CiKEAS Giving Voice to Papua's Aspirations
Subject: ST by McBeth: Giving Voice to Papua's Aspirations Received from Joyo Indonesia News The Straits Times (Singapore) Friday, December 14, 2007 Giving Voice to Aspirations by John McBeth, Senior Writer IN BALI - AMERICAN-SAMOAN congressman Eni Faleomavaega is built like a rugby prop, with a taste for ice cream, and has a sunny South Pacific disposition and a broad smile to match. But the chairman of the US House foreign relations subcommittee for Asia-Pacific and the global environment lost some of that smile after a recent pioneering visit to Papua - a three-day trip that did not meet his expectations and almost turned into a disaster. While he may be a non-voting member of Congress, Mr Faleomavaega, until recently, had been a vocal and long-standing supporter of Papua independence. Indonesian officials are well aware of that, particularly President Susilo Bambang Yudhoyono, who personally signed off on the congressman's visit last month after he had been denied entry to Papua last July. Yet the Papua province's capital of Jayapura was cut from his agenda, he failed to meet many ordinary Papuans and, during the course of a whirlwind stop in Manokwari, the capital of West Papua, protesters pursued him to the airport and nearly swamped his plane. Later in Bali, where he was attending the United Nations climate change conference, he did not disguise his unhappiness. 'To tell you frankly, while I appreciated the visit, there was no opening,' he told The Straits Times. 'Since I did not go to Jayapura, as far as I'm concerned I have not visited Papua.' Mr Faleomavaega softened his stand on independence after his much-publicised July meeting with Dr Yudhoyono, during which the President outlined his plans to develop the province and urged him to give the 2001 Special Autonomy Law a chance. He was barred from Papua then because of security concerns linked to the Papua Traditional Council, which was holding its second congress. The authorities apparently feared his visit would give independence activists an ideal stage to press their demands for self-determination. While he got the green light this time, he was only permitted to meet Papua Governor Barnabas Suebu on the island of Biak, off Papua's northern coast. The two-hour session, he complained, was all too short. Hundreds of people waiting to greet Mr Faleomavaega saw little of him before he was whisked away, forcing even Papua People's Council Speaker Agus Alue Alua to make the hour's walk to the welcoming ceremony. Little wonder then that when his turn came to speak, Mr Alua hit out at the unsatisfactory implementation of the special autonomy law and Jakarta's failure to give the Papua and West Papua regional governments more authority. Papua Traditional Council member Tom Beanal - who was initially prevented from attending the dialogue - was just as blunt, urging Mr Faleomavaega to pay attention to the aspirations of a people who, he said, had never been allowed a voice in their own destiny. More was to follow. When he flew on to Manokwari, the congressman found that West Papua Governor Abraham Atururi was away in China and he had to settle for a brief meeting with Deputy Governor Rahimin Katjong and what he called 'a three-minute speech'. Already behind schedule and with night approaching, officials cancelled a meeting with local residents and rushed the congressman on a circuitous route back to the airport, trying to avoid roving bands of disappointed locals. Once there, a thin line of policemen struggled desperately to hold back people besieging the terminal. Mr Faleomavaega was hustled on board his small chartered plane and just made it into the air before they broke through the fence and spilled out on the runway. 'It was a nightmare,' Mr Faleomavaega said. 