Yang Terlahir Dari Hati

By: M. Agus Syafii

Yang terlahir dari hati adalah sesuatu yang suci, indah dan mengagumkan yaitu 
kekuatan dan kesabaran dalam mengarungi kehidupan. Kekuatan untuk menerima, 
memaafkan dan mengembalikan pada posisi semula, menerima orang yang kita cintai 
mengalami kegagalan seperti tidak pernah gagal sebelumnya. Tidak menyimpan 
kesalahan orang yang pernah melukai kita. Sikap hati kita tidak lagi mengungkit 
kesalahan masa lalu. Membuat kita semangat untuk menjaganya agar tidak 
terperosok pada kesalahan yang sama.  Itulah yang terlahir dari hati, mencintai 
dengan setulus hati. Cerita itu berawal dari seorang ibu yang menerima telpon 
dari seorang perempuan dengan mengatakan bahwa dirinya tidak lagi berhak atas 
suaminya. Setelah merebut suaminya bahkan menteror dan menghancurkan hatinya. 
Kehancuran hatinya justru bertekad untuk mempertahankan rumah tangga, suami dan 
anak-anaknya. Sebagai seorang ibu dan istri seolah mendapatkan kekuatan yang 
begitu besar untuk tetap menjaga dan
 merawat anak-anaknya. Meski hatinya pilu dan tercabik-cabik, ia tak ingin 
orang tuanya tahu apa yang sedang terjadi di dalam rumah tangganya. Ditengah 
kesibukan mencari nafkah dengan bekerja keras demi keberlangsungan hidup, 
ditengah kesendirian dan perjuangan membesar anak-anaknya tidak membuat dirinya 
menjauh dari Allah malah semakin mendekat diri kepada Allah memohon agar 
mendapatkan kekuatan, kesabaran dan pertolonganNya.

Keyakinan akan kekuatan doa itulah yang menyebabkan dirinya berkenan untuk 
hadir ke Rumah Amalia. Tekadnya untuk mempertahankan rumah tangga, suami dan 
anak-anaknya merupakan impian indah yang sangat menjadi harapan, dengan sedikit 
menyisihkan rizkinya untuk bershodaqoh berharap untuk mengharap keridhaan Allah 
agar menjaga keutuhan rumah tangganya. Perih luka dan pilu dihatinya tidak lagi 
bisa ditutupinya. Air matanya yang bening mengalir. Anak-anaknya berlarian tak 
mengerti kegalauan hatinya. Hatinya telah berserah sepenuhnya kepada Allah, 
apapun yang telah menjadi ketetapan Allah, dirinya menerima dengan penuh 
syukur. 'Apapun yang Allah telah tetapkan pada kami, ujian, cobaan adalah wujud 
kasih sayang Allah kepada kami.' tutur beliau. 'Saya bersyukur dengan ujian dan 
cobaan ini membuat saya dan anak-anak semakin mendekatkan diri kepada Allah.' 
lanjutnya.

Sampai pada suatu hari, ditengah kesibukannya menyelesaikan tugas kantornya 
tiba-tiba ada satu peristiwa yang tidak pernah diduganya sama sekali, dering 
hapenya berbunyi. Terdengar suara yang membuