CiKEAS> Redenominasi, untuk Selubungi Ketimpangan!

2010-08-07 Thread sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010080708283715

  Sabtu, 7 Agustus 2010 
 

  BURAS 
 
 
 

Redenominasi, untuk Selubungi Ketimpangan!


   
  "AMIN menabung di celengan sisa uang jajannya setiap hari satu koin, 
talen atau ketip. Setelah 100 koin, sesuai hitungan di ingatannya dari hari ke 
hari, jumlahnya Rp14,05. Berapa koin talen dan koin ketip dalam celengan Amin?" 
cucu membaca di monitor komputer kakek. "Ini soal apa, Kek?"

  "Soal aljabar SMP kelas 2 tahun 1950-an!" jawab kakek. "Persamaan 
tersamar dengan dua bilangan anu-pertama talen bernilai 25 sen per koin, kedua 
ketip dengan nilai 10 sen per koin"

  "Sulit amat!" entak cucu. "Kakek tulis buat apa?"

  "Persiapan menyusun buku excercise aljabar, menyongsong redenominasi 
rupiah!" jelas kakek. "Kalau redenominasi memangkas tiga angka nol dari nilai 
rupiah sekarang, harus disiapkan uang receh untuk rakyat jelata-sen 
(seperseratus rupiah), gobang (satu seperempat sen atau setengah benggol), 
benggol (dua setengah sen), kelip (lima sen), ketip (10 sen), talen (25 sen), 
dan suku (50 sen). Kita kembali ke zaman Belanda."

  "Rumit sekali ragam satuan mata uang recehan untuk rakyat jelata itu!" 
timpal cucu.

  "Memang, jauh lebih rumit dari satuan tunggal rupiah pada mata uang 
sekarang!" tegas kakek. "Maka itu, kalau redenominasi disebut untuk 
penyederhanaan mata uang, jelas keliru banget!"

  "Lantas, sebenarnya untuk apa?" kejar cucu.

  "Untuk menghilangkan kerisihan elite yang bergaji puluhan juta sebulan, 
seperti DPR Rp65 juta, atau Gubernur BI Rp235 juta, jauh sekali jaraknya dari 
pendapatan mayoritas rakyat-upah minimum buruh cuma Rp750 ribu sebulan! Jika 
dipotong tiga nolnya jadi tak ada lagi sebutan juta, apalagi ratusan juta, jadi 
terkesan tak ada ketimpangan!"

  "Buset! Jadi redenominasi rupiah yang menguras dana menyiapkan mata uang 
baru dan sosialisasi itu hanya untuk menyelubungi ketimpangan pendapatan atau 
justifikasi ketimpangan sosial yang amat tajam?" timpal cucu. "Lalu rakyat 
jelata disusahkan pula dengan mata uang receh buat mereka yang ragam satuannya 
amat rumit!"

  "Juga mempermudah korupsi!" tegas kakek. "Dengan uang sekarang, korupsi 
atau terima suap miliaran uangnya berkarung, susah disimpan di rumah, di bank 
tercium PPATK seperti Gayus!"

  "Demi kepentingan elite berpendapatan besar dan koruptor, redenominasi 
pasti jadi!" timpal cucu. "Ternyata kemerdekaan seperti jalan melingkar, 
setelah 65 tahun merdeka kita kembali ke awal-zaman Belanda-di mana ketimpangan 
sosial punya banyak justifikasi! Rakyat jelata pun harus bawa pundi-pundi untuk 
recehan, jenis mata uang yang mampu mereka dapatkan!" ***

  H. Bambang Eka Wijaya
 
<><>

CiKEAS> Memajukan Ekonomi Melalui Penerapan Etika Bisnis Islam

2010-08-07 Thread sunny
Refleksi :  Apakah ada yang tahu  di negeri mana saja telah diteripakan etika 
bisnis Islam untuk  (a) menghapuskan penindasan ekonomi, (b) menghapuskan 
tindakan spekulatif dalam berbisnis dan (c) menjamin distribusi harta dan 
transaksi ekonomi yang adil dan jujur.


http://www.jambiekspres.co.id/index.php/guruku/12470-memajukan-ekonomi-melalui-penerapan-etika-bisnis-islam.html

  Jumat, 07 Mei 2010 10:01 

 
  Memajukan Ekonomi Melalui Penerapan Etika Bisnis Islam  


  Menurut Patricia Aburdence terdapat tujuh megatrend 2010 yang akan 
mewarnai dunia bisnis modern. Pertama, muncul dan meningkatnya kekuatan 
spiritual. Kedua, munculnya fajar baru conscious capitalism. Ketiga, munculnya 
kepemimpinan alternatif dari tengah. Keempat, banyaknya penerapan spiritualisme 
dalam dunia bisnis. kelima, meningkatnya konsumen yang memutuskan perilakunya 
berdasarkan sistem nilai. Keenam, munculnya gelombang pemecahan masalah 
berdasarkan kesadaran. Ketujuh, munculnya ledakan investasi dalam berbagai 
bidang bisnis yang memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Megatrend tersebut 
mengisyaratkan urgensi penerapan etika dalam dunia usaha dan bisnis. Pengabaian 
atas penerapan etika bisnis akan berisiko kebangkrutan dan kehancuran ekonomi. 
Prinsip "supply creates its own demand" harus segera diimbangi dengan prinsip 
pelayanan yang berlandaskan pada nilai etika.

  Keperluan untuk menerapkan nilai etika dalam dunia usaha atau bisnis 
sangat terkait dengan upaya untuk memuaskan pelanggan atau konsumen yang akan 
berdampak pada keberadaan dan keberlanjutan suatu usaha atau bisnis. 
Perusahaan-perusahaan modern telah menerapkan nilai etika tertentu dalam rangka 
merebut pasar. Nilai etika yang diterapkan sangat tergantung pada sistem nilai 
yang dijadikan referensi oleh suatu perusahaan. Jika sistem nilai kapitalis 
yang dijadikan referensi, maka nilai etika bisnis yang diterapkan adalah etika 
kapitalis. Begitu pula jika sistem nilai sosialis yang dirujuk, maka etika 
sosialislah yang akan diterapkan. Dan jika sistem nilai Islam yang dirujuk, 
maka etika bisnis Islamlah yang akan diterapkan.

