[daarut-tauhiid] Undangan Seminar Keluarga Sakinah

2006-04-20 Terurut Topik suryati



Mohon disebarkan ke milis-milis yang saudara/i punya. Terima kasih 
   
   Assalamu'alaikum wr wb... 
  
Panitia Lulusan Dokter Fakultas Kedokteran UI (PLD FKUI) tahun 2006-2007 mengundang rekan-rekan semua untuk ikut dalam Seminar Keluarga Sakinah, memulai dan menjalaninya, membahas tentang keluarga dari aspek pranikah sampai mendidik anak. Dari segi kesehatan, psikologi, ekonomi keluarga, dan pandangan Islam. 
  Seminar akan diadakan pada tanggal 30April 2006 di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya 4 Jakarta Pusat, dimulai pkl.07.00-15.30 WIB.
  Susunan acaranya : 

Saatnya Untuk Menikah
(M. Fauzil  Adhim, Psi, penulis buku Trilogi Pernikahan)
Izinkan Aku Meminangmu 
(M. Fauzil Adhim, Psi, penulis buku Trilogi Pernikahan) 
Perlukah Medical Check up Pranikah? 
(Dr. Hj. Dwiana Ocvyanti, SpOG (K), staf pengajar FKUI-RSCM)
Katakan dengan Cinta
(Imam Prasodjo dan isteri)*
Manajemen Keuangan Keluarga
(Ahmad Gozali, SE, Konsultan Keuangan Safir Senduk)
Mengawal Tumbuh Kembang Buah Hati
(Dr. Rini Sekartini, SpA, staf pengajar FKUI-RSCM)
Membentuk Kecerdasan Emosi Anak
(Wulansari, Psi,  Yayasan Buah Hati)
Peran Makanan Halal dan Sehat pada Tumbuh Kembang Anak
(DR. Anna Priangani Roswiem, LP-POM MUI)
  Tiket Rp 50.000,-/orang (termasuk seminar kit, doorprise, lunch, snack)
  
Bila berminat bisa menghubungi : 
Angky (085219691194)
  Wati (08158843182)
  Andra (08129732330)
  atau datang langsung ke acara tersebut
   
  Wassalamu'alaikum wr wb...
   








===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Bali indonesia hotel
  
  
Bali indonesia
  
  
Indonesia hotel
  
  


Bali indonesia vacation
  
  
Bali indonesia travel
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[daarut-tauhiid] Indahnya Sinergi

2006-04-20 Terurut Topik Bayu Gautama



Indahnya Sinergi
   
  Sering menyaksikan pertandingan sepak bola? tidak semua menjadi penjaga gawang, dan tak semua pula ingin menjebol gawang. Sebelas pemain dalam satu tim, punya peran masing-masing yang mesti dijalankan sebaik-baiknya. Tak semuanya harus maju ke depan, begitu pun sebaliknya, tak perlu sebelas pemain menjaga daerah pertahanan. Namun, mereka tetap bersinergi untuk satu tujuan, mencetak gol demi kemenangan. 

Sering menonton sebuah film? ada yang berperan sebagai aktor utama, ada juga yang cuma memainkan peran pembantu, peran kecil dan peran figuran. Ada yang berperan protagonis, dan ada yang rela berperan antagonis. Layaknya sebuah drama, ada yang disuka, dan dipuja karena selalu memerankan tokoh baik. Namun ada pula aktor yang rela dicaci dan dibenci di luar perannya, hanya karena kerelaannya berperan tokoh jahat. Namun itu semua hanya sebuah film, sebuah kisah layar kaca yang memiliki satu tujuan; menghibur penonton. 

Tak semua manusia di muka bumi ini berprofesi sebagai kepala negara, karenanya ada lebih banyak yang membantunya dalam menjalankan negara. Dan jauh lebih banyak orang yang berperan sebagai rakyat. Para rakyat ini pun menjalankan perannya masing-masing. Tak semuanya menjadi dokter, tak seluruhnya menjadi guru, dan tak mungkin semua orang melakoni satu profesi saja. 

Ada yang punya kendaraan bermotor, banyak pula yang hanya mampu berjalan kaki atau menggunakan jasa angkutan umum. Maka bergunalah para pengusaha jasa angkutan, maka bermanfaatlah mereka yang berprofesi sebagai supir dan kondektur angkutan umum atau tukang ojeg sekali pun. Berguna pula para penambal ban di pinggir jalan, para mekanik di bengkel, termasuk para petugas lalu lintas. 

Tak sedikit yang memiliki lebih dari satu tempat tinggal, namun jauh lebih banyak yang tak memiliki tempat untuk berteduh. Ada yang hidup berlebihan, ada yang berkecukupan, dan pasti pula banyak yang kekurangan. Karenanya, mereka yang berlebih pun tahu kebutuhan yang kekurangan, dibuatlah rumah-rumah sewaan agar yang lain tak lagi kehujanan dan kepanasan. 

Seseorang bisa disebut `kaya` karena ada orang yang disebut miskin. Seseorang bisa berprofesi sebagai pembantu rumah tangga, karena ada yang membutuhkan tenaganya. Ada yang menjadi tukang sampah, karena banyak sampah bertebaran. Jika satu bulan sampah di rumah tak ada yang mengangkutnya, bayangkan betapa besar kebutuhan kita terhadap para tukang sampah itu.

Sungguh, Allah telah menciptakan sinergi yang luar biasa indah. Masing-masing menjalankan perannya dengan baik agar tetap seimbang. Ketika banyak orang membutuhkan pertolongan, semestinya banyak pula yang menjadi penolong. Saat begitu banyak yang mendapat musibah, seharusnya tak kalah banyaknya tangan-tangan yang terhulur memberi bantuan. 

