CiKEAS Re:IMF Menilai Ekonomi Indonesia 2008 Melemah

2007-10-23 Terurut Topik arief rahman arief rahman
IMF nih manas-manasin saja, ekonomi di indonesia
ketar-ketir. 

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


CiKEAS Jangan Ada Dusta di Antara Kita

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://batampos.co.id/content/view/32760/97/
Sabtu, 20 Oktober 2007 

 Jangan Ada Dusta di Antara Kita
 
  Oleh: Nur Hidayat*


  Soal Pemenuhan Anggaran Pendidikan
  Isu pemenuhan anggaran pendidikan kembali menjadi polemik. Kritik dan 
protes pun mengiringi pengesahan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja 
Negara (RAPBN) 2008 menjadi undang-undang (UU), beberapa waktu lalu. Hampir 
semua fraksi juga memberikan catatan terhadap alokasi anggaran pendidikan dalam 
RAPBN 2008.


  Di luar Senayan, banyak kalangan menilai pemerintah tidak serius 
memajukan sektor pendidikan. Salah satu indikasinya, RAPBN 2008 hanya 
mengalokasikan anggaran pendidikan 12 persen. Selain jauh di bawah amanat 
konstitusi, persentase itu lebih rendah daripada nota keuangan yang disampaikan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 16 Agustus 2007.


  Dalam nota keuangan tersebut, anggaran pendidikan dalam APBN 2008 
direncanakan 12,3 persen. Ironisnya, angka itu berkurang menjadi 12 persen 
dalam RAPBN 2008 yang disahkan beberapa hari menjelang Idul Fitri itu.

  Senjata Pemungkas
  Dalam lima tahun terakhir, pemenuhan anggaran pendidikan menjadi polemik 
yang berkepanjangan. Isu krusial yang diperdebatkan hingga kini adalah 
perhitungan gaji pendidik. Pemerintah cenderung menganggap itu bagian dari 
alokasi anggaran pendidikan. Padahal, masyarakat cenderung berpendapat 
sebaliknya.


  Sebagaimana diketahui, ketika konstitusi mengamanatkan anggaran 
pendidikan minimal 20 persen dari total anggaran pendapatan dan belanja negara/ 
daerah (APBN/D), pemerintah dan pemerhati pendidikan (baca: masyarakat) segera 
berdebat tentang tafsir amanat konstitusi terkait dengan perhitungan gaji 
pendidik.


  Titik kompromi pun diperoleh. Pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 20 
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan, alokasi anggaran 
pendidikan -yang disebut dengan istilah dana pendidikan- tidak termasuk gaji 
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Tapi, penjelasan pasal tersebut 
menyatakan bahwa pemenuhan pendanaan pendidikan dapat dilakukan secara bertahap.
  Sayang, rakyat tidak bisa dibodohi lagi. Fathul Hadie Usman serta 
beberapa warga dari Banyuwangi dan Jember mengajukan judicial review terhadap 
penjelasan pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas kepada Mahkamah Konstitusi (MK). 
Hasilnya, melalui Putusan Nomor 11/PUU-III/2005, MK menyatakan bahwa penjelasan 
pasal 49 ayat (1) tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.


  Itulah putusan pertama MK mengenai tafsir amanat konstitusi tentang 
anggaran pendidikan yang membuka jalan bagi proses judicial review berikutnya. 
Konsekuensi putusan itu adalah pemerintah tidak memiliki cantolan hukum untuk 
menjustifikasi kelambanan -lebih tepatnya kegagalan- memenuhi anggaran 
pendidikan sesuai amanat konstitusi. Sejak itu pula, isu gaji pendidik menjadi 
senjata pemungkas pemerintah untuk menjawab gugatan dan kritik atas kegagalan 
tersebut.


  Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, juga turut menggunakan 
senjata pemungkas tersebut. Menurut dia, gaji guru sebenarnya layak dimasukkan 
sebagai salah satu poin anggaran pendidikan. Apalagi, anggaran pendidikan 
berhubungan dengan kegiatan mencerdaskan bangsa.
  Diakui atau tidak, pernyataan Menkeu telah menegaskan keinginan kuat 
pemerintah untuk memasukkan gaji guru ke dalam perhitungan alokasi anggaran 
pendidikan. Gagasan ini juga sempat dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla 
beberapa waktu sebelumnya. 

  Kemunduran
  Mengalokasikan anggaran pendidikan dalam batas minimal sebesar 20 persen 
dari APBN/APBD di luar gaji pendidik memang cukup berat dan sulit. Apalagi, 
sekitar sepertiga APBN masih tersedot untuk membayar cicilan utang dan berbagai 
subsidi. Tapi, itu tidak berarti bangsa ini harus melangkah mundur. 
  Meski baru wacana, memasukkan gaji pendidik ke dalam perhitungan alokasi 
anggaran pendidikan merupakan langkah mundur. Sebab, alokasi gaji pendidik saja 
sebenarnya telah menyedot lebih dari 20 persen anggaran pendidikan saat ini. 


  Temuan hasil analisis JPIP terhadap APBD kabupaten/ kota di Jawa Timur 
menunjukkan bahwa rerata alokasi gaji pendidik telah mencapai lebih dari 30 
persen dari total APBD. Di daerah dengan cakupan wilayah yang luas, seperti 
Kabupaten Malang, gaji pendidik bahkan telah menyedot hampir separo APBD.
  Lebih dari itu, gagasan tersebut justru semakin menegaskan bahwa sektor 
pendidikan selama ini hanya dijadikan komoditas politik. Mengutip pernyataan 
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita, ketetapan anggaran 
pendidikan minimal 20 persen dari total APBN/APBD bernuansa politik. Saat 
perumusan, kepentingan pragmatis untuk meraih simpati masyarakat cukup dominan 
(Jawa Pos, 21/9/2007).


  Meski tidak menawarkan solusi, pernyataan tersebut merupakan sebuah 
ungkapan jujur pejabat tinggi negara yang patut diapresiasi. Kejujuran semacam 
itulah yang 

CiKEAS Terbukti Masih Mahalnya Biaya Pendidikan

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
GALAMEDIA
23/10/2007 Terbukti Masih Mahalnya Biaya Pendidikan
  Hikmah Pendidikan Sudah Dilupakan
 

SETIABUDHI, (GM).-
Anggaran pendidikan tahun ini sudah naik walaupun belum sebesar 20% seperti 
yang ditentukan oleh undang-undang. Kendati demikian, biaya pendidikan masih 
terasa mahal bagi masyarakat.

Masyarakat masih mempertanyakan mahalnya pendidikan di Indonesia, ungkap 
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), K.H. Hasyim Muzadi kepada 
wartawan pada acara silaturahmi keluarga besar Universitas Pendidikan Indonesia 
(UPI) Bandung di Masjid Al Furqon UPI Bandung, Jln. Dr. Setiabudhi, Senin 
(22/10).

Menurut Hasyim, ada dua hal yang harus diatur agar biaya pendidikan di 
Indonesia bisa murah. Pertama, pemerintah harus seoptimal mungkin membuat 
pendidikan di Indonesia menjadi murah agar bisa diakses oleh seluruh 
masyarakat. Kedua, pemerintah harus berusaha meningkatkan income masyarakat. 
Namun sampai saat ini, saya belum melihat upaya pemerintah ke arah itu, 
ungkapnya.

Sedangkan solusinya, kata Hasyim, anggaran pendidikan harus mampu menekan biaya 
pendidikan. Selain itu, tingkatkan kemampuan penghasilan masyarakat saat ini, 
tambahnya.

Hikmah pendidikan

Dalam tausiahnya di hadapan peserta silaturahmi, Hasyim menyatakan, bangsa 
Indonesia sudah melupakan hikmah pendidikan. Hal ini terbukti dengan masih 
mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat.

Terpuruknya pendidikan saat ini bukan hanya karena kurangnya anggaran 
pendidikan, tetapi juga karena bangsa kita sudah melupakan hikmah pendidikan, 
ujarnya.

Menurutnya, yang membuat dunia pendidikan di negara ini terpuruk adalah orang 
yang mengerti pendidikan. Demikian juga yang merusak tatanan hukum di 
Indonesia, adalah orang yang mengerti tentang hukum. Tidak mungkin orang yang 
tidak mengerti hukum mampu merusak tatanan hukum di Indonesia, ujarnya.

Ia mengatakan, jika hikmah ilmu pendidikan terus dijaga, maka pendidikan di 
Indonesia tidak akan terpuruk seperti sekarang ini. Ia mencontohkan, di 
Malaysia, ilmu pendidikan sudah menjadi hikmah pendidikan.

Makanya, pendidikan di negara tersebut tidak mengalami keterpurukan, bahkan 
pendidikan pun bisa digratiskan, ujarnya.

Salah satu cara untuk mengembalikan hikmah pendidikan di Indonesia, menurut 
Hasyim, dengan mengembalikan hati nurani kembali ke jalan Allah. Karena itu, 
Hasyim meminta civitas akademika UPI Bandung bisa mengembalikan hikmah 
pendidikan Indonesia yang sudah hilang. Caranya, bimbing hati nurani mahasiswa 
UPI dengan berbagai ilmu yang bermanfaat dan menumbuhkan rasa profesionalisme 
sebagai insan pendidikan, ujar Hasyim Muzadi.  (B.81

Re: CiKEAS Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian

2007-10-23 Terurut Topik Kaka Suminta
Salam,

Saya tidak kenal dengan vincen liong dengan kompatiologinya, tetapi setelah
melihat beberapa postinganya saya berpendapat hanya buang-buang waktu
membaca  postinganya, sehingga saya berusaha menghindar dengan keluar dari
beberapa milis yang memiliki member vincent liong.

Tetapi saat ini saya kembali merasa terganggu dengan postinganya di milis
ini. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya akan keluar dari milis ini jika
ternyata postinganya hanya memenuhi memori server email saya.

Wassalam

On 10/8/07, Vincent Liong [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Kompatiologi: Orientasi Metodologi Penelitian

 Penulis : Vincent Liong / Vincent Liong.
 Tempat, Hari  Tanggal : Jakarta, Minggu, 7 Oktober
 2007.