  Etika bisnis Islam jelas sangat berbeda dengan etika bisnis kapitalis dan 
sosialis. Etika bisnis kapitalis lebih cenderung bersifat personal (egoisme) 
yang tidak jarang mengabaikan etika sosial (komunalism). Etika bisnis seperti 
ini membuka peluang kepada keserakahan dan ketamakan. Etika bisnis sosialis 
mengedepankan pemerataan kesejahteraan sosial dengan menihilkan hak individu. 
Etika bisnis ini akan menginjak hak asasi manusia. Etika bisnis Islam bersifat 
religius yang berangkat dari satu asumsi dasar bahwa  bisnis merupakan kegiatan 
individu dan sosial sekaligus. Etika bisnis Islam bertumpu pada tiga norma 
dasar yaitu;

  Menghapuskan penindasan ekonomi

  Menghapuskan tindakan spekulatif dalam berbisnis

  Menjamin distribusi harta dan transaksi ekonomi yang adil dan jujur.

  Maraknya kemunculan lembaga-lembaga keuangan yang berbasis syari'ah 
mempertegas pandangan pentingnya penerapan etika bisnis Islam dalam 
perekonomian masa kini. Bahkan etika bisnis Islam seakan menjadi solusi bagi 
permasalahan etika bisnis yang ada sebelumnya. Krisis-krisis ekonomi yang telah 
menerpa dunia ini juga tidak terlepas dari problem etika bisnis yang telah 
dikembangkannya. Idealnya lembaga keuangan berbasis syari'ah merupakan lembaga 
keuangan yang terdepan dalam mempromosikan penerapan etika bisnis Islam dalam 
usahanya. Namun dalam kenyataannya, idealitas itu belum teraplikasikan secara 
sempurna. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh penelitian Laris Tua Tambunan, 
alumni Prodi Ekonomi Islam PPs IAIN STS Jambi tahun 2008. Penelitian ini 
berangkat dari adanya anggapan dari sebagian orang terhadap lembaga keuangan 
syari'ah yang belum secara konsisten menerapkan etika bisnis Islam. Penelitian 
ini mengambil studi kasus pada FIF Syari'ah cabang Jambi. Pertanyaan pokok yang 
diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana etika bisnis Islam dikembangkan 
oleh FIF Syari'ah cabang Jambi.

  Penelitian Laris Tua ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan 
kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, 
observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan sejumlah karyawan FIF 
Syari'ah cabang Jambi. Observasi dilakukan untuk melihat suasana kerja FIF 
Syari'ah. Dokumentasi dilakukan dengan melihat kertas kerja dan hasil laporan 
yang telah diarsifkan oleh FIF Syari'ah. Pemilihan sampel dilakukan dengan 
teknik purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan memakai flow model 
analisis melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan 
kesimpulan. 

  Penelitian Laris Tua menemukan beberapa hal berikut ;

  PT FIF Syari'ah cabang Jambi telah menerapkan etika bisnis Islam meskipun 
belum begitu sempurna. Penerapan etika bisnis Islam di FIF Syari'ah terlihat 
dari upaya yang telah dilakukan oleh FIF Syari'ah dalam memberikan kemudahan 

CiKEAS> Muslims in Europe: Unfounded fears

2010-08-07 Thread sunny
http://arabnews.com/opinion/columns/article96623.ece

By IMAN KURDI | ARAB NEWS 
Muslims in Europe: Unfounded fears

By 2050, Muslims will account for over 20 percent of the European Union's 
population, that is according to a recent forecast by an American institute.

Currently Muslims make up around four percent of Europe's population, but a 
combination of immigration and higher birth rates among Muslims mean that the 
Muslim population is growing at an exponentially faster rate than other 
segments of the European population. So much so that we are likely to reach one 
in five in 40 years time, so how will that change the face of Europe?

Muslims are a very diverse group. Globally, Muslims currently make up a little 
over 23 percent of the world's population, a little like the projection for 
Europe in 2050. Though it is easy to think of a Muslim Ummah and to idealize 
the concept of a unified Muslim population, the reality is far from it. 
Similarly Muslims in Europe are a highly diverse group and tend to organize 
themselves along their countries of origin rather than their shared faith. We 
may well all pray together on a Friday, and even then different mosques tend to 
attract different groupings, but we all go home to our individual enclaves.

European Muslims also differ greatly in the extent of their integration into 
their new homelands. The key question is how much more will they integrate by 
2050? Will European Muslims become fully fledged European citizens, and by that 
I mean citizens who are second, third, fourth generation born and who no longer 
label themselves as children of immigrants? And will they be seen that way by 
those whose ancestry goes back centuries rather than decades?

During the football World Cup earlier this summer, much was said about the 
German football team. It was young and dynamic; moreover it was ethnically 
diverse. Of the 23 players in the squad, 11 had foreign backgrounds. This 
ethnic diversity was seen as both something to be proud of and as an asset for 
the team. As the national coach Joachim Loew put it speaking about Mesut Oezil, 
one of the two players in the team with Turkish parents, it is "a gift for 
German football". Is that team - talented, passionate, proud and united - an 
example of what will become the norm in 40 years?

There are an estimated 2.9 million Germans of Turkish origin. They make up 
Germany's largest Muslim community. How long before they stop being classed as 
being of Turkish origin and become Germans pure and simple? Surely by 2050, it 
will become similar to Irish Americans or Italian Americans. Nobody thinks they 
are the less American for having foreign ancestry. But religion is a different 
matter. If integration succeeds, they will no longer see themselves as 
Turkish-born German citizens, but as German Muslims. Since integration is a 
two-way process, this new Muslim identity will bring with it German 
characteristics and enrich Islamic identity. Extrapolate that to the 27 
countries that make up the European Union and you can see the opportunities 
that it could bring.

