Jawa Pos
[ Kamis, 23 Juli 2009 ] 

Meluruskan Isu Politik di Balik Ledakan Bom 


BOM yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tak hanya meninggalkan 
duka mendalam bagi para korban. Selain menuntut aparat bekerja keras mencari 
para dalang teror yang membuat seluruh dunia bersedih, ledakan itu juga 
memunculkan konflik baru dan saling curiga di antara para elite politik. 

Ini berawal dari sikap reaksional Presiden SBY selaku petinggi negeri ini dalam 
pernyataan pertama hanya beberapa jam dari peristiwa bom itu. Kita paham, 
situasi saat itu membawa kita ke dalam amarah. Semua orang marah besar. Rakyat 
Indonesia marah tak terkira. Sejumlah petinggi negara marah dengan mengutuk. 
Presiden SBY juga terbawa dalam situasi kemarahan dan kegeraman yang luar 
biasa. 

Saat itu SBY menyebut eskalasi politik sedang tinggi. Dia pun mengutip laporan 
intelijen tentang adanya kelompok politik tertentu yang bersiap melakukan 
huru-hara dalam bentuk revolusi atau menduduki KPU (Komisi Pemilihan Umum). 
Bahkan, sebuah foto dirinya yang menjadi sasaran latihan teroris diperlihatkan. 
Memang, tidak ada tudingan langsung, tapi muncul persepsi bahwa ada korelasi 
antara bom dan eskalasi politik pasca pemilihan presiden. 

Ketika arah penyidikan bom di Marriott dan Ritz-Carlton itu semakin mengerucut 
ke kelompok teroris pimpinan Noordin M. Top, wajar orang bertanya tenatng 
hubungan dua bom yang memakan sembilan korban jiwa itu dengan eskalasi politik 
pascapilpres? Apakah presiden telah melakukan kebohongan publik? Kesan yang 
muncul, SBY seakan-akan memanfaatkan momentum bom ini untuk menembak lawan 
politiknya. Apalagi, foto yang diperlihatkan itu adalah foto pada 2004. 

Rakyat Indonesia tentu tak ingin pernyataan SBY menjadi bola panas yang membuat 
negeri yang sudah menderita karena bom itu semakin panas. Kita tentu tak ingin 
pernyataan presiden tersebut menjadi bahan perang elite. Walaupun saat ini, 
para lawan politik SBY, seperti kubu Mega-Prabowo meminta SBY membuktikan 
keterlibatan elite politik. Bahkan, sudah ada pihak yang meminta SBY meminta 
maaf? 

Intinya, kita tidak ingin ada persoalan baru di negeri ini. Ledakan bom sudah 
memunculkan trauma mendalam. Belum lagi, masalah teknis pilpres yang masih 
dipersoalkan sejumlah kalangan. Kita tak ingin ruwet. 

Tidak ada salahnya bila presiden mengklarifikasi pernyataannya itu. Atas nama 
kearifan, SBY sebagai kepala negara bisa menjelaskan duduk persoalan sebenarnya 
sehingga masalah ini tidak menjadi bola politik yang liar. Selain itu, agar 
rakyat tidak bingung karena terjebak dalam isu-isu politik. 

Untuk ke depan, aparat intelijen kita harus memberi masukan akurat kepada 
presiden. Sebab, apa yang dikatakan presiden selalu dipegang rakyat. Dan, 
rakyat tak ingin presidennya terbelit masalah. Mari kita semua bergandeng 
tangan dan fokus memerangi teroris.(*) 

Kirim email ke