 Ingin bergabung dalam diskusi? Klik aja :)
 http://groups.yahoo.com/group/Komunikasi_Empati/message/2673

 http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/message/22757

 http://groups.yahoo.com/group/psikologi_transformatif/message/32436
 (note: khusus buang stress dengan cacimaki kepada
 siapa saja di [EMAIL PROTECTED]psikologi_transformatif%40yahoogroups.com
 ; tempat mentransformasikan segala stress yang
 membebani diri anda dengan fasilitas untuk boleh
 mencacimaki siapa saja.)

 I* Pendahuluan

 Saya sebagai Vincent Liong merasa sangat terhormat
 dengan sikap pada member di maillist
 [EMAIL PROTECTED]psikologi_transformatif%40yahoogroups.comini. Bayangkan
 saja maillist ini berubah tema dari membahas ilmu
 psikologi menjadi sebuah kesepakatan Kill and Destroy
 Kim Il Sen (Bunuh dan hancurkan Vincent Liong).

 Misalnya Sinaga Harez Posma yang konon punya kedudukan
 di fakultas Psikologi yang rela meluangkan waktu,
 tenaga dan kerugian rusaknya nama baik untuk
 benar-benar mempelajari sejarah seorang Vincent Liong
 secara detail, seperti seorang ilmuan atau mahasiswa
 membikin tesis perlu mempelajari berbagai macam bahan
 berkaitan dengan tesis yang ingin dikerjakan sampai
 hafal benar sumber-sumber daftar pustaka tiap bahan,
 mengenai sejarak Vincent Liong yang panjang dan
 bertele-tele. Butuh usaha yang cukup serius dari
 Sinaga Harez Posma untuk mempelajari Vincent Liong
 sebuah novel bersambung yang terus berjalan.

 Tidak tahu apakah benar yang dikatakan Sinaga Harez
 Posma soal dukungan fakultas dan lembaga resmi
 psikologi berikut oknum-oknum pejabatnya dalam usaha
 untuk merencanakan Kill and Destroy Kim Il Sen,
 dengan segala cara termasuk dengan melanggar Kode Etik
 Psikologi Indonesia dan kode etik secara umum yaitu
 mengenai kegiatan memanipulasi data yang dilakukan
 oleh Sinaga Harez Posma.

 Tidak hanya Sinaga Harez Posma, atau fakultas
 psikologi seperti diceritakan Sinaga Harez Posma yang
 bekerjakeras untuk belajar novel berjalan seorang
 Vincent Liong dan kompatiologi-nya. Di sini juga ada
 Ratih Ibrahim ahli Psikologi Perkembangan yang sering
 nongol di televisi, Ir. Goenardjoadi Goenawan, MM.
 Yang muridnya Aa Gym, dlsb yang tidak bisa disebut
 satu demi satu.

 Perhatian yang anda luapkan untuk Vincent Liong dan
 kompatiologi cukup banyak seperti orang kulaih yang
 mengerjakan disertasi saja, tetapi masalahnya
 perhatian tsb bukanlah hal yang membangun, hanya
 destruktif saja, maka dari itu biasanya Vincent Liong
 akan membiarkan untuk sementara waktu (untuk
 memberikan kesempatan kepada anda-anda ini untuk
 berhenti) hingga pada akhirnya diambil tindakan yang
 tentunya secara serius ditujukan untuk merugikan
 pribadi pelaku.

 Pihak-pihak ini selalu beralasan bahwa Vincent Liong
 harus diperbaiki masalah 'cara', katanya Vincent
 selalu menggunakan negative approach ;nah soal masalah
 cara ini perlu dijelaskan posisi duduk dari Vincent
 Liong dan tentunya harus disadari posisi duduk dari
 masing-masing pelaku yang lain.

 II* Macam-Macam Orientasi Metodologi Penelitian

 Tiap penelitian apapun ditujukan untuk kebaikan atau
 kebergunaan bagi umat manusia, meski demikian ada
 beberapa macam orientasi metode penelitian yang
 diyakini sebagai cara yang cocuk untuk dirinya oleh
 kelompok manusia berbeda dalam mencapai tujuan yang
 sama tsb. Orientasi metodologi penelitian tsb
 diantaranya: (baca II.1 dan II.2)

 II.1* Penelitian Ilmiah

 Metodologi ini adalah jenis metodologi penelitian yang
 digunakan oleh para peneliti berbasis pendidikan resmi
 ala filsafat barat. Penekanannya adalah mencocokan
 asumsi yang sudah ada, yang diperoleh dari literature,
 teori-teori, untuk menilai ke-ilmiahan suatu ilmu atau
 metodologi. Kebanyakan peneliti model ini membutuhkan
 suatu ilmu atau metodologi atau asumsi yang sudah ada
 bentuknya sebelumnya, untuk dinilai dengan cara
 membandingkannya dengan asumsi yang diyakininya.

 Ketertarikan peneliti ilmiah untuk membakukan suatu
 kebenaran ilmiah menyebabkan penelitian ilmiah sering
 tergoda oleh hasrat / ego untuk menggeneralisasi,
 karena eksistensi suatu kebenaran ilmiah ditentukan
 oleh range / jangkauan area dimana kebenaran tsb tetap
 terbukti berlaku. Meskipun di psikologi misalnya,
 bersemboyan understanding individual differences,
 tetapi dalam 

CiKEAS Yuuu…uk ikutan memilih “Repoter KabarIndonesia of the Year 2007”

2007-10-23 Terurut Topik kabarindonesia
Koran Online KabarIndonesia pada saat ini sedang mengadakan kontes 
pemilihan Reporter KabarIndonesia of the Year 2007 oleh sebab itu 
dengan ini kami mengundang anda untuk turut berpartisipasi dalam 
pemilihan  ini.

Tata caranya sangat mudah, lihat saja di www.kabarindonesia.com. Di 
samping itu, di antara para pemberi suara, akan dipilih tiga orang 
secara undian yang akan diberikan hadiah menarik dari KabarIndonesia. 
So, ayooo buruaaannn

Hormat kami
Redaksi KabarIndonesia

Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): [EMAIL PROTECTED]
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com



CiKEAS Young Woman Beats Up Harasser

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.arabnews.com/?page=9section=0article=102745d=23m=10y=2007pix=community.jpgcategory=Features


Tuesday 23 October 2007 (12 Shawwal 1428)

Young Woman Beats Up Harasser
Arab News

 
DAMMAM, 23 October 2007 - The problem of women being harassed in shopping malls 
in Saudi Arabia is common. Most victims of harassment choose to ignore their 
pursuers in the hope that they will eventually grow tired and leave them alone. 
A 20-year-old woman who was out shopping with her mother tried the ignoring 
method after a young teenager began harassing her, the daily Al-Yaum reported 
recently. The young man, who thought she was playing hard to get, continued 
to pursue her and ignore her warnings. Finally the young woman decided she had 
had enough and rolled up the sleeves of her abaya and began to pummel the youth 
with her fists. The shocked teenager lost his balance and fell to the ground. 
The young woman, with the help of her mother, surrounded the youth and 
continued to kick and punch him. Eventually, the young man managed to get up 
and run away. The beating undoubtedly was a lesson to the teen who will think 
twice before harassing a woman again

CiKEAS Jusuf Kalla, Lima Tahun Tanpa Macet

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.antara.co.id/arc/2007/10/23/jusuf-kalla-lima-tahun-tanpa-macet/

23/10/07 10:01

Jusuf Kalla, Lima Tahun Tanpa Macet

Oleh Frislidia

Padang (ANTARA News) - Ada-ada saja keinginan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kali 
ini putra Makasar itu berencana menulis buku berjudul Lima Tahun Tanpa Macet.

Selesai jadi wakil presiden, ya saya akan menulis buku `Lima Tahun Tanpa 
Macet`. Sebab selama lima tahun, ketika di jalan raya saya lancar-lancar saja, 
katanya disambut derai tawa 800 peserta pertemuan Silaturrahmi Saudagar Minang 
(SSM) di Padang, Sabtu (20/10).

Wapres Jusuf Kalla berkisah, pada suatu hari ada stafnya yang terlambat datang 
dengan alasan macet. Namun Jusuf Kalla tidak percaya. 

Dimana ada macet, saya tidak pernah lihat, katanya berkelakar. 

Pertanyaan itu akhirnya dijawab sendiri oleh Jusuf Kalla. Ya jelas saya tidak 
pernah lihat macet, karena saya wakil presiden setiap perjalanan dikawal dan 
dibebaskan dari kemacetan, katanya lagi.

Ia mengatakan, kelancaran diperolehnya bukan hanya pada kesempatan resmi, tapi 
juga saat melakukan perjalanan pribadi.

Itu kan hak prerogratif sebagai wakil presiden, katanya. 

Pengalaman yang sama disampaikan Wapres Jusuf Kalla ketika Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono, menyampaikan bahwa di pinggir-pinggir jalan di Jakarta kini 
tidak ada lagi orang yang meminta sumbangan.

Pak Jusuf di Jakarta tidak ada lagi yang meminta sumbangan di pinggir-pinggir 
jalan, kata Susilo Bambang Yudhoyono satu ketika. Pernyataan itu sempat 
membuat para menteri tertawa sumringah.

Atas sikap para menteri itu, kata Jusuf Kalla, lalu Presiden bertanya mengapa 
mereka semua tertawa.

Ya memang tidak ada lagi peminta sumbangan di pinggir-pinggir jalan di 
Jakarta. Karena Pemerintah Provinsi Jakarta sudah mengatur secara tegas melalui 
perdanya, jelas seorang menteri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 

Mendengar jawaban itu, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla tertawa.


Evaluasi 

Pengalaman menarik dan lucu itu sebenarnya hanya isyarat Wapres Jusuf Kalla 
terhadap peserta SSM tahun 2007 agar terus melakukan evaluasi.

Setiap pengusaha adalah pejuang bangsa dan pemerintah perlu terus mendukung 
keberadaan mereka, katanya.

Setiap usaha dilakukan masyarakat, kata Wapres, pasti pemerintah dapat 
keuntungan dari pajak yang dibayarkan. 

Pajak penting untuk membiayai pembangunan pendidikan, infrastruktur, kesehatan 
dan menekan angka kemiskinan.

Kita berkumpul di Padang atau di Aceh, atau di Banjar, Pekalongan dan 
Sulawesi, tak lain untuk mendukung kelancaran usaha, katanya.

