Jenderal TNI Djoko Santoso: Saya Dilahirkan untuk Berjuang
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=21&dn=20070924132519

Oleh : Wilson Lalengke 

24-Sep-2007, 13:25:19 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Satu-satunya tokoh Tentara Nasional Indonesia – 
Angkatan Darat (TNI-AD) yang menjadi Wakil Kepala Staf TNI-AD 
(WAKASAD) dan Kepala Staf TNI-AD (KASAD) pada urutan yang sama 
adalah Jenderal TNI Djoko Santoso. Perwira yang dibesarkan di 
intelijen negara ini menjabat sebagai WAKASAD pada urutan ke-24 
menggantikan pendahulunya, Letjen TNI Darsono, MSc yang memasuki 
masa pensiun pada 31 Oktober 2003. Selanjutnya, ayah dari dua anak 
ini (Andika Pandu dan Ardya Pratiwi Setyawati) diangkat menjadi 
KASAD menggantikan Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, juga di urutan 
KASAD ke-24, pada 18 Februari 2005.

Suami dari Angky Retno Yudianti ini terlahir dengan nama Djoko 
Santoso dari keluarga guru di Solo (Jawa Tengah), 8 September 1952. 
Lahir sebagai anak pertama dari 9 orang bersaudara memaksa Djoko 
harus melewati masa kecil dengan hidup penuh keprihatinan. Ditambah 
lagi dengan kondisi keuangan orang tuanya yang hanya mengandalkan 
gaji almarhum ayah sebagai seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA). 
Dapat dibayangkan, betapa keseharian Djoko kecil bukanlah sebuah 
masa kanak-kanak yang menggembirakan, tapi penuh kesulitan. Namun, 
kondisi itu justru telah memberikan pelajaran hidup terbaik bagi 
Sang Jenderal untuk menempa dirinya sebagai pejuang. Kerja keras dan 
belajar sungguh-sungguh adalah bahagian dari cerita perjuangan 
hidupnya dari kecil hingga saat ini. Tidak ada suatu masa pun yang 
dilewati dengan hanya bersantai-santai, apalagi berhura-hura.

Sebahagian kalangan menilai bahwa Djoko Santoso adalah figur seorang 
Jenderal yang cenderung perfeksionis. Mungkin ini ada benarnya, 
terlihat dari penampilan dan kepemimpinannya yang sedikit hati-hati, 
kalem, low profile, bersahaja tapi tegas dan menginginkan segalanya 
berjalan sesempurna mungkin. Selain itu, Perwira Tinggi (Pati) 
kebapakan ini juga luwes dalam pergaulan sehari-hari. Setelah 
menempati berbagai pos kepemimpinan di tubuh TNI, dia kemudian 
dipercaya menjadi Kepala Staf TNI-AD (KASAD) yang diembannya sejak 
awal tahun 2005 hingga sekarang. Banyak berkembang prediksi bahwa 
sosok yang pernah menjadi anggota DPR/MPR RI (1992) ini mungkin akan 
menjabat sebagai Panglima TNI berikutnya.

Walaupun pernah mendapat tugas dalam operasi Seroja di Timor Timur, 
namun track record anggota TNI-AD berpangkat bintang empat yang 
dikenal dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini cukup 
bersih. Di kalangan aktivis hak asasi manusia, Djoko Santoso praktis 
tidak tercela. Dia diyakini tidak terkait dengan masalah-masalah 
pelanggaran HAM yang hingga sekarang masih menjadi misteri di negeri 
ini. Djoko Santoso juga tidak mempunyai kaitan dengan masalah 
bisnis, perusahaan dan yayasan TNI yang sering menimbulkan persoalan 
nasional.

