar. Pertanyaan itu akhirnya dijawab sendiri oleh Jusuf Kalla. Ya jelas saya tidak pernah lihat macet, karena saya wakil presiden setiap perjalanan dikawal dan dibebaskan dari kemacetan, katanya lagi. Ia mengatakan, kelancaran diperolehnya bukan hanya pada kesempatan resmi, tapi juga saat melakukan perjalanan pribadi. Itu kan hak prerogratif sebagai wakil presiden, katanya. Pengalaman yang sama disampaikan Wapres Jusuf Kalla ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyampaikan bahwa di pinggir-pinggir jalan di Jakarta kini tidak ada lagi orang yang meminta sumbangan. Pak Jusuf di Jakarta tidak ada lagi yang meminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan, kata Susilo Bambang Yudhoyono satu ketika. Pernyataan itu sempat membuat para menteri tertawa sumringah. Atas sikap para menteri itu, kata Jusuf Kalla, lalu Presiden bertanya mengapa mereka semua tertawa. Ya memang tidak ada lagi peminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Karena Pemerintah Provinsi Jakarta sudah mengatur secara tegas melalui perdanya, jelas seorang menteri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mendengar jawaban itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tertawa. Evaluasi Pengalaman menarik dan lucu itu sebenarnya hanya isyarat Wapres Jusuf Kalla terhadap peserta SSM tahun 2007 agar terus melakukan evaluasi. Setiap pengusaha adalah pejuang bangsa dan pemerintah perlu terus mendukung keberadaan mereka, katanya. Setiap usaha dilakukan masyarakat, kata Wapres, pasti pemerintah dapat keuntungan dari pajak yang dibayarkan. Pajak penting untuk membiayai pembangunan pendidikan, infrastruktur, kesehatan dan menekan angka kemiskinan. Kita berkumpul di Padang atau di Aceh, atau di Banjar, Pekalongan dan Sulawesi, tak lain untuk mendukung kelancaran usaha, katanya. Kenapa orang berusaha, karena adanya dorongan ingin lebih maju. Kendati para pengusaha berada dalam kultur berbeda-beda namun semuanya tetap satu. Tidak ada negara bisa maju tanpa usaha. Itu harus terus dievaluasi, apa kemajuan yang sudah kita peroleh. Harus ada nilai tambah dan selalu munculkan inovasi, katanya memberi semangat pada peserta SSM 2007. Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan, saudagar Minang (SM) di ranah Minang, di perantauan dalam dan luar negeri perlu mengimplementasikan imbauan Wapres Jusuf Kalla yakni memperkokoh, menata, menyusun dan memperkuat kembali ketokohan orang Minang sebagai saudagar yang dikenal luas keterampilannya dalam berdagang. Peran SM cukup besar dalam mengembangkan bangsa sehingga keberadaan mereka perlu lebih diperkokoh dan kuat, sehingga ia harus sehat, katanya. Imbauan tersebut, menurut Fahmi Idris, juga disampaikan Wapres pada hari sebelumnya terhadap saudagar Bugis dan Aceh. Usaha yang sehat dan kuat, kata Fahmi, tidak identik dengan besar, tetapi kuat dan sehat ditandai dengan kemampuannya mempertahankan dan meningkatkan kualitas usahanya dan dapat dipercaya. Kepercayaan satu modal besar dalam mengembangkan usaha, kata Fahmi. Pada kesempatan itu, ia mengatakan pertemuan SSM 2007 itu, akan dikembangkan oleh generasi muda dari kalangan saudagar muda di Tanah Air. Yang tua-tua berada di belakang, memberi dukungan semangat dan pemikiran, kata Fahmi mengutip imbauan Jusuf Kalla. Wapres mengatakan modal gampang diperoleh di bank jika usahanya solid. Yang terpenting adalah jaringan antar saudagar. Jaringan usaha dibutuhkan agar saudagar mampu bersaing dan berkembang. Juga perlu dibentuk satu forum guna menghimpun berbagai informasi dan komunikasi bisnis. Keberadaan forum itu diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan, katanya. Fahmi memuji ciri orang Minang yang egaliter, satu potensi yang patut dikembangkan. Egaliter orang Minang seperti disampaikan sastrawan A.A Navis, artinya setara dengan orang lain. Kuasai Perdagangan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan orang Minang banyak yang memegang peran penting pada sektor usaha BUMN, seperti Telkom, maskapai penerbangan Garuda, Semen Padang, BEJ, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya. Mereka menjabat sebagai komisaris dan direktur. Itu artinya orang Minang di Indonesia secara individual belum berhenti berjuang mempertahankan ketokohan sebagai
CiKEAS Wapres Sadari Kesenjangan Sosial Bisa Picu Siklus Kekerasan
http://www.antara.co.id/arc/2007/10/23/wapres-sadari-kesenjangan-sosial-bisa-picu-siklus-kekerasan/ 23/10/07 22:30 Wapres Sadari Kesenjangan Sosial Bisa Picu Siklus Kekerasan Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyadari kesenjangan sosial yang terlalu besar pada bangsa Indonesia bisa memicu siklus kekerasan yang selalu terjadi setiap lima tahun terakhir. Ketimpangan sosial pada bangsa ini sedemikian besar, ujar Jusuf Kalla saat bersilaturahmi dengan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi di kediaman Hasyim di Desa Kukusan, Kecamatan Beji, Depok, Selasa sore. Wapres menggambarkan, setiap hari bangsa ini menyaksikan tayangan apartemen mewah dan mall-mall, sementara di saat yang sama banyak masyarakat tinggal di pinggir kali atau kolong-kolong jembatan. Karena itu, menurut Wapres, dulu setiap lima tahun orang-orang selalu berperilaku merusak, apakah menghantam etnis China atau sasaran lainnya. Jadi bangsa ini bisa berbahaya, ujar Wapres seraya menambahkan bahwa pemerintah menginginkan agar ancaman demikian tidak sampai terjadi lagi. Agar ancaman kekerasan dan konflik akibat kesenjangan sosial tidak terjadi, Wapres berpendapat, diperlukan satu keseimbangan hidup dan perekonomiannya. Salah satu cara mewujudkannya adalah masyarakat harus bekerja dan sejahtera. Terkait dengan hal itu, Wapres juga mengatakan bahwa komunitas pesantren harus lebih banyak lagi memberikan kontribusinya dalam memberdayakan masyarakat setempat. Kalau kita bisa melibatkan kalangan pesantren setelah mereka dibekali kemampuan tertentu, itu saya kira akan dahsyat hasilnya, ujar Kalla. Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum DPP Golkar itu meyakini motivasi yang dibangun dari keyakinan beragama akan signifikan hasilnya dan pengalaman di berbagai tempat telah membuktikannya. Kita kan tidak hanya mendakwahkan harus tangan di atas, tapi betul-betul bisa melaksanakannya dengan baik, kata Jusuf Kalla.(*)
CiKEAS China identifies Xi Jinping as the next party leader
http://news.independent.co.uk/world/asia/article3087261.ece China identifies Xi Jinping as the next party leader By Clifford Coonan in Beijing Published: 23 October 2007 The men who will next rule China, the world's most heavily-populated country and emerging economic powerhouse, strode stiffly in identical dark blue suits onto a flower-lined stage. We know nothing of the decision-making process at a week-long Communist Party congress that anointed them as likely successors to President Hu Jintao, and a place among the most powerful leaders on earth. Decisions in Beijing in coming years will have major repercussions in Britain as the global economy becomes more networked. Their appointment to a new-look Politburo Standing Committee gives a first glimpse of China's ruling elite, and valuable clues as to who will hold the reins when Hu steps down in 2012. It was a line-up not unlike a beauty pageant. First following Hu onto the podium yesterday were the existing members of the committee - Wu Bangguo, Wen Jiabao, Jia Qinglin and Li Changchun. Next up came the new members - Xi Jinping, Li Keqiang, He Guoqiang and Zhou Yongkang. All eyes are on two of the men as they are seen as potential successors for the top jobs - Xi Jinping, 54, party secretary from Shanghai, and Li Keqiang, 52, party secretary from Liaoning. No women were in the line-up. Just as in imperial times, these public displays are laden with symbolic value, and every gesture is studied