Of course, Germany did not win the World Cup; Spain did. Spain's Muslim 
population is around one million, roughly two percent of the population. Quite 
a bit smaller than neighboring France that has Europe's largest Muslim 
population. Spain, however, has recently seen a surge in immigration. In the 
space of a decade, the percentage of the population that is foreign born has 
risen from three percent to over 13 percent. Has Spain lost any of its national 
identity as a result of this influx?

And yet, the knee-jerk reaction to any news that relates immigration figures is 
one of alarm and panic. Immigrants are scary. Muslim immigrants are terrifying. 
In some British newspapers, there was talk of a "Muslim demographic time bomb" 
and as always that kind of talk is accompanied by the face of dominant Islam: 
The woman wearing a niqab.

The fear of a radical Islam taking over Europe like some kind of black veiled 
cultural bulldozer could be amusing were it not for its resonance with a 
growing segment of the European population.

In Spain, for instance, a Pew survey found that 65 percent of Spaniards are 
somewhat or very concerned about rising Islamic extremism in their country. The 
fear of extremist Islam is understandable not only because of the atrocities 
that have been carried out by terrorists branding themselves as Muslims but 
also by the visibility of a minority of Muslims who practice extreme 
interpretations of Islam. It is no coincidence that the moment there is talk of 
a "Muslim demographic time bomb" the image that is shown is of a woman in a 
niqab. The burqa as the niqab is wrongly described has become a flag issue. Of 
the millions of Muslim women living in Europe, only a few thousand wear it and 
yet several countries - France, Spain and Belgium to name just three - are 
bringing in legislation to ban it.

A sense of perspective is

CiKEAS> Nikahi Anak Bawah Umur Dilaporkan ke Polisi

2010-08-07 Thread sunny
http://www.gatra.com/artikel.php?id=140430


Nikahi Anak Bawah Umur Dilaporkan ke Polisi


Dumai, 7 Agustus 2010 16:32
Muhamad Syah, 51 tahun, petani warga Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, 
Dumai, Riau, dilaporkan ke polisi karena menikahi anak di bawah umur, Satria 
Anisba, 14 tahun.

Ny Siti Maysarah, 56 tahun, ibu kandung Satria Anisba, datang melaporkan 
kejadian yang dialami putrinya itu ke Polsek Medang Kampai, Dumai.

Kapolsek Medang Kampai AKP Razif, Sabtu (7/8) di Dumai, membenarkan bahwa 
pihaknya telah menerima laporan tentang adanya pria yang telah menikahi anak di 
bawah umur.

Kepada polisi, Ny Siti, penduduk Parit Bugis, Kelurahan Pelintung, Kecamatan 
Medang Kampai, mengadukan bahwa Muhamad Syah telah melakukan aksi pencabulan 
terhadap anak di bawah umur.

Kasus tersebut berawal saat Ny Siti yang tengah merantau ke Kepulauan Rupat, 
Kabupaten Bengkalis, mendapat telepon dari tetangga di Medang Kampai yang 
mengatakan anak gadisnya tidak kelihatan ada di rumah.

Menerima telepon seperti itu, Ny Siti langsung pulang ke rumah dengan harapan 
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan kepada buah hatinya yang masih ABG 
tersebut.

Sesampainya di rumah, Ny Siti menyusul mendapat laporan dari berapa warga yang 
menyatakan bahwa anaknya telah dinikahi oleh orang bernama Muhamad Syah.

Tidak terima atas kejadian itu, Ny Siti langsung melapor kepada pihak Polsek 
Medang Kampai.

Atas laporan tersebut, polisi menyusul menangkap tersangka Muhamad Syah di 
rumahnya Kelurahan Mundam, tanpa perlawanan.

Kapolsek AKP Razif menjelaskan, tersangka Syah telah menikahi Satria Anisba 
pada Kamis (5/8) lalu sekitar pukul 17.00 WIB, tanpa persetujuan orang tua dari 
anak yang masih di bawah umur itu.

Tersangka masih dalam pemeriksaan guna dilakukan pendalaman atas perbuatan yang 
telah dilakukannya, ujar Kapolsek.

Dari pemeriksaan pendahuluan, tersangka Syah mengaku menikahi Satria Anisba 
atas dasar suka sama suka.

"Terlepas dari itu, kami tengah mendalami kemungkinan tersangka Syah telah 
melanggar undang-undang tentang perlindungan anak. Masalahnya, dia menikahi 
anak di bawah umur," kata Kapolsek Razif menjelaskan. [TMA, Ant] 

CiKEAS> Presiden: Wajar jika Ada Kenaikan Harga

2010-08-07 Thread sunny
Refleksi :   Harga sembako naik adalah wajar, jadi jangan mengeluh sekalipun 
ikat pingang harus dikencangkan!

http://nasional.kompas.com/read/2010/08/06/09543077/Presiden.Wajar.jika.Ada.Kenaikan.Harga-4

Kebutuhan Pokok
Presiden: Wajar jika Ada Kenaikan Harga

Jumat, 6 Agustus 2010 | 09:54 WIB

RUMGAPRES/ ABROR RIZKI
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 
BOGOR, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai wajar terjadi 
kenaikan harga pada satu atau dua bahan kebutuhan pokok saat permintaan 
masyarakat meningkat.

Kenaikan juga perlu dimaklumi jika terjadi pada komoditas pertanian dan memberi 
tambahan penghasilan bagi petani.

"Kadang-kadang ada komoditas pertanian, yang petani itu mendapat untung setahun 
sekali, ya anggaplah itu rezeki," ujar Presiden ketika membuka Rapat Kerja 
Kabinet Indonesia Bersatu II dengan gubernur dan ketua DPRD se-Indonesia di 
Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/8/2010).

Presiden meminta jajaran pemerintah pusat dan daerah bekerja sama untuk 
memastikan harga kebutuhan pokok masyarakat tidak melonjak terlalu tinggi 
menjelang bulan Ramadhan hingga Lebaran nanti.