Kiprah alumni Akademi Militer (1975) ini sebelumnya memang tidak 
banyak terdengar. Maklum, hal itu disebabkan oleh penugasannya yang 
lebih banyak berhubungan dengan masalah intelijen yang memang 
dituntut untuk berkarakter pendiam dan jarang sekali diekspos. 
Namanya kemudian mulai berkibar setelah menjabat Panglima Kodam 
(Pangdam) XVI/Pattimura & Panglima Komando Operasi Pemulihan 
Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 yang berhasil gemilang meredam 
konflik di Maluku, diteruskan dengan jabatan berikutnya sebagai 
Pangdam Jaya Maret 2003 – Oktober 2003. Karakter low profile itu 
harus dilakoni kembali tatkala Djoko Santoso dipercaya menjabat 
Wakil Kepala Staf TNI-AD 2003-2005, karena tugas seorang WAKASAD 
adalah berada di belakang layar sebagai penyedia semua kebutuhan-
kebutuhan operasional dari KASAD. 

Saat ini, Jenderal penerima tanda penghargaan Pingat Jasa Gemilang 
dari Singapura itu telah menjalankan tugasnya di tampuk tertinggi 
kepemimpinan TNI-AD selama lebih dari 2,5 tahun. Mengemban tugas 
memimpin institusi TNI-AD di masa reformasi ini cukup sulit; 
menahkodai sebuah organisasi yang sedang mereformasi diri dan 
mengarahkan perannya kepada TNI yang profesional, pengemban tugas 
menjaga kedaulatan negara dan keutuhan bangsa Indonesia, lepas dari 
kehidupan dunia politik. Sampai pada titik ini, Djoko Santoso yang 
juga penyandang gelar kesarjanaan S-2 Manajemen ini dinilai 
berhasil, baik dalam karir militer maupun dalam kepemimpinannya 
sebagai KASAD. Menilik kesuksesan yang dicapai oleh pria yang sangat 
taat beragama ini, banyak orang ingin mendengar apa komentar Djoko 
Santoso sendiri atas penilaian tersebut. Juga tentang pandangan-
pandangannya, strategi dan pendekatan kepemimpinnya dalam membenahi 
serta memulihkan kepercayaan rakyat kepada TNI. Ia kemudian 
menjelaskannya kepada KabarIndonesia yang diwakili oleh Pimpinan 
Redaksi, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, M.A., yang diberi kesempatan 
mewawancarainya di Jakarta pada tanggal 3 September lalu, sebagai 
berikut:

KabarIndonesia (KI): Di mana letak rahasia keberhasilan Bapak 
sehingga dapat meraih jabatan tertinggi di Angkatan Darat?

Djoko Santoso (DS): Rahasianya terletak di tangan Allah SWT. Karena 
saya berkeyakinan bahwa manusia itu memang hanya sekedar menjalani 
apa yang menjadi rencana dan takdir Allah SWT.

KI: Nasehat apa yang bisa Bapak berikan bagi generasi penerus?

DS: Generasi penerus bangsa Indonesia harus mempunyai tekad, 
semangat dan cita-cita untuk berbuat terbaik dalam mengabdi kepada 
rakyat, negara, dan bangsa Indonesia. Untuk mencapai cita-cita itu 
sebaiknya senantiasa bersyukur, berjuang, bekerja keras, berdo'a dan 
selanjutnya berserah diri kepada Allah SWT.

KI: Langkah-langkah nyata apa yang akan dilakukan oleh Angkatan 
Darat untuk meningkatkan moralitas dan etika keprajuritan maupun 
untuk meningkatkan profesinalisme keprajuritan?

DS: Dua pertanyaan ini memang menjadi agenda utama Angkatan Darat 
pada masa kepemimpinan saya. Karena saya berpandangan bahwa 
moralitas dan etika itu merupakan kekuatan utama, bukan hanya 
Angkatan Darat, bukan hanya prajurit, tapi juga bangsa. Karena 
perang itu, menurut pandangan saya, adalah beradunya kekuatan moral 
prajurit, beradunya kekuatan moral bangsa.