for significance. Mr Hu specified their ages when introducing them, marking them out as the next generation. Mr Xi, one of the princelings - the communist equivalent of bluebloods, emerged ahead of Mr Li, suggesting that he may be in line to assume the top position of president and party boss. Mr Li could take on the less powerful position of premier. Their incorporation onto the Standing Committee marks the ascendancy of the fifth generation of leaders since Chairman Mao Zedong. While the current leadership is made up almost exclusively of engineers, the next generation will have a more market-friendly aspect - Mr Xi is a doctor of law, while Mr Li is a doctor of economics. While the 17th congress was big on public displays of activity, most activity took place behind closed doors. However, the message that emerged was that China's rulers plan to provide more of the same and answer growing calls for greater accountability and more openness with tweaks to the existing system rather than any fundamental changes. The hammer and sickle loomed large over much of the proceedings and on the coverage, and that is unlikely to change much in coming years, even if the theoretical focus has switched from Marxist-Leninism to socialism with Chinese characteristics, or the pragmatic form of communism espoused by the 73 million member party. Rather than addressing the issue of introducing more democracy and other reforms, the party renewed its pledges to crack down on rampant corruption and to do more to narrow the widening wealth gap. The outcome shows that, five years into the job, Mr Hu has the support of his colleagues. The fact he has been able to shape the Politburo in his image while avoiding any internal wrangles is a credit to his position as peacemaker among cadres, juggling the demands of reformers and conservatives alike. He has shown himself to be an economic reformer but tough in clamping down on political dissent. The Congress did much to get rid of the influence of former leader Jiang Zemin. A very public sign was when Vice-President Zeng Qinghong, an ally of Mr Jiang, stepped down from the Central Committee. One middle-aged service industry worker reading the Beijing Youth Daily in Ritan Park said he was happy with the congress. I'm very satisfied with changes in Chinese society in the last 10 years, particularly when it comes to politics. Nowadays people are more focused on the economy rather than politics, he said. The four new members of the Politburo * ZHOU YONGKANG Zhou Yongkang, 64, is the Minister of Public Security. He is a fitness fanatic, as well as a geological engineer like Premier Wen Jiabao. As police minister, putting him in the Politburo could be seen as a sign of a tougher line on dissent, as he was a tough police chief in Sichuan province. He was photographed doing strenuous exercises earlier this year. That was read as a sign of intent. * LI KEQIANG Li Keqiang, the 52-year-old party head of the rust-belt factory province of Liaoning, is a protégé of President Hu Jintao and hails from the immensely influential Communist Youth League, Mr Hu's main power base. He studied law at the elite Peking University after the Cultural Revolution. He became party leader in Henan in 1998, where he earned kudos for dealing with the Aids crisis created by tainted blood transfusions. In 2004 he moved to Liaoning where he lured firms like Intel and BMW to replace the crumbling
CiKEAS A 3,000-year-old mystery is finally solved: Tutankhamun died in a hunting accident
http://news.independent.co.uk/world/africa/article3084330.ece A 3,000-year-old mystery is finally solved: Tutankhamun died in a hunting accident By Steve Connor, Science Editor Published: 22 October 2007 The mystery behind the sudden death of Tutankhamun, the boy king who ruled Egypt more than 3,000 years ago, may have been finally solved by scientists who believe that he fell from a fast-moving chariot while out hunting in the desert. Speculation surrounding Tutankhamun's death has been rife since his tomb was broken into in 1922 by archaeologist Howard Carter. X-rays of the mummy taken in 1968 indicated a swelling at the base of the skull, suggesting King Tut was killed by a blow to the head. More recent studies using a CT medical scanner, however, revealed he suffered a badly broken leg, just above his knee just before he died. That in turn probably led to lethal blood poisoning. Now further evidence has come to light suggesting that he suffered the fracture while hunting game from a chariot. The new findings are still circumstantial but one of Egypt's leading experts on Tutankhamun will say in a television documentary to be screened this week that he believes the case is now solved on how the boy king met his sudden and unexpected end. He was not murdered as many people thought. He had an accident when he was hunting in the desert. Falling from a chariot made this fracture in his left leg and this really is in my opinion how he died, said Zahi Hawass, general secretary of Egypt's Supreme Council of Antiquities. Until now, many historians had assumed that he was treated as a rather fragile child who was cosseted and protected from physical danger. However, Nadia Lokma of the Cairo Museum said that a recent analysis of the chariots found in the tombs of the pharaohs indicated that they were not merely ceremonial but show signs of wear and tear. Hundreds of arrows recovered from the tomb also show evidence of having been fired and recovered. These chariots are hunting chariots, not war chariots. You can see from the wear on them that they were actually used in life, Dr Lokma said. A cache of clothing found in Tutankhamun's tomb, which was stored in the vaults of the Cairo Museum, suggest that he was accustomed to riding these chariots himself. They include a specially-adapted corset which would have protected the wearer's abdominal organs from any damage from an accident or the heavy jostling of a chariot ride. A final piece of evidence comes from a garland of flowers placed around the neck of Tutankhamun's mummy. Botanists found it included cornflowers and mayweed that were fresh at the time the decoration was made. The cornflower and mayweed on the garland around the mummy were in flower in March and April, which tells us the time of year he was buried, said Nigel Hepper of the Royal Horticultural Society at Kew Gardens. Because the flowers could have been collected only between the middle of March and the end of April, and as the complex process of mummification lasted 70 days, this meant Tutankhamun probably died in December or January. That timing coincided with the middle of the winter hunting season. The results of the latest research into Tutankhamun, which are to feature in a Channel Five documentary tomorrow evening, come just a few weeks before Britain hosts the first exhibition of his tomb's artefacts in 35 years at The O2 centre, formerly the Millennium Dome, in south-east London. When the first Tutankhamun exhibition in London was held at the British Museum in 1972, some 1.5 million people made the pilgrimage to see his fabulous solid-gold facemask. This time, however, the mask will remain in Egypt because of fears it might not withstand the trip. The present-day Lord Carnarvon, whose ancestor paid for Howard Carter's 1922 expedition, said the latest findings indicated that Tutankhamun was an active young man who took risks with his life. I thought he was an over-cosseted child, but I think he was really out there in the field and taking part in things towards the end of his short life, Lord Carnarvon said. His chariots could have reached considerable speeds, up to 25mph. If a chariot turns over at that speed, you could easily break your leg very seriously.
