Re: CiKEAS “I cried for my brother six tim es” ++mas Adiet++vonvon

2008-08-25 Terurut Topik vonny vitawati


haloo lg mas Adiet,

Wah jauh donk mas  Irian ya ..? enak ga disana mas .. ktnya panas ya ... ?
iya dah aku doain aja seneng disana ya .. aku selalu kirim oleh2 dr facebook .. 
bis temennya itu lagi itu lagi heheheh jgn bosan ya  mas ..  ga ketemuan ama 
mang Dipo ..?
Aku tunggu ya cepet balik lg  ... nti bisa item disana lama2 ...

rgds
ivonne


--- On Mon, 8/25/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: CiKEAS “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon
To: CIKEAS@yahoogroups.com
Date: Monday, August 25, 2008, 1:33 AM

:) halo ivonne.. semoga baik2 saja.. aku lagi nguli di pulau yg sama
dgn mang dipo.. sesekali ngecek email kalo ada kesempatan... tapi
jarang :((.. selamat beraktivitas..

-adit-

2008/8/25 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]:

 So pls yg paham ... mo sharing ya mas Adiet


 --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six times ++mas
Adiet++vonvon
 To: CIKEAS@yahoogroups.com
 Date: Thursday, August 21, 2008, 11:03 PM

 iya mas.. sepertinya ada yg kurang soal indikator pembangunan kita..
 nggak cuma berapa jumlah gedung yg dibangun... nggak cuma berapa
 jalan, jembatan,  rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, nggak cuma
 pendapatan perkapita saja...  dsb..  tapi juga
  tingkat kejujuran
 orang2... integritas para pejabat.. kasih sayang dalam masyarakat...
 hmm.. tetapi membuat indikator kualitatif itu sangat sulit.. kita
 masih kedodoran dalam hal2 fisik tersebut.. saya kira akan saling
 mendukung... ada yg paham masalah ini...?

 thanks
 -adit-

 2008/8/21 Zenzi Aekido [EMAIL PROTECTED]:
 Peradaban Di kampung yang begitu mengesankan..., semua kampung begitu
 damai,
 tentram, nyaman dan indah sayang sekali kita menjadikan indikator
 sebuah
 pembangunan adalah jika kampung kampung berubah jadi kota.
 pagar pagar bambu menjadi tembok beton yg menjulang plus kawat
berduri,...
 Pembangunan apa sich..?
 benarkah menghadirkan sesuatu yang belum ada itu merupakan
pembangunan?
 haruskah perubahan fisik menadi prasyarat untuk dapat dikatan
pembangunan?
 --- Pada Kam, 21/8/08, vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
  menulis:

 Dari: vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
 Topik: Re: CiKEAS I cried for my brother six times
++mas
 Adiet
 Kepada: CIKEAS@yahoogroups.com
 Tanggal: Kamis, 21 Agustus, 2008, 6:20 PM


 Amien .


 --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com
wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six times (
dr
 milis tetangga
 )
 To: [EMAIL PROTECTED] com
 Date: Thursday, August 21, 2008, 3:43 AM

 iya
  ivonne... cinta yg tulus begitu mulia
 oh Tuhan... semoga cinta yg tulus... membawa bangsaku menjadi manusia
 yg
  berkemanusiaan. .

 salam
 -adit-


 2008/8/21 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
  com:


 -Note. : cerita ini udah aku baca ber kali2 .. tp tetep aja klo
baca
 lagi
 aku nangis .


 Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
Hari
 demi
 hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka
 menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih
muda
 dariku.

 Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua
gadis
 di
 sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen
dari
 laci
 ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku
 berlutut
 di
 depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

 Siapa
  yang mencuri uang itu? Beliau bertanya. Aku terpaku,
 terlalu takut
 untuk berbicara. Ayah tidak mendengar
  siapa pun
  mengaku, jadi Beliau
 mengatakan, Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak
 dipukul!

 Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku
 mencengkeram tangannya dan berkata, Ayah, aku yang
melakukannya!
  Tongkat
 panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu
 marahnya
 sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan
nafas.
 Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan
memarahi,
 Kamu
 sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi
yang
 akan
 kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai
mati!
 Kamu
 pencuri tidak tahu malu!

 Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
 penuh
 dengan luka, tetapi ia
  tidak menitikkan air
  mata setetes pun. Di
 pertengahan
 malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku
  menutup
 mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, Kak, jangan
menangis
 lagi
 sekarang. Semuanya sudah terjadi.

 Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
 keberanian
 untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden
tersebut
 masih
 kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang
 adikku
 ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku
berusia
 11.

 Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya 

Re: CiKEAS “I cried for my brother six tim es” ++mas Adiet++vonvon

2008-08-25 Terurut Topik mang dipo
Mas Yan sekarang di Nabire yah... Wah bisa dapet kitab suci dari Nabi-Re dong! 
Disana jeruk dan salaknya bagus2 tuh.. dari Nabire cuma 1 jam perjalanan dengan 
Twin Otter, tuh...
Oke nanti klo ke Timika calingan yah.. tar kita ketemuan...
Salam item, dipo


--- On Mon, 8/25/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: CiKEAS “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon
To: CIKEAS@yahoogroups.com
Date: Monday, August 25, 2008, 11:45 PM

iya ivonne, aku di kabupaten nabire.. papua, kotanya kecil.. pinggir
pantai, tapi lumayan rapih dan teratur..  di jalan orang2 naik motor
pasti pake helm, trus kalo belok2 di persimpangan jarang yg main
serobot, hmm.. jakarta kenapa yah..  pernah aku nyebrang jalan ada
motor mau lewat dia udah deket, jadi maksudnya aku brenti dulu.. eh
malah dia yg brenti mempersilahkan jalan duluan, aku sampe kikuk...
sama timika jauh ivonne.. biar satu pulau kalo di irian itu
transportasi agak sulit..
pernah tugas cuma seminggu tapi nunggu pesawatnya dua minggu..:(..
tempatku kerja mungkin ada rencana mau ada project baru di timika
selepas september ini.. mungkin kalo aku ke timika bisa ketemu mang
dipo juga.. halo mang :D
kalo misalnya jadi item dan tambah keriting  hmm. terima nasib aja
dah... biarin... kayak james brown he he he...

salam
-adit-

makasih oleh2nya.. nggak kebalik nih..hmm...hmm aku kalo buka
facebook suka agak riweh.. disuitin tetangga nih... suit suit... cari
abg yah..duhhh...

2008/8/26 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]:


 haloo lg mas Adiet,

 Wah jauh donk mas  Irian ya ..? enak ga disana mas .. ktnya panas ya
...
 ?
 iya dah aku doain aja seneng disana ya .. aku selalu kirim oleh2 dr
facebook
 .. bis temennya itu lagi itu lagi heheheh jgn bosan ya  mas .. ga ketemuan
 ama mang Dipo ..?
 Aku tunggu ya cepet balik lg  ... nti bisa item disana lama2 ...

 rgds
 ivonne


 --- On Mon, 8/25/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six times ++mas
Adiet++vonvon
 To: CIKEAS@yahoogroups.com
 Date: Monday, August 25, 2008, 1:33 AM

 :) halo ivonne.. semoga baik2
  saja.. aku lagi nguli di pulau yg sama
 dgn mang dipo.. sesekali ngecek email kalo ada kesempatan... tapi
 jarang :((.. selamat beraktivitas..

 -adit-

 2008/8/25 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]:

 So pls yg paham ... mo sharing ya mas Adiet


 --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six times
++mas
 Adiet++vonvon
 To: CIKEAS@yahoogroups.com
 Date: Thursday, August 21, 2008, 11:03 PM

 iya mas.. sepertinya ada yg kurang soal indikator pembangunan kita..
 nggak cuma berapa jumlah gedung yg dibangun... nggak cuma berapa
 jalan, jembatan,  rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, nggak cuma
 pendapatan perkapita saja...  dsb..  tapi juga
  tingkat kejujuran
 orang2... integritas
  para pejabat.. kasih sayang dalam masyarakat...
 hmm.. tetapi membuat indikator kualitatif itu sangat sulit.. kita
 masih kedodoran dalam hal2 fisik tersebut.. saya kira akan saling
 mendukung... ada yg paham masalah ini...?

 thanks
 -adit-

 2008/8/21 Zenzi Aekido [EMAIL PROTECTED]:
 Peradaban Di kampung yang begitu mengesankan..., semua kampung
begitu
 damai,
 tentram, nyaman dan indah sayang sekali kita menjadikan
indikator
 sebuah
 pembangunan adalah jika kampung kampung berubah jadi kota.
 pagar pagar bambu menjadi tembok beton yg menjulang plus kawat
 berduri,...
 Pembangunan apa sich..?
 benarkah menghadirkan sesuatu yang belum ada itu merupakan
 pembangunan?
 haruskah perubahan fisik menadi prasyarat untuk dapat dikatan
 pembangunan?
 --- Pada Kam, 21/8/08,
  vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
  menulis:

 Dari: vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
 Topik: Re: CiKEAS I cried for my brother six times
 ++mas
 Adiet
 Kepada: CIKEAS@yahoogroups.com
 Tanggal: Kamis, 21 Agustus, 2008, 6:20 PM


 Amien .