'I think it was a total waste of time for me to just be there and then say, 'I've got to go'. If the purpose was to intimidate me...it made me more irate because I don't think this is what the government or the President wanted. It is obvious the military is a problem.' Still, the Manokwari incident demonstrates the government's predicament. Aware of past violence in often-volatile Jayapura, officials fear prominent foreign visitors like Mr Faleomavaega will become a catalyst for large-scale demonstrations that could easily get out of hand. Jakarta knows what a public relations catastrophe that would be. However, refusing access to Western journalists leaves Jakarta open to suspicions that it has something to hide and that the 15,000 soldiers and police across the territory are still committing human rights abuses. Mr Faleomavaega was not persuaded either way. 'They didn't like the idea of thousands of West Papuans meeting me,' he said. 'The military is still obsessed with the idea that my presence might trigger incidents or give encouragement to those classified as separatists. 'So, I told my Indonesian friends, 'Look
CiKEAS Fwd: Terusan: [Chic-ersTalk] PLEASE RSVP
Note: forwarded message attached. - Sent from Yahoo! #45; a smarter inbox.---BeginMessage--- Perhatian: pesan yang diteruskan sudah dilampirkan. Best Regard, Yen Yen 0815-85962722 Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/---BeginMessage--- PLEASE RSVP. THANK YOU. BET I GET THIS BACK. This is the sacred angel. j You MUST pass this angel on to at least 3 people within the hour of receiving this email. After you do, make a wish. If you have passed it on, your wish will come true and love will come your way shortly. You're... My friend, My companion, Through good times and bad, My friend, My buddy, Through happy and sad, Beside me you stand, Beside me you walk, You're there to listen, You're there to talk, With happiness, With smiles, With pain and tears, I know you'll be there, throughout the years! You are all good friends to me and I am grateful to you. Send this to all your good friends online to show them you are friends. If you get this back from: 1 person - you are lonely 2 people - you have a couple friends, but not many 3 people - you have a few friends... 4 people - you have some friends... 5 people - you have several friends!! 6 people - you have many friends!! 7 people - you are S loved!!! Remember, no man or woman is a failure who has a friend! If I could sit on the porch with God, the first thing I would do is thank him for you author unknown Be kinder than necessary, for everyone you meet is fighting some kind of battle... author unknown . http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=6728238/grpspId=1707487755/m sgId=1886/stime=1197991480/nc1=3848584/nc2=3848642/nc3=5045820 ATT1.jpg---End Message--- ---End Message---
CiKEAS Daftar ... dan Klik Iklan yang ada (Gratis)
Daftar Gratis di ClixSense.com . Log in dan click browse Ads .Lihat Setiap iklan yang di Click selama 30 detik. Dibayar setiap iklan yang kamu lihat. Setiap bulan akan menerima chek untuk aktivitas kamu selama melihat iklan. Daftar di sini http://www.clixsense.com/?2313661 Ini Gratis lho salam, murni - Sent from Yahoo! #45; a smarter inbox.
CiKEAS Sudah terjadi di Korea
SUDAH RUBUH Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci, karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya. (Wahyu 18:1-3) Kitab Wahyu pasal 17, pasal 18, dan pasal 19 (dan sebagian dari pasal 20), tetapi khususnya di pasal 17 dan pasal 18, membahas tentang akhir zaman, yaitu ketika Tuhan akan datang untuk menghakimi. Dan Babel adalah kiasan yang menggambarkan orang-orang yang tidak diselamatkan dari dunia ini, yaitu semua orang-orang yang masih berada di bawah murka Allah. Dan ungkapan rubuh menunjukkan bahwa itu adalah akhir zaman ketika orang-orang yang tidak diselamatkan dijatuhi hukuman kekal. Dalam kitab Wahyu 16, Tuhan berfirman di ayat 20 demikian: Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung. Ini berarti bahwa seluruh alam semesta sedang hancur. Kemudian Tuhan berfirman di ayat 21 demikian: Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat. Ini adalah gaya bahasa yang menyatakan tentang penghakiman, dan Tuhan mengungkapkannya dengan cara yang berbeda di Wahyu 19:11 demikian: Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih [ini bukan kuda dalam pengertian