Kadang, tak semua pendaki gunung harus mencapai puncaknya. Ada satu atau sebagian yang menjadi camper, namun tetap mendukung rekannya yang menjadi climber. Memang tak semua orang harus datang langsung dan menemui para korban bencana di lokasi musibah. Karenanya, ada orang-orang yang mendedikasinya dirinya untuk masuk menembus lokasi bencana. Cukup sambungkan tangan peduli itu dengan tangan yang beraksi di lapangan, maka sempurnalah sinergi itu. Ketika simpati bersinergi dengan aksi, inilah yang disebut peduli. duh, indahnya. 
   
  Bayu Gawtama
  Public Relation ACT
  www.aksicepattanggap.com
   
  Bantuan Kemanusiaan Anda bisa disalurkan melalui rekening: 
Bank BNI Syariah No. Rek. 96110239, Bank Syariah Mandiri No. Rek. 004011, Bank Mandiri No. Rek. 1280004555808, Bank Muamalat Indonesia No. Rek. 3040022915, Bank Central Asia No. Rek. 6760303133 (Transfer Internasional BCA Swift Code : CENAIDJA)  
  ACT Butuh Dukungan Anda  
Kebutuhan ACT untuk mendukung operasional di lapangan
1. 2 unit kendaraan (mobil) operasional
2. 2 unit notebook
3. 2 unit handycam
4. 2 unit camera digital
5. 10 handphone untuk relawan lapangan








===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[daarut-tauhiid] Rasionalitas Al-Qur'an, Studi Kritis Atas Tafsir Al-Manar

2006-04-20 Terurut Topik Sigit Wahyu
*Rasionalitas Al-Qur'an, Studi Kritis Atas Tafsir Al-Manar*
**
**
*Tafsir Al-Manar*, yang dijuduli *Tafsir al-Qur'an al-Hakim*, adalah salah
satu kitab tafsir paling populer, bukan saja di kalangan peminat studi
al-Qur'an, melainkan juga peminat kajian dan perkembangan Dunia Islam.  Kitab
tafsir ini pada dasarnya merupakan karya tiga tokoh Muslim terkemuka: Sayyid
Jamaluddin al-Afghani, Syaikh Muhammad Abduh, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.
Al-Afghani menebar gagasan pembaruan masyarakat Muslim, yang dicerna,
diolah, dan kemudian disampaikan melalui penafsiran ayat-ayat al-Qur'an oleh
Muhammad Abduh.  Rasyid Ridha menuliskan semua yang disampaikan oleh sahabat
dan gurunya itu dalam bentuk ringkasan dan penjelasan.



Kitab tafsir ini Ekhususnya pada bagian yang ditulis Rasyid Ridha Epada
dasarnya ingin memfungsikan tujuan utama kehadiran al-Qur'an , yakni sebagai
petunjuk dan pemberi jalan keluar bagi problem-problem yang dihadapi umat
manusia.  Karenanya, para penulisnya berusaha menampilkan al-Qur'an dengan
wajah yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berkaitan dengan perkembangan masyarakat.  Tafsir ini juga banyak memuat
pendapat para mufasir sebelumnya, dari ath-Thabari sampai Mahmud al-Alusy.


Buku ini *Rasionalitas al-Qur'an*, merupakan studi kritis atas *Tafsir
al-Manar*, yang ditulis oleh  M. Quraish Shihab, seorang ahli tafsir
terkemuka.  Sikap kritis yang ditunjukkan M. Quraish Shihab dalam buku ini
sebenarnya tak lepas dari kritisisme yang ditunjukkan oleh penulis *Tafsir
Al-Manar* terhadap mufasir-mufasir sebelumnya.  Dengan kepiawaiannya, Anda
diajak untuk berkenalan lebih jauh dengan wacana tafsir al-Qur'an dalam
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.  Dengan membaca buku ini,
cakrawala keberagaman Anda makin terkuak.



Judul buku

*Rasionalitas Al-Qur'an, *Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar

Pengarang  : M. Quraish Shihab

Penerbit   : Lentera Hati, April 2006

Halaman  : 206 halaman

Ukuran : 13 X 20.5

Cover  : AC 260 gr Laminating Daff

Harga  : Rp. 28.000,00






===
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[daarut-tauhiid] MAKRUHNYA MENCABUT UBAN

2006-04-20 Terurut Topik Susiana



 
Assalamu'alaikum wa rohmatullohi Ta'ala wa barokatuhu
 

Makruhnya Mencabut Uban


Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rosululloh bersabda,
"Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang memiliki uban
sehelaipun sesudah masuk Islam kecuali uban tersebut akan menjadi cahaya
untuknya di hari kiamat kelak." (Shohih Jami'ush Shoghir diriwayatkan oleh
Abu Dawud 11/256/4184 dan Nasai 8/136).


 

Anjuran untuk Mewarnai Uban dengan Daun Pacar, Katm atau Sejenisnya dan
Haram Mewarnainya dengan Warna Hitam


Dari Abu Dzar rodhiyallohu 'anhu, beliau mengatakan bahwa Rosululloh
bersabda, "Sesungguhnya termasuk yang paling baik untuk merubah warna uban
ialah daun pacar dan katm." (Shohih Jami'ush Shoghir no.1546. Diriwayatkan
oleh Abu Dawud 11/259/4187, Tirmidzi 3/145/1806, Ibnu Majah 2/1196/3622 dan
An Nasai 8/139. Teks hadits tersebut ada dalam riwayat Ibnu Majah).

Katm adalah tumbuhan yang menghasilkan warna hitam kemerah-merahan. Demikian
keterangan dalam Fiqh Sunnah 1/35. Ed.
 
