Refleksi : SBY sendiri yang punya wewenang dan kekuatan administrasi serta 
politik tidak mau menghusut kasus korupsi mantan boss jenderal Soeharto yang 
telah diumumkan oleh badan Perserikatan Bangsa Bangsa bernama "Stolen Assets 
Recovery (StAR)" dan juga belakangan ini kasus Bank Century diputar-putar 
seperti gasing berputar. Dua kasus ini menunjukkan dengan jelas dimana SBY dan 
konco-konconya berada.

 Maukah Anda terus dikibulin dengan "minta-minta"? 


http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=144519


[ Minggu, 11 Juli 2010 ] 

SBY Minta Agar Semua Pihak Dukung Misi dan Aksi Pemberantasan Korupsi 

Besuk Aktivis ICW, Minta Stop Kekerasan 




JAKARTA - Dukungan kepada aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) Tama Satrya 
Langkun yang dianiaya orang tak dikenal terus mengalir. Sejumlah pejabat tinggi 
hingga aktivis kemanusiaan tak henti mendukung Tama. 

Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut bersimpati atas kekerasan yang 
menimpa Tama. Kemarin (10/7), orang nomor satu di Indonesia itu membesuk Tama 
yang masih dirawat di Rumah Sakit Asri, kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. 
SBY datang pukul 13.00. Tapi, persiapan kedatangannya dimulai pukul 12.00.

Begitu tiba, SBY langsung menuju ke lantai dua, tempat Tama dirawat. Mengenakan 
batik hijau, dia memberikan dukungan moral kepada Tama. 

Setelah besuk, SBY langsung mengadakan jumpa pers. Dalam kesempatan itu, dia 
mengungkapkan simpati atas peristiwa yang menimpa Tama. Dia juga menyesalkan 
kekerasan yang terjadi pada aktivis antikorupsi tersebut. 

Meski begitu, SBY meminta agar semua pihak tetap mendukung misi dan aksi 
pemberantasan korupsi. ''Kita tidak boleh takut dengan ancaman ataupun tindakan 
kekerasan seperti itu. Misi besar ini harus tetap berlanjut. The show must go 
on,'' ujarnya. 

Selain itu, dia berharap semua pihak, termasuk kejaksaan, Polri, Komisi 
Pemberantasan Korupsi (KPK), Mahkamah Agung (MA), serta lembaga negara lain 
hingga pers saling bersinergi dan mendukung. ''Tidak justru saling berbenturan 
dan melemahkan. Kalau itu yang terjadi, yang rugi adalah negara dan kita semua. 
Yang rugi adalah rakyat,'' paparnya. 

SBY juga meminta segala sesuatu yang terkait dengan peristiwa kekerasan 
tersebut diproses melalui jalur hukum. Dia mengimbau agar masyarakat tidak 
menindaklanjuti segala informasi dengan membuat pengadilan sendiri. ''Istilah 
saya, trial by court. Seseorang dinyatakan bersalah atau tidak setelah melalui 
proses hukum. Bukan trial by SMS (pesan singkat), trial by the press, atau yang 
lain,'' urainya. 

SBY menegaskan, kekerasan dimaknai sebagai pengambilalihan keadilan dengan 
pengadilan sendiri. Karena itu, dia mengimbau kepada rakyat untuk menghentikan 
kekerasan seperti yang terjadi pada peneliti divisi investigasi ICW tersebut. 

Sebelum SBY membesuk, Sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Denny 
Indrayana mengunjungi Tama. Dia membawa surat dari SBY terkait dengan 
kedatangan dirinya sebagai utusan presiden. 

Denny menuturkan, kedatangan SBY merupakan pesan nyaring bagi pelaku kekerasan 
atas Tama dan peristiwa pelemparan molotov terhadap majalah Tempo. ''Kita harus 
mengirimkan pesan kepada pelaku, negara tidak kalah oleh cara-cara kekerasan 
seperti itu,'' tegasnya. 

Selain Denny, anggota satgas lainnya, Mas Achmad Santosa, juga terlihat 
membesuk Tama. Tampak pula Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi 
Keuangan (PPATK) Yunus Husein, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud M.D., 
serta anggota DPD A.M. Fatwa. 