CiKEAS A message from Fidel to Bush
http://www.granma.cu/ingles/2007/octubre/lun22/43fidel.html A message from Fidel to Bush BUSH is obsessed with Cuba. Yesterday, the news was received that a White House spokesman announced the president would present new initiatives for the transition period now begun. Another spokesman from the State Department later confirmed the statement, reiterating Bush's demanding and threatening tone. As affirmed by Ricardo Alarcón, the president of our National Assembly, a comrade who is well-informed about Bush's scheming and intentions, after that would come the firing squads of the Cuban-American mafia, with permission to kill everyone suspected of being a faithful member of the Party, the Youth or the mass organizations. Mr. Bush: Your genocidal blockade, your support for terrorism, your murderous Cuban Adjustment Act, your wet-foot/dry-foot policy, your protection of the worst terrorists in this hemisphere, your unjust punishment of the five Cuban heroes who exposed the danger posed to U.S. citizens and those of other countries of dying in mid-flight, must all end. Sovereignty is non-negotiable. Likewise, the shameful torture being carried out in the occupied territory of Guantánamo must also end. We were never intimidated by your threats of preemptive and surprise attacks on the 60 or more dark corners of the Earth. The outcome of that has now been seen in a single country: Iraq. Do not attack others; do not threaten humanity with a nuclear war. The peoples will defend themselves, and all would perish in that inferno. Thank you for your attention. Fidel Castro Ruz October 21, 2007
CiKEAS Mr. Zoellick's vision
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/ed20071020a1.html Saturday, Oct. 20, 2007 EDITORIAL Mr. Zoellick's vision I t has been a difficult time for the World Bank. The international development organization has been challenged by the maturation of capital markets that threaten to supplant its lending function as well as by questions about its priorities. The turmoil that accompanied former President Paul Wolfowitz's tenure compounded the confusion and contributed to a sense of a loss of purpose. Earlier this month, though, new President Robert Zoellick provided a vision for the World Bank, one that reflects old concerns and new realities. The new statement is critical for an organization under siege. Its success depends on his ability to get the bank's richest donors to move beyond rhetoric and deliver on pledges to help the bank and the world's poorest citizens. Taking office a little more than 100 days ago, Mr. Zoellick inherited an institution in trouble. It was rocked by the scandal that ensnared Mr. Wolfowitz and there was considerable controversy surrounding his attempt to fight corruption and elevate governance concerns on the list of World Bank priorities. At the same time, the increasing mobility of international capital and the ability of many recipient states to tap those markets raised questions about the bank's raison d'etre. In an address designed to provide a vision for the organization, Mr. Zoellick last week outlined six priorities for the bank: overcoming poverty and promoting growth in the poorest countries; helping failed or failing states; offering more sophisticated services to middle-income countries; supporting the environment and other global public goods; fostering dynamism in the Arab world; and developing a brain trust. At its heart, the new strategy is simple: inclusive and sustainable development. That mantra is expected from World Bank heads, but Mr. Zoellick is no pie in the sky optimist. He is a hardheaded realist who understands that multilateralism is the only way to help the bottom billion whose lives remain largely untouched by globalization. Success in that endeavor means combining deliberations with effective results. In practical terms that requires increased aid to the world's poorest countries as well as those that are growing, since even fast-developing countries like Brazil, China and India account for nearly three-quarters of the world's poorest people. Doing that requires the world's richest nations to deliver on promises. We need the G-8 (eight leading industrialized nations) and other developed countries to translate their words from summit declarations into serious numbers, said Mr. Zoellick, calling specifically for $39 billion, which the World Bank needs for the most disadvantaged on the planet. To move them to act, Mr. Zoellick wants the World Bank to commit $3.5 billion of its own profits from loans to middle income countries and from its private investment division to a trust fund that lends to the world's poorest countries. That step - a doubling of its commitment - will show that the bank is willing to put its money where its mouth is. But the World Bank can do more than just shaming the world's richest countries into honoring their promises. The World Bank can stake new ground in development, expanding the frontiers of thinking about policy and markets, pioneering new possibilities, not just recycling the passably proven. It can help forge the private and public partnerships that are requisite to success, and it should - and will, reports Mr. Zoellick - press to ensure that funds are used to help the poor and needy rather than line the pockets of political leaders. Moreover, Mr. Zoellick seeks to focus on international public goods, such as infrastructure development, the fight against diseases as well as improved access to health care, and environment-related projects, all of which pay huge dividends, and not just for the target countries. Of course, exhortation is not enough. Power in the World Bank, like most international institutions, resides in member governments, and the president's key assignment is getting the institution's 185 members - most importantly its 24 board members - to back his vision. That requires political skills. Mr. Wolfowitz largely failed in this respect. Mr. Zoellick has traditionally worked on behalf of some other principal - most frequently the president of the United States - and that is a different type of dynamic. Now, Mr. Zoellick speaks only for his institution and its constituents; his chief assets are logic and the moral force that comes with speaking for the international communities' poorest members. We will see whether he is equal to the challenge later this month when the World Bank holds its annual meeting
CiKEAS Pilot blamed for Garuda crash
http://english.aljazeera.net/NR/exeres/495777BD-AF62-4AA1-B39C-E657F91B4AF2.htm Pilot blamed for Garuda crash The safety report said the chief pilot's failure to heed warnings contributed to the crash [AFP] The chief pilot of an Indonesian passenger aircraft which crashed in March, killing 21 people, has been blamed in part by the country's transport safety committee. The commander of the Garuda Indonesia Boeing 737-400 ignored 15 warnings and approached the runway at excessive airspeed while descending too steeply, the panel's report said. The aircraft was flown at an excessive airspeed and steep flight path angle during the approach and landing, resulting in an unstabilised approach, the report said. The aeroplane, which was carrying 140 people, burst into flames after skidding off the runway on landing at Yogyakarta airport. Both pilots survived the crash, which happened less than three months after an Adam Air aircraft disappeared with 102 passengers and crew on board. The European Union banned all 51 Indonesian airlines from its airspace after the accidents, citing safety concerns. Failings reported The safety report said the chief pilot's failure to observe safety procedures had been a contributing factor to the crash. The pilot in command did not follow company procedures that required him to fly a stabilised approach, and he did not abort the landing and go around when the approach was not stabilised. The pilot either did not hear, or disregarded the GPWS (Ground Proximity Warning System) alerts and warnings and calls from the co-pilot to go around, the report said. However, the transport safety committee refused to attribute the crash to human error or pilot error. The pilot is not 100 per cent at fault, there were flaws in the system that has led to the accident as well, its report said. The committee said Yogyakarta airport had a less than effective emergency plan. The delay in extinguishing the fire and the lack of appropriate fire suppressant agents may have significantly reduced survivability, the report said. Concerns remain that infrastructure and personnel in Indonesia's aviation industry is not sufficient to deal with strong growth in air travel across the country. 1_215009_1_5.jpg
CiKEAS Sebulan untuk Amrozy
Refleksi: Bagus seklai diberikan waktu satu bulan untuk mengajukan grasi dibandingkan dengan Tibo cs. http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/n3.htm Menkum Setuju Sebulan untuk Amrozy Jakarta (Bali Post) - Menkum dan HAM Andi Mattalata mendukung penetapan Kejaksaan Agung dalam memberikan pembatasan waktu satu bulan bagi Amrozy cs. untuk mengajukan grasi. Hal ini dianggap penting, untuk memberikan kepastian hukum atas hukuman yang dijatuhkan pengadilan terhadap para terpidana mati bom Bali I tersebut. Menurutnya, kalau tidak dibatasi waktu dalam pengajuan pengampunan kepada presiden, dikhawatirkan para pelaku tindak pidana terorisme itu tidak akan dieksekusi. Jika begitu nantinya timbul kesan pemerintah melindungi pelaku terorisme. ''Memang perlu dibatasi jangka waktu pengajuan grasi itu,'' kata Andi Mattalata, Selasa (23/10) kemarin. Penghitungan tenggat waktu tersebut, lanjutnya, sesuai dengan pengumuman yang disampaikan langsung Jaksa Agung Hendarman Supandji. Dengan adanya penetapan itu, dirinya sudah menginstruksikan jajaran LP Batu Nusakambangan untuk memperketat penjagaan serta pengawasan terhadap Amrozy, Imam Samudra dan Ali Gufron. Hal ini merupakan langkah antisipasi terhadap kemungkinan yang bakal terjadi. Pada bagian lain, Andi Mattalata membantah tudingan pihaknya telah mempersulit keluarga para terpidana mati itu untuk bertemu. Sebenarnya yang terjadi adalah pembatasan terhadap pengunjung yang akan bertemu dengan Amrozy cs. Hanya keluarga dekat yang diperbolehkan bertemu. Sedangkan yang bukan keluarga dekat serta tidak memiliki hubungan keluarga, tidak diperkenankan menengok mereka yang berada di blok dalam sel maximum security. Sementara mengenai peminjaman tempat untuk pelaksanaan eksekusi Amrozy cs., Menkum dan HAM belum bisa mengeluarkan keputusan. Pasalnya, masih perlu menunggu permohonan secara resmi yang disampaikan Kejaksaan Agung. Begitu kejaksaan sudah memutuskan eksekusi, barulah dibicarakan tempat, waktu dan sebagainya. Depkum dan kepolisian hanya menunggu, karena wewenang ada di tangan kejaksaan sebagai eksekutornya. Terkait dengan disetujuinya Nusakambangan sebagai lokasi eksekusi berdasarkan surat yang dikeluarkan Menkum dan HAM (saat dijabat) Hamid Awaluddin, Andi Mattalata menilainya tidak benar. Alasannya, saat itu belum ada kepastian hukum atas kasus Amrozy cs. ''Saya tidak mau gegabah. Tunggu sampai ada kepastian hukum dalam kasus itu,'' selorohnya. (
CiKEAS Dilema Calon Independen
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/b28.htm DARI WARUNG GLOBAL Dilema Calon Independen--- Ditunggu Masyarakat, Sulit Raih Suara PEMILIHAN Gubernur Bali akan dijadwalkan secara tentatif pada tanggal 9 Juli 2008, tinggal 9 bulan lagi. Saat ini sudah banyak muncul figur-figur yang menyatakan diri siap untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur Bali periode lima tahun mendatang. Namun di tengah maraknya berbagai sosialisasi dan kharisma yang dimunculkan oleh para calon, aturan dari pemerintah belum jelas apakah para calon ini bisa berjalan sendiri alias perseorangan seperti yang disetujui MK atau melalui jalur partai. Sampai saat ini aturan dimaksud masih digodok DPR dan pemerintah dalam revisi terbatas. Sementara itu KPUD Bali tampaknya sudah mengantisipasi finalisasi persyaratan calon independen yang ditetapkan DPR-RI. Dengan estimasi penduduk sekitar 3,5 juta, Bali kemungkinan besar berada pada kelompok persyaratan 10 - 13 persen dari jumlah pemilih. Jika ini diberlakukan, seorang calon independen di Bali bisa mengajukan diri sebagai calon gubernur setelah mengantongi dukungan 421.988 suara. Namun diprediksi akan sulit meraih dukungan sejumlah itu. Jika merujuk hasil pilkada di tingkat kabupaten/kota, tingkat pengumpulan suara seorang pemenang hanya berkisar 125 ribu suara. Padahal calon independen sekarang sedang ditunggu-tunggu masyarakat karena masyarakat sudah jenuh dengan briuk siyu. Demikian terungkap dalam acara Warung Global yang disiarkan oleh Radio Global 96,5 FM, Selasa (23/10) kemarin. Berikut rangkuman selengkapnya. Ketua KPU Bali, AA. Gede Oka Wisnumurti menjelaskan bahwa sebenarnya munculnya keinginan agar dalam pemilihan kepala daerah calon perorangan bisa mencalonkan diri, berawal dari apa yang terjadi di Aceh. Dimana UU Aceh memungkinkan 3% dari dukungan jumlah penduduk saat itu. UU No. 32 yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pilkada tidak mengatur tentang adanya calon perorangan bagi kepala daerah. Karena mengacu pada keputusan-keputusan MK yang memperbolehkan calon independen kemudian DPR dan pemerintah sedang melakukan pembahasan untuk melakukan revisi terbatas terhadap UU No. 32 sehingga dalam perkembangan yang bisa kita lihat bahwa calon perorangan memungkinkan mengajukan diri. Namun berapa jumlah dukungan yang disampaikan oleh calon ini adalah salah satu bahan yang sedang dirumuskan oleh DPR bersama pemerintah. Alternatif yang disampaikan penduduk sampai 3 juta adalah 15%, di atas 3 juta adalah 11% dan jumlah penduduk di atas 12 juta adalah 3%. Kalau alternatif ini disetujui maka Bali mewajibkan 11% sehingga diperkirakan besaran dukungan 421.988 suara. Bagaimana kepastiannya tentu KPU Bali yang nanti menyelenggarakan pilgub masih dalam posisi tetap menunggu revisi UU dan aturan pelaksana UU hasil revisi tersebut. Dewa Winaya di Tabanan mengharapkan pencalonan ini demokratis. Solusinya, walaupun 400 ribu lebih diharapkan pendukung, asal calon tersebut jeli dan mau secara sederhana menyampaikan di media dan tidak memakai uang. Jujur di Denpasar memprediksi kalau itu yang terjadi maka persaingan akan seimbang. Inilah harapan demokrasi yang seimbang. Sudira di Gianyar mengingatkan, untuk menjadi calon harus mendapat dukungan 421.988, sekarang masyarakat kita di Bali semakin cerdas tentu apakah calon ini masuk melalui partai politik atau perorangan tujuannya sama-sama untuk menjadi gubernur atau meraih kekuasaan. Dengan demikian nanti rakyat tetap sebagai objek atau kendaraan politik untuk mereka merebut kekuasaan. Oleh karena itu, mengingat empuknya jabatan kursi gubernur maka KTP masyarakat harus dihargai. Prianus di Denpasar menilai ada suatu yang tidak beres di Indonesia yakni sistem sepertinya menyumbat suara dari orang-orang yang tidak menginginkan calon-calon dari partai politik. Dengan dibukanya calon perorangan maka orang-orang tersebut bisa bersuara. Berikutnya menjadi hak setiap orang untuk menjadi gubernur, tentu dengan syarat-syarat yang diatur UU. Kalau sudah terpilih maka pertanggungjawabannya kepada masyarakat di daerah tersebut. Juga soal hati nurani, kalau mau harus ada komitmen untuk warga masyarakat. Jero Wijaya di Kintamani mengatakan kepentingan politik menghantui calon perorangan. Kalau ini terjadi maka lama-kelamaan rakyat tidak akan setuju dengan hal itu. Sangging di Kemenuh menambahkan, calon yang masuk melalui partai kelimpungan dan gemetaran karena calon perorangan sekarang sedang ditunggu-tunggu masyarakat. Sesungguhnya masyarakat sudah jenuh, sehingga ada istilah kasepekang banjar dan juga kasepekang partai karena briuk siyu. Kalau perorangan ini muncul di Bali maka calon tidak perlu bergerombol atau ke banjar-banjar karena masyarakat bisa mendengar dan membaca melalui media. Yang terkuat adalah tim.· panca
CiKEAS Meneliti, Mengapa Jadi Aktivitas Asing?