Meski begitu, perlu dipahami pula, apabila kenaikan harga terjadi dalam batas 
wajar, terutama untuk komoditas pertanian. "Kita tahu setiap mendekati hari 
Lebaran terjadi gejolak harga, itu bisa dijelaskan," ujar Presiden.

Menjelang Lebaran, kata Presiden, permintaan bahan konsumsi rumah tangga 
meningkat. Kenaikan harga pasti terjadi jika suplai barang di pasar tetap.

"Karena itu, terhadap bahan-bahan pokok yang utama, manakala kenaikannya tidak 
wajar, menteri terkait bekerja sama dengan para gubernur, bupati, dan wali 
kota, laksanakanlah operasi pasar, dengan demikian terjadi stabilisasi harga," 
ujar Presiden Yudhoyono.

Ruang fiskal terbatas

Pada bagian lain, Presiden Yudhoyono juga meminta pemerintah daerah bersama 
pemerintah pusat menyusun dan mengelola APBN dan APBD yang lebih sehat, 
berkualitas, dan berkesinambungan.

Perbaikan kualitas anggaran negara dan daerah ini didorong kebutuhan akan 
belanja pembangunan yang sangat tinggi.

Pada saat yang sama pemerintah masih terkendala oleh ruang fiskal yang sangat 
terbatas karena komposisi belanja negara masih didominasi oleh belanja mengikat 
yang bersifat wajib, seperti transfer ke daerah, belanja pegawai dan barang, 
subsidi, serta pembayaran bunga utang.

Di sisi lain, penyerapan APBD dan APBN belum berjalan seperti yang diharapkan. 
Padahal, pemulihan perekonomian global juga belum menentu.

Raker yang berlangsung satu setengah hari, berakhir pada Jumat siang ini, 
dihadiri pula oleh Wakil Presiden Boediono, para menteri anggota Kabinet 
Indonesia Bersatu II, pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian, pimpinan 
badan usaha milik negara, serta anggota Komite Inovasi Nasional dan Komite 
Ekonomi Nasional.

Saat membuka raker, Presiden Yudhoyono menegaskan, raker pemerintah pusat 
dengan para gubernur dan ketua DPRD tingkat provinsi se-Indonesia kali ini 
berbeda dengan dua raker sejenis yang digelar Februari 2010 di Istana Cipanas 
dan April 2010 di Istana Tampaksiring, Bali.

"Tiap rapat kerja ada agenda yang definitif, kemudian kita hilangkan hal-hal 
yang bersifat seremonial, ada output atau hasil," ujar Presiden.

Raker pertama di Cipanas menghasilkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 
tentang percepatan pembangunan nasional dan raker Tampaksiring menghasilkan 
Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan berkeadilan serta 10 
arahan Presiden.

Penyerapan anggaran

Presiden Yudhoyono mengingatkan, diterbitkannya inpres pada kedua raker 
sebelumnya itu menandai ada proses kebijakan yang tidak lagi bersifat top-down.

Raker di Bogor, menurut Presiden, diadakan dengan pertimbangan hasil evaluasi 
atas efektivitas pembangunan di seluruh Tanah Air, termasuk penggunaan anggaran 
negara.

Penyerapan anggaran tahun ini, baik pada tingkat pusat maupun daerah, menurut 
Presiden, memerlukan koreksi dan perbaikan. Presiden juga menegaskan, penataan 
dan perbaikan diperlukan agar pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan umum 
tetap dapat dilakukan dalam semangat desentralisasi dan otonomi daerah.

Presiden mengingatkan, keseluruhan pemerintahan di tingkat pusat, provinsi, 
kota, atau kabupaten merupakan satu kesatuan utuh yang dipimpin oleh presiden 
sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara. Meskipun kepala daerah dipilih 
melalui sistem pemilihan langsung, hal tersebut tidak meniadakan tanggung jawab 
kepada presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan.

APBN yang sehat

Pada raker di Bogor ini, para gubernur dan ketua DPRD provinsi mengikuti 
pemaparan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa tentang perkembangan 
ekonomi makro.

Berikutnya, pemaparan Menteri Keuangan Agus Martowardojo tentang APBN yang 
sehat dan berkesinambungan menjadi agenda kedua.

"Dengan penjelasan tentang APBN ini, saya sungguh berharap semua yang hadir, 
utamanya para pimpinan di daerah, mengetahui kebijakan dasar APBN kita serta 
mengetahui 

CiKEAS> Enyahkan Minta-Minta, Agar Tak Terhina

2010-08-07 Thread sunny
Refleksi : Bagaimana bisa dienyahkan minta-minta, kalau SBY, presiden NKRI 
berbicara kepada umum selalu menadah tangan dengan  mengatakan: " saya minta... 
" hehehehe


RU

http://www.hidayatullah.com/kajian-a-ibrah/gaya-hidup-muslim/12145-enyahkan-minta-minta-agar-tak-terhina

Enyahkan Minta-Minta, Agar Tak Terhina 
Saturday, 12 June 2010 16:00 

Hakekat kaya adalah yang mampu memberi, bukan mereka yang gemar menumpuk harta. 
Itulah karakter orang kaya

DI Madura ada sebuah desa yang penduduknya bekerja sebagai peminta-minta. Yang 
cukup mengagetkan, rumah-rumah mereka sangat mewah dan berkelas.

Fenomena mental peminta-minta, juga berkembang ke berbagai aspek. Di zaman 
sekarang, kadar dan jenisnya sudah mulai ada modifikasi dan perubahan.

Tidak terlalu sulit bagi kita untuk menjelaskan kondisi yang terjadi di 
lapangan. Banyak pemandangan, bagaimana masyarakat berduyun-duyun dan dan 
saling berebut untuk memperoleh bagian masing-masing, walaupun harus saling adu 
sikut. Bahkan,  terkadang nyawa pun dijadikan taruhannya hanya untuk sebuah 
kupon.