Mahfud yang datang sesudah SBY sempat berujar bahwa dirinya masih memercayai 
kepolisian. Dia mencontohkan banyaknya kasus besar yang berhasil diungkap 
kepolisian. ''Kita sudah lihat prestasi polisi dalam mengungkap kasus-kasus 
tersembunyi seperti kasus penculikan bayi dan kasus mutilasi. Banyak contohnya. 
Karena itu, saya percaya Polri punya kemampuan untuk mengungkap kasus ini,'' 
katanya. 

Meski begitu, lanjut dia, Polri harus mampu membongkar cepat kasus kekerasan 
terhadap Tama. Polri juga harus membuktikan ketidakterlibatan anggotanya supaya 
masyarakat tidak resah terkait penganiayaan terhadap aktivis antikorupsi. 
''Menurut saya, (penganiayaan) itu bermotif pada serangan atas pemberantasan 
korupsi. Saya yakin polisi bisa (mengungkap),'' tutur Mahfud. 

Sementara itu, sosok pelaku yang sketsa wajahnya dibuat polisi mendatangi Tama 
di RS Asri kemarin. Pria berinisial TR itu datang sekitar pukul 16.00. TR 
datang untuk mengklarifikasi sketsa wajah pelaku yang tidak lain adalah 
dirinya. 

Pria berusia 30-an tahun tersebut membantah bahwa dirinya merupakan bagian dari 
komplotan penganiaya Tama. Pengendara mobil Toyota Avanza yang sempat 
menawarkan bantuan kepada Tama pada malam kejadian penganiayaan itu merasa nama 
baiknya tercemar atas pemberitaan di media yang menyebut dirinya sebagai salah 
seorang pelaku. 

TR menegaskan bahwa dirinya hanya bermaksud menolong. ''Saya lihat di koran 
sketsa wajah pelaku. Itu tidak lagi mirip, tapi memang saya. Saya sewot disebut 
bagian dari pelaku. Niatnya ingin menolong kok malah dituduh,'' ujarnya kepada 
Tama. 

TR juga menegaskan, ketika pergi bersama motor penabrak Tama, dirinya tidak 
melarikan diri, tapi mengejar pelaku. Bahkan, dia mengaku menabrak salah 
seorang pengendara motor. ''Saya kejar motor yang nabrak Mas Tama. Kemudian, 
satu berhasil saya robohkan. Setelah itu, saya kembali untuk menolong Mas 
Tama,'' ungkap pria berpotongan cepak yang kala itu berjaket kulit hitam dan 
berkaus motif doreng tersebut. 

Pria itu mengungkapkan, beberapa pemberitaan soal pelaku berkendaraan bermotor 
tidak seluruhnya tepat. Dia menjelaskan, bukan hanya dua motor yang membuntuti 
Tama, melainkan empat motor. Dia juga menguraikan, senjata yang digunakan 
pelaku adalah balok dan samurai. 

''Balok itu (dipakai) untuk melumpuhkan dan samurai untuk membacok Tama. Saya 
sempat menabrak salah seorang pelaku. Gara-gara itu, pelaku tidak menusukkan 
samurainya ke kepala Tama, tapi hanya menyayat,'' jelasnya. 

Karena itu, lanjut TR, begitu menyaksikan sketsa wajahnya beredar di televisi, 
dirinya langsung berinisiatif mendatangi Polsek Jagakarsa. Di sana, dia 
disarankan untuk melapor ke Polres Jakarta Selatan. TR pun diperiksa selama 
empat jam. ''Tadi (kemarin, Red), saya sudah di-BAP selama empat jam mulai 
pukul 11 siang,'' katanya. 

Ditanya soal tempat pemeriksaan, TR hanya menyebut suatu tempat. ''Ada suatu 
tempat yang tidak bisa saya sebutkan,'' lanjutnya. 

Mendengar penjelasan TR, Tama langsung meminta maaf. Dia berjanji 
mengklarifikasi soal sketsa tersebut kepada kepolisian. ''Saya minta maaf, Mas. 
Nanti saya klarifikasi kepada polisi,'' ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kamis dini hari lalu (8/7), Tama yang 
berboncengan dengan rekannya, Laode Muammar Khadafi, diserang pengendara 
bermotor yang tidak dikenal. Menurut Tama, selain pengendara motor, sebuah 
mobil Toyota Avanza turut mengikuti dirinya.

Karena itu, ketika pengemudi Avanza tersebut turun dari mobil untuk menawarkan 
bantuan ke rumah sakit, Tama spontan menolak. Dia menduga pengendara Avanza 
tersebut merupakan bagian dari komplotan yang menganiaya dirinya. (ken/c5/dwi)

 

Reply via email to