harfiah]; dan Ia yang menungganginya bernama: Yang Setia dan Yang Benar, Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Seekor kuda putih adalah kiasan yang menunjukkan bahwa Dia datang dengan penuh kemenangan sebagai sang penguasa. Kita membaca di Wahyu 19:15 bahwa Dia datang dengan sebilah Pedang keluar dari mulut-Nya, tetapi ini bukan dalam pengertian harfiah, ini adalah kiasan untuk menunjukkan bahwa Dia datang dengan Firman Tuhan dan Firman Tuhan itu menghakimi. Lebih lanjut kitab Wahyu 19:20 berkata demikian: Maka tertangkaplah binatang itu [yaitu Iblis] dan bersama-sama dengan dia nabi palsu [yaitu semua gereja yang mengikuti Iblis padahal mereka mengira bahwa mereka sedang mengikut Kristus], yang telah mengadakan tanda-tanda [simeon] di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang [yaitu mereka dibuang ke dalam hukuman yang kekal] Wahyu pasal 20 berawal dari saat penyaliban, ketika Iblis diikat untuk sementara, artinya, dia sangat dibatasi dalam hal kemampuannya untuk menghambat pemberitaan Injil. Dari sejak saat penyaliban atau saat Pentakosta, yang terjadi segera setelah penyaliban di tahun 33 Masehi, hingga awal dari masa siksaan dahsyat terakhir, di dalam kurun waktu tersebut Tuhan berkehendak untuk menyelamatkan banyak orang dari seluruh dunia. Kita membaca di Wahyu 20:3 bahwa Iblis harus dilepaskan untuk sedikit waktu yang singkat, dan dia menyebabkan gereja-gereja menjadi jatuh atau murtad. Akan ada banyak sekali gereja-gereja yang menjadi sesat, dan Tuhan menggunakan Iblis untuk mendatangkan penghakiman terhadap organisasi gereja-gereja ini. Dan Iblis semakin lama semakin menjadi yakin bahwa dia akan menang sebab dia telah mengepung perkemahan orang-orang kudus, akan tetapi api dari langit akan turun untuk membinasakan dia, itulah hari penghakiman. Kitab Wahyu pasal 20 ditutup dengan gambaran dramatis lainnya mengenai hari penghakiman, yang terjadi saat-saat yang terakhir. Kita membaca bahwa Kristus duduk di atas takhta putih yang besar, dan di hadapan-Nya berdiri semua orang yang mati secara rohani, dan kitab-kitab dibuka. Orang-orang yang tidak diselamatkan akan diperiksa atas segala perbuatan yang mereka lakukan selama hidup mereka di dunia ini, dan mereka akan dinyatakan bersalah dan dibuang ke dalam Neraka. Pasal-pasal di dalam kitab Wahyu ini memberitahukan kita bahwa akhir zaman sedang mendekat. Akan ada hari penghakiman. Itulah sebabnya kami dengan sungguh-sungguh mengabarkan Injil ke seluruh dunia, kami tidak mau melihat ada orang-orang yang jatuh ke dalam kutukan yang kekal. Ingat SEMBOYAN ini, Kitab Keluaran 18:21, Keluaran 23:8, Ulangan 16:19, Ulangan 27:25, Mazmur 100: 1 - 5 dan 1 Korintus 1:10 - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.
CiKEAS Re: Launching Novel Rahasia Meede
semoga sukses acaranya! eddri, penulis muda yg karya2nya lagi digandrungi kaum muda intelektual di jaman antre minyak... (padahal negerinya berlimpah minyak dan lumpur lapindo). silakan disimak tanggapan dari orang yg udah baca bukunya eddri: rahasia meede contoh sastra baru di Indonesia- thriller sejarah dengan kombinasi fiksi dan fakta. Ini sejalan dengan aliran sastra dunia yang baru. Kita akan dibawa melompat ke masa VOC, revolusi Indonesia.dan masa kini. Dr. Harry Poeze (Direktur KITLV Press, Leiden Netherland) -- Novel ini, dahsyat detil sejarahnya, inspiring. pramudya ananta toer muda sudah lahir dengan kompleksitas penulis generasi abad 21 tetapi tetap gigih membela manusia dan merayakan kebebasan Fajroel Rachman (esais, novelis, penyair dan penggagas Memo Indonesia) --- menantang kecerdasan, logika dan cara anda memandang dunia nyata bahkan sampai bagaimana anda menginterpretasinya sesudah membaca buku ini! Sebagai salah seorang pecinta inovasi saya rekomendasikan karya ini. Effendi Ghazali (PhD; Pakar komunikasi UI, perintis parodi politik di Indonesia) Sesuatu yang hanya jadi fakta sejarah sebuah bangsa, akan tampak seperti huruf, angka dan peristiwa yang mati. Tanpa makna. Tak bergerak. Membutakan mata. Menghidupkan kembali fakta itu lewat imajinasi yang disusun rapi dan sistematis diiringi gairah dan