Dari Abu Huroiroh, beliau menyatakan bahwa Rosululloh bersabda,
"Sesungguhnya Yahudi dan Nasrani tidak mewarnai uban mereka, maka
selisihilah mereka!" (Muttafaq 'alaih. Diriwayatkan oleh Bukhori 1/354/5899,
Muslim 3/1663/2103, Abu Dawud 11/257/4185, dan An Nasai 8/137).
 

Dari jabir rodhiyallohu 'anhu, bahwasanya Abu Quhafah didatangkan ke hadapan
Rosululloh ketika Fathul Makkah dalam keadaan rambut dan jenggotnya seperti
tsagomah. Rosululloh bersabda, "Ubahlah warna ubannya dengan warna apapun
akan tetapi jauhilah penggunaan warna hitam." (Shohih Jami'ush Shoghir
no.4170. Diriwayatkan oleh Muslim 3/1663-69-2102, Abu Dawud 11/258/4186, An
Nasai 8/138, dan Ibnu Majah 2/1197/3624). Tsaghomah adalah pohon yang daun
dan bunganya berwarna putih.
 

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhuma, beliau menceritakan bahwa Rosululloh
bersabda, "Kelak di akhir jaman akan muncul sekelompok orang yang mewarnai
ubannya dengan warna hitam seperti warna tembolok merpati. Mereka tidak akan
mencium bau surga." (Shohih Jami'ush Shoghir no.8153. Diriwayatkan oleh Abu
Dawud 11/266/4194 dan An Nasai 8/138)


Wallahu'alam bish showwab 

 

Wassalamu'alaikum wa rohmatullohi Ta'ala wa barokatuhu









===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Bali indonesia hotel
  
  
Bali indonesia
  
  
Indonesia hotel
  
  


Bali indonesia vacation
  
  
Bali indonesia travel
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[daarut-tauhiid] Jangan meremehkan Wirid

2006-04-20 Terurut Topik Ahmad Bustam



Assalaamu'alaikum wr. wb.
 
 
JANGAN MEREMEHKAN WIRID
 

    "Tidak akan meremehkan wirid kecuali orang yang bodoh. Karena  Allah (Al-Warid) itu diperoleh di akherat', sedangkan Al-Wirid, akan selesai dengan musnahnya dunia. Yang paling baik diperintahkan oleh manusia, adalah yang tidak pernah musnah. Wirid yang diperintahkan Allah kepadamu, serta karunia yang kalian terima, adalah merupakan hajatmu sendiri terhadap Allah Ta'ala. Dimanakah letaknya perbedaan antara perintah Allah kepadamu dengan pengharapan kalian kepada-Nya."

 

    Yang dimaksud wirid ialah perbuatan seorang hamba yang berbentuk ibadah, lahir dan batin. Sedangkan Al-Warid adalah karunia Allah ke dalam batinnya seorang hamba ibarat cahaya yang halus,  yang bersinar sinar di dalam dadanya dan memberi nur ke dalam dadanya, semuanya sebagai karunia Allah yang wujudnya dalam ibadah si hamba. Al-Warid itu adalah dari Allah Swt, merupakan muamalah dan ibadah.

 

    Adapun wirid adalah amalan yaang dikerjakan di dunia secara tetap dan tertib di dunia ini juga berupa ibadah secara tertib termasuk dzikir yang dikerjakan terus menerus, tidak pernah ditinggalkan. Warid merupakan karunia Allah kepada para hamba berupa penjelasan, nurullah, kenikmatan  merasakan ibadah, hidayah dan taufik Allah, semuanya merupakan amalan batin yang kuat. Kenikmatan warid itu berkelanjutan hingga hari akhirat. Antara Wirid dan Al-Warid mempunyai kaitan yang kuat Apabila Al-Warid itu karunia Allah, wirid adalah ibadah yang tetap dan tertib.

 

    Orang yang melaksanakan wirid dalam ibadah, adalah orang yang memelihara hubungannya dengan Allah secara tetap, tidak pernah tertutup dalam saat waktu yang tetap pula. Dalam keadaan apapun dan di manapun, ia senantiasa menjaga ibadah rutinnya itu dengan baik dan dikerjakan sebagus bagusnya. Contoh ibadah yang diwiridkan, seperti sholat sunah yang dipilih untuk wirid, dzikir yang diwiridkan, puasa sunah yang diwiridkan, dan lain lainnya. Hamba yang wirid selalu membasahi jiwa dan lidahnya dengan dzikrullah. Karena dikerjakan secara rutin, maka ibadah tersebut sudah menjadi kebiasaan serta dikerjakan dengn senang hati dan dirasakan kenikmatannya.

 

    Kedua duanya, Wirid dan Warid, ibarat saudara kembar yang saling berlomba menjadi ibadah yang sangat dicintai untuk mendapatkan keridhoan Allah Swt. Yang satu (wirid) ibadah untuk menghiasi lahir, yang satu ibadah (warid) untuk menghiasi batin.  Wirid adalah hak Allah yang diperintahkan agar diamalkan oleh para hamba. Sedang warid adalah hak hamba yang disampaikan kepada Allah Swt.

 

    Menghidupkan wirid dalam hidup hamba Allah diperlukan, agar si hamba tetap kontak dengan Allah di waktu waktu yang sudah ditentukan oleh si hamba sendiri. Sebab amal ibadah yang paling baik ialah dikerjakan terus menerus, walaupun sedikit (kecil). Amal seperti ini sangat disukai oleh Allah   Ta'ala

 

    Diriwayatkan bahwasanya Al Jundi adalah seorang ahli makrifat yang membiasakan dirinya membaca Al-Qur an dalam waktu yang telah ditetapkan, sehingga waktu ia wafat bertepatan dengan ia menghatamkan Al-Qur an, dan menghatamkan bacaannya di saat itu. Disebutkan juga dalam beberapa riwayat oleh Abu Qosim Ad-Daraj, bahwa Al Jundi adalah seorang ahli makrifat yang senang beribadah dan mewiridkan ibadah ibadahnya itu.