Kenapa orang berusaha, karena adanya dorongan ingin lebih maju. Kendati para 
pengusaha berada dalam kultur berbeda-beda namun semuanya tetap satu.

Tidak ada negara bisa maju tanpa usaha. Itu harus terus dievaluasi, apa 
kemajuan yang sudah kita peroleh. Harus ada nilai tambah dan selalu munculkan 
inovasi, katanya memberi semangat pada peserta SSM 2007.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris menyatakan, saudagar Minang (SM) di ranah 
Minang, di perantauan dalam dan luar negeri perlu mengimplementasikan imbauan 
Wapres Jusuf Kalla yakni memperkokoh, menata, menyusun dan memperkuat kembali 
ketokohan orang Minang sebagai saudagar yang dikenal luas keterampilannya dalam 
berdagang.

Peran SM cukup besar dalam mengembangkan bangsa sehingga keberadaan mereka 
perlu lebih diperkokoh dan kuat, sehingga ia harus sehat, katanya.

Imbauan tersebut, menurut Fahmi Idris, juga disampaikan Wapres pada hari 
sebelumnya terhadap saudagar Bugis dan Aceh.

Usaha yang sehat dan kuat, kata Fahmi, tidak identik dengan besar, tetapi kuat 
dan sehat ditandai dengan kemampuannya mempertahankan dan meningkatkan kualitas 
usahanya dan dapat dipercaya.

Kepercayaan satu modal besar dalam mengembangkan usaha, kata Fahmi.

Pada kesempatan itu, ia mengatakan pertemuan SSM 2007 itu, akan dikembangkan 
oleh generasi muda dari kalangan saudagar muda di Tanah Air.

Yang tua-tua berada di belakang, memberi dukungan semangat dan pemikiran, 
kata Fahmi mengutip imbauan Jusuf Kalla.

Wapres mengatakan modal gampang diperoleh di bank jika usahanya solid. Yang 
terpenting adalah jaringan antar saudagar. Jaringan usaha dibutuhkan agar 
saudagar mampu bersaing dan berkembang.

Juga perlu dibentuk satu forum guna menghimpun berbagai informasi dan 
komunikasi bisnis. Keberadaan forum itu diharapkan mampu mengatasi berbagai 
permasalahan, katanya.

Fahmi memuji ciri orang Minang yang egaliter, satu potensi yang patut 
dikembangkan.

Egaliter orang Minang seperti disampaikan sastrawan A.A Navis, artinya setara 
dengan orang lain.

Kuasai Perdagangan 

Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi mengatakan orang Minang banyak yang memegang 
peran penting pada sektor usaha BUMN, seperti Telkom, maskapai penerbangan 
Garuda, Semen Padang, BEJ, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya. Mereka 
menjabat sebagai komisaris dan direktur.

Itu artinya orang Minang di Indonesia secara individual belum berhenti 
berjuang mempertahankan ketokohan sebagai 

CiKEAS Wapres Sadari Kesenjangan Sosial Bisa Picu Siklus Kekerasan

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.antara.co.id/arc/2007/10/23/wapres-sadari-kesenjangan-sosial-bisa-picu-siklus-kekerasan/

23/10/07 22:30

Wapres Sadari Kesenjangan Sosial Bisa Picu Siklus Kekerasan

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyadari 
kesenjangan sosial yang terlalu besar pada bangsa Indonesia bisa memicu siklus 
kekerasan yang selalu terjadi setiap lima tahun terakhir.

Ketimpangan sosial pada bangsa ini sedemikian besar, ujar Jusuf Kalla saat 
bersilaturahmi dengan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi di kediaman Hasyim di Desa 
Kukusan, Kecamatan Beji, Depok, Selasa sore.

Wapres menggambarkan, setiap hari bangsa ini menyaksikan tayangan apartemen 
mewah dan mall-mall, sementara di saat yang sama banyak masyarakat tinggal di 
pinggir kali atau kolong-kolong jembatan.

Karena itu, menurut Wapres, dulu setiap lima tahun orang-orang selalu 
berperilaku merusak, apakah menghantam etnis China atau sasaran lainnya.

Jadi bangsa ini bisa berbahaya, ujar Wapres seraya menambahkan bahwa 
pemerintah menginginkan agar ancaman demikian tidak sampai terjadi lagi.

Agar ancaman kekerasan dan konflik akibat kesenjangan sosial tidak terjadi, 
Wapres berpendapat, diperlukan satu keseimbangan hidup dan perekonomiannya. 
Salah satu cara mewujudkannya adalah masyarakat harus bekerja dan sejahtera.

Terkait dengan hal itu, Wapres juga mengatakan bahwa komunitas pesantren harus 
lebih banyak lagi memberikan kontribusinya dalam memberdayakan masyarakat 
setempat.

Kalau kita bisa melibatkan kalangan pesantren setelah mereka dibekali 
kemampuan tertentu, itu saya kira akan dahsyat hasilnya, ujar Kalla.

Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum DPP Golkar itu meyakini motivasi yang dibangun 
dari keyakinan beragama akan signifikan hasilnya dan pengalaman di berbagai 
tempat telah membuktikannya.

Kita kan tidak hanya mendakwahkan harus tangan di atas, tapi betul-betul bisa 
melaksanakannya dengan baik, kata Jusuf Kalla.(*)



CiKEAS China identifies Xi Jinping as the next party leader

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://news.independent.co.uk/world/asia/article3087261.ece


China identifies Xi Jinping as the next party leader 
By Clifford Coonan in Beijing 
Published: 23 October 2007 
The men who will next rule China, the world's most heavily-populated country 
and emerging economic powerhouse, strode stiffly in identical dark blue suits 
onto a flower-lined stage.

We know nothing of the decision-making process at a week-long Communist Party 
congress that anointed them as likely successors to President Hu Jintao, and a 
place among the most powerful leaders on earth. Decisions in Beijing in coming 
years will have major repercussions in Britain as the global economy becomes 
more networked.

Their appointment to a new-look Politburo Standing Committee gives a first 
glimpse of China's ruling elite, and valuable clues as to who will hold the 
reins when Hu steps down in 2012.

It was a line-up not unlike a beauty pageant. First following Hu onto the 
podium yesterday were the existing members of the committee - Wu Bangguo, Wen 
Jiabao, Jia Qinglin and Li Changchun. Next up came the new members - Xi 
Jinping, Li Keqiang, He Guoqiang and Zhou Yongkang.

All eyes are on two of the men as they are seen as potential successors for the 
top jobs - Xi Jinping, 54, party secretary from Shanghai, and Li Keqiang, 52, 
party secretary from Liaoning. No women were in the line-up.

Just as in imperial times, these public displays are laden with symbolic value, 
and every gesture is studied for significance.

Mr Hu specified their ages when introducing them, marking them out as the next 
generation.

Mr Xi, one of the princelings - the communist equivalent of bluebloods, 
emerged ahead of Mr Li, suggesting that he may be in line to assume the top 
position of president and party boss. Mr Li could take on the less powerful 
position of premier.

Their incorporation onto the Standing Committee marks the ascendancy of the 
fifth generation of leaders since Chairman Mao Zedong. While the current 
leadership is made up almost exclusively of engineers, the next generation will 
have a more market-friendly aspect - Mr Xi is a doctor of law, while Mr Li is a 
doctor of economics.

While the 17th congress was big on public displays of activity, most activity 
took place behind closed doors. However, the message that emerged was that 
China's rulers plan to provide more of the same and answer growing calls for 
greater accountability and more openness with tweaks to the existing system 
rather than any fundamental changes.

The hammer and sickle loomed large over much of the proceedings and on the 
coverage, and that is unlikely to change much in coming years, even if the 
theoretical focus has switched from Marxist-Leninism to socialism with Chinese 
characteristics, or the pragmatic form of communism espoused by the 73 million 
member party.

Rather than addressing the issue of introducing more democracy and other 
reforms, the party renewed its pledges to crack down on rampant corruption and 
to do more to narrow the widening wealth gap.

The outcome shows that, five years into the job, Mr Hu has the support of his 
colleagues. The fact he has been able to shape the Politburo in his image while 
avoiding any internal wrangles is a credit to his position as peacemaker among 
cadres, juggling the demands of reformers and conservatives alike.

He has shown himself to be an economic reformer but tough in clamping down on 
political dissent.

The Congress did much to get rid of the influence of former leader Jiang Zemin. 
A very public sign was when Vice-President Zeng Qinghong, an ally of Mr Jiang, 
stepped down from the Central Committee.

One middle-aged service industry worker reading the Beijing Youth Daily in 
Ritan Park said he was happy with the congress. I'm very satisfied with 
changes in Chinese society in the last 10 years, particularly when it comes to 
politics. Nowadays people are more focused on the economy rather than 
politics, he said.

The four new members of the Politburo

* ZHOU YONGKANG Zhou Yongkang, 64, is the Minister of Public Security. He is a 
fitness fanatic, as well as a geological engineer like Premier Wen Jiabao. As 
police minister, putting him in the Politburo could be seen as a sign of a 
tougher line on dissent, as he was a tough police chief in Sichuan province. He 
was photographed doing strenuous exercises earlier this year. That was read as 
a sign of intent.

* LI KEQIANG

Li Keqiang, the 52-year-old party head of the rust-belt factory province of 
Liaoning, is a protégé of President Hu Jintao and hails from the immensely 
influential Communist Youth League, Mr Hu's main power base. He studied law at 
the elite Peking University after the Cultural Revolution. He became party 
leader in Henan in 1998, where he earned kudos for dealing with the Aids crisis 
created by tainted blood transfusions. In 2004 he moved to Liaoning where he 
lured firms like Intel and BMW to replace the crumbling 

CiKEAS A 3,000-year-old mystery is finally solved: Tutankhamun died in a hunting accident

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://news.independent.co.uk/world/africa/article3084330.ece


A 3,000-year-old mystery is finally solved: Tutankhamun died in a hunting 
accident 
By Steve Connor, Science Editor 
Published: 22 October 2007 

The mystery behind the sudden death of Tutankhamun, the boy king who ruled 
Egypt more than 3,000 years ago, may have been finally solved by scientists who 
believe that he fell from a fast-moving chariot while out hunting in the desert.