Peristiwa yang menewaskan beberapa warga yang berdesak-desakan untuk 
mendapatkan uang sedekah salah satu dermawan di Jawa Timur, pada bulan puasa 
beberapa tahun lalu, adalah bukti nyata akan hal ini. Untuk memperoleh uang 
kurang lebih Rp. 30.000, mereka rela berdesak-desakkan, yang pada akhirnya 
nyawa pun hilang tak terelakkan.

Di akui atau tidak, budaya meminta-minta memang tengah menjangkiti sebagian 
dari kita. Predikat sebagai warga miskin sepertinya suatu kebanggaan yang 
diperebutkan, karena akan mendapat bantuan. Tidak sedikit orang akan 
mencak-mencak ketika dirinya tidak terdaftar sebagai gakin sebagai syarat untuk 
mendapatkan BLT, atau lain sebagainya. 

Maka tidak mengherankan, ketika kita bepergian, terdapat di sana-sini pengamen, 
pengemis berseliweran. Belum selesai yang satu, sudah antri yang lain. Bahkan, 
di salah satu daerah di bumi pertiwi ini, terdapat satu desa yang menjadikan 
mengemis ataupun mengamen sebagai profesi hidup. Padahal, kalau kita perhatikan 
fisik dan anggota tubuh  mereka, terlihat masih kekar dan sehat, yang bisa 
dimanfaatkan untuk mengais rezeki dengan cara yang jauh lebih mulia, daripada 
meminta-minta. Dan yang membuat hati lebih sesak lagi, tidak semua mereka dalam 
keadaan futur sehingga mereka harus meminta-minta. Hal ini belum termasuk 
tingkah laku para pejabat yang tak jarang juga 'berteriak-teriak' untuk 
menuntut kenaikkan gaji, perlengkapan fasilitas, dan seterusnya.

Potret buram kondisi sosial ini, tentu sangat memprihatinkan. Sebab, bagaimana 
mungkin, Indonesia yang termasyur dengan negeri yang syarat akan kesuburan 
tanahnya, penduduknya yang mayoritas muslim, justru 'bangga' dengan 
menggantungkan hidup pada orang lain. Dan tentu saja, gaya hidup macam ini 
sangat bertentangan dengan ajaran yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Islam 
mengajarkan konsep memberi, bukan meminta. "Tangan di atas itu lebih baik 
daripada tangan di bawah," demikianlah sabda Rasulullah, yang artinya kita 
diperintahkan untuk membumikan konsep memberi, bukan meminta-minta.

Ancaman Allah

Dalam hal penciptaan makhluk, Allah telah menjadikan mereka dengan 
berpasang-pasangan. Ada malam dan siang, pria dan wanita, jantan dan betina, 
dan begitu seterusnya, termasuk adanya si kaya dan si miskin. Terhadap mereka 
yang benar-benar terpuruk masalah ekonomi yang memaksa mereka harus 
meminta-minta, maka Islam memberi lampu hijau bagi mereka, dengan catatan tidak 
menjadikannya sebagai profesi hidup.

Diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyallahu 'anhu, 
ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai 
Qabiishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu 
dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh 
meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti, (2) seseorang yang 
ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia 
mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup 
sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, 'Si fulan telah 
ditimpa kesengsaraan hidup,' ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran 
hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, 
dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram."

Jelas sudah bahwa pada dasarnya hukum meminta-minta tanpa landasan udzur yang 
telah dijelaskan di atas, merupakan perbuatan yang dilarang. Meskipun demikian, 
jangan sampai, karena alasan kita masuk dalam salah satu dari ketiga kategori 
tersebut, dengan seenaknya kita jadikan sebagai hujjah untuk melegalkan 
meminta-minta sebagai profesi hidup. Ingat, bagaimanapun alasannya, hakekat 
meminta-minta adalah perilaku yang akan mencederai kehormatan diri. Sabda 
Rasulullah yang diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu, ia 
berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Minta-minta

CiKEAS> Gaya (Tri) dan (Gaya) Pong : Dalam Sejuta Kasus

2010-08-07 Thread sunny
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=64633:gaya-tri-dan-gaya-pong--dalam-sejuta-kasus&catid=78:umum&Itemid=131


  Gaya (Tri) dan (Gaya) Pong : Dalam Sejuta Kasus
  Oleh : Tigor Damanik SH



  berbagai kasus di negeri tercinta, tidak satupun yang dapat diselesaikan 
dan atau terselesaikan, apalagi yang namanya tuntas, pasti jauh panggang dari 
api.

  Malah sederet kasus berdatangan silih berganti. Terkesan, seolah kasus 
demi kasus yang datang menutupi kasus-kasus lain yang ada sebelumnya. Seperti 
tampak direkayasa, tapi siapa yang merekayasa dan apa maksudnya, tak seorangpun 
yang tahu. Kalaupun terindikasi direkayasa, sulit juga untuk membuktiannya !.

  Mulai dari kasus korupsi para pejabat Bank Indonesia sampai kepada kasus 
Bank Century (yang cepat-cepat mengganti namanya menjadi Bank Mutiara !) yang 
menuduh Mantan Kabareskrim Susno Duadji saat itu terindikasi menerima suap Rp. 
10 M, tapi ternyata sulit membuktikannya. Selanjutnya pembentukan Tim 8 yang 
dipimpin oleh Pengacara kondang dan senior Adnan Buyung Nasution, dengan 
sederet rekomendasi, hasilnya juga nihil. 

  Kasus Artalyta, mulai dari tuduhan sampai kepada mendapat fasilitas wah 
didalam sel. Kasus Antasari Azhar, mantan Ketua KPK yang gagah berani dan 
dimandulkan hanya oleh seorang "kecil" Rani Juliani, bak novel picisan dan 
Jaksa Penuntut Umumnya yang kontroversial Cyrus Sinaga, setelah beberapa waktu 
kemudian, juga kesandung kasus korupsi, yang kesemua hasilnya nihil (nol) dan 
tidak diketahui bagaimana kelanjutannya.