 

    Abu Tolib Al Makky berkata, "Orang yang senantiasa men-dawam-kan (membiasakan ibadah rutin), termasuk akhlak orang beriman, dan jalan para abidin, sebab cara ini akan memperkokoh iman, termasuk hal juga yang menjadi amalan Rosulullah Saw."

 

    Di samping wirid yang dikerjakan secara tetap dan tertib, seorang hamba memerlukan warid, yang disebut Imdad, artinya warid yang tidak terputus putus dan senantiasa bersambung yang dipersiapkan.  Dengan persiapan melalui wirid ini barulah warid itu masuk menjadi hiasan kalbu para ahli makrifat. Tanpa wirid maka tidak ada warid.

 

    Syekh Ahmad Atailah (pengarang kitab Al-Hikam) menjelaskan lagi :

 

"Masuknya warid Imdad menurut persiapannya (wirid), dan terbitnya cahaya atas hati sesuai kebersihan hati itu pula."

 

    Warid itu dapat memasuki hati dan rasa seorang hamba, apabila hati si hamba telah bersih dari pengaruh duniawi yang meresahkan dan mengendorkan iman. Hati akan menjadi bersih menurut wirid yang dilakukan oleh si hamba dengan terus menerus, tertib, dan kontinyu. Memelihara terlaksananya wirid sangat diperlukan bagi terangnya hati manusia dengan nurullah.

 

Narasumber : Buku "Mutumanikan dari kitab Al-Hikam"

 

 

Firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5: "Padahal mereka tidak diperintah kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan (supaya) mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus."

 

Lurus artinya jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

 









[daarut-tauhiid] Minta kirim Jadwal Puasa Sunnah di 2006

2006-04-20 Terurut Topik Arief




Catatan dari moderator:
Jika ada yg memiliki jadwal dimaksud dan berkenan mengirim 
ke milis ini, harap tidak dalam bentuk attachment.
Silakan dikirim dlm bentuk text biasa.
terima kasih,
Moderator milis DT.





Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Rekan santri semua, saya mau minta tolong jika ada yang tahu tentang kapan saja tanggal dan hari di tahun 2006 yang dianjurkan untuk puasa sunnah, mohon kirim ke saya.
Saya dulu pernah terima tapi tahun 2004 dan file sudah hilang.
Dan pada bulan Ramadhan 1426H, saya sempat mengalami musibah sehingga saya tidak menjalani ibadah puasa sekitar 14 hari.
Dan pada bulan ini dan seterusnya Insya Allah saya ingin melunasinya.

Terima Kasih

Wassalamulaiakum Warahmatullah Wabarakatuh.









===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[daarut-tauhiid] MQS di Bank Indonesia

2006-04-20 Terurut Topik Wido Q Supraha



Hadirilah

MABIT

Sabtu, 29 April 2006, di Masjid Bank Indonesia

MQS (Muhasabah, Qiyamullail, dan Zikir)

"Spesial Indahnya Mengenal Rasulullaah"

Pemateri :
1. Daud Rosyid, Lc. 
2. Adhian Husaini (Kandidat Doktor dari IIUM Malaysia / INSISTNET)

Imam :
Al Ustadz 'Abdul Aziz 'Abdul Ro'uf, Lc., Al Hafizh (Markaz Al Qur'an)

Salam,
Wido Q Supraha

*Powered by Gentoo!*
-- 











===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[daarut-tauhiid] Largest Mawlid Parade in UK - Syaikh Hisyam Kabbani

2006-04-20 Terurut Topik arief ludiantoro



Largest Mawlid Parade in UK - Syaikh Hisyam Kabbani
    
Bismillah ir rahmanir rahim
   
Subhanallah for the first time Milad an-Nabi,
sall’Allahu `alayhi wa sallam took place with the
largest number ever participating in the UK, held in
Blackburn. 

The Naqshbandi silsila held a parade marking the
beginning of the Mawlid month of the Prophet
sall’Allahu `alayhi wa sallam, and the parade was more
than 3 miles in length in heavy rain. People came from
around England and despite the downpour insisted to
walk for love of the Prophet sall’Allahu `alayhi wa
sallam. The parade was escorted by police who
organized and escorted it very professionally
throughout the six hours of the event. 

When the leaders of the parade reached the mosque
there were still people at the start of the parade
beginning the march. All the time walking in this
heavy rain with everyone praising the Prophet Muhammad
sall’Allahu `alayhi wa sallam, and it is said that
this is the biggest parade in honour of the Prophet in
Europe.

During the majlis, held in a hall for 3000, but in
fact with so many people perhaps twice that number
were present, plus another hall next door and the
mosque as well, nothing was mentioned of politics.
Rather the focus was on love of the Prophet, the
Greatness of the Prophet, the Beauty of the Prophet
and how Prophet Muhammad sall’Allahu `alayhi wa sallam
is the light that Allah created first before all
things. 

This is as the hadith of Jabir, in Abdur Razzaq’s
Musannaf mentions, which today some are trying to say
that hadith is weak. The main focus of Shaykh
Kabbani’s talk was on that subject. He explained that
Shaykh `Isa al-Mani of Dubai, who recently called
Shaykh Kabbani by phone to locate the “lostEfirst
volume of the Abdur Razzaq's Musannaf in which the
hadith of Jabir is mentioned in different libraries in
the west which might have a manuscript of an ancient
edition that contain that hadith. 

Later he told a group of us that in the discussion
with Dr. `Isa, he informed Shaykh Hisham that they
found a manuscript in India and they have published
and copied it and now they are looking for another
manuscript to back up that proof.

The Shaykh mentioned miracle after miracle, including
the lion that is making dhikrullah. You can pull this
up on the website, (be sure the watch the whole mpg)
and see the lion first making ablution, then making
dhikrullah by lafdhz “Allah, AllahE which is one of
the Naqshbandi Dhikrs. Also there is the fish that has
on one side the is the name of Allah and the other
side the name of the Prophet. 

These students of Shaykh Nazim al-Haqqani  and Shaykh
Hisham have posted it on a website fishfromallah.com.

Check out pictures of the parade and the majlis that
followed at: 

http://www.yanabi.com/forum/messageview.cfm?STARTPAGE=1&catid=85&threadid=15403&forumid=1#105605

wassalam, arief hamdani
Note : Teman2 daarut tauhid silahkan buka web tsb
diatas dan banyak foto2 yang sangat menarik ketika
Syaikh Hisyam berceramah dihadapan ribuan peserta
Mawlid terbesar di UK.

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 









===
    Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "daarut-tauhiid" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[daarut-tauhiid] Berusahalah untuk Memiliki Nilai di Hadirat Ilahi!

2006-04-20 Terurut Topik arief ludiantoro



Berusahalah untuk Memiliki Nilai di Hadirat Ilahi!
Mawlana Shaykh Muhammad Nazim ‘Adil Al-Haqqani
Lefke, Cyprus, Sohbet 26 Maret 2006
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com


Assalamu ‘alaykum! A’uudzu billahi minasy syaithanir
rajiim Bismillaahir Rahmanir Rahiim Laa hawla wa laa
quwwata illaa bi-llahi-l ‘Aliyyi-l ‘Adziim
 
Wahai Manusia! Kita memohon ampunan dari Allah ta’ala.
Diri kita bukanlah sesuatu wujud yang demikian
penting, diri kita tak begitu berharga (tidak
sebagaimana yang kita pikir tentang diri kita);
demikianlah di antara kita sendiri, (kita adalah)
orang-orang yang tak penting. Tapi,di Hadirat Ilahi,
demikian berharganya (diri kita)! Tak seorang pun
mampu berbicara tentang hal itu, yaitu tentang
kehormatan dan ketinggian nilai yang telah
dikaruniakan (pada kita) oleh Pencipta kita. 

Di Hadirat Ilahiah-Nya, manusia adalah sosok paling
berharga di antara seluruh ciptaan. Namun, di antara
diri kita sendiri, kita tidaklah berada pada level
tersebut atau pada pemahaman tersebut, atau untuk
bertanya dan belajar akan makna pentingnya
kemanusiaan. Inilah hal terpenting untuk diajarkan di
muka bumi ini, tapi kita tak pernah peduli untuk
berbicara tentangnya. Tidak, kita hanya menyibukkan
diri kita dengan segala sesuatu yang menyelimuti wujud
fisik diri kita.
 
Kalian dapat melihat ke seluruh Timur dan Barat Ebegitu banyak tempat-tempat pengajaran di mana-mana,
yang mengajari anak-anak. Begitu telitinya dan
tekunnya mereka dalam melakukan pengajaran tersebut
hingga orang-orang pun kini berusaha mendaftarkan
anak-anak mereka ke tempat-tempat tersebut (sekalipun
anak-anak mereka itu masih berada di dalam kandungan
ibu mereka)... Mereka berpikir, jika seorang wanita
hamil, ia dan suaminya pun mulai berpikir, “Kini akan
segera lahir anak bagi diri kita, dan saat ini begitu
banyak universitas dan tempat-tempat pengajaran di
mana-mana. 

Bagaimana menurutmu, sayangku, bagaimana dengan anak
kita, ke mana kita mesti mendaftarkannya? Saat
permulaan adalah saat yang amat penting! Karena kita
mesti berusaha menjadikan anak kita mencapai titik
tertinggi di antara manusia. Karena itu, menurutku,
kita mesti memikirkannya! Bagaimana pendapatmu, jika
kita mulai menaruh ‘kabelEini ke janinmu untuk
mempersiapkannya? Kita dapat berbicara (melaluinya)
dan bayi kita, yang akan lahir itu, mungkin akan dapat
mengerti sesuatu (darinya), (dan) saat ia lahir keluar
nanti, kita pun mendaftarkan namanya. Karena ia
mungkin dapat belajar begitu banyak hal dalam rahimmu.
Bagaimana pendapatmu tentang hal ini?E 
Orang-orang kini menjadi tergila-gila untuk mengajari
dan mengajari dan mengajariE “Kami mengajarimu.
Setidaknya, wahai sayangku, kita dapat mengajari bayi
kita tersebut ABCE alfa, beta, gamma, delta, atau a,
b, c, atau alif, baE taE..(tapi) mereka tidak
tertarik untuk mengajari hal-hal tentang huruf bahasa
ArabEMereka begitu tekun mengikuti trend untuk
mengajari anak-anak mereka lewat ribuan, dan puluhan
ribu institusi-institusi pendidikan. Tujuan utama
mereka hanyalah: mendapatkan uang, lebih banyak uang,
untuk menyimpan lebih banyak uang... (dan) orang-orang
pun berusaha mengajak yang lain untuk belajar.
 
Belajar apa mereka? Kalian tahu apa yang mereka
ajarkan?! Mereka mengajari hal-hal omong kosong yang
sama sekali tak memberikan manfaat, tidak sama sekali.
Sebagian besar... begitu banyak ratusan buku mereka
tulis untuk mengajari orang-orang dan mereka berusaha
meraih target yang tak mungkin untuk diraih; dan untuk
setiap tingkatan yang mereka ajarkan, saat anak-anak
mereka naik ke tingkatan tersebut, mereka pun mulai
lupa atas apa yang mereka pelajari di saat-saat
permulaannya [di tingkatan sebelumnya, red.].
 
Dan semua Einilah point yang saya mesti katakan Esemua yang mereka ajarkan pada anak-anak mereka, dan
pada generasi muda mereka dengan mengatakan: “Kalian
mesti belajar!E (saat) saya bertanya pada seseorang:
Apa yang kau pelajari?E(dan) dengan terkejut ia
menjawab, “Wahai Shaikh, saya tak mempelajari
apa-apa.E“Lalu untuk apa kau buang-buang waktumu?E

“Karena, wahai Shaikh-ku, mereka menawarkan ada kami
untuk mempelajari ratusan hal, tak mungkin bagi
kapasitas fisik kami untuk memahaminya atau untuk
mengingatnya.EItulah yang saat ini menjadi sistem
pengajaran yang digunakan pemerintahan-pemerintahan
yang ada bagi rakyat mereka!
 
Pemerintah-pemerintah kini berlomba-lomba pada hal-hal
seperti itu. Untuk apa? Untuk menyibukkan kaum muda
mereka dengan pembelajaran untuk membiarkan mereka
melakukan segala sesuatunya agar mereka [para
pemerintah tsb] dapat berada pada kedudukan atau
kursi-kursi mereka atau pada pusat kekuasaan selama
mungkin.
 
(Tapi) ESubhanallah ETuhan Semesta Alam ini telah
membuat batasan bagi segala sesuatunya. Saat batas itu
tercapai, kalian tak dapat mendorongnya lebih jauh,
tak dapat pula kalian menariknya, tidak! Subhanallah Edalam seminggu ini atau lebih, saya mendengar bahwa di
Perancis, para mahasiswa meninggalkan sekolah-sekolah
mereka, meninggalkan institusi-in

[daarut-tauhiid] The Significance of Aa Gymnastiar [6/6]

2006-04-20 Terurut Topik al-palagani
[6/6]



A POPULAR INDONESIAN PREACHER:

THE SIGNIFICANCE OF AA GYMNASTIAR



C.W.Watson

*University of Kent*



 NOTES

This article is based on long acquaintance with Indonesia but in particular
on two short

visits in 2003 and a period of observation in Indonesia between January and
April 2004. In

both years my work was funded by awards from the British Academy: in 2003
the support was

from the Academy's Southeast Asia Committee, and in 2004 from the Small
Grants Committee.

I should like to thank both committees and the British Academy in general
for continuing

to support research like mine in a climate where many research funding
bodies consider

it impractical to support small individual projects of this kind.

1 Norton is rightly critical of this use of the word 'street', arguing that
as a term used to

refer to mass public opinion in Muslim countries it is the kind of
stereotype used by 'sagesounding

television performers' (2003: 20) that betrays rather than reveals reality.

2 For a particularly sharp criticism which accuses Aa Gym of being
over-influenced by Sufi

mystic ideas, see Al-Mukaffi (2003). For a reply to this criticism, see
Zulkarnain (2003).

3 The information on which this brief summary is based is taken principally
from

Gymnastiar (2003) and Herry (2002), but also draws on remarks made by Gym in
his speeches.

4 The headline of a newspaper report of a recent visit made to the town of
Tasikmalaya reads

'Warga Tasik Histeris Sambut Aa Gym' E'The Citizens of Tasik Give Aa Gym a
Rapturous

Welcome' (*Pikiran Rakyat*, 13 March 2004).

5 Several comments on Aa Gym's rise to fame are usefully collected in Herry
(2002: 108-

28). Herry (2002: 133) mentions an early Australian National University Ph.D.
thesis on Gym,

'The workshop for morality: the Islamic creativity of *pesantren *Daarut
Tauhid in Bandung, Java',

by Dindin Solahudin (1996), to which unfortunately I have not had access.

6 One or two small points need to be added here. Hamka, as a Sumatran coming
from

Sumatra where Malay Ethe basis of Indonesian Eis widely spoken, had a
fluent command of

the national language and was thus able to convey his message throughout the
archipelago.

Furthermore he had also been a journalist and a politician and was well
practised in making

use of communications facilities. However, precisely because he was Sumatran
and the modernist

tradition in which he was brought up was very different from the religious
environment

of village Java, outside the cities he never achieved as much popularity in
Java as he did elsewhere.

For details of Hamka's life and a critical appraisal some years after his
death see the

study of Hadler (1998), Noer (1979) and the chapter on Hamka in Watson
(2001).

7 For a comprehensive biographical account of Zainuddin see Mahfudh, Muaddib
& Cholil

(1994). For some recent details see the magazine, *Sabili *(2003: 178 f.).

8 An illustration of the continuing admiration shown for Sukarno's oratory
is the following

recent field experience*. *When I was in Kerinci in central Sumatra in the
summer of 2003 I

went to interview the leader of the local PKS, a Muslim political party with
no particular love

of Sukarno. I was surprised to hear on entering his house the playing of a
recording of one

of Sukarno's speeches and to be told what a marvellous orator he was.

9 See Patricia Herbert's useful account (1982) of the famous Hsaya San
rebellion in 1932 in

Burma for an interpretation which challenges Benda (1972 [1965]) and is a
thorough debunking

of the model's emphasis on the salience of popular folk belief and its
relationship to the

Burmese Buddhist monkhood.