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/o3.htm Meneliti, Mengapa Jadi Aktivitas Asing? Oleh A. Aryantari, S.Pd. DI kalangan praktisi pendidikan khususnya guru, aktivitas meneliti menjadi sebuah aktivitas asing yang keberadaannya bahkan nyaris terlupakan. Ironis memang, ketika wacana sertifikasi mengisyaratkan salah satu penilaian utama terletak pada karya pengembangan profesi berupa aktivitas meneliti, banyak insan pendidik kita kelabakan membuat karya tulis dadakan dan bahkan beberapa di antara mereka memburu pembuat karya tulis untuk membeli karya tulis secara instan. Fenomena ini terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi baik dari luar (eksternal) maupun dari dalam (internal). Faktor luar yang paling mendukung terabaikannya proses meneliti tersebut adalah minimnya fasilitas dan dukungan dari pihak-pihak yang memang berkepentingan dengan dunia pendidikan. Sebelum program sertifikasi berlangsung, perhatian pemerintah hanya fokus pada pergantian kurikulum yang justru semakin membuat para guru terbebani dengan penyesuaian sistem/metode pembelajaran baru sehingga konsentrasi pendidik bertumpu dan berkutat pada pembentukan perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Barulah ketika gaung sertifikasi didengungkan, aktivitas meneliti lebih mendapat perhatian yang urgen dari sebelumnya. Pemerintah pusat mulai mengucurkan dana untuk pengaktifan kembali aktivitas meneliti, dari pihak sekolah pun mulai dibentuk suatu organisasi litbang yang memungkinkkan dan dapat memudahkan para guru dalam penulisan karya ilmiah yang didasari oleh proses meneliti. Para guru hanya bisa berharap program itu tidak hangat-hangat tahi ayam, tetapi dapat terus dilakukan secara berkesinambungan. Sehingga, ketika guru mendapatkan ide dapat segera melakukan prosedur penelitian tanpa harus terhambat faktor biaya dan fasilitas. Dalam proses mendidik, guru mengalami berbagai proses metamorfose yang menjadikan dirinya tidak hanya sebagai alat komponen sekolah (brainware) tetapi bagian dari komunitas sosial suatu masyarakat yang mau tidak mau harus mengadakan suatu interaksi intens dengan lingkungan sosial. Sering waktu dihabiskan oleh guru untuk menjalani berbagai kegiatan kemasyarakatan sehingga waktu untuk aktivitas lain termasuk meneliti menjadi terbengkalai. Sementara yang tidak kalah pentingnya adalah faktor internal guru itu sendiri. Dalam konteks ini, hal penting yang terkadang dilewatkan adalah sikap kurang peka terhadap fenomena sekitar. Para guru terkadang hanya merasa heran dengan suatu peristiwa tanpa mau tahu apa yang menjadi latar belakang serta penyebab mengapa kejadian atau peristiwa itu berlangsung. Dalam proses mendidik, guru juga mengalami proses pendewasaan yang tidak hanya melibatkan logika dan rasio tetapi juga rasa, dalam hal ini rasa empati. Para guru juga telah terbiasa terbuai dan dimanjakan oleh alam karena terkadang inspirasi meneliti itu datang dari kerasnya tempaan alam yang membuat pikiran manusia menjadi kritis untuk menanggapi berbagai persoalan hidup. Terkadang di hadapan guru ada suatu masalah yang menuntut untuk cepat ditanggapi, namun hal itu dikalahkan oleh minimnya rasa ingin tahu atau kurang peka/sensitif terhadap gejala-gejala yang mungkin menjadi suatu sebab berjalannya aktivitas meneliti. Guru sama halnya dengan manusia lainnya, diciptakan memiliki intelektualitas yang sama pula, hanya kadarnya yang berbeda. Bakat alam yang akan lebih menentukan apakah mereka dapat eksis di tengah variasi gelombang kehidupan. Para guru dapat mengukur hal itu mulai dari dirinya sendiri. Bercermin lewat diri tanpa melupakan perasaan insan lain dan alam ini. Besarnya rasa empati terhadap alam juga dapat menimbulkan ide baru dalam meneliti. Misalnya saja, dampak global warming yang semakin menggelitik kita selaku kaum ilmiah untuk mengetahui penyebabnya. Tidak jauh penyebabnya, ternyata kita sendiri, manusia sebagai pengelola alam yang kurang bijaksana. Setelah mengetahui penyebabnya maka kita dapat mengambil beberapa tindakan positif untuk kembali berusaha menetralkan alam. Itulah hakikat riil dari tindakan meneliti. Hasil yang dicapai tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan masyarakat banyak dan lingkungan. Penulis, guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Selat, Karangasem
CiKEAS 85. Titiek Puspa : �Dia punya Magnet!�
= Seri : Membangun Keluarga Indonesia = [EQ] CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL [Naga Legendaris INDONESIA] Oleh : Alberthiene Endah Bermimpilah, sebab harapan akan memberi hidup Berkaryalah, sebab seni akan memberi makna [Naga belajar . . . sampai menutup mata] SUARA SAHABAT 85. Titiek Puspa : Dia punya Magnet! MBAK, ADUH. NANTI SAYA HARUS GIMANA SEORANG PRIA GONDRONG, KEREMPENG, DAN TAMPAK PEMALU BERTANYA PADA SAYA DENGAN WAJAH GROGI. Siang itu, di akhir tahun 70-an di sebuah kampung padat di pinggiran Jakarta, saya dan sejumlah artis beken diundang menyanyi. Tak tanggung-tanggung penyanyi yang datang, terbilang macan panggung mulai dari rock sampai dangdut. Saya yang saat itu lagi hot-hotnya menyanyi lagu Marilah Kemari cukup berhasil menghidupkan massa yang jumlahnya sangat banyak. Pemuda gondrong itu belum mendapat giliran tampil. Saya perhatikan dia. Ya! Saya mengenali dia sebagai Chrisye. Pendatang baru yang sedang naik daun kanena album Badai Pasti Berlalu yang meledak saat itu. Apa yang bikin kamu grogi? tanya saya. Semua jingknak-jingkrakan di panggung. Saya nggak bisa, katanya jujur. Saya tersenyum dan menepuk pundaknya. Be your self cetus saya. Tonjolkan apa yang menjadi kelebihanmu. Nggak usah ikut jingkrak-jingkrakan seperti saya dan lainnya kalau kamu nggak bisa Ia mengangguk-angguk, meski wajahnya ragu. Dan ketika tiba gilirannya manggung, terpanalah saya dan selunuh penonton. Dia hanya berdiri di depan mikrofon. Tapi suaranya . . . dahsyat betul! Massa tersihir! Itu pertama kali saya mengagumi suara Chrisye. Naluri saya saat itu sudah bisa menebak, pria ini akan jadi penyanyi besar. Waktu akhirnya memang membuktikan ia menjadi besar karena suara emasnya. Dan album ke album, Chrisye membuktikan kematangan yang semakin mengagumkan. Dan, yang unik, ia tetap bertahan dengan pembawaan aslinya. Tenang dan cool. Chrisye merupakan fenomena yang sangat menarik di jagat musikal Indonesia. Di saat hampir semua penyanyi menyematkan aksesori untuk menyempurnakan penampilan panggung, misalnya kostum yang heboh, gaya panggung yang gila-gilaan, atau apa pun yang bensifat artifisial, maka tidak demikian dengan Chrisye. Ibaratnya, ia hanya bendiri di depan mike dan menyanyi, panggung sudah dipenuhi roh yang bermagnet. Suaranya yang begitu lembut seperti sutera, benar-benar sepenti bunyi-bunyian surga... Mengenal Chrisye sebagai rekan penyanyi