Untuk meningkatkan moralitas dan etika keprajuritan, ditempuh 
beberapa langkah yaitu: yang pertama adalah memantapkan kepemimpinan 
dan keteladanan di segenap jajaran TNI-AD; meningkatkan keimanan dan 
ketaqwaan kepada Allah SWT, sumber dari segala moralitas dan etika 
itu, ya.. dari agama; meningkatkan disiplin, hukum dan tata tertib; 
dan membenahi sistem pendidikan, latihan dan penugasan.

Untuk meningkatkan profesionalisme keprajurutan, melalui pembenahan 
sistem pendidikan, latihan dan penugasan; menyelenggarakan 
pendidikan dan latihan secara benar dan terukur; meningkatkan 
pembinaan guna meningkatkan kesiapan operasional satuan; dan 
menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan setiap penugasan dengan 
ketat. Karena tugas bagi setiap prajurit adalah kehormatan, harga 
diri, dan kebanggaan.

KI: Mohon penjelasan mengenai Patriot Leadership Development Centre 
(LDC) seperti yang Bapak canangkan di ITB.

DS: Patriot Leadership Development Centre (PLDC) adalah pusat 
pengembangan calon pemimpin pada tingkat nasional yang memiliki 
keunggulan dan diapresiasi secara internasional. Sekaligus sebagai 
wadah komunitas belajar lintas disiplin ilmu yang mampu 
mengembangkan kompetensi kepemimpinan, baik secara perorangan maupun 
organisasi. Visi PLDC adalah pusat pengembangan calon pemimpin di 
tingkat nasional yang memiliki keunggulan dan diapresiasi secara 
internasional. Melalui visi ini diharapkan akan dapat dihasilkan 
para kader pemimpin berwawasan kebangsaan di berbagai sektor 
kehidupan, sehingga di masa depan mereka akan dapat ikut 
meningkatkan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia. Selain itu, 
mengingat kepemimpinan adalah sesuatu yang bersifat universal, PLDC 
juga bermaksud untuk menggunakan kaidah-kaidah pengembangan 
kepemimpinan yang ilmiah dan diakui secara internasional.

Misi PLDC adalah menciptakan suatu komunitas belajar lintas disiplin 
yang memiliki komitmen untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinan 
individual maupun organisasi, melaksanakan penelitian untuk 
menghasilkan model kepemimpinan yang khas, yang dilandasi oleh nilai-
nilai intrinsik yang hidup dan berkembang di Indonesia, 
menyelenggarakan program pengembangan kepemimpinan yang bermutu 
tinggi, mengembangkan materi pendidikan dan latihan yang tepat guna, 
menyelenggarakan jasa konsultasi dalam bidang pengembangan 
organisasi dan penentuan kebijakan, mengembangkan kemitraan 
strategis dengan lembaga, pakar dan praktisi kepemimpinan, baik di 
dalam maupun di luar negeri, serta menyelenggarakan program-program 
pendidikan dan latihan bagi masyarakat luas dalam rangka pengabdian 
kepada masyarakat. 

Dalam pelaksanaannya, PLDC diselenggarakan dengan menganut sistem 
nilai yang bermuara pada integritas, kompetensi, kreativitas dan 
keberanian, kolaborasi, keadilan serta kesetaraan. Hal ini mengingat 
bahwa kompetensi kepemimpinan yang unggul jika tidak dilandasi oleh 
nilai-nilai moralitas dan etika yang sesuai hanya akan menghasilkan 
kader-kader pimpinan yang akan bertindak seperti robot, sehingga 
mereka tidak akan mampu untuk memihak pada kepentingan yang lebih 
besar pada saat harus mengambil keputusan yang dilandasi oleh dilema 
moral yang sulit.

Peserta PLDC adalah seluruh komponen masyarakat Indonesia, termasuk 
para pejabat di lingkungan militer, sipil, perusahaan dan organisasi 
nirlaba di berbagai tingkatan manajerial dalam organisasi, termasuk 
masyarakat umum seperti tokoh pemuda dan mahasiswa yang 
direkomendasi oleh pimpinan masing-masing untuk dikembangkan 
kompetensi kepemimpinannya.