10 Exemplifying this point is an item in the press describing how the
leadership of the NU

(*Nadhlatul Ulama*, Council of Ulama, the most influential of all religious
organizations in

Indonesia, with its heartland in east Java) was then considering the former
military figure and

former Minister of Security, Susilo Bambang Yudhyono, as its possible choice
for presidential

candidate. The item reads:

Namun sebelum menetapkan SBY sebagai capres, sesuai kelaziman yang berlaku
di kalangan

kiyai, SBY 'dipal' atau dilihat secara spiritual dulu pakai keris. 'Yang
ahli 'ngepal' calon

pemimpin ini adalah Kiai Idris dari ponpes Lirboyo. Nanti saya carikan
keris. Kerisnya

harus Nogo Sosro sabuk Inten.Yang punya keris ini adalah Sri Sultan
Hamengkubuwono.

Nanti saya akan pinjam. Mudah-mudahan boleh,' kata Kiai Cholil.

(Nevertheless before confirming SBY as presidential candidate, according to
the prevailing

convention which the *kyai *keep, SBY will be '*dipal*' [tested?] or first
examined spiritually

with the aid of a *keris *[Indonesian special knife]. 'The specialist in
testing leadership

candidates is Kiai Idris from the *pondok pesantren *Lirboyo. I shall be
obtaining the *keris*. It

has to be the *Nogo Sosro Sabuk Inten *[the name given to this special
sacral *keris*].The owner

of it is Sri Sul

[daarut-tauhiid] Adakah Dzat Allah...?

2006-04-20 Terurut Topik ARIHADI



Adakah Dzat Allah...?





Bismillahirrohmaanirrohiim, Assalamu'alaykum Wr. Wb..



Sebelumnya mohon maaf  kalau sudah ada yang pernah tahu/baca tulisan ini



Adanya banyak pemahaman apakah Dzat Allah itu ada, bagaimana wujud-Nya, bagaimana kuasa -Nya dll yang berbeda beda membuat perdebatan tersendiri tentang Tuhan. Sebagai landasan berpikirnya akal kita juga harus berpedoman terhadap kaidah kaidah pokok dalam berakidah. Menurut  Syeik Ali Ath Thanthawi dalam kitabnya yang berjudul " Ta'riif  'Aam bi Diinil Islam" disebutkan bahwa kaidah kaidah pokok dalam berakidah adalah sbb :



  1.. Sesuatu yang dapat ditangkap dengan inderaku, maka tidak diragukan lagi bahwa ia itu ada.
--- > Inilah akal manusia, tetapi berdasarkan pengalamannya fatamorgana yang terjadi di padang pasir sangat mengecoh pengetahuannya tentang adanya sekumpulan air. Pena yang lurus jika diletakkan di dalam gelas akan tampak bengkok. Penglihatan mata tidak mungkin terjadi jika tidak ada cahaya, sementara cahaya tidak berguna untuk seorang yang buta. Jadi disimpulkan, penglihatan fisik sangatlah lemah dan dapat menipu.



  2.. Ada beberapa hal yang  belum pernah kita lihat dan kita rasakan, namun kita meyakini keberadaannya, seperti halnya yang telah kita rasakan.
---> Dicontohkan, kita percaya India atau Brasilia itu ada, padahal kita belum pernah kesana. Demikian halnya, kita percaya bahwa Iskandar al Maqduni telah berhasil membuka negeri Persia. Kita percaya bahwa Walid bin Abdul Malik telah membangun Masjid Jami' Umawy, padahal kita bukanlah termasuk orang yang ikut perang dan menyaksikan pembangunan masjid tersebut. Lantas kenapa kita meyakini atas peristiwa itu ? Jadi keyakinan disamping diperoleh melalui indera juga melalui berita berita yang disampaikan oleh orang yang shidiq (jujur) sehingga ucapan dan perkataannya dapat dipercaya oleh orang lain.



  3.. Sejauh manakah pengetahuan yang dapat diperoleh indera kita ? Apakah indera kita dapat mengetahui semuanya yang maujud...?
---> Perumpaannya adalah seperti seorang yang dipenjara oleh seorang raja di dalam sebuah ruangan dengan pintu dan jendela yang tertutup, serta beberapa celah dinding penjara. Satu celah menghadap ke arah sungai yang mengalir ke sebelah timur, satu celah menghadap ke arah gunung sebelah barat, satu celah menghadap istana di sebelah utara dan celah yang lain menghadap lapangan di sebelah selatan.



Dalam perumpamaan ini pengetahuan si terpenjara yang dimiliki sebatas celah celah yang ada di dinding  penjara. Seorang yang dipenjara itu tidak akan dapat melihat secara keseluruhan sungai di sebelah timur hanya dari balik celah penjara. Nah, demikian pula indera kita bagaimana mungkin kita bisa melihat semua yang berwujud, sementara indera kita sangat terbatas.



Demikianlah kaidah kaidah pokok dalam berakidah. Sejarah membuktikan, bagaimana seorang tokoh komunis seperti Stalin meminta didoakan untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya. Demikian juga DN Aidit - tokoh PKI, bagaimana ia mengatakan saat ditanya apakah ia percaya akan Tuhan..? Ia menjawab " hanya Tuhanlah yang tahu, apakah saya percaya Tuhan atau tidak". Dari jawaban DN Aidit dapat disimpulkan sebenarnya ia sendiri percaya kepada Tuhan.



Imam Abu Hanifah berdebat dengan seorang yang atheis, dia menanyakan " Apakah anda percaya bila saya katakan ada sebuah kapal dengan muatan yang penuh di tengah tengah ombak besar lautan ia tetap bisa berlayar dengan baik meskipun tanpa nahkoda ? Orang atheis itu pun menjawab " Tentu tidak percaya". Nah, begitu pula dengan alam semesta ini, bagaimana mungkin alam semesta ini yang sangat luas dapat berjalan sangat teratur dengan sendirinya ? tentulah ada yang menciptakannya, kata Imam Abu Hanifah.



