=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun Spirit, Demokrasi, 
           Nasionalisme, Kebangsaan dan pruralisme  Indonesia ."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism Democration & Pruralism Indonesia Quotient] 
MEMPERINGATI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL, 20 Mei 1908 
MERAYAKAN 80 TAHUN SUMPAH PEMUDA, 28 Oktober 1928 
MERAYAKAN 60 TAHUN DEKLARASI HAK ASASI MANUSIA-PBB, 10 Desember 1948 
  
Mengenang Iskandar Alisjahbana 
Kombinasi Wirausaha dan Inovator 
Kamis, 18 Desember 2008 | 00:56 WIB 
Oleh : Arifin Panigoro 
Deru angin, bau segar dedaunan, dan pohon seperti baru kemarin terhirup di 
hidung. Sesekali udara dingin serasa menembus kulit. Begitulah hari-hari ketika 
saya duduk di belakang kemudi mengantarkan Pak Iskandar Alisjahbana ke lokasi 
pembangunan stasiun relai di Tangkuban Perahu pada tahun 1963. 
Beliau dengan beberapa dosen elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama 
kalangan pengusaha lain dari Philips Ralin dan Telkom membangun fasilitas relai 
TV tersebut. Saat itu saya masih duduk di kelas III SMA. Beliau lebih dikenal 
dengan sebutan Pak Is. Sebenarnya Pak Is adalah teman orangtua saya. Kegiatan 
pembangunan stasiun rela di Tangkuban Perahu itulah yang mengantarkan saya 
untuk mengenal sosok Pak Is lebih dalam, dan turut menentukan jalan hidup saya 
di kemudian hari. Ketika saya lulus SMA, beliaulah yang menyuruh saya untuk 
memilih jurusan elektro di ITB. 
Pak Is dikenal luas sebagai seorang dosen, guru besar bidang elektro teknik dan 
ahli elek- tronika, tetapi pelajaran yang ia berikan tidak berhenti di papan 
tulis, diktat, dan ruang-ruang kuliah di kampus Ganesha. 
Di luar berbagai mata kuliah itu yang lebih kuat terekam dari sosok Pak Is 
adalah ikhtiarnya, yang tidak kenal lelah, untuk mencetak mahasiswa sebagai 
sosok berkepribadian— meminjam istilah Pak Is — dan berkecerdasan yang utuh. 
Pribadi yang utuh ini merujuk pada kemampuan si mahasiswa dalam menyerap ilmu 
pengetahuan di kampus dan menerapkannya pada kehidupan yang bersang- kutan 
dengan harapan memberi manfaat bagi orang banyak. 
Bagi Pak Is kepribadian dan kecerdasan utuh itu bisa dicapai dengan membangun 
semangat entrepreneurship. Contoh tero- bosan inovasi dan semangat ke- 
wirausahaan itu antara lain melalui gagasannya dalam pem- bangunan stasiun 
relai di Tang- kuban Perahu tersebut. 
Dalam sebuah forum sila- turahim Lebaran 1429 H di Bandung, beberapa waktu 
lalu, Pak Is membuka kunci mengapa ia begitu tergerak memelopori 
entrepreneurship. Ada penggalan komentarnya yang saya ingat: ”... dalam 
entrepreneurship ada values yang memberikan apresiasi kepada fairness, 
competitiveness, dan creativeness.” 
Values itulah yang Pak Is usung dalam berbagai kesempatan. Dari sisi terobosan 
teknologi komunikasi, misalnya, Pak Is dikenal sebagai sosok inovator dalam 
pengembangan teknologi satelit. Indonesia pada saat itu termasuk pionir dalam 
penggunaan satelit komunikasi di dunia, atas inisiatif dan upaya tak kenal 
lelah Pak Is, maka Indonesia kemudian menggunakan Satelit Palapa sebagai wahana 
komunikasi untuk menjangkau berbagai pulau yang tersebar di seantero Tanah Air. 