Speculation surrounding Tutankhamun's death has been rife since his tomb was 
broken into in 1922 by archaeologist Howard Carter. X-rays of the mummy taken 
in 1968 indicated a swelling at the base of the skull, suggesting King Tut 
was killed by a blow to the head.

More recent studies using a CT medical scanner, however, revealed he suffered a 
badly broken leg, just above his knee just before he died. That in turn 
probably led to lethal blood poisoning. Now further evidence has come to light 
suggesting that he suffered the fracture while hunting game from a chariot.

The new findings are still circumstantial but one of Egypt's leading experts on 
Tutankhamun will say in a television documentary to be screened this week that 
he believes the case is now solved on how the boy king met his sudden and 
unexpected end.

He was not murdered as many people thought. He had an accident when he was 
hunting in the desert. Falling from a chariot made this fracture in his left 
leg and this really is in my opinion how he died, said Zahi Hawass, general 
secretary of Egypt's Supreme Council of Antiquities.

Until now, many historians had assumed that he was treated as a rather fragile 
child who was cosseted and protected from physical danger. However, Nadia Lokma 
of the Cairo Museum said that a recent analysis of the chariots found in the 
tombs of the pharaohs indicated that they were not merely ceremonial but show 
signs of wear and tear. Hundreds of arrows recovered from the tomb also show 
evidence of having been fired and recovered. These chariots are hunting 
chariots, not war chariots. You can see from the wear on them that they were 
actually used in life, Dr Lokma said.

A cache of clothing found in Tutankhamun's tomb, which was stored in the vaults 
of the Cairo Museum, suggest that he was accustomed to riding these chariots 
himself. They include a specially-adapted corset which would have protected the 
wearer's abdominal organs from any damage from an accident or the heavy 
jostling of a chariot ride.

A final piece of evidence comes from a garland of flowers placed around the 
neck of Tutankhamun's mummy. Botanists found it included cornflowers and 
mayweed that were fresh at the time the decoration was made.

The cornflower and mayweed on the garland around the mummy were in flower in 
March and April, which tells us the time of year he was buried, said Nigel 
Hepper of the Royal Horticultural Society at Kew Gardens.

Because the flowers could have been collected only between the middle of March 
and the end of April, and as the complex process of mummification lasted 70 
days, this meant Tutankhamun probably died in December or January. That timing 
coincided with the middle of the winter hunting season.

The results of the latest research into Tutankhamun, which are to feature in a 
Channel Five documentary tomorrow evening, come just a few weeks before Britain 
hosts the first exhibition of his tomb's artefacts in 35 years at The O2 
centre, formerly the Millennium Dome, in south-east London.

When the first Tutankhamun exhibition in London was held at the British Museum 
in 1972, some 1.5 million people made the pilgrimage to see his fabulous 
solid-gold facemask. This time, however, the mask will remain in Egypt because 
of fears it might not withstand the trip.

The present-day Lord Carnarvon, whose ancestor paid for Howard Carter's 1922 
expedition, said the latest findings indicated that Tutankhamun was an active 
young man who took risks with his life.

I thought he was an over-cosseted child, but I think he was really out there 
in the field and taking part in things towards the end of his short life, Lord 
Carnarvon said. His chariots could have reached considerable speeds, up to 
25mph. If a chariot turns over at that speed, you could easily break your leg 
very seriously.


CiKEAS A message from Fidel to Bush

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.granma.cu/ingles/2007/octubre/lun22/43fidel.html

A message from Fidel to Bush



BUSH is obsessed with Cuba. Yesterday, the news was received that a White House 
spokesman announced the president would present new initiatives for the 
transition period now begun. Another spokesman from the State Department later 
confirmed the statement, reiterating Bush's demanding and threatening tone. 

As affirmed by Ricardo Alarcón, the president of our National Assembly, a 
comrade who is well-informed about Bush's scheming and intentions, after that 
would come the firing squads of the Cuban-American mafia, with permission to 
kill everyone suspected of being a faithful member of the Party, the Youth or 
the mass organizations. 

Mr. Bush: Your genocidal blockade, your support for terrorism, your murderous 
Cuban Adjustment Act, your wet-foot/dry-foot policy, your protection of the 
worst terrorists in this hemisphere, your unjust punishment of the five Cuban 
heroes who exposed the danger posed to U.S. citizens and those of other 
countries of dying in mid-flight, must all end. 

Sovereignty is non-negotiable. 

Likewise, the shameful torture being carried out in the occupied territory of 
Guantánamo must also end. 

We were never intimidated by your threats of preemptive and surprise attacks on 
the 60 or more dark corners of the Earth. The outcome of that has now been seen 
in a single country: Iraq. 

Do not attack others; do not threaten humanity with a nuclear war. The peoples 
will defend themselves, and all would perish in that inferno.

Thank you for your attention.

Fidel Castro Ruz

October 21, 2007


CiKEAS Mr. Zoellick's vision

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/ed20071020a1.html

Saturday, Oct. 20, 2007


EDITORIAL
Mr. Zoellick's vision


I t has been a difficult time for the World Bank. The international development 
organization has been challenged by the maturation of capital markets that 
threaten to supplant its lending function as well as by questions about its 
priorities. 

The turmoil that accompanied former President Paul Wolfowitz's tenure 
compounded the confusion and contributed to a sense of a loss of purpose. 
Earlier this month, though, new President Robert Zoellick provided a vision for 
the World Bank, one that reflects old concerns and new realities. The new 
statement is critical for an organization under siege. Its success depends on 
his ability to get the bank's richest donors to move beyond rhetoric and 
deliver on pledges to help the bank and the world's poorest citizens. 


Taking office a little more than 100 days ago, Mr. Zoellick inherited an 
institution in trouble. It was rocked by the scandal that ensnared Mr. 
Wolfowitz and there was considerable controversy surrounding his attempt to 
fight corruption and elevate governance concerns on the list of World Bank 
priorities. At the same time, the increasing mobility of international capital 
and the ability of many recipient states to tap those markets raised questions 
about the bank's raison d'etre.

In an address designed to provide a vision for the organization, Mr. Zoellick 
last week outlined six priorities for the bank: overcoming poverty and 
promoting growth in the poorest countries; helping failed or failing states; 
offering more sophisticated services to middle-income countries; supporting the 
environment and other global public goods; fostering dynamism in the Arab 
world; and developing a brain trust. At its heart, the new strategy is 
simple: inclusive and sustainable development.

That mantra is expected from World Bank heads, but Mr. Zoellick is no pie in 
the sky optimist. He is a hardheaded realist who understands that 
multilateralism is the only way to help the bottom billion whose lives remain 
largely untouched by globalization. Success in that endeavor means combining 
deliberations with effective results. In practical terms that requires 
increased aid to the world's poorest countries as well as those that are 
growing, since even fast-developing countries like Brazil, China and India 
account for nearly three-quarters of the world's poorest people. 

Doing that requires the world's richest nations to deliver on promises. We 
need the G-8 (eight leading industrialized nations) and other developed 
countries to translate their words from summit declarations into serious 
numbers, said Mr. Zoellick, calling specifically for $39 billion, which the 
World Bank needs for the most disadvantaged on the planet.

To move them to act, Mr. Zoellick wants the World Bank to commit $3.5 billion 
of its own profits from loans to middle income countries and from its private 
investment division to a trust fund that lends to the world's poorest 
countries. That step - a doubling of its commitment - will show that the bank 
is willing to put its money where its mouth is. 

But the World Bank can do more than just shaming the world's richest 
countries into honoring their promises. The World Bank can stake new ground in 
development, expanding the frontiers of thinking about policy and markets, 
pioneering new possibilities, not just recycling the passably proven. It can 
help forge the private and public partnerships that are requisite to success, 
and it should - and will, reports Mr. Zoellick - press to ensure that funds are 
used to help the poor and needy rather than line the pockets of political 
leaders.

Moreover, Mr. Zoellick seeks to focus on international public goods, such as 
infrastructure development, the fight against diseases as well as improved 
access to health care, and environment-related projects, all of which pay huge 
dividends, and not just for the target countries.

Of course, exhortation is not enough. Power in the World Bank, like most 
international institutions, resides in member governments, and the president's 
key assignment is getting the institution's 185 members - most importantly its 
24 board members - to back his vision. That requires political skills. 

Mr. Wolfowitz largely failed in this respect. Mr. Zoellick has traditionally 
worked on behalf of some other principal - most frequently the president of the 
United States - and that is a different type of dynamic.

Now, Mr. Zoellick speaks only for his institution and its constituents; his 
chief assets are logic and the moral force that comes with speaking for the 
international communities' poorest members. We will see whether he is equal to 
the challenge later this month when the World Bank holds its annual meeting

CiKEAS Pilot blamed for Garuda crash

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://english.aljazeera.net/NR/exeres/495777BD-AF62-4AA1-B39C-E657F91B4AF2.htm



 
Pilot blamed for Garuda crash
   
   
 
   
 
  The safety report said the chief pilot's failure 
to heed warnings contributed to the crash [AFP] 

   
  The chief pilot of an Indonesian passenger aircraft which 
crashed in March, killing 21 people, has been blamed in part by the country's 
transport safety committee.

  The commander  of the Garuda Indonesia Boeing 737-400 ignored 
15 warnings and approached the runway at excessive airspeed while descending 
too steeply, the panel's report said.
   

  The aircraft was flown at an excessive airspeed and steep 
flight path angle during the approach and landing, resulting in an unstabilised 
approach, the report said. 

  The aeroplane, which was carrying 140 people, burst into 
flames after skidding off the runway on landing at Yogyakarta airport.
   
   
   
   
  Both pilots survived the crash, which happened less than 
three months after an Adam Air aircraft disappeared with 102 passengers and 
crew on board.

  The European Union banned all 51 Indonesian airlines from its 
airspace after the accidents, citing safety concerns.

  Failings reported

  The safety report said the chief pilot's failure to observe 
safety procedures had been a contributing factor to the crash.

  The pilot in command did not follow company procedures that 
required him to fly a stabilised approach, and he did not abort the landing and 
go around when the approach was not stabilised. 

  The pilot either did not hear, or disregarded the GPWS 
(Ground Proximity Warning System) alerts and warnings and calls from the 
co-pilot to go around, the report said.