dan sebagai sosok pribadi bagi saya seperti mengenali sebuah jiwa yang utuh. Dalam banyak sisi hidupnya, saya melihat keberadaannya yang sempurna. Sebagai artis, ia tidak pernah membintangkan dirinya sungguhpun dirinya adalah selebriti bercahaya. Sebagai suami dan ayah, Chrisye adalah nakhoda keluarga yang sangat mengayomi. Hal terpenting dalam hidupnya adalah keluarga. Sebagai teman ia adalah sahabat yang sangat down to earth dan apa adanya. Kita tidak akan menemukan diri Chrisye yang berubah-ubah jadi dirinya sendiri, dengan siapa pun, di mana pun. Dan yang mengagumkan, sebagai manusia, Chrisye nampaknya mengerti betul apa tujuan hidup ini. Yakni untuk menjadi semakin baik dan waktu ke waktu. Kita lihat spiritualitas dia makin dalam. Itu yang membuatnya juga menjadi sangat arif. Saya yakin Chrisye akan bangkit kembali. Kepasrahan sekaligus hasrat kuat untuk berkesenian akan kembali menjadi energi baginya. Sebab seni adalah kekuatan dahsyat yang membangkitkan! Chrisye, salam cium, peluk, dan cinta dari saya . . . [bersambung ] ERDcraft INDONESIA Home Care n Safety belt Corporate Action SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3 __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com
CiKEAS [OOT]Hati-hati Gerakan Al-Quran Suci
Source:dicky_cokrohttp://ca.f570.mail.yahoo.com/ym/[EMAIL PROTECTED] Modus Baru NII KW9!! Semakin terdesak, maka semakin banyak akalnya. Mungkin idiom itu cocok dengan kondisi yang sedang terjadi dikalangan mas'ul dan jamaah teritorial NII KW9. Tiga hari yang lalu, saya mendapat sms dari beberapa teman. Mereka mengadu bahwa ada jaringan yang sama sedang mengolah suatu modus untuk membuat daftar perekrutan lewat respon sms. Bunyinya seperti ini, tlg di frwrd, dicari gol darah AB Rh- u/ mbantu Dian Ekonomi 06 UNPAD, kanker otak stadium 4. jika ada tlg hub Ketut 081804167497. fwd please..kritis..tlg frwrd ke semua Awalnya saya anggap sms biasa sebelum ada lima sms yang sama namun dengan nama asal (DIAN) dari kampus yang berbeda. Di sms lain, Dian adalah anak UPN Ekonomi 06, Binus dan FE UI. usut punya usut, ternyata Ketut itu adalah kader NII KW9. Menurut kawan-kawan dari UI, modus ini digunakan untuk merekrut orang-orang yang merespon ke nomor ketut yang bertindak sebagai CP dalam sms tersebut. Luar biasa bukan… Bayangkan kalau determinasi seperti ini digunakan benar-benar untuk berjihad di jalan Allah. Selain modus diatas, gaya baru yang digunakan untuk perekrutan anggota baru dari kalangan SMU maupun mahasiswa baru adalah dengan menyebar questioner dan meminta biodata peserta questioner yang kemudian menjadi bahan utama perekrutan. hanya menunggu hari, para peserta questioner akan dihubungi untuk diikutsertakan dalam survei lanjutan yang akan berkembang menjadi perekrutan. Modus ini sedang berjalan di beberapa kampus di Jakarta, terutama untuk mahasiswa baru. Jaringan yang menggunakan modus ini juga menggunaka buku tahunan SMU-nya untuk mempermudah pergerakannya. Menanggapi respon Mas Aji tentang Al Qur'an suci yang sempat heboh di Bandung beberapa waktu lalu, Saya hanya bisa menyatakan satu hal, mereka dari jaringan yang sama dengan NII KW9. Al Qur'an suci merupakan nama gerakan yang diangkat media, namun secara eksplisit belum ada nama yang muncul dari semua data yang ditemukan dirumah beberapa korban. Dari data yang saya lihat di detik, tidak ada keraguan dalam diri saya bahwa mereka KW9. namun, memang, jaringan yang berkembang bisa dari NII KW9 dari wilayah 7 (Jabar Selatan) atau Thaifah dari Jakarta yang banyak merekrut mahasiswa Bandung. Perlu diketahui bahwa Teritorial yang merekrut menjadi jamaah hanya enam wilayah, yaitu wilayah 1 (Jabar Utara), wilayah 2 (Jawa tengah), wilayah 3 (Jawa Timur), wilayah 7 (Jawa barat Selatan), wilayah 9 (Jakarta Raya) dan wilayah 18 (Malaysia). Selebihnya, kalau ada, hanya thaifah yang berbaiatnya di Jakarta atau di sekitar Ma'had Al Zaytun. Hampir semua Koordinator wilayah yang berasal dari masul Daerah dan Distrik yang ditempatkan di 28 propinsi hanya merekrut calon santri dan menggalang kekuatan simpatisan lewat dewan wali santri. Mereka tidak boleh merekrut orang menjadi NII. Setiap wilayah yang bergerak (terutama yang enam) memiliki modus yang berbeda. Termasuk yang kini muncul dengan nama Al Quran suci. Gerakan ini sebenarnya sudah masuk Jakarta. Bahkan, sudah pernah ditangkap di Universitas Indonesia pada Bulan April olrh keamanan kampus. Dari empat orang yang ditangkap, semuanya adalah mahasiswi UNPAD yang seang merekrut mashsiswi UI. Data yang ada di deti dengan data yang saya temukan di lapangan, sama persis. Justru jaringan ini lebih rapi dan termanage secara tertulis. Dan, nuansa Multi Level Marketing sangat kental sekali. Dalam data-data itu juga muncul nama tsani atau nama kiri, syahid hijrah (tetapi bukan Isa Ilyas atau Malik Ridwan yang digubakan di Jakarta), daftar setoran, tilawah dll. Pendeknya, mereka dari kelompok yang sama dengan NII KW9. Terakhir, tentang modus, terutama menjelang Idul Adha, mereka akan membuat proposal untuk menampung uang qurban. Dari uraiannya, memang ada harga-harga kambing yang menjadi pilihan bagi orang yang akan berkurban. Namun, ada alokasi lain yang digunakan seakan-akan untuk memberikan bea siswa bagi siswa berprestasi. Tahun lalu mereka menggunakan nama Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia, sekertariatnya konon di daerah Depok, tapi semua pake hp jadi sulit dilacak. Target untuk modus ini biasanya orang tua yang anaknya aktif di NII KW9. Perkembangan Terakhir NII KW9 dan Ma'had Al Zaytun If you can't beat them, join them. Itu sepenggal peribahasa dari Barat, yang kini sedang menjadi ancang-ancang NII KW9 dan Ma'had Al Zaytun. Begitu banyak serangan dari mantan teman-temannya sendiri (bukan musuhnya ya, baca: Republik Indonesia)lama-lama bikin gerah Panji Gumilang juga. Perjalanan NII KW9 sejak reformasi di negara ini mengarah ke satu titik yang jelas, kompromistis. Dalam doktrinnya, memang sedang berjuang dan diluar kelompoknya adalah kafir. Bahkan menggunakan hujjah, Nahnu Qaumu Yuharibu bi ma'unatil Musrikin (maaf kalau ada yang salah kata). artinya, kami adalah orang yang berjuang tanpa meminta bantuan dari orang-orang musyrik, dalam hal ini orang RI. Namun, apa lacur, hujjah itu hanya untaian kata tanpa
CiKEAS Bedah Film di sekitar Peristiwa G30S 1965