 --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
com
 wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six
times (
 dr
 milis tetangga
 )
 To: [EMAIL PROTECTED] com
 Date: Thursday, August 21, 2008, 3:43 AM

 iya
  ivonne... cinta yg tulus begitu mulia
 oh Tuhan... semoga cinta yg tulus... membawa bangsaku menjadi
manusia
 yg

  berkemanusiaan. .

 salam
 -adit-


 2008/8/21 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
  com:


 -Note. : cerita ini udah aku baca ber kali2 .. tp tetep aja
klo
 baca
 lagi
 aku nangis .


 Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat
terpencil.
 Hari
 demi
 hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung
 mereka
 menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun
lebih
 muda
 dariku.

 Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua
 gadis
 di
 sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh
sen
 

Re: CiKEAS “I cried for my brother six tim es” ++mas Adiet++vonvon

2008-08-24 Terurut Topik vonny vitawati

So pls yg paham ... mo sharing ya mas Adiet 


--- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: CiKEAS “I cried for my brother six times” ++mas Adiet++vonvon
To: CIKEAS@yahoogroups.com
Date: Thursday, August 21, 2008, 11:03 PM

iya mas.. sepertinya ada yg kurang soal indikator pembangunan kita..
nggak cuma berapa jumlah gedung yg dibangun... nggak cuma berapa
jalan, jembatan,  rumah sakit dan fasilitas umum lainnya, nggak cuma
pendapatan perkapita saja...  dsb..  tapi juga tingkat kejujuran
orang2... integritas para pejabat.. kasih sayang dalam masyarakat...
hmm.. tetapi membuat indikator kualitatif itu sangat sulit.. kita
masih kedodoran dalam hal2 fisik tersebut.. saya kira akan saling
mendukung... ada yg paham masalah ini...?

thanks
-adit-

2008/8/21 Zenzi Aekido [EMAIL PROTECTED]:
 Peradaban Di kampung yang begitu mengesankan..., semua kampung begitu
damai,
 tentram, nyaman dan indah sayang sekali kita menjadikan indikator
sebuah
 pembangunan adalah jika kampung kampung berubah jadi kota.
 pagar pagar bambu menjadi tembok beton yg menjulang plus kawat berduri,...
 Pembangunan apa sich..?
 benarkah menghadirkan sesuatu yang belum ada itu merupakan pembangunan?
 haruskah perubahan fisik menadi prasyarat untuk dapat dikatan pembangunan?
 --- Pada Kam, 21/8/08, vonny vitawati [EMAIL PROTECTED] menulis:

 Dari: vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
 Topik: Re: CiKEAS I cried for my brother six times ++mas
Adiet
 Kepada: CIKEAS@yahoogroups.com
 Tanggal: Kamis, 21 Agustus, 2008, 6:20 PM


 Amien .


 --- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com wrote:

 From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com
 Subject: Re: CiKEAS I cried for my brother six times ( dr
milis tetangga
 )
 To: [EMAIL PROTECTED] com
 Date: Thursday, August 21, 2008, 3:43 AM

 iya
  ivonne... cinta yg tulus begitu mulia
 oh Tuhan... semoga cinta yg tulus... membawa bangsaku menjadi manusia
 yg
  berkemanusiaan. .

 salam
 -adit-


 2008/8/21 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED] com:


 -Note. : cerita ini udah aku baca ber kali2 .. tp tetep aja klo baca
lagi
 aku nangis .


 Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari
demi
 hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka
 menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda
 dariku.

 Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis
di
 sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen dari
laci
 ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku
berlutut
 di
 depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

 Siapa
  yang mencuri uang itu? Beliau bertanya. Aku terpaku,
 terlalu takut
 untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun
  mengaku, jadi Beliau
 mengatakan, Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak
 dipukul!

 Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku
 mencengkeram tangannya dan berkata, Ayah, aku yang melakukannya!
  Tongkat
 panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu
marahnya
 sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
 Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
 Kamu
 sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang
 akan
 kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu
 pencuri tidak tahu malu!

 Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
penuh
 dengan luka, tetapi ia
  tidak menitikkan air mata setetes pun. Di
 pertengahan
 malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku
  menutup
 mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, Kak, jangan menangis
 lagi
 sekarang. Semuanya sudah terjadi.

 Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian
 untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut
 masih
 kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang
adikku
 ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia
11.

 Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk
masuk
 ke
 SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk
ke
 sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,
 menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

 Saya mendengarnya memberengut,
  Kedua anak kita memberikan hasil yang
 begitu
 baik…hasil yang begitu baik… Ibu mengusap air matanya yang
 mengalir
  dan
 menghela nafas, Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai
 keduanya
 sekaligus? Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah
dan
 berkata, Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah
cukup
 membaca
 banyak buku.

 yah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
Mengapa
 kau
 mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya
 mesti
 mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai
 selesai! Dan
 begitu 

Re: CiKEAS “I cried for my brother six tim es” ++mas Adiet++vonvon

2008-08-21 Terurut Topik Zenzi Aekido
Peradaban Di kampung yang begitu mengesankan..., semua kampung begitu damai, 
tentram, nyaman dan indah sayang sekali kita menjadikan indikator sebuah 
pembangunan adalah jika kampung kampung berubah jadi kota.
pagar pagar bambu menjadi tembok beton yg menjulang plus kawat berduri,...
Pembangunan apa sich..?
benarkah menghadirkan sesuatu yang belum ada itu merupakan pembangunan?
haruskah perubahan fisik menadi prasyarat untuk dapat dikatan pembangunan?
--- Pada Kam, 21/8/08, vonny vitawati [EMAIL PROTECTED] menulis:
Dari: vonny vitawati [EMAIL PROTECTED]
Topik: Re: CiKEAS “I cried for my brother six times” ++mas Adiet
Kepada: CIKEAS@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 21 Agustus, 2008, 6:20 PM












Amien .


--- On Thu, 8/21/08, Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com wrote:
From: Aditias Suyasninto [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: CiKEAS “I cried for my brother six times” ( dr milis tetangga )
To: [EMAIL PROTECTED] com
Date: Thursday, August 21, 2008, 3:43 AM

iya ivonne... cinta yg tulus begitu mulia
oh Tuhan... semoga cinta yg tulus... membawa bangsaku menjadi manusia
yg
 berkemanusiaan. .

salam
-adit-


2008/8/21 vonny vitawati [EMAIL PROTECTED] com:


 -Note. : cerita ini udah aku baca ber kali2 .. tp tetep aja klo baca lagi
 aku nangis .


 Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi
 hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka
 menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda
 dariku.

 Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di
 sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen dari laci
 ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut
di
 depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

 Siapa yang mencuri uang itu? Beliau bertanya. Aku terpaku,
terlalu takut
 untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun
 mengaku, jadi Beliau
 mengatakan, Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak
dipukul!

 Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku
 mencengkeram tangannya dan berkata, Ayah, aku yang melakukannya!
 Tongkat
 panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya
 sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
 Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
Kamu
 sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang
akan
 kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu
 pencuri tidak tahu malu!

 Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh
 dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di
pertengahan
 malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku
 menutup
 mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, Kak, jangan menangis
lagi
 sekarang. Semuanya sudah terjadi.

 Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian
 untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut
masih
 kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku
 ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

 Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk
ke
 SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke
 sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,
 menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

 Saya mendengarnya memberengut, Kedua anak kita memberikan hasil yang
begitu
 baik…hasil yang begitu baik… Ibu mengusap air matanya yang
mengalir
 dan
 menghela nafas, Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai
keduanya
 sekaligus? Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan
 berkata, Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup
membaca
 banyak buku.

 yah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. Mengapa
kau
 mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya
mesti
 mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai
selesai! Dan
 begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang.
 Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang
 membengkak, dan berkata, Seorang anak laki-laki harus meneruskan
 sekolahnya, kkalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
kemiskinan
 ini.

 Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan
 ke
 universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku
 meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang
 yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan
 secarik kertas di atas bantalku: Kak, masuk ke universitas tidaklah
mudah.
 Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.

 Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan
air
 mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.
 Aku 20 tahun. Dengan uang yang