  However, the transport safety committee refused to attribute 
the crash to human error or pilot error.

  The pilot is not 100 per cent at fault, there were flaws in 
the system that has led to the accident as well, its report said.

  The committee said Yogyakarta airport had a less than 
effective emergency plan.

  The delay in extinguishing the fire and the lack of 
appropriate fire suppressant agents may have significantly reduced  
survivability, the report said.

  Concerns remain that infrastructure and personnel in 
Indonesia's aviation industry is not sufficient to deal with strong growth in 
air travel across the country. 
   
 
1_215009_1_5.jpg

CiKEAS Sebulan untuk Amrozy

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Bagus seklai diberikan waktu satu bulan untuk mengajukan grasi 
dibandingkan dengan Tibo cs.

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/n3.htm


Menkum Setuju
Sebulan untuk Amrozy


Jakarta (Bali Post) -
Menkum dan HAM Andi Mattalata mendukung penetapan Kejaksaan Agung dalam 
memberikan pembatasan waktu satu bulan bagi Amrozy cs. untuk mengajukan grasi. 
Hal ini dianggap penting, untuk memberikan kepastian hukum atas hukuman yang 
dijatuhkan pengadilan terhadap para terpidana mati bom Bali I tersebut.

Menurutnya, kalau tidak dibatasi waktu dalam pengajuan pengampunan kepada 
presiden, dikhawatirkan para pelaku tindak pidana terorisme itu tidak akan 
dieksekusi. Jika begitu nantinya timbul kesan pemerintah melindungi pelaku 
terorisme. ''Memang perlu dibatasi jangka waktu pengajuan grasi itu,'' kata 
Andi Mattalata, Selasa (23/10) kemarin.

Penghitungan tenggat waktu tersebut, lanjutnya, sesuai dengan pengumuman yang 
disampaikan langsung Jaksa Agung Hendarman Supandji. Dengan adanya penetapan 
itu, dirinya sudah menginstruksikan jajaran LP Batu Nusakambangan untuk 
memperketat penjagaan serta pengawasan terhadap Amrozy, Imam Samudra dan Ali 
Gufron. Hal ini merupakan langkah antisipasi terhadap kemungkinan yang bakal 
terjadi.  

Pada bagian lain, Andi Mattalata membantah tudingan pihaknya telah mempersulit 
keluarga para terpidana mati itu untuk bertemu. Sebenarnya yang terjadi adalah 
pembatasan terhadap pengunjung yang akan bertemu dengan Amrozy cs. Hanya 
keluarga dekat yang diperbolehkan bertemu. Sedangkan yang bukan keluarga dekat 
serta tidak memiliki hubungan keluarga, tidak diperkenankan menengok mereka 
yang berada di blok dalam sel maximum security. 

Sementara mengenai peminjaman tempat untuk pelaksanaan eksekusi Amrozy cs., 
Menkum dan HAM belum bisa mengeluarkan keputusan. Pasalnya, masih perlu 
menunggu permohonan secara resmi yang disampaikan Kejaksaan Agung. Begitu 
kejaksaan sudah memutuskan eksekusi, barulah dibicarakan tempat, waktu dan 
sebagainya. Depkum dan kepolisian hanya menunggu, karena wewenang ada di tangan 
kejaksaan sebagai eksekutornya. 

Terkait dengan disetujuinya Nusakambangan sebagai lokasi eksekusi berdasarkan 
surat yang dikeluarkan Menkum dan HAM (saat dijabat) Hamid Awaluddin, Andi 
Mattalata menilainya tidak benar. Alasannya, saat itu  belum ada kepastian 
hukum atas kasus Amrozy cs. ''Saya tidak mau gegabah. Tunggu sampai ada 
kepastian hukum dalam kasus itu,'' selorohnya. (


CiKEAS Dilema Calon Independen

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/b28.htm


DARI WARUNG GLOBAL
Dilema Calon Independen---
Ditunggu Masyarakat, Sulit Raih Suara 

PEMILIHAN Gubernur Bali akan dijadwalkan secara tentatif pada tanggal 9 Juli 
2008, tinggal 9 bulan lagi. Saat ini sudah banyak muncul figur-figur yang 
menyatakan diri siap untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur Bali periode lima 
tahun mendatang. Namun di tengah maraknya berbagai sosialisasi dan kharisma 
yang dimunculkan oleh para calon, aturan dari pemerintah belum jelas apakah 
para calon ini bisa berjalan sendiri alias perseorangan seperti yang disetujui 
MK atau melalui jalur partai. Sampai saat ini aturan dimaksud masih digodok DPR 
dan pemerintah dalam revisi terbatas. Sementara itu KPUD Bali tampaknya sudah 
mengantisipasi finalisasi persyaratan calon independen yang ditetapkan DPR-RI. 
Dengan estimasi penduduk sekitar 3,5 juta, Bali kemungkinan besar berada pada 
kelompok persyaratan 10 - 13 persen dari jumlah pemilih. Jika ini diberlakukan, 
seorang calon independen di Bali bisa mengajukan diri sebagai calon gubernur 
setelah mengantongi dukungan 421.988 suara. Namun diprediksi akan sulit meraih 
dukungan sejumlah itu. Jika merujuk hasil pilkada di tingkat kabupaten/kota, 
tingkat pengumpulan suara seorang pemenang hanya berkisar 125 ribu suara. 
Padahal calon independen sekarang sedang ditunggu-tunggu masyarakat karena 
masyarakat sudah jenuh dengan briuk siyu. Demikian terungkap dalam acara Warung 
Global yang disiarkan oleh Radio Global 96,5 FM, Selasa (23/10) kemarin. 
Berikut rangkuman selengkapnya.



Ketua KPU Bali, AA. Gede Oka Wisnumurti menjelaskan bahwa sebenarnya munculnya 
keinginan agar dalam pemilihan kepala daerah calon perorangan bisa mencalonkan 
diri, berawal dari apa yang terjadi di Aceh. Dimana UU Aceh memungkinkan 3% 
dari dukungan jumlah penduduk saat itu. UU No. 32 yang menjadi dasar hukum 
penyelenggaraan pilkada tidak mengatur tentang adanya calon perorangan bagi 
kepala daerah. Karena mengacu pada keputusan-keputusan MK yang memperbolehkan 
calon independen kemudian DPR dan pemerintah sedang melakukan pembahasan untuk 
melakukan revisi terbatas terhadap UU No. 32 sehingga dalam perkembangan yang 
bisa kita lihat bahwa calon perorangan memungkinkan mengajukan diri. Namun 
berapa jumlah dukungan yang disampaikan oleh calon ini adalah salah satu bahan 
yang sedang dirumuskan oleh DPR bersama pemerintah. Alternatif yang disampaikan 
penduduk sampai 3 juta adalah 15%, di atas 3 juta adalah 11% dan jumlah 
penduduk di atas 12 juta adalah 3%. Kalau alternatif ini disetujui maka Bali 
mewajibkan 11% sehingga diperkirakan besaran dukungan 421.988 suara. Bagaimana 
kepastiannya tentu KPU Bali yang nanti menyelenggarakan pilgub masih dalam 
posisi tetap menunggu revisi UU dan aturan pelaksana UU hasil revisi tersebut.

Dewa Winaya di Tabanan mengharapkan pencalonan ini demokratis. Solusinya, 
walaupun 400 ribu lebih diharapkan pendukung, asal calon tersebut jeli dan mau 
secara sederhana menyampaikan di media dan tidak memakai uang.

Jujur di Denpasar memprediksi kalau itu yang terjadi maka persaingan akan 
seimbang. Inilah harapan demokrasi yang seimbang. 

Sudira di Gianyar mengingatkan, untuk menjadi calon harus mendapat dukungan 
421.988, sekarang masyarakat kita di Bali semakin cerdas tentu apakah calon ini 
masuk melalui partai politik atau perorangan tujuannya sama-sama untuk menjadi 
gubernur atau meraih kekuasaan. Dengan demikian nanti rakyat tetap sebagai 
objek atau kendaraan politik untuk mereka merebut kekuasaan. Oleh karena itu, 
mengingat empuknya jabatan kursi gubernur maka KTP masyarakat harus dihargai.

Prianus di Denpasar menilai ada suatu yang tidak beres di Indonesia yakni 
sistem sepertinya menyumbat suara dari orang-orang yang tidak menginginkan 
calon-calon dari partai politik. Dengan dibukanya calon perorangan maka 
orang-orang tersebut bisa bersuara. Berikutnya menjadi hak setiap orang untuk 
menjadi gubernur, tentu dengan syarat-syarat yang diatur UU. Kalau sudah 
terpilih maka pertanggungjawabannya kepada masyarakat di daerah tersebut. Juga 
soal hati nurani, kalau mau harus ada komitmen untuk warga masyarakat. 

Jero Wijaya di Kintamani mengatakan kepentingan politik menghantui calon 
perorangan. Kalau ini terjadi maka lama-kelamaan rakyat tidak akan setuju 
dengan hal itu.

Sangging di Kemenuh menambahkan, calon yang masuk melalui partai kelimpungan 
dan gemetaran karena calon perorangan sekarang sedang ditunggu-tunggu 
masyarakat. Sesungguhnya masyarakat sudah jenuh, sehingga ada istilah 
kasepekang banjar dan juga kasepekang partai karena briuk siyu. Kalau 
perorangan ini muncul di Bali maka calon tidak perlu bergerombol atau ke 
banjar-banjar karena masyarakat bisa mendengar dan membaca melalui media. Yang 
terkuat adalah tim.· panca


CiKEAS Meneliti, Mengapa Jadi Aktivitas Asing?

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/24/o3.htm


Meneliti, Mengapa Jadi Aktivitas Asing?
Oleh A. Aryantari, S.Pd. 
DI kalangan praktisi pendidikan khususnya guru, aktivitas meneliti menjadi 
sebuah aktivitas asing yang keberadaannya bahkan nyaris terlupakan. Ironis 
memang, ketika wacana sertifikasi mengisyaratkan salah satu penilaian utama 
terletak pada karya pengembangan profesi berupa aktivitas meneliti, banyak 
insan pendidik kita kelabakan membuat karya tulis dadakan dan bahkan beberapa 
di antara mereka memburu pembuat karya tulis untuk membeli karya tulis secara 
instan. 