Bedah Film di sekitar Peristiwa G30S 1965 Senin 12 November 2007, 18.00 WIB, Ruang A-B, GKI-MY Menyemai Terang Dalam Kelam IGP Wiranegara Indonesia Sinopsis: Tragedi Kemanusiaan 1965-1966 menyisakan tidak hanya luka batin, tetapi juga kisah-kisah pergulatan untuk tetap menjadi manusia di bawah penindasan militerisme sebagai ujung tombak Orde Baru. Sketsa-sketsa percik terang orang yang ditahan, dikejar-kejar, dan mereka yang ditinggalkan oleh orang tuanya, suaminya, istrinya karena dipenjarakan atau dibunuh. Seorang penyair mempertanyakan kepada jendral-jendral tentang keabsahan sejarah yang mengandung fitnah. Saksi mata bercerita tentang fitnah Tarian Harum Bunga dan Congkel mata di Lubang Buaya. Lukakah batin seorang anak perempuan yang mencari bapaknya dari tempat tahanan ke tempat lainnya, lantas dipertontonkan dengan penyiksaan tahanan sampai terkencing-kencing? Kisah singkat seorang Ibu yang mengetahui suaminya sudah ditangkap dan ia sendiri termasuk daftar orang yang akan dibunuh, menggelandangkan diri dari satu kota ke kota lainnya agar tetap bisa hidup dan mengurus anaknya, kini telah menjadi manusia baru. Seorang pekerja film dalam rangka menghindarkan diri dari penangkapan terpaksa menjadi gelandangan agar dapat bertahan hidup sampai sekarang ini. Seorang intelektual telah bergulat hidup selama suaminya dipenjarakan dan berhasil eksis. Tampak juga bagaimana seorang petugas Lubang Buaya memberikan indoktrinasi kepada anak-anak kecil. Pengakuan salah seorang anak DN Aidit yang bertemu dengan Letjen Sarwo Edhi Wibowo, juga diungkapkan dalam film ini. Masih banyak kisah-kisah lainnya seperti paparan seorang sejarahwan dan praktisi hukum. Senin 12 November 2007 18.00 WIB Ruang A-B GKI (Gereka Kristen Indonesia) Maulana Yusuf Jl. Maulana Yusuf No. 20 Bandung Pemutaran 2 (dua) buah Film lain yang berhubungan: Perempuan yang Tertuduh Shadow Play Catat di Agenda Anda sekarang! GRATIS 100% Location: Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl. Maulana Yusuf No. 20 Bandung Contact: Tobing - 022-70023060 - 0818217797 Informasi Lengkap: http://rumahkiri.net/index.php?option=com_eventstask=view_detailagid=4year=2007month=10day=23Itemid=1
CiKEAS California fires out of control as more than 500,000 flee
http://www.iht.com/articles/2007/10/24/america/24calif.php California fires out of control as more than 500,000 flee By Jennifer Steinhauer Wednesday, October 24, 2007 LOS ANGELES: Punishing winds and unstable thermal conditions - married with strained firefighting resources - stymied efforts Tuesday to contain a slew of wildfires burning for a third day across Southern California. While firefighters late Tuesday began to get the upper hand on some fires in Los Angeles county, officials in San Diego were left worried that the fires could march toward more populated areas along the Pacific Ocean. As long as the east wind continues to blow, that is the direction things are going, said Roxanne Provaznik, spokeswoman for the California Department of Forestry and Fire Protection. There are a lot of homes on that coastal community, so there is so much potential injury. By Tuesday, more than 400 square miles in seven counties had been consumed by some 16 fires, flames fueled by high desert winds and hot temperatures that remained largely impervious to air attacks, garden hoses, fire retardant or prayers for relief. The authorities said the blazes, raging from the Simi Valley northwest of Los Angeles to the Mexican border, were responsible for two deaths, and possibly five others. At least 25 firefighters and civilians were reported to have suffered burns. By late Tuesday, the fires had consumed well over 1,000 homes and commercial structures, with the authorities reporting that 68,500 homes remained threatened. At least 500,000 people were estimated to have evacuated and thousands more had been ordered to move, making the evacuation effort roughly half the size of that from the New Orleans area after Hurricane Katrina. The authorities said firefighters were overwhelmed as new blazes sparked and existing ones thrashed in new directions, impeding efforts to focus energy and resources. By midday, a new fire began in San Diego County even as fires elsewhere became partially contained. President George W. Bush, responding to entreaties from Governor Arnold Schwarzenegger, declared a state of emergency in California, paving the way for U.S. disaster aid to arrive, and said he would survey the state on Thursday. While Schwarzenegger said during a news conference Tuesday that he was happy with the number of firefighters working the blazes, officials said that they were stretched thin and that a lack of resources was as much a burden as the temperatures and winds. Our resources are low, Provaznik said in a telephone interview from San Diego. Our firefighters are stretched out because of the number of fires around the state. Bush, mindful of the embarrassment his administration suffered after the Gulf Coast disaster two years ago, dispatched officials from the Department of Homeland Security to assess the damage. Federal and local fire teams from Nevada, Oregon and Wyoming joined the fight, and the governor called up 1,500 National Guard members. The governor expanded his request to Bush on Tuesday afternoon, asking him to raise his declaration to major disaster, which would affect how the state is reimbursed later. The governor estimated that $75 million in federal aid would be needed. Swift emergency response efforts, most likely matched by memories of the devastating fires here in 2003, may have contributed to the relatively low death toll. These are big fires, tragic, and the impact of these things will last a long time, said Jodi Traversaro, spokeswoman for the state's Office of Emergency Services. I think Katrina taught us a whole lot. Two fires in Los Angeles County were largely contained Tuesday night. This is a good news story, Lee Baca, the Los Angeles County sheriff, said at a news conference. But the rest of the state was less lucky. San Diego County remained the worst of the burning regions, with at least 1,250 homes and 102 buildings destroyed and half a million people, according to local officials, displaced. The estimates of the number of people displaced, however, varied wildly between state and local officials. A shift in the prevailing winds in the area on Tuesday, from the fierce but predictable Santa Ana winds, to more volatile western ones, also plagued firefighters. But the director of San Diego County's Office of Emergency Services, Ron Lane, said at a news conference Tuesday evening that he thought the corner had been turned and that more favorable weather forecast would allow firefighters to make real headway. The worst is behind us, Lane said. In many areas, firefighters were no match for speeding flames and sought refuge in aluminum fire shelters or retreated in the face of burning hillsides. Strong winds made attacks from the air difficult. We tried to get back in there at about 5 a.m. but we couldn't get through, John Miller, a United States Forest Service spokesman, said, referring to two fires in the town of Lake
CiKEAS When Do Love Come?