KI: Ada harapan atau obsesi Bapak ke masa depan untuk bangsa dan 
negara Indonesia tercinta?

DS: Obsesi saya, ya, mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu 
terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan 
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan cita-
cita Indonesia itu tidak ada alternatif lain kecuali kita harus 
bangkit, bersatu dan bekerja keras bersama-sama, membangun Negara 
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang maju, berdaulat, adil dan 
makmur, sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Upaya 
yang harus dilakukan antara lain: mempersiapkan, melatih dan 
membentuk kepemimpinan dan pemimpin-pemimpin lintas profesi yang 
berwawasan kebangsaan, jadi pemimpin itu bukan hanya presiden 
sendiri, kita semua adalah pemimpin; me-revitalisasi dan me-
reaktualisasi nasionalisme; membangun militansi bangsa; dan 
mengaktualiasikan jati diri dan kultur bangsa.

Saya ingin elaborasi lebih lanjut bahwa konsep ini sudah kita 
laksanakan, sedang dan akan terus dilaksanakan. Yang pertama secara 
kronologi, pada 1 Maret 2007, melalui Yayasan Kartika Eka Paksi kita 
menyelenggarakan seminar nasional dengan tema "Kepemimpinan yang 
Berwawasan Kebangsaan". Tanggal 22 Maret, kita meresmikan yang 
namanya Patriot Leadership Development Centre (PLDC). Inilah oleh 
Angkatan Darat, di samping untuk menggodok perwira-perwira AD, juga 
dari luar AD bisa memakai PLDC untuk melatih, memberi pelatihan dan 
pengetahuan bagi pemimpin-pemimpin lintas profesi. Sekarang telah 
berjalan, seperti mahasiswa ITB, kita juga menggodok peserta dari 
Telkom. Rencana ke depan itu akan melatih mahasiswa Universitas 
Presiden. Waiting list-nya sudah banyak yang akan dilatih di PLDC.

Kita juga telah melaksanakan lokakarya di Bandung beberapa waktu 
lalu di Hotel Priyangan. Kita mendatangkan 65 tokoh dari berbagai 
generasi, dari berbagai disiplin ilmu, tokoh pemuda dan masyarakat, 
untuk curah pikir tentang apa kepemimpinan yang berwawasan 
kebangsaan, mengapa rumusannya seperti itu, bagaimana 
mengimplementasikannya, dan bagaimana merekomendasikan hal ini untuk 
berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Di situ 
juga kita merumuskan bagaimana kita me-revitalisasikan dan me-
reaktualisasikan rasa nasionalisme kita dan wawasan kebangsaan kita. 
Ini sedang disusun rumusannya. Membangun dan membangkitkan militansi 
bangsa. Dari hasil para orang pinter tadi, kita juga sedang rumuskan 
hasil curah pikirnya. 

Pesan saya kepada generasi muda yang masih panjang perjalanan 
hidupnya, yakni: yang penting bukan menjadi apa, tetapi jadilah 
dirimu sendiri yang sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi orang banyak. 
Tidak perlu harus menjadi presiden atau apa. Tapi pada setiap 
episode hidup kita menjadi apapun, berbuatlah yang sebaik-baiknya.

KI: Terima kasih Pak atas waktu dan penjelasan panjang-lebar ini.

DS: Ya, sama-sama. Kita juga, pihak TNI-AD menyampaikan terima kasih 
kepada KabarIndonesia atas kesediaannya untuk menjadi penyebar 
informasi dari semua pihak, termasuk dari TNI-AD, kepada masyarakat.

Itulah hasil bincang-bincang KabarIndonesia dengan pemimpin 
tertinggi di institusi TNI-AD, penyandang berbagai penghargaan dan 
bintang tanda jasa di ruang kerjanya beberapa waktu silam. 
Keseriusan beliau membenahi dan meningkatkan peran TNI-AD dalam 
mewujudkan tujuan nasional terpancar dari raut wajahnya yang penuh 
wibawa. Kerja keras yang seakan tiada hentinya, akan terus berlanjut 
hingga ke akhir hayat, demikian sekelumit komitmen beliau sebagai 
pengejawantahan "saya dilahirkan untuk berjuang". Selamat berjuang, 
Jenderal!!!