Fenomena ini terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi baik dari luar 
(eksternal) maupun dari dalam (internal). Faktor luar yang paling mendukung 
terabaikannya proses meneliti tersebut adalah minimnya fasilitas dan dukungan 
dari pihak-pihak yang memang berkepentingan dengan dunia pendidikan. Sebelum 
program sertifikasi berlangsung, perhatian pemerintah hanya fokus pada 
pergantian kurikulum yang justru semakin membuat para guru terbebani dengan 
penyesuaian sistem/metode pembelajaran baru sehingga konsentrasi pendidik 
bertumpu dan berkutat pada pembentukan perangkat pembelajaran sesuai dengan 
kurikulum yang berlaku. Barulah ketika gaung sertifikasi didengungkan, 
aktivitas meneliti lebih mendapat perhatian yang urgen dari sebelumnya. 
Pemerintah pusat mulai mengucurkan dana untuk pengaktifan kembali aktivitas 
meneliti, dari pihak sekolah pun mulai dibentuk suatu organisasi litbang yang 
memungkinkkan dan dapat memudahkan para guru dalam penulisan karya ilmiah yang 
didasari oleh proses meneliti. Para guru hanya bisa berharap program itu tidak 
hangat-hangat tahi ayam, tetapi dapat terus dilakukan secara berkesinambungan. 
Sehingga, ketika guru mendapatkan ide dapat segera melakukan prosedur 
penelitian tanpa harus terhambat faktor biaya dan fasilitas.

Dalam proses mendidik, guru mengalami berbagai proses metamorfose yang 
menjadikan dirinya tidak hanya sebagai alat komponen sekolah (brainware) tetapi 
bagian dari komunitas sosial suatu masyarakat yang mau tidak mau harus 
mengadakan suatu interaksi intens dengan lingkungan sosial. Sering waktu 
dihabiskan oleh guru untuk menjalani berbagai kegiatan  kemasyarakatan sehingga 
waktu untuk aktivitas lain termasuk meneliti menjadi terbengkalai.

Sementara yang tidak kalah pentingnya adalah faktor internal  guru itu sendiri. 
Dalam konteks ini, hal penting yang terkadang dilewatkan adalah sikap kurang 
peka terhadap fenomena sekitar. Para guru terkadang hanya merasa heran dengan 
suatu peristiwa tanpa mau tahu apa yang menjadi latar belakang serta penyebab 
mengapa kejadian atau peristiwa itu berlangsung. Dalam proses mendidik, guru 
juga mengalami proses pendewasaan yang tidak hanya melibatkan logika dan rasio 
tetapi juga rasa, dalam hal ini rasa empati. Para guru juga telah terbiasa 
terbuai dan dimanjakan oleh alam karena terkadang inspirasi meneliti itu datang 
dari kerasnya tempaan alam yang membuat pikiran manusia menjadi kritis untuk 
menanggapi berbagai persoalan hidup. Terkadang di hadapan guru ada suatu 
masalah yang menuntut untuk cepat ditanggapi, namun hal itu dikalahkan oleh 
minimnya rasa ingin tahu atau kurang peka/sensitif terhadap gejala-gejala yang 
mungkin menjadi suatu sebab berjalannya aktivitas meneliti.

Guru sama halnya dengan manusia lainnya, diciptakan memiliki intelektualitas 
yang sama pula, hanya kadarnya yang berbeda. Bakat alam yang akan lebih 
menentukan apakah mereka dapat eksis di tengah variasi gelombang kehidupan. 
Para guru dapat mengukur hal itu mulai dari dirinya sendiri. Bercermin lewat 
diri tanpa melupakan perasaan insan lain dan alam ini. Besarnya rasa empati 
terhadap alam juga dapat menimbulkan ide baru dalam meneliti. Misalnya saja, 
dampak global warming yang semakin menggelitik kita selaku kaum ilmiah untuk 
mengetahui penyebabnya. Tidak jauh penyebabnya, ternyata kita sendiri, manusia 
sebagai pengelola alam yang kurang bijaksana. Setelah mengetahui penyebabnya 
maka kita dapat mengambil beberapa tindakan positif untuk kembali berusaha 
menetralkan alam. Itulah hakikat riil dari tindakan meneliti. Hasil yang 
dicapai tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan masyarakat 
banyak dan lingkungan.

Penulis, guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Selat, Karangasem


CiKEAS 85. Titiek Puspa : �Dia punya Magnet!�

2007-10-23 Terurut Topik Retno Kintoko
=
  Seri : Membangun Keluarga Indonesia  
  =
  [EQ]
   
   
  CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  [Naga Legendaris INDONESIA]
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
   
  SUARA SAHABAT
   
  85. Titiek Puspa : “Dia punya Magnet!”
   
  MBAK, ADUH. NANTI SAYA HARUS GIMANA” SEORANG PRIA GONDRONG, KEREMPENG, 
DAN TAMPAK PEMALU BERTANYA PADA SAYA DENGAN WAJAH GROGI. Siang itu, di akhir 
tahun 70-an di sebuah kampung padat di pinggiran Jakarta, saya dan sejumlah 
artis beken diundang menyanyi. Tak tanggung-tanggung penyanyi yang datang, 
terbilang macan panggung mulai dari rock sampai dangdut. Saya yang saat itu 
lagi hot-hotnya menyanyi lagu Marilah Kemari cukup berhasil menghidupkan massa 
yang jumlahnya sangat banyak.
   
  Pemuda gondrong itu belum mendapat giliran tampil. Saya perhatikan dia. Ya! 
Saya mengenali dia sebagai Chrisye. Pendatang baru yang sedang naik daun kanena 
album Badai Pasti Berlalu yang meledak saat itu.
   
  Apa yang bikin kamu grogi?” tanya saya.
  “Semua jingknak-jingkrakan di panggung. Saya nggak bisa,” katanya jujur.
   
  Saya tersenyum dan menepuk pundaknya. “Be your self” cetus saya. “Tonjolkan 
apa yang menjadi kelebihanmu. Nggak usah ikut jingkrak-jingkrakan seperti saya 
dan lainnya kalau kamu nggak bisa”
   
  Ia mengangguk-angguk, meski wajahnya ragu. Dan ketika tiba gilirannya 
manggung, terpanalah saya dan selunuh penonton. Dia hanya berdiri di depan 
mikrofon. Tapi suaranya . . . dahsyat betul!  Massa tersihir!
   
  Itu pertama kali saya mengagumi suara Chrisye. Naluri saya saat itu sudah 
bisa menebak, pria ini akan jadi penyanyi besar. Waktu akhirnya memang 
membuktikan ia menjadi besar karena suara emasnya. Dan album ke album, Chrisye 
membuktikan kematangan yang semakin mengagumkan. Dan, yang unik, ia tetap 
bertahan dengan pembawaan aslinya. Tenang dan cool.
   
  Chrisye merupakan fenomena yang sangat menarik di jagat musikal Indonesia. Di 
saat hampir semua penyanyi menyematkan aksesori untuk menyempurnakan penampilan 
panggung, misalnya kostum yang heboh, gaya panggung yang gila-gilaan, atau apa 
pun yang bensifat artifisial, maka tidak demikian dengan Chrisye. Ibaratnya, ia 
hanya bendiri di depan mike dan menyanyi, panggung sudah dipenuhi roh yang 
bermagnet. Suaranya yang begitu lembut seperti sutera, benar-benar sepenti 
bunyi-bunyian surga...
   
  Mengenal Chrisye sebagai rekan penyanyi dan sebagai sosok pribadi bagi saya 
seperti mengenali sebuah jiwa yang utuh. Dalam banyak sisi hidupnya, saya 
melihat keberadaannya yang sempurna. Sebagai artis, ia tidak pernah 
membintangkan dirinya sungguhpun dirinya adalah selebriti bercahaya. Sebagai 
suami dan ayah, Chrisye adalah nakhoda keluarga yang sangat mengayomi. Hal 
terpenting dalam hidupnya adalah keluarga. Sebagai teman ia adalah sahabat yang 
sangat down to earth dan apa adanya. Kita tidak akan menemukan diri Chrisye 
yang berubah-ubah jadi dirinya sendiri, dengan siapa pun, di mana pun.
   
  Dan yang mengagumkan, sebagai manusia, Chrisye nampaknya mengerti betul apa 
tujuan hidup ini. Yakni untuk menjadi semakin baik dan waktu ke waktu. Kita 
lihat spiritualitas dia makin dalam. Itu yang membuatnya juga menjadi sangat 
arif.
   
  Saya yakin Chrisye akan bangkit kembali. Kepasrahan sekaligus hasrat kuat 
untuk berkesenian akan kembali menjadi energi baginya. Sebab seni adalah 
kekuatan dahsyat yang membangkitkan!
   
  Chrisye, salam cium, peluk, dan cinta dari saya . . .
   
   
  [bersambung  ]
   
   
  ERDcraft INDONESIA  
  Home Care n Safety belt
  Corporate Action
   



  SONETA INDONESIA www.soneta.org

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

CiKEAS [OOT]Hati-hati Gerakan Al-Quran Suci

2007-10-23 Terurut Topik vitri dianawati
Source:dicky_cokrohttp://ca.f570.mail.yahoo.com/ym/[EMAIL PROTECTED]
Modus Baru NII KW9!!
Semakin terdesak, maka semakin banyak akalnya. Mungkin idiom itu cocok
dengan kondisi yang sedang terjadi dikalangan mas'ul dan jamaah teritorial
NII KW9. Tiga hari yang lalu, saya mendapat sms dari beberapa teman. Mereka
mengadu bahwa ada jaringan yang sama sedang mengolah suatu modus untuk
membuat daftar perekrutan lewat respon sms. Bunyinya seperti ini, tlg di
frwrd, dicari gol darah AB Rh- u/ mbantu Dian Ekonomi 06 UNPAD, kanker otak
stadium 4. jika ada tlg hub Ketut 081804167497. fwd please..kritis..tlg
frwrd ke semua

Awalnya saya anggap sms biasa sebelum ada lima sms yang sama namun dengan
nama asal (DIAN) dari kampus yang berbeda. Di sms lain, Dian adalah anak UPN
Ekonomi 06, Binus dan FE UI. usut punya usut, ternyata Ketut itu adalah
kader NII KW9. Menurut kawan-kawan dari UI, modus ini digunakan untuk
merekrut orang-orang yang merespon ke nomor ketut yang bertindak sebagai CP
dalam sms tersebut. Luar biasa bukan… Bayangkan kalau determinasi seperti
ini digunakan benar-benar untuk berjihad di jalan Allah.