  Sampai kepada penayangan secara terbuka Kasus Anggodo yang diduga mafia 
hukum di gedung MK, juga tidak diketahui nasibnya. Membentuk Pansus DPR Angket 
Century, juga hasilnya nihil (nol). Kasus Bibit-Chandra yang sampai 
mengeluarkan SKPP, namun SKPP yang dikeluarkan Kejaksaan pun "bodong" alias 
tidak memiliki arti dan Kasus Rekening Gendut Polri,yang juga terasa "angel" 
melacaknya. 

  Seorang perwira tinggi yang keluar dari direktur KPK namun naik tingkat 
menjadi seorang kapolda. Muncul pula ide untuk memperkuat peran PPATK menjadi 
semacam "super body " yang sebenarnya secara logika strukturnya cukup dibawah 
lembaga Bank Indonesia. Lalu beranjak ke kasus video porno Ariel, Luna Maya dan 
Cut Tari sampai ke kasus tawuran antar ormas di Tanggerang , pengunduran diri 
seorang Irjen Polisi dari Satgas Pemberantasan Mafia Hukum karena terindikasi 
mafia hukum, yang seperti biasa, semuanya penuh dengan perdebatan kosong 
sebelum kasusnya ditutup atau tertutup, alias hilang bersama angin (Gone with 
the wind), dan lain sebagainya. 

  Beginilah fenomena hukum di era refomasi (baca: repot nasi !) yang jika 
ditelaah secara akal sehat memang tampak tidak beraturan dan cenderung 
"amburadul". Seolah disengaja untuk adu endurance (kekuatan) , fisik maupun 
mental. Artinya, siapa yang kuat, mungkin tidak menang, tapi akan dapat eksis. 
Dan siapa yang tidak kuat, mungkin tidak kalah, tapi akan mengalami stres !.

  Kemudian ide untuk mengatasi bolos anggota DPR dengan menggunakan mesin 
absensi "hands key system" yakni dengan sistim hand scan (melalui telapak 
tangan) atau finger print (melalui jari jempol dan atau telunjuk) yang sontak 
menimbulkan pro dan kontra diantara para anggota DPR dengan berbagai pendapat, 
komentar dan alasan masing-masing. 

  Antara lain, yang kontra menyatakan bahwa penerapan mesin absensi 
merupakan bentuk penghinaan atau pelecehan terhadap anggota DPR, karena tingkat 
keberhasilan seorang anggota DPR bukan diukur dari tingkat kehadiran pada 
rapat-rapat. Karena anggota DPR bukan hanya bekerja di gedung DPR, tapi juga 
ada dinas luarnya.

  Sementara yang pro, berpendapat bahwa penerapan mesin absensi adalah 
sesuatu yang harus dilaksanakan untuk tertib administrasi dan tertib diri 
kehadiran secara fisik, meskipun sebenarnya, secanggih apapun penerapan suatu 
teknologi absensi, tergantung mental diri masing-masing orang (nya). 

  Karena dengan teknologi mesin sekalipun, seorang pegawai atau seorang 
anggota DPR bisa saja terdaftar di mesin absensi: "hadir" (formal), namun 
fisiknya (material) tidak hadir. Pada saat pagi hari absen, dan sore atau malam 
harinya datang lagi untuk absen. Hadir formal, tapi belum tentu hadir fisik !.

  Kritisme: Gaya(tri) & (Gaya) Pong

  Gayatri, sebagai wakil nasabah Bank Century yang dirugikan memiliki 
masing-masing gaya untuk mengkritisi dari ketidak puasannya karena diperlakukan 
tidak adil. Kasus bank sederhana namun membuat merana. Pong Hardjatmo, lain 
lagi gayanya, yakni dengan aksi tulisan di atap gedung kura-kura hijau DPR. 
Kedua tokoh ini memiliki kesamaan tujuan, yakni menuntut realisasi ekspektasi 
universil seperti yang ditulis oleh Pong di atas gedung DPR: Jujur Tegas Adil. 

  Bedanya, Gayatri dan kawan-kawan dirugikan secara material, namun Pong 
dirugikan secara immaterial (bathin). Sebab siapa yang tidak sangat kecewa, 
suda

CiKEAS> Cerita Ibu-ibu tentang Konservasi Minah

2010-08-07 Thread sunny
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=64634:cerita-ibu-ibu-tentang-konservasi-minah&catid=78:umum&Itemid=131


  Cerita Ibu-ibu tentang Konservasi Minah
  Oleh : Zainuddin Nasution



  Semenjak kebijakan konversi minah alias minyak tanah ke gas digulirkan 
oleh Pemerintah beberapa waktu lalu, muncul komentar yang bermacam ragam 
dikalangan masyarakat kita terutama para ibu-ibu yang bersentuhan langsung 
dengan masalah ini. 

  Komentar-komentar itu merupakan kumpulan cerita ibu-ibu di tkp maupun 
dari mulut ke mulut. Harap maklum namanya juga cerita ibu-ibu selain lepas, 
bebas tanpa ada rintangan, maka hampir bisa dipastikan pula kalau saringannya 
pun tidak terlalu baik. Makanya tulisan ini hanya merupakan sebentuk apresiasi 
plus aspirasi para ibu-ibu yang terkena dampak konversi minah tersebut.

  Kebebasan yang dirampas

  Seorang ibu paruh baya (sebut saja Halimah) warga kecamatan Medan Denai 
yang turut antri ketika pendistribusian tabung gas dilingkungannya berlangsung 
mengatakan bahwa kebebasannya telah dirampas oleh sekelompok orang yang 
menyebut dirinya "Pemerintah". Betapa tidak, hampir setengah abad beliau telah 
terlatih menggunakan minah untuk kebutuhan memasak bagi keluarganya, tiba-tiba 
"dipaksa" harus belajar memasak dengan cara yang berbeda yakni dengan 
menggunakan gas yang belum pernah sama sekali dilakoninya. 

  Bu Halimah tentu saja tidak tahu alasan sang Pemerintah yang mewajibkan 
berpindah ke gas. Selain minimnya sosialisasi yang bernas, Pemerintah juga 
tidak jujur (transparan) memberikan argumentasi terhadap kritisi dari 
masyarakat.