pesona, serta kejutan adalah bagian dari upaya memperlambat kematian sebuah bangsa. E.S. ITO si peneruka hulu sejarah dan laju zaman, telah mencatatkan diri sebagai novelis tambo modern republik Indonesia, justru ketika elite bangsa ini sibuk dengan kepikunan kolektif: berputar-berputar pada kekinian dan kedisinian. Indra J Piliang (Peneliti CSIS/Direktur Eksekutif YHBI) Sebuah karya yang sangat provokatif untuk membaca ulang sejarah yang pernah terjadi di nusantara. Setiap babak membuka banyak rahasia bangsa ini secara mengejutkan. Mulai dari pemetaan jakarta yang penuh dengan sejarah gelap diungkap Ito secara mengejutkan dan membelalakkan mata. Uniknya fiksi ini menggabungkan sesuatu yang pernah terjadi dengan kejelian fiksinya seperti karya Frederick Forshit dan Dan Brown serta kandungan sastra seperti Pramudya Ananta Toer atau SB Chandra dengan karya-karya di serial les hitam. Uniknya lagi, karya ini dilihat dari sudut pandang anak-anak Belanda sendiri yang tetap dengan niat serakahnya untuk mengusung kolonialisme baru yang berkedok penelitian. Anak-anak muda wajib mengetahui dan membaca fakta-fakta yang dijadikan latar belakang historis dan dibeberkan novel ini. Satu tema yang jarang diungkap pengarang lain, termasuk oleh sastrawan terkenal di nusantara. Di sini Ito punya nilai lebih yang tidak dipunyai pengarang lain. Keunikan tema mengalir dengan lancar tanpa basa-basi, sehingga sesuatu yang berat jadi mengalir indah dan punya kedalaman. Sebagai sutradara sudah seharusnya film-film Indonesia mengangkat sumber dari karya anak bangsa yang punya reputasi internasional. Ito sedikit dari anak muda yang punya kepedulian terhadap itu semua John-de Rantau (sutradara/penulis skenario ”Denias, Senandung di Atas Awan) membaca novel sejarah selalu meninggalkan impresi tersendiri, sesaat setelah membacanya kita sering ditinggalkan dalam takjub pertanyaan ini, benarkah segala hal besar yang menentukan hidup kita, hari ini ditentukan oleh perbuatan unik orang-orangyang tepat di saat yang tepat?membaca rahasia meede, kita jadi termangu-mangu menatap sebuah bangunan besar negara-bangsa bernama indonesia kini, kita diberitahu dan diingatkan pada tanah tempat dimana bangunan besar tersebut berdiri, saat ia masih berupa semak belukar dimana misteri menjadi satu-satunya jalan setapak yang ada Budiman Sudjatmiko (pegiat politik muda) - Ini karya langka yang memadukan imajinasi cerdas dengan falsafah hidup, ilmu pengetahuan, heroisme, kecerdasan, idealisme dan realitas politik yang tersembunyi. Dengan riset yang tekun, nyaris menjadikan karya E.S. ITO ini sempurna. Ia bisa membangunkan generasi sekarang yang terlanjur mengabaikan sejarah. Andrinof A Chaniago (peneliti Ekonomi-Politik) --- Tidak banyak novel yang mampu memadukan imajinasi dan latar belakang sejarah. Dengan alur dan bahasa yang mengalir, kita dibawa E.S. ITO dalam lika-liku sejarah. Sebuah buku dengan dukungan riset amat kuat. M. Chatib Basri (Direktur LPEM FEUI) -- Sebuah novel sejarah yang cukup kaya data dengan ploting ala dan brown. Penuh suspense disana sini Donny Gahral Adian (Filosuf) -- Lewat Rahasia Meede, E.S. ITO menjelaskan dengan sangat menggairahkan detail sejarah Jakarta H. Timbo Siahaan (Pemimpin Redaksi JakTV) - imajinasi latar dan ruang
CiKEAS HARI IBU: Saatnya Perempuan Angkat Pena
HARI IBU: Saatnya Perempuan Angkat Pena http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=20dn=20071221182508 Oleh : Ibn Ghifarie 21-Des-2007, 19:56:51 WIB - [www.kabarindonesia.com] APA YANG ANDA LAKUKAN MANAKALA HARI IBU ITU TIBA? KabarIndonesia - Aksikah, demokah, turun ke jalan sambil meneriakkan yel-yel ataukah diam seribu bahasa. Bila pertanyan itu dialamatkan padaku, maka aku tidak akan menjawabnya. Tapi akan bercerita perempuan. Pasalnya momen ini merupakan hari bersejarah bagi kaum hawa. Mereka berusaha ingin hidup lebih baik dalam bingkai kesetaraan dan keadilan. Meskipun dalam mewujudkan cita-cita itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tapi memerlukan keuletan, ketabahan dan kesabaran. Tengok saja, tindakan kriminalitas tentang kekerasan semakin marak di negeri beradab