When Do Love Come? Since love is original condition (fitrah) of the heart then the love feeling grows together with the function of the heart as a psychological instrument. Some people become adult (falling in love in this case) quickly, but most of them are normal in terms of love feeling, while some others grows lately. In an 8-10 year person, vaguely love feeling to the opposite sex begins to appear although it was often denied. In the first period of puberty (15-17 year), love feeling often emerges and looks for object. A teenager/child in puberty ages who haven't found another person in the opposite sex as his/her love object will get restless from time to time. It doesn't mean, however, that when the teenager finds his love object his/her heart will be restful, since love in the puberty time is like a flaring fire or rolling waves. Puberty love is burning but not established yet, so it is easily broken and changed with another love object. It is beautiful, seducing, but also flaring. It is very rare that pubertal love leads to a marriage. After the first puberty, in age of 21-25, the love feeling emerges usually is an established feeling. It may emerge because of the first sight, or because of daily interactions. Love at the First Sight Love at the first sight is usually triggered by the meeting of certain elements of attraction and certain tastes. The attraction may be coming from the whole figure of someone, or from his deadly glance, his charming smile, his sweet voice, or his very impressing distinctive behaviour. In this case, these distinctive or unique attractions meet a person with distinctive taste. Love can't be scientifically analysed since love isn't part of any science, but it is a part of feeling. It is difficult to explain the sweetness of sugar as much as it is difficult to analyse the thundering of love. One who has felt the sweetness of sugar, although he can't explain it scientifically, but the sweetness of sugar becomes a haqqul yaqin (very strong belief) which can't be broken by any argument saying that sugar isn't sweet. Likewise, one who has felt the sweetness love will not listen to judgements of others that are based on various analyses. Love at the first sight is usually sincere, pure, and not sex- connoted. Meanwhile, attractions of chapped-lips, sleek forehead, hip, breast, calves, and so on usually do not cause love at the first sight, but are merely sexual attractions. Love through Intensive Interaction Love also can grow because of long communications, for example love between two students attending lectures together, two partners at work, two persons coming from a same distant area, two friends with same problems, or even between a master's son and his servant. Two persons previously hating each other after a long interaction may become love each other. Why? Long interaction, mainly interaction among those facing same or similar problems will show the true characters a person, whether the person is understanding, honest, loyal, or not. Daily living for a long time will change cognitive recognition into affective recognition so that if a person is already known as a charming person then comfort, cheerfulness, and tranquillity will felt during together with him/her. On the contrary, feelings of losing and loneliness will emerge if two persons in love with each other have to separate, and if they have to wait any longer, a missing feeling will disturb them. This psychological process cause in their hearts the beauty of feeling and imagine of hopeful future will probably be created in each of them. Love also may emerge between two persons who often write letters, phone, or chat through the Internet with each other although they haven't met with each other since voices and expression of words may penetrate hearts and cause love to grow. Inspiration of Love Love also can grow through inspiration. Inspiration here means an idea suddenly and strongly implanted in the heart. Such an inspiration can be preceded by meetings, by introduction of various ideas through readings, or by dreams. A girl can suddenly fall in love with a leader after seeing him makes a speech, and after it the leader can't disappear from her heart, dominating all of her feelings, at nights he becomes her dreams, at days he becomes her remembrances. There may be a reader who often read a book or novel of a writer. The reader actually had read his books, interested in and admiring his writings. Then at a time her feeling suddenly becomes love, love to the writer, although she hasn't met him. Inspiration also can come from dreams. According to an interpretation of Al Quran, once upon a time Zulaikha, a daughter of a Yemen governor was planned to marry to a princess, but she refused the plan since she had dreamed of marrying a food affairs minister of a Pharaoh kingdom in Egypt. She was so charmed by the figure the Egyptian minister at
CiKEAS EU 'blue card' seeks to attract highly skilled immigrants
http://www.iht.com/articles/2007/10/23/business/card.php EU 'blue card' seeks to attract highly skilled immigrants By Dan Bilefsky Tuesday, October 23, 2007 BRUSSELS: The European Union unveiled a blue card plan Tuesday aimed at attracting highly skilled immigrants like doctors, nurses and engineers to Europe, even as policy makers across the 27-member bloc grappled with the problem of keeping unskilled migrants out. Like the green cards that are issued to foreign workers in the United States, the EU cards would bring workers to the Union. The plan calls for admission of an additional 20 million Asian, African and Latin American workers in the next two decades. EU officials said they hoped the proposal would divert the flow of skilled migrants from developing countries who have been choosing the United States over Europe. A recent Stanford University study estimated that half of the high-tech companies in the U.S. Silicon Valley had at least one foreign-born founding member. To maintain and improve economic growth in the EU, it is essential for Europe to become a magnet for the highly skilled, said Franco Frattini, the EU justice and home affairs commissioner. Qualified and highly qualified migrants prefer the U.S.A., Canada and Australia. He pointed to statistics showing that highly skilled foreign workers accounted for only 0.9 percent of all workers in the Union, compared with 9.9 percent in Australia, 7.3 percent in Canada and 3.5 percent in the United States The European Commission, the EU's executive arm, said skilled migrants were needed to help fill holes in the job market, in particular in the information technology and science sectors, which had suffered a brain drain in recent years. Analysts said Europe had lagged in attracting foreign talent, in part because salaries in fields like information and technology were dwarfed by those paid in the United States. They said, however, that this had been offset by tougher U.S. restrictions on granting special visas to foreigners since the Sept. 11, 2001 terrorist attacks in the United States. The Union's new immigrant-friendly proposal - which needs the approval of member governments to take effect - comes as an anti-immigrant backlash has pervaded domestic debates about immigration in recent months. EU officials said the proposal was likely to face resistance in countries like Germany that are struggling with unemployment and integrating sizable immigrant communities. Member states like Belgium, Britain, Italy and France have programs for companies seeking to employ skilled migrants, but often these are limited to specific fields or involve the transfer of senior executives within multinationals. EU officials warned that the stigmatization of immigrants in Europe threatened to keep even the skilled migrants away. Figures released recently by the European Commission showed that 85 percent of unskilled labor from developing countries had gone to the European Union and only 5 percent to the United States, whereas 55 percent of skilled labor had gone to the United States and only 5 percent to the Union. We have to reverse these figures with a new vision, Frattini said. Ever since tens of thousands of Africans began arriving on Europe's southern shores in rickety boats a few years ago, policy makers have been focused on keeping unskilled workers and illegal immigrants out of the bloc. The resistance to immigration has been further aggravated as Europe has struggled to integrate its large and expanding Muslim community. In Switzerland, the nationalist Swiss People's Party won elections over the weekend after distributing posters showing three white sheep kicking a single black sheep away. In France, President Nicolas Sarkozy has set up a Ministry for Immigration and National Identity and supports legislation requiring immigrants who want to bring families to France to undergo DNA testing. If the blue card project is approved by EU governments, it will grant highly skilled workers a renewable right to work and live anywhere in the bloc, with permanent residency given automatically after five consecutive years. The proposal would also offer candidates a fast-track procedure to get work permits and make it easier for their families to join them. To ease concerns by unions in Europe that the plan might result in an influx of cheap labor, applicants for the blue card would need to show that they were taking up posts that could not be filled by EU workers. To qualify, candidates would also need an EU job contract of at least one year guaranteeing a salary of at least three times the minimum wage in the country concerned plus health insurance. Despite the EU's expansion in 2005, which increased the bloc's population to more than 490 million people, European Commission forecasts showed that the working population would fall in the next few decades and that a third of residents in the 27