  Bu Halimah merasa tidak habis pikir, kalau Pemerintah mengatakan bahwa 
sumber energi minah rawan manipulasi (baca ; pengoplosan dan penyelundupan), 
mengapa kebebasan rakyat untuk menggunakan minah alakadarnya yang dirampas, 
bukannya para manipulator, pengoplos dan penyelundup itu yang ditangkap dan 
dihukum berat katanya dengan ekspresi marah. Kalau alasannya keterbatasan 
sumber daya energi bumi, lalu apakah gas merupakan sumber energi dari langit. 

  Kemudian bu Halimah bertanya "siapa rupanya yang paling banyak mengkuras 
sumber energi dari perut bumi ini"? Mau dijual kemana? Untuk keperluan apa dan 
oleh siapa? Barangkali ada sederet pertanyaan lagi yang dilontarkan bu Halimah 
yang tak sempat penulis sadap, karena kaset rekaman saya tiba-tiba error.

  Ketika penulis tanyakan kepada bu Halimah apa yang harus dilakukan oleh 
pemerintah. Beliau mengatakan, seharusnya Pemerintah mengembalikan hak warga 
masyarakat untuk memilih pakai "MINAH atau GAS". Jangan waktu Pemilu dan 
Pilkada saja rakyat diberi kebebasan untuk memilih, kata Halimah mengakhiri 
komentarnya.

  Kompor Gas tak Berkualitas

  Lain halnya komentar mbak Yulia, 37 tahun (nama samaran) warga kecamatan 
Medan Kota. Beliau prihatin terhadap pendistribusian tabung gas kepada warga di 
wilayah kecamatannya yang katanya tidak berkualitas, sehingga muncul 
kekhawatiran dikalangan ibu-ibu jiran tetangga beliau untuk menggunakan tabung 
gas "murahan" tersebut. Cerita ibu-ibu itu seolah-seolah Pemerintah tengah 
merancang bom waktu dan mengirimkannya ke rumah-rumah warga dimana yang menjadi 
sasaran empuknya adalah masyarakat pra sejahtera (baca ; miskin)

  Mbak Yulia juga menggugat "apakah Pemerintah siap bertanggung jawab kalau 
bom waktu (tabung gas non kualitas) yang mereka titipkan di rumah-rumah warga 
miskin itu tiba-tiba meledak" dan terbukti sekarang ini sudah menjadi 
kenyataan, namun mbak Yulia pesimis, jangankan menanggung biaya perobatan, 
membesuk pun mereka enggan. Paling-paling kata Pemerintah yang menitipkan bom 
itu, kecelakaan ini terjadi akibat "human error'1'' persis ucapan yang 
ditirukan oleh reporter Radio & Televisi setiap kali terjadi ledakan "Bom 
titipan Pemerintah" itu. Kadang-kadang ada benarnya pepatah kuno (baca ; 
anekdot) yang mengatakan bahwa ; Pasal (1) : Pemerintah tak pernah salah. Pasal 
(2): Jika Pemerintah salah, maka lihat Pasal (1).

  Kesaksian mbak Yulia pada saat pendistribusian kompor gas secara gratis 
itu berlangsung, muncul pihak ketiga yang menawarkan jasa untuk mengganti salah 
satu onderdil kompor gas tersebut dengan barang yang berkualitas, asalkan si 
nasabah (baca ; warga miskin) bersedia memberikan biaya penggantinya sebesar 
Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kualitas no.l atau 
sebesar Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) kualitas No.2 dan 
sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) kualitas no.3. 

  Mbak Yulia sempat bingung apakah Pihak Ketiga itu merupakan bagian dan 
aparat yang ditugaskan oleh Pemerintah, atau sekedar mendompleng guna mem 
peroleh keuntungan pribadi. Tapi, mbak Yulia tak mau bertanya terlalu jauh, 
apalagi budaya takut yang pernah ditanamkan Pemerintah Orde Baru masih membekas 
dihati beliau. Pokoknya program Pemerintah harus didukung tanpa reserve, su

CiKEAS> Doa atau Mantera Apapun Bisa Menyembuhkan Atau Mematikan !!!

2010-08-07 Thread muskitawati
Doa atau Mantera Apapun Bisa Menyembuhkan Atau Mematikan !!!
  
Semua doa atau mantera2 bisa ajaib menyembuhkan, bisa juga ajaib digunakan 
untuk membunuh.  Tak perlu pakai agama, asal ada keyakinan dan bisa konsentrasi 
cukup sudah.  Jadi keajaiban ini digunakan Islam untuk propaganda dakwahnya, 
juga Kristen menggunakan nya untuk propaganda khotbah2 agamanya, padahal apapun 
agamanya enggak susah membuat keajaiban seperti ini karena keajaibannya 
bukanlah keajaiban alam melainkan keajaiban bagaimana bisa menipu dirinya 
sendiri yang dinamakan "Sugesti".

> Rahardjo Mustadjab  wrote:
> Ada yang percaya kekuatan doa kesembuhan
> yang mereka saksikan sendiri, ada yang
> tidak percaya. Ada kabar gembira dari
> Universitas Indiana. Baru-baru ini Prof
> Candy Gunther dan team membuktikan
> kebenarannya, khusus bagi penderita
> kurang penglihatan dan pendengaran.

Udah saya tulis berulang kali, bahwa "Kepercayaan" apa saja merupakan kekuatan 
yang bisa menyembuhkan diri sendiri, atau malah membuat sakit diri sendiri, 
bahkan juga bisa bikin mati orang lain.

Semua itu namanya kekuatan "sugesti" dan hal ini sudah bukan keajaiban lagi 
dizaman sekarang, semua kepercayaan bisa menciptakan keajaiban seperti ini, 
bahkan tanpa kepercayaan sekalipun tetapi dengan melatih konsentrasi pikiran 
maka hal inipun bisa dicapai.