Selain modus diatas, gaya baru yang digunakan untuk perekrutan anggota baru
dari kalangan SMU maupun mahasiswa baru adalah dengan menyebar questioner
dan meminta biodata peserta questioner yang kemudian menjadi bahan utama
perekrutan. hanya menunggu hari, para peserta questioner akan dihubungi
untuk diikutsertakan dalam survei lanjutan yang akan berkembang menjadi
perekrutan. Modus ini sedang berjalan di beberapa kampus di Jakarta,
terutama untuk mahasiswa baru. Jaringan yang menggunakan modus ini juga
menggunaka buku tahunan SMU-nya untuk mempermudah pergerakannya.

Menanggapi respon Mas Aji tentang Al Qur'an suci yang sempat heboh di
Bandung beberapa waktu lalu, Saya hanya bisa menyatakan satu hal, mereka
dari jaringan yang sama dengan NII KW9. Al Qur'an suci merupakan nama
gerakan yang diangkat media, namun secara eksplisit belum ada nama yang
muncul dari semua data yang ditemukan dirumah beberapa korban. Dari data
yang saya lihat di detik, tidak ada keraguan dalam diri saya bahwa mereka
KW9. namun, memang, jaringan yang berkembang bisa dari NII KW9 dari wilayah
7 (Jabar Selatan) atau Thaifah dari Jakarta yang banyak merekrut mahasiswa
Bandung. Perlu diketahui bahwa Teritorial yang merekrut menjadi jamaah hanya
enam wilayah, yaitu wilayah 1 (Jabar Utara), wilayah 2 (Jawa tengah),
wilayah 3 (Jawa Timur), wilayah 7 (Jawa barat Selatan), wilayah 9 (Jakarta
Raya) dan wilayah 18 (Malaysia). Selebihnya, kalau ada, hanya thaifah yang
berbaiatnya di Jakarta atau di sekitar Ma'had Al Zaytun. Hampir semua
Koordinator wilayah yang berasal dari masul Daerah dan Distrik yang
ditempatkan di 28 propinsi hanya merekrut calon santri dan menggalang
kekuatan simpatisan lewat dewan wali santri. Mereka tidak boleh merekrut
orang menjadi NII.

Setiap wilayah yang bergerak (terutama yang enam) memiliki modus yang
berbeda. Termasuk yang kini muncul dengan nama Al Quran suci. Gerakan ini
sebenarnya sudah masuk Jakarta. Bahkan, sudah pernah ditangkap di
Universitas Indonesia pada Bulan April olrh keamanan kampus. Dari empat
orang yang ditangkap, semuanya adalah mahasiswi UNPAD yang seang merekrut
mashsiswi UI. Data yang ada di deti dengan data yang saya temukan di
lapangan, sama persis. Justru jaringan ini lebih rapi dan termanage secara
tertulis. Dan, nuansa Multi Level Marketing sangat kental sekali. Dalam
data-data itu juga muncul nama tsani atau nama kiri, syahid hijrah (tetapi
bukan Isa Ilyas atau Malik Ridwan yang digubakan di Jakarta), daftar
setoran, tilawah dll. Pendeknya, mereka dari kelompok yang sama dengan NII
KW9.

Terakhir, tentang modus, terutama menjelang Idul Adha, mereka akan membuat
proposal untuk menampung uang qurban. Dari uraiannya, memang ada harga-harga
kambing yang menjadi pilihan bagi orang yang akan berkurban. Namun, ada
alokasi lain yang digunakan seakan-akan untuk memberikan bea siswa bagi
siswa berprestasi. Tahun lalu mereka menggunakan nama Ikatan Sarjana
Muslimin Indonesia, sekertariatnya konon di daerah Depok, tapi semua pake hp
jadi sulit dilacak. Target untuk modus ini biasanya orang tua yang anaknya
aktif di NII KW9.

Perkembangan Terakhir NII KW9 dan Ma'had Al Zaytun
If you can't beat them, join them. Itu sepenggal peribahasa dari Barat, yang
kini sedang menjadi ancang-ancang NII KW9 dan Ma'had Al Zaytun. Begitu
banyak serangan dari mantan teman-temannya sendiri (bukan musuhnya ya, baca:
Republik Indonesia)lama-lama bikin gerah Panji Gumilang juga. Perjalanan NII
KW9 sejak reformasi di negara ini mengarah ke satu titik yang jelas,
kompromistis.

Dalam doktrinnya, memang sedang berjuang dan diluar kelompoknya adalah
kafir. Bahkan menggunakan hujjah, Nahnu Qaumu Yuharibu bi ma'unatil Musrikin
(maaf kalau ada yang salah kata). artinya, kami adalah orang yang berjuang
tanpa meminta bantuan dari orang-orang musyrik, dalam hal ini orang RI.
Namun, apa lacur, hujjah itu hanya untaian kata tanpa 

CiKEAS Bedah Film di sekitar Peristiwa G30S 1965

2007-10-23 Terurut Topik Rumah Kiri
Bedah Film di sekitar Peristiwa G30S 1965

Senin 12 November 2007, 18.00 WIB, Ruang A-B, GKI-MY

Menyemai Terang Dalam Kelam
IGP Wiranegara
Indonesia


Sinopsis:

Tragedi Kemanusiaan 1965-1966 menyisakan tidak hanya luka batin,
tetapi juga kisah-kisah pergulatan untuk tetap menjadi manusia di
bawah penindasan militerisme sebagai ujung tombak Orde Baru.
Sketsa-sketsa percik terang orang yang ditahan, dikejar-kejar, dan
mereka yang ditinggalkan oleh orang tuanya, suaminya, istrinya karena
dipenjarakan atau dibunuh.

Seorang penyair mempertanyakan kepada jendral-jendral tentang
keabsahan sejarah yang mengandung fitnah. Saksi mata bercerita tentang
fitnah Tarian Harum Bunga dan Congkel mata di Lubang Buaya. Lukakah
batin seorang anak perempuan yang mencari bapaknya dari tempat tahanan
ke tempat lainnya, lantas dipertontonkan dengan penyiksaan tahanan
sampai terkencing-kencing?

Kisah singkat seorang Ibu yang mengetahui suaminya sudah ditangkap dan
ia sendiri termasuk daftar orang yang akan dibunuh, menggelandangkan
diri dari satu kota ke kota lainnya agar tetap bisa hidup dan mengurus
anaknya, kini telah menjadi manusia baru. Seorang pekerja film dalam
rangka menghindarkan diri dari penangkapan terpaksa menjadi
gelandangan agar dapat bertahan hidup sampai sekarang ini.

Seorang intelektual telah bergulat hidup selama suaminya dipenjarakan
dan berhasil eksis. Tampak juga bagaimana seorang petugas Lubang Buaya
memberikan indoktrinasi kepada anak-anak kecil. Pengakuan salah
seorang anak DN Aidit yang bertemu dengan Letjen Sarwo Edhi Wibowo,
juga diungkapkan dalam film ini.

Masih banyak kisah-kisah lainnya seperti paparan seorang sejarahwan
dan praktisi hukum.

Senin 12 November 2007
18.00 WIB
Ruang A-B
GKI (Gereka Kristen Indonesia) Maulana Yusuf
Jl. Maulana Yusuf No. 20 Bandung

Pemutaran 2 (dua) buah Film lain yang berhubungan:
Perempuan yang Tertuduh
Shadow Play

Catat di Agenda Anda sekarang!
GRATIS 100%
Location: Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl. Maulana Yusuf No. 20 Bandung
Contact: Tobing - 022-70023060 - 0818217797

Informasi Lengkap:
http://rumahkiri.net/index.php?option=com_eventstask=view_detailagid=4year=2007month=10day=23Itemid=1



CiKEAS California fires out of control as more than 500,000 flee

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2007/10/24/america/24calif.php

 


California fires out of control as more than 500,000 flee 
By Jennifer Steinhauer

Wednesday, October 24, 2007 
LOS ANGELES: Punishing winds and unstable thermal conditions - married with 
strained firefighting resources - stymied efforts Tuesday to contain a slew of 
wildfires burning for a third day across Southern California.

While firefighters late Tuesday began to get the upper hand on some fires in 
Los Angeles county, officials in San Diego were left worried that the fires 
could march toward more populated areas along the Pacific Ocean.

As long as the east wind continues to blow, that is the direction things are 
going, said Roxanne Provaznik, spokeswoman for the California Department of 
Forestry and Fire Protection. There are a lot of homes on that coastal 
community, so there is so much potential injury.

By Tuesday, more than 400 square miles in seven counties had been consumed by 
some 16 fires, flames fueled by high desert winds and hot temperatures that 
remained largely impervious to air attacks, garden hoses, fire retardant or 
prayers for relief.

The authorities said the blazes, raging from the Simi Valley northwest of Los 
Angeles to the Mexican border, were responsible for two deaths, and possibly 
five others. At least 25 firefighters and civilians were reported to have 
suffered burns.

By late Tuesday, the fires had consumed well over 1,000 homes and commercial 
structures, with the authorities reporting that 68,500 homes remained 
threatened. At least 500,000 people were estimated to have evacuated and 
thousands more had been ordered to move, making the evacuation effort roughly 
half the size of that from the New Orleans area after Hurricane Katrina. The 
authorities said firefighters were overwhelmed as new blazes sparked and 
existing ones thrashed in new directions, impeding efforts to focus energy and 
resources. By midday, a new fire began in San Diego County even as fires 
elsewhere became partially contained.

President George W. Bush, responding to entreaties from Governor Arnold 
Schwarzenegger, declared a state of emergency in California, paving the way for 
U.S. disaster aid to arrive, and said he would survey the state on Thursday.

While Schwarzenegger said during a news conference Tuesday that he was happy 
with the number of firefighters working the blazes, officials said that they 
were stretched thin and that a lack of resources was as much a burden as the 
temperatures and winds.

Our resources are low, Provaznik said in a telephone interview from San 
Diego. Our firefighters are stretched out because of the number of fires 
around the state.