Riwayat Hidup Singkat:

Data Pokok:
Nama : Djoko Santoso
Pangkat : Jenderal TNI
Tempat/tgl. Lahir : Solo, 8 September 1952
Agama : Islam

Pendidikan umum:
1. Sarjana (S-1) FISIP (1994)
2. Pascasarjana S-2 Manajemen (2000)

Pendidikan militer:
1. Akademi Militer (AKMIL), tahun 1975
2. Kursus Dasar Kecabangan Infantri (SUSSARCABIF), tahun 1976
3. Kursus Lanjutan Perwira Tempur (SUSLAPAPUR), tahun 1987
4. Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (SESKOAD), tahun 1990
5. Lembaga Pertahanan Nasional (LEMHANAS), tahun 2005

Kepangkatan:
1. Letnan Dua (LETDA), 1975
2. Letnan Satu (LETTU), 1978
3. Kapten, 1981
4. Mayor, 1988
5. Letnan Kolonel (LETKOL), 1991
6. Kolonel, 1995
7. Brigadir Jenderal (BRIGJEN), 1998
8. Mayor Jenderal (MAYJEN), 2001
9. Letnan Jenderal (LETJEN), 2003
10. Jenderal, 2005

Jabatan:
1. DANTON-I/A/121/II (1976)
2. ADC PANGDAM I/Bukit Barisan (1978)
3. ADC PANGKOSTRAD (1980)
4. DANKI-A YONIF 502 (1980)
5. KASI-2/OPS YONIF 502 (1983)
6. KASIPAM DISPAMSANAD (1987)
7. WADAN YONIF L-328/Kostrad (1988)
8. PS. DANYONIF-330/Kostrad (1990)
9. DANYONIF L-330/Kostrad (1990)
10. Anggota DPR/MPR RI (1992)
11. ASSOSPOLDAM JAYA (1995)
12. DANREM 072/Pamungkas (1997)
13. WAASSOSPOL KASSOSPOL ABRI (1998)
14. WAASSOSPOL KASTER ABRI (1998)
15. KASDAM IV/Diponegoro (2000)
16. PANGDIV-2/Kostrad (2001)
17. PANGDAM XVI/Pattimura (2002)
18. PANGDAM JAYA (2003)
19. Wakil Kepala Staf TNI-AD (WAKASAD), 2003
20. Kepala Staf TNI-AD (KASAD), 2005

Penugasan:
Operasi Seroja (1976, 1981, 1988)

Tanda Jasa:
1. S.L. SEROJA
2. S.L. KESETIAAN XXIV TAHUN
3. YUDHA DHARMA PRATAMA
4. KARTIKA EKA PAKSI PRATAMA
5. YUDHA DHARMA NARARYA
6. BINTANG DHARMA
7. KARTIKA EKA PAKSI NARARYA
8. BINTANG BHAYANGKARA UTAMA
9. BINTANG KATIKA EKA PAKSI UTAMA
10. PINGAT JASA GEMILANG (SINGAPURA)
11. SWA BHUWANA PAKSA UTAMA
12. JALASENA UTAMA

Keluarga:
Istri : Angky Retno Yudianti
Anak : Andika Pandu (L) dan Ardya Pratiwi Setyawati (W)
Ayah : Djoko Soedjono (alm)
Ibu : Sulani (alm)

Keterangan foto: KASAD Jenderal TNI Djoko Santoso bersalaman dengan 
Wilson Lalengke, Pimred KabarIndonesia


Blog: http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/ 
Alamat ratron (surat elektronik): [EMAIL PROTECTED] 
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera: 
http://kabarindonesia.com/



Kirim email ke