Humanis 
Pak Is juga saya kenal sebagai sosok yang humanis. Ada salah satu peristiwa 
yang saya tidak pernah lupa. Kejadiannya ber- langsung di dalam kereta api 
Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung. Waktu itu saya sudah kuliah selama delapan 
tahun di ITB, tetapi belum lulus-lulus juga karena sibuk cari proyek untuk 
dapatkan uang. Begitu mendengar cerita saya ini, Pak Is lantas menghela napas 
dan mengatakan, ”Sudahlah Pin, hentikan kerjaankerjaan sampingan kamu seperti 
ini, cepat selesaikan sekolahmu dulu. Kalau kamu kurang uang nanti saya 
pinjamkan uang.” 
Dorongan-dorongan seperti itulah yang membuat saya menjadi tidak pernah lupa 
dengan sosok Pak Is. 
Sampai saat-saat beliau sudah lanjut usianya, tidak henti-hentinya Pak Is 
memberikan dorongan-dorongan kepada yuniornya di kampus, murid-muridnya dan 
orang-orang muda yang ia temui untuk selalu berusaha lebih kreatif, selalu 
mencari jalan, rajin mencari terobosan baru, kalau perlu terobosan itu jauh ke 
depan atau leap frogging untuk kemajuan bangsa dan negara. 
Dorongan itu kerap Pak Is berikan dalam berbagai cara dan bentuk komunikasi 
kepada anak-anak muda. Waktu saya sudah menjadi pengusaha yang dianggap 
berhasil, Pak Is selalu mendorong murid-muridnya dan kadang-kadang saya suka 
dipakai sebagai contoh pengusaha yang selalu mencari peluang-peluang baru. 
Memang, dalam berbagai kesempatan yang ada, Pak Is dan saya kerap berdiskusi 
mengenai energi baru mulai dari angin, tenaga surya, sampai dengan gelombang 
laut. 
Cakupan perhatian Pak Is tidak hanya bertumpu pada upaya mendidik anak-anak 
muda binaannya. Ia juga tidak segan-segan menegur kami, baik dengan nada 
sebagai guru maupun sahabat. Suatu hari saya menerima telepon, suara Pak Is 
terdengar marah melihat sampah di Bandung yang menggunung. ”Pin, Bandung ini 
punya ITB, yang mengerti bagaimana teknik mengolah sampah supaya tidak bau dan 
berguna untuk hal-hal lain bagi masyarakat. Kenapa kok seperti tidak berbuat 
apa-apa?” 
Begitulah sosok Pak Is. Ia tidak akan segan mengutarakan apa yang ada dalam 
pikirannya kepada siapa pun begitu melihat Bandung , kota yang dicintainya 
tampak kotor dan jorok oleh sampah. 
Tiga isu besar 
Pertemuan terakhir saya dengan Pak Is berlangsung di sela-sela kuliah umum yang 
saya berikan di aula barat ITB akhir Oktober lalu. Kegiatan ini sebenarnya 
adalah tindak lanjut dari permintaan beliau yang menginginkan saya untuk bisa 
sharing pengalaman, pencapaian, dan harapan dalam pengembangan tiga isu besar 
di Republik: energi, pangan, dan edukasi. 
Sebelum kuliah umum ber- langsung saya sempatkan waktu untuk berdiskusi dengan 
Pak Is membahas tiga materi besar tersebut. Rupanya visi dan pikiran beliau 
jauh ke depan, begitu banyak gagasan leap frogging yang ia utarakan dalam 
pengembangan energi, pangan, dan pendidikan untuk bangsa kita. Saya merasa 
berbagai ide besar Pak Is itu tidak bisa selesai dibahas dalam sebuah forum 
studium generale. 
Setelah kuliah umum itu Pak Is menghampiri saya, ”Paparan tadi bagus Pin.., 
tetapi ini belum selesai, baru setengah jalan…, you mesti selesaikan. ” 
Permintaan ini amanah besar yang tidak boleh ditinggalkan. Dan, kini saya 
bersama sejumlah rekan melakukan berbagai inisiatif untuk pengembangan 
ketahanan pangan, energi, dan pendidikan, salah satunya dengan ikhtiar yang 
kami lakukan di Merauke, Papua. 