Bush, mindful of the embarrassment his administration suffered after the Gulf 
Coast disaster two years ago, dispatched officials from the Department of 
Homeland Security to assess the damage. Federal and local fire teams from 
Nevada, Oregon and Wyoming joined the fight, and the governor called up 1,500 
National Guard members.

The governor expanded his request to Bush on Tuesday afternoon, asking him to 
raise his declaration to major disaster, which would affect how the state is 
reimbursed later. The governor estimated that $75 million in federal aid would 
be needed.

Swift emergency response efforts, most likely matched by memories of the 
devastating fires here in 2003, may have contributed to the relatively low 
death toll.

These are big fires, tragic, and the impact of these things will last a long 
time, said Jodi Traversaro, spokeswoman for the state's Office of Emergency 
Services. I think Katrina taught us a whole lot.

Two fires in Los Angeles County were largely contained Tuesday night. This is 
a good news story, Lee Baca, the Los Angeles County sheriff, said at a news 
conference. But the rest of the state was less lucky.

San Diego County remained the worst of the burning regions, with at least 1,250 
homes and 102 buildings destroyed and half a million people, according to local 
officials, displaced. The estimates of the number of people displaced, however, 
varied wildly between state and local officials.

A shift in the prevailing winds in the area on Tuesday, from the fierce but 
predictable Santa Ana winds, to more volatile western ones, also plagued 
firefighters.

But the director of San Diego County's Office of Emergency Services, Ron Lane, 
said at a news conference Tuesday evening that he thought the corner had been 
turned and that more favorable weather forecast would allow firefighters to 
make real headway. The worst is behind us, Lane said.

In many areas, firefighters were no match for speeding flames and sought refuge 
in aluminum fire shelters or retreated in the face of burning hillsides. Strong 
winds made attacks from the air difficult.

We tried to get back in there at about 5 a.m. but we couldn't get through, 
John Miller, a United States Forest Service spokesman, said, referring to two 
fires in the town of Lake 

CiKEAS When Do Love Come?

2007-10-23 Terurut Topik achmad.mubarok
When Do Love Come? 

Since love is original condition (fitrah) of the heart then the love 
feeling grows together with the function of the heart as a 
psychological instrument. Some people become adult (falling in love 
in this case) quickly, but most of them are normal in terms of love 
feeling, while some others grows lately. In an 8-10 year person, 
vaguely love feeling to the opposite sex begins to appear although 
it was often denied. In the first period of puberty (15-17 year), 
love feeling often emerges and looks for object. A teenager/child in 
puberty ages who haven't found another person in the opposite sex as 
his/her love object will get restless from time to time. It doesn't 
mean, however, that when the teenager finds his love object his/her 
heart will be restful, since love in the puberty time is like a 
flaring fire or rolling waves. Puberty love is burning but not 
established yet, so it is easily broken and changed with another 
love object. It is beautiful, seducing, but also flaring. It is very 
rare that pubertal love leads to a marriage.

After the first puberty, in age of 21-25, the love feeling emerges 
usually is an established feeling. It may emerge because of the 
first sight, or because of daily interactions.

Love at the First Sight
Love at the first sight is usually triggered by the meeting of 
certain elements of attraction and certain tastes. The attraction 
may be coming from the whole figure of someone, or from his deadly 
glance, his charming smile, his sweet voice, or his very impressing 
distinctive behaviour. In this case, these distinctive or unique 
attractions meet a person with distinctive taste. Love can't be 
scientifically analysed since love isn't part of any science, but it 
is a part of feeling.
It is difficult to explain the sweetness of sugar as much as it is 
difficult to analyse the thundering of love. One who has felt the 
sweetness of sugar, although he can't explain it scientifically, but 
the sweetness of sugar becomes a haqqul yaqin (very strong belief) 
which can't be broken by any argument saying that sugar isn't sweet. 
Likewise, one who has felt the sweetness love will not listen to 
judgements of others that are based on various analyses.

Love at the first sight is usually sincere, pure, and not sex-
connoted. Meanwhile, attractions of chapped-lips, sleek forehead, 
hip, breast, calves, and so on usually do not cause love at the 
first sight, but are merely sexual attractions.

Love through Intensive Interaction
Love also can grow because of long communications, for example love 
between two students attending lectures together, two partners at 
work, two persons coming from a same distant area, two friends with 
same problems, or even between a master's son and his servant. Two 
persons previously hating each other after a long interaction may 
become love each other. Why? Long interaction, mainly interaction 
among those facing same or similar problems will show the true 
characters a person, whether the person is understanding, honest, 
loyal, or not. Daily living for a long time will change cognitive 
recognition into affective recognition so that if a person is 
already known as a charming person then comfort, cheerfulness, and 
tranquillity will felt during together with him/her. On the 
contrary, feelings of losing and loneliness will emerge if two 
persons in love with each other have to separate, and if they have 
to wait any longer, a missing feeling will disturb them. This 
psychological process cause in their hearts the beauty of feeling 
and imagine of hopeful future will probably be created in each of 
them. Love also may emerge between two persons who often write 
letters, phone, or chat through the Internet with each other 
although they haven't met with each other since voices and 
expression of words may penetrate hearts and cause love to grow.

Inspiration of Love
Love also can grow through inspiration. Inspiration here means an 
idea suddenly and strongly implanted in the heart. Such an 
inspiration can be preceded by meetings, by introduction of various 
ideas through readings, or by dreams. A girl can suddenly fall in 
love with a leader after seeing him makes a speech, and after it the 
leader can't disappear from her heart, dominating all of her 
feelings, at nights he becomes her dreams, at days he becomes her 
remembrances. There may be a reader who often read a book or novel 
of a writer. The reader actually had read his books, interested in 
and admiring his writings. Then at a time her feeling suddenly 
becomes love, love to the writer, although she hasn't met him.

Inspiration also can come from dreams. According to an 
interpretation of Al Quran, once upon a time Zulaikha, a daughter of 
a Yemen governor was planned to marry to a princess, but she refused 
the plan since she had dreamed of marrying a food affairs minister 
of a Pharaoh kingdom in Egypt. She was so charmed by the figure the 
Egyptian minister at 

CiKEAS EU 'blue card' seeks to attract highly skilled immigrants

2007-10-23 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2007/10/23/business/card.php


EU 'blue card' seeks to attract highly skilled immigrants 
By Dan Bilefsky

Tuesday, October 23, 2007 

BRUSSELS: The European Union unveiled a blue card plan Tuesday aimed at 
attracting highly skilled immigrants like doctors, nurses and engineers to 
Europe, even as policy makers across the 27-member bloc grappled with the 
problem of keeping unskilled migrants out.

Like the green cards that are issued to foreign workers in the United States, 
the EU cards would bring workers to the Union. The plan calls for admission of 
an additional 20 million Asian, African and Latin American workers in the next 
two decades. EU officials said they hoped the proposal would divert the flow of 
skilled migrants from developing countries who have been choosing the United 
States over Europe.

A recent Stanford University study estimated that half of the high-tech 
companies in the U.S. Silicon Valley had at least one foreign-born founding 
member.

To maintain and improve economic growth in the EU, it is essential for Europe 
to become a magnet for the highly skilled, said Franco Frattini, the EU 
justice and home affairs commissioner. Qualified and highly qualified migrants 
prefer the U.S.A., Canada and Australia.

He pointed to statistics showing that highly skilled foreign workers accounted 
for only 0.9 percent of all workers in the Union, compared with 9.9 percent in 
Australia, 7.3 percent in Canada and 3.5 percent in the United States

The European Commission, the EU's executive arm, said skilled migrants were 
needed to help fill holes in the job market, in particular in the information 
technology and science sectors, which had suffered a brain drain in recent 
years.

Analysts said Europe had lagged in attracting foreign talent, in part because 
salaries in fields like information and technology were dwarfed by those paid 
in the United States. They said, however, that this had been offset by tougher 
U.S. restrictions on granting special visas to foreigners since the Sept. 11, 
2001 terrorist attacks in the United States.

The Union's new immigrant-friendly proposal - which needs the approval of 
member governments to take effect - comes as an anti-immigrant backlash has 
pervaded domestic debates about immigration in recent months. EU officials said 
the proposal was likely to face resistance in countries like Germany that are 
struggling with unemployment and integrating sizable immigrant communities.

Member states like Belgium, Britain, Italy and France have programs for 
companies seeking to employ skilled migrants, but often these are limited to 
specific fields or involve the transfer of senior executives within 
multinationals.

EU officials warned that the stigmatization of immigrants in Europe threatened 
to keep even the skilled migrants away. Figures released recently by the 
European Commission showed that 85 percent of unskilled labor from developing 
countries had gone to the European Union and only 5 percent to the United 
States, whereas 55 percent of skilled labor had gone to the United States and 
only 5 percent to the Union. We have to reverse these figures with a new 
vision, Frattini said.

Ever since tens of thousands of Africans began arriving on Europe's southern 
shores in rickety boats a few years ago, policy makers have been focused on 
keeping unskilled workers and illegal immigrants out of the bloc. The 
resistance to immigration has been further aggravated as Europe has struggled 
to integrate its large and expanding Muslim community.

In Switzerland, the nationalist Swiss People's Party won elections over the 
weekend after distributing posters showing three white sheep kicking a single 
black sheep away. In France, President Nicolas Sarkozy has set up a Ministry 
for Immigration and National Identity and supports legislation requiring 
immigrants who want to bring families to France to undergo DNA testing.

If the blue card project is approved by EU governments, it will grant highly 
skilled workers a renewable right to work and live anywhere in the bloc, with 
permanent residency given automatically after five consecutive years. The 
proposal would also offer candidates a fast-track procedure to get work permits 
and make it easier for their families to join them.

To ease concerns by unions in Europe that the plan might result in an influx of 
cheap labor, applicants for the blue card would need to show that they were 
taking up posts that could not be filled by EU workers. To qualify, candidates 
would also need an EU job contract of at least one year guaranteeing a salary 
of at least three times the minimum wage in the country concerned plus health 
insurance.

Despite the EU's expansion in 2005, which increased the bloc's population to 
more than 490 million people, European Commission forecasts showed that the 
working population would fall in the next few decades and that a third of 
residents in the 27