Di waktu lain Syeikh Abu Hammad diundang oleh orang orang atheis yang ingin berdebat dengannya periha "Dzat Allah". Karena sesuatu hal Syeikh Abu Hammad memerintahkan mruidnya, Imam Abu Hanifah untuk memenuhi undangan kelompok orang atheis tersebut. Percakapan pun dimulai.



Orang Atheis : "Tahun berapa tuhan engkau diciptakan ?"

Imam Abu Hanifah : " Tuhan tidak dilahirkan, kalau tuhan dilahirkan tentunya dia punya ayah dan ibu, lam yalid wa lam yuulad".

Orang Atheis : "Tahun berapakah tuhan muncul ?"

Imam Abu Hanifah : " Tuhan ada sebelum adanya waktu dan penanggalan, Tuhan lah yang menciptakan waktu".



Orang Atheis : "Kami minta contoh kongkrit".

Imam Abu Hanifah: Bilangan berapa sebelum empat ?"

Orang Atheis : " Tiga".

Imam Abu Hanifah: Bilangan berapa sebelum tiga ?"

Orang Atheis : " Dua".

Imam Abu Hanifah: Bilangan berapa sebelum dua ?"

Orang Atheis : " Satu".

Imam Abu Hanifah: Bilangan berapa sebelum satu ?"

Orang Atheis : " Tidak ada "

Imam Abu Hanifah: Jika dalam ilmu hitung saja tidak ada sebelum satu, bagaimana dengan satu hakiki adanya tuhan ? Sesungguhnya Dia lah yang permulaan dan yang akhir".



Orang Atheis : "Kemanakah arah Tuhan menghadap?"

Imam Abu Hanifah:" Jika kita menghadapkan sebua lampu di dalam kegelapan, maka ke ar

[daarut-tauhiid] The Significance of Aa Gymnastiar [5/6]

2006-04-20 Terurut Topik al-palagani
[5/6]



A POPULAR INDONESIAN PREACHER:

THE SIGNIFICANCE OF AA GYMNASTIAR



C.W.Watson

*University of Kent***

* *

* **Conclusion*

The year 1998 was clearly critical for Indonesia in a number of ways.
Suharto's

fall opened up the way for a new wave of democratization for which the

opposition had been pressing for a number of years.With the new
possibilities

for communication opened up came a sudden expansion of the public

sphere and of the roles played there by secular and religious
groups.Technological

sophistication was already in existence before that, but it was only in

the new political climate of freedom of expression which emerged as a

consequence of the liberalization swiftly announced by Habibie, Suharto's

successor, that this know-how could demonstrate its potential. Not only were

new TV channels quickly established which were not under the direct

control of the government but there was a sudden flowering of the press. Old

newspapers and journals formerly banned under Suharto re-emerged, and new

ones flooded the market. A new range of publications appeared too at this

time, including a new genre, the Indonesian romantic Muslim novel (*Koran*

*Tempo*, 21 March 2005: 11).18 Independent of political developments the

internet, which had always been less susceptible to government interference,

grew in strength with the spread of internet cafés and the linking up of new

communities of politically aware netters. As Hefner (2003) has described, it

was also in 1998 that one of the first groups to make effective use of this

new technology was a militant Muslim organization. It was in this year too

that Aa Gym began to be known beyond the neighbourhood of north

Bandung.

In relation to the rest of the Muslim world there is at first sight nothing

unusual in the emergence of a person like Aa Gym. He is, it would seem,

simply another representative of what has become a fairly common phenomenon,

an influential Muslim figure whom the tide of modernization and the

availability of new technology have allowed to communicate with a mass
audience,

and who has thus displaced the traditional figure of religious authority

whom the *umat *(Muslim community) would have looked to in the past as

the sole source of religious wisdom. Even within Indonesia, a country where

the state control of Islam has never been as strong as in other Muslim

countries, there might be grounds for seeing As Gym as simply in continuity

with a line of influential twentieth-century national religious figures.

Looked at more closely, however, one sees a marked qualitative difference

in the manner in which Aa Gym exercises his influence. This is not simply a

matter of scale, though that too is significant as Aa Gym is reaching a far

greater and more disparate audience than any of his predecessors. Rather it
is

a question of having created new spaces for religious dialogue while at the

same time having not forsaken the local sermon's traditional means of
immediate

contact. In this respect Aa Gym's aims demonstrate what Eickelman and

Anderson, borrowing from Schutz, call the creation of new communities of

'contemporaries beyond one's face-to-face consociates' (2003: 15). In the

interaction of the members of these communities, where it sometimes

becomes difficult to distinguish form from content, new understandings of
the

significance of Islam in the practicalities of daily life and in solving, or
at

least coming to terms with, domestic and professional problems are being

exchanged.Aa Gym's is very much an interstitial space between the
traditional

preaching of religious authorities, who have emphasized and continue to

emphasize with ever-increasing vigilance Efor example in relation to the
consumption

of *halal *foods Ethe proper observance of religious ritual, and the

sophisticated dialogues of Muslim intellectuals who debate the
appropriateness

of hermeneutic approaches to the interpretation of the Qur'an.

>From outside Indonesia Gym's novelty appears to lie in the astute way in

which he reaches an extraordinarily wide spectrum of the population and

seems able to so without appearing in any way threatening to established

interests, excepting perhaps some traditional and anti-Sufistic religious
authorities.

In addition, and this is perhaps where he differs most from his counterparts

in other areas of the Muslim world, he appears to be incorporating a

new strand of global outreach into religious understanding. Homespun moral

advice is combined with immediate practical instruction on good management

practice. The situating of business management and practice within a

moral and theologically inspired code of conduct has long been a familiar

element in discussions of the practice of everyday life in the Western
Christian

world.What we are seeing in Indonesia in the person of Gym is the
contextualization

of an idea of religious praxis designed to infuse Muslim personal

and professional