ini. Seperti pelecehan di rumah tangga, baik kekerasan anak terhadap orang tuanya, maupun sebaliknya. Bahkan yang lebih ironis lagi perbuatan keji itu dilakukan oleh ibu terhadap anaknya. Kedengaranya aneh memang, seorang ummi yang notabene mempunyai hasrat naluri keibuan, lemah lembut, gemulai, sopan dan penyayang, tega-teganya melakukan tindakan kekerasan fisik ataupun fisikis terhadap buah hatinya. Ambil contoh, Januari yang lalu di daerah Gunung Kidul, Jogjakarta dikejutkan oleh seorang Ibu bernama Ruhiem dan ketiga anaknya melakukan pembunuhan dengan cara mencampur racun tikus pada nasinya. Usut punya usut ternyata mereka sudah beberapa hari tidak makan. Menemukan lauk pauk apalagi. Tiba-tiba perempun setengah baya itu kilap dan pada akhirnya melakukan bunuh diri masal. Walaupun, keluarga tersebut tidak mati, karena dapat ditolong oleh tetangganya (Pikiran Rakyat, 31/01). Peristiwa serupa pun terajdi di Cirebon dan Tanggerang. Pembakaran anak oleh Ibunya sendiri. Pasalnya perempuan kepala tiga itu, tidak tahan lagi dengan kebiasaan suaminya selalu mabuk-mabukan dan jarang memberikan nafkah hampir satu tahun. Sekoyong-koyong, entah kerasukan setan apa wanita itu, nekad melakukan perbuatan ngeri tersebut (Radar, 19/01). Ironisnya, di tengah-tengah arus informasi mudah didapat dan menjamurnya gerakan feminis, perbuatan senada pun terjadi, bahkan lebih perih lagi. Seperti yang dialami oleh Siti Nur Azilah di Surabya belakangan ini. Lisa, sapaan akrabnya mendapatkan perilaku tidak wajar dari suaminya. Ia disiram air raksa ke wajahnya. Sampai- sampai Lisa harus melakukan operasi face off di Rumah Sakit (RS) DR Soetomo Surabaya. Lagi-lagi kemiskinan lebih akrab dengan perempuan akibat marzinalisasi. Dominasi Tafsir Patriarkhi Menilik persoalan tersebut, membuat kita mengerutkan kepala bila mencari jawaban. Apa yang melatarbelakangi modus tersebut? Tentu saja, perlakuan ganjil itu diakibatkan penafsiran ayat-ayat Tuhan yang kaku dan rigid. Seperti yang diutarakan oleh Rifat Hasan, bias tafsir itu terjadi mana kala; pertama, Penciptaan Hawa dari tulang rusuk adam. Kedua, Perempuan bertanggung jawab atas turunnya Adam dari surga. Ketiga, Tujuan diciptakanya Mojang untuk Jajaka. Selain itu, kuatnya pengaruh ulama dalam menafsirkan ayat-ayat yang berpihak pada laik-laki. Semisal, Arijalu Qowwamuna Ala annisa (Anissa:34); laki-laki menjadi pemimpin di antara perempuan. Bermula dari pemaknaan itu, pada akhirnya kaum Hawa dinilai sebagai pelengkap bagi kaum Adam semata. Ditambah lagi, posisi pemuka agama lebih tinggi dari kedudukan presiden. Pendek kata, ulama sebagai pewaris utama para nabi. Menanggapi kemalut yang akut dan pelik itu, Fazlu Rahman mengartikan surat Anissa:34 itu mesti dimaknai berkisar pada fungsional, bukan pada perbedan hakiki. Artinya bila perempun memiliki kemampuan dan kemaun dalam mengemban amanah itu, maka berikanlah, tegasnya. Senada dengan Rahman, Aminah Wadud mengomentari permasalahan tersebut. Bagi Wanita kontroversi itu, selama yang bersangkutan tidak bertentangan dengan al-qur'an sah-sah saja. Apalagi bila kita melihatnya secara fungsional, tutur pakar studi agama-agama itu. Lebih lanjut, Guru Besar asal Maroko itu, menegaskan penafsiran itu tidak dimaksudkan superioritas hanya melekat pada kaum Adam secara otomatis, sebab itu terjadi secara fungsinal semata. Selama perempuan mempunyai kemampuan dan kualitas, berilah kesempatan, katanya. Akibat dari pemahaman dan mendarah daging di masyarakat. Kaum Nisa tidak boleh menjadi pemimpin dan hakim. Karena dianggap irasional, emosional dan tidak bisa menentukan keputusan. Hingga terdapat satu stereoty; kaum Adam membuat keputusan. Sementara kaum Hawa membuat kopi. Ujung-ujungnya kaum Banat mesti berkutat pada ranah kasur, sumur dan dapur. Tak berhenti sampai di sini saja, kaum Hawa pun tidak boleh mendapatkan pendidikan yang tinggi. Seperti yang dilansir oleh Jurnal Perempuan (JP No 23, 2003) terhitung dari tahun 1980-1990 angka perempuan masuk ke lembaga pendidikan lebih kecil bila dibandingkan dengan laki-laki. Di tingkat SMA; 41,45%:58,57% dan diperguruan tinggi 33,60%:66,40%.