Itulah sebabnya, semua agama dan kepercayaan dilindungi karena dalam batas2 
tertentu bisa berguna, maksudnya berguna bagi kesembuhan, berguna bagi 
kebahagiaan, dan juga berguna bagi perputaran ekonomi itu sendiri karena doa 
bisa dijual, dan khotbah maupun belajar agama bisa menjadi komoditi.  Khotbah2 
di kaset aja bisa jadi milyardan dollar koq.

Tetapi juga kepercayaan itu bisa disalah gunakan, bukan untuk penyembuhan bukan 
untuk kebahagiaan, juga bukan untuk meningkatkan roda perekonomian, justru 
sebaliknya yaitu jadi teror bomb jihad Islamiah, busa jadi bomb crusader, dll.  
Oleh karena itulah, yang baiknya boleh kita manfaatkan, dan yang jeleknya harus 
kita tumpas.

Bayangin, apa ajaibnya kalo ada orang pakai gelang akar bahar karena dia 
percaya penyakit rhematiknya bisa sembuh, ternyata setelah pakai gelang akar 
bahar keluhan sakit rematiknya juga sudah sembuh, dan ini semua karena 
kepercayaannya yang besar meskipun bukan benar2 sembuh paling tidak rasanya 
sembuh.

Demikian juga, pemain kuda lumping ini malah tidak pakai doa dan tidak pakai 
agama, cukup pakai keyakinan bahwa dia itu sekarang jadi kuda, maka se-olah2 
masuklah roh kuda, padahal roh itu sendiri dibuktikan tidak pernah ada.  
setelah kemasukan roh kuda, si pemain kuda lumping malah bisa makan semprong 
gelas, makan beling, makan dedak, padahal sebelum kemasukan roh mau makan 
begituan bisa ber-darah2 beraknya.

Disinilah letaknya keajaiban sebuah kepercayaan tanpa perlu harus percaya ini 
dan percaya itu. Mau percaya apa saja boleh, jangan dipaksa percaya ini dan 
itu, memaksa percaya ini itu adalah salah, pelanggaran HAM.

Marilah test diri anda, sediakan taik anjing dipiring, dan konsentrasi lah 
bahwa yang dipiring itu adalah sate ayam, setelah konsentrasi anda kuat, maka 
taik anjing yang dipiring itu tampaknya jadi sate ayam, kalo anda makan 
gurihnya juga sama dengan sate ayam, dan yang lebih penting anda tidak bakalan 
sakit gara2 makan tahi anjing ini, karena sudah anda yakini itu adalah sate 
ayam.

Itulah sebabnya baik ayam yang makan taik nya atau anjing yang makan taik kebo 
enggak pernah sakit, karena mereka percaya itu adalah makanan sehat.  Tetapi 
kalo anda kurang percaya, maka anda jatuh sakit.

Semua ini sudah menjadi studi ilmuwan, bukan saja digunakan dalam ilmu 
kedokteran untuk menyembuhkan tapi juga bisa digunakan dalam perang untuk 
membunuh musuh2.

Ny. Muslim binti Muskitawati.







CiKEAS> Meski Kalah Perang Enggak Bisa Menyerah !!!

2010-08-07 Thread muskitawati
Meski Kalah Perang Enggak Bisa Menyerah !!!

>  wrote:
> hehehe ... kalah perang kagak boleh nyerah...
> kesian amat tuh tentara...
> 

Sebenarnya ini adalah rahasia militer, kalo sampai terberitakan keluar pasti 
diprotest.  Tapi cara inipun kita gunakan di Timor Timur dulunya.  Perang di 
Timor Timur sebetulnya udah usai, banyak yang mau menyerah karena ada pengawas 
dri Palang Merah Internasional maka pemerintah RI pura2 menerima mereka yang 
menyerah disuruh duduk dilapangan, di apelkan dan dicatat data2 masing2nya.  
Seelah pengawas dari Palang Merah Internasional ini pulang, pura2nya oleh pemda 
setempat mau dipestakan menyerahnya orang2 ini.  Namun diantara mereka 
disusupkan mata2 yang menyebarkan info2 yang menakutkan bahwa mereka mau 
dibunuh semuanya.

Oleh karena itulah, si mata2 ini menyuruh mereka yang tadinya sudah menyerah 
untuk lari lagi kegunung sambil membawa senjata2 dari serdadu yang lagi 
ketiduran.

Ini memang disengaja, karena musuh yang lemah yang lari kesana kemari ketakutan 
mana bisa menang, dan mana punya pilihan lain selain menyerah ???  Susahnya 
kalo menyerah maka perang selesai dan duit tunjangan tidak ada lagi.  Jadi 
untuk itu perpanjanglah peperangan, dan jangan bisa mereka menyerah, jangan 
dibunuh habis yang penting bisa main kejar2an selama mungkin.  Itulah yang 
terjadi di Timor Timur dulu, dan sekarang di Afghanistant, Pakistant, dan di 
Iraq.  Urusan rakyatnya menderita, biarlah cari dana ditempat lain untuk mereka.

Demikianlah, kalo anda lihat kasus Hamas, coba anda kasih usul gimana caranya 
bisa diterima menyerah ???  Enggak ada tempat untuk menyerah, mau menyerahkan 
diri kepada tentara Israelpun pasti diusir, sana pergi, bahkan tidak ditangkap, 
baru dibunuh kalo mereka menembak dan ini ada alasan, ada bukti, dan ada saksi. 
 Jadi kalo tidak ada saksinya, meskipun nembakin tentara Israel sekalipun 
kadang kalanya didiemin enggak ditembak mati.  Semua ini penting, yaitu penting 
untuk menyadari masyarakat bahwa melawan hasilnya mati ketembak.

Sebenarnya cara2 begini pernah dikritik, karena di Amerika sendiri permainan 
begini juga digunakan.  Penjahat2 kelas berat yang dipenjarakan, sengaja 
dilepaskan karena katanya sudah tidak berbahaya.  Padahal sengaja dilepas agar 
berbuat kejahatan lagi sehingga memberi kesempatan polisi untuk menembaknya 
mati.

Ny. Muslim binti Muskitawati.