Sosok Pak Is dan sejumlah pesannya untuk langkah besar membangun Indonesia 
seperti tidak akan pernah terkubur bersama jasad beliau.... Selamat jalan guru 
kami. [Arifin Panigoro Pelaku Usaha.] 
------ 
"Teknopreneur" Iskandar Alisjahbana Berpulang 
Kamis, 18 Desember 2008 | 01:02 WIB 
Bandung, Kompas - Rektor Institut Teknologi Bandung Periode 1977-1978 Prof 
Iskandar Alisjahbana meninggal dunia hari Selasa (16/12) pukul 23.08. Iskandar 
adalah pencetus teknopreneurship di ITB dan pengembang Sistem Komunikasi 
Satelit Domestik Palapa. 
Ketua Majelis Wali Amanah ITB Periode 2001-2004 ini meninggal di Rumah Sakit 
Boromeus, Bandung , dengan kondisi pendarahan di bagian perutnya. Almarhum 
sempat dibawa ke RS Hasan Sadikin, Bandung , Selasa pagi. 
Anna Alisjahbana, istri almarhum, mengaku terkejut dengan kepergian suaminya. 
”Cepat sekali, hanya dalam kurun 21 jam dirawat,” ucapnya. 
Iskandar meninggalkan tiga anak, yakni Andi Alisjahbana, Rian Alisjahbana, dan 
Bachti Alisjahbana, serta enam cucu, pada usia 77 tahun. Ia dimakamkan di dekat 
makam ayahnya, Sutan Takdir Alisjahbana, di Desa Tugu, Bogor , Rabu (17/12). 
Andi, putra sulung Iskandar, mengenang almarhum sebagai sosok yang sangat 
menggemari inovasi teknologi. Almarhum sangat percaya, inovasi teknologi mampu 
berkontribusi pada peningkatan ekonomi dan daya saing bangsa. 
Semasa hayatnya, Iskandar sangat giat meneliti bidang teknologi komunikasi. 
Percobaan-percobaan dalam skala kecil pun dilakukan di rumahnya di Jalan Ranca 
Bentang 12A. Lulusan program doktor Departemen Teknik Elektro TH Damstadt ini 
penggagas teleblackboard, teknologi rekaman tulisan tangan di atas papan 
elektronik yang bisa dikirim ke lokasi yang jauh lewat gelombang radio atau 
televisi. Puncak karyanya adalah Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa yang 
diluncurkan 1976. 
Prof Sudjana Sapiie, sahabat seangkatan Iskandar, mengenang almarhum sebagai 
sosok visioner. ”Yang selalu diinginkannya adalah entrepreneurship dan 
teknologi modern,” ucapnya. 
Pada 1978, saat baru setahun menjabat Rektor ITB, Iskandar diberhentikan dari 
jabatannya oleh pemerintah karena dianggap membiarkan gelombang protes dan 
demonstrasi mahasiswa menentang Orde Baru di ITB. ”Atap rumahnya pun ditembaki 
pihak tidak dikenal. Ini semua dilakukannya karena ia berpandangan mahasiswa 
pun perlu diperlakukan secara adil,” ujar Sudjana yang menggantikannya sebagai 
rektor. 
Dalam wawancara dengan Kompas, di sela-sela orasi ilmiah Arifin Panigoro, akhir 
Oktober lalu, Iskandar berpesan, daya saing dan harga diri bangsa bisa 
ditingkatkan lewat teknologi. Tentunya, yang bisa berimplikasi pada ekonomi. 
”Jika ingin memperbaiki diri, kita, pribumi (orang Indonesia ), jangan gunakan 
tempeleng (otot), tetapi pakailah intelektualitas,” tuturnya. [JON] 
------ 
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! “ 
  
Best regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Reply via email to