Refleksi : Bukankah SBY adalah panglima tertinggi TNI dan mantan jenderal TNI berbintang-bintang pengahargaan nan berkilau-kilau di pundak maupun di dadanya, jadi kalau dikatakan "tamparan" atau sindirian, itu hanya dilakukan untuk konsumsi manipulasi pendapat umum bukan untuk TNI, sebab kalau diperhatikan betul-betul tak ada perubahan signifikan reformasi dijalankan terhadap bisnis militer untuk dikuasai oleh administrasi hukum sipil. Selain itu banyak mantan perwira-perwira TNI menempati kedudukan penting dalam lembaga aparatur kekuasaan negara di berbagai bidang dan tingkatnya baik di pusat mau pun di daerah.
Jadi jangan salah dimengerti terhadap sendiwara terkait militer yang dilakoni oleh SBY. Hal serupa dengan sendiwaranya berwajah pro rakyat, yang pada kenyataannya anti kepentingan rakyat. Hakekat dari kekuasaannya dan seniwaranya adalah tidak lain dari pada ialah pro kepentingan kaum berkuasa serta elit neo-bangsawan yang berkemurum disekitar pangung kekuasaan negara. http://internasional.kompas.com/read/2010/09/02/10481790/Pidato.Presiden..quot.Tampar.quot..Petinggi.TNI. Pidato SBY di Mabes TNI Pidato Presiden "Tampar" Petinggi TNI Kamis, 2 September 2010 | 10:48 WIB RUMGAPRES/ABROR RIZKI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato mengenai hubungan Indonesia-Malaysia usai berbuka puasa bersama prajurit dan perwira TNI di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/9/2010) petang. JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Markas Besar TNI di Cilangkap, Rabu (1/9/2010), terkait insiden penangkapan tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh Polisi Diraja Malaysia, dikatakan seperti menampar wajah petinggi TNI. Pasalnya, pidato yang berlangsung sekitar 20 menit tersebut dinilai menunjukkan sikap Indonesia yang tak tegas. Pernyataan tak tegas Presiden, yang juga panglima tertinggi TNI, kontras dengan pemilihan tempat Markas TNI Cilangkap yang identik dengan ketegasan dan cerminan kekuatan. "Pernyataan ini menampar petinggi-petinggi TNI sendiri bahwa lembeknya kepemimpinan politik di Indonesia menunjukkan lembeknya tentara Indonesia," kata pengamat militer dari Propatria Institute Hari Prihartono ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (2/9/2010). Hari mengibaratkan pidato Presiden seperti pernyataan seorang kepala keluarga yang memilih berdamai setelah para anggota keluarganya disiksa dan dilukai orang lain. "Dan hal ini disampaikannya di tengah keluarga besarnya. Inilah konyolnya pilihan sikap SBY semalam. Makanya, banyak perwira TNI yang semalam shocked," kata Hari. Secara bergurau, Hari mengatakan, Presiden mungkin keliru menilai bahwa Mabes TNI itu Kementerian Luar Negeri. Pasalnya, apa yang disampaikan semalam juga tak sinkron dengan identitasnya sebagai Panglima Tertinggi TNI. "Pemimpinnya mantan tentara, yang kemudian berbicaranya mendayu-dayu seperti melantunkan lagu, kau yang memulai/ kau yang mengakhiri," sambung Hari. Seperti diwartakan, ketika berpidato kemarin, Presiden di antaranya menegaskan bahwa kedaulatan negara dan keutuhan wilayah adalah kepentingan nasional yang sangat vital. Ditekankan Presiden bahwa pemerintah sangat memahami kepentingan itu dan bekerja sungguh-sungguh untuk menjaga dan menegakkannya. "Namun, tidak semua permasalahan yang muncul dalam hubungan dengan negara sahabat terkait dengan kedaulatan dan keutuhan wilayah," katanya. TERKAIT: a.. Pidato Presiden Cuma Pengulangan b.. Pidato SBY Cocok untuk Dubes Malaysia c.. SBY Minta Penjelasan Soal Kekerasan d.. Tiga Alasan Indonesia Emoh Perang e.. Pelepasan Nelayan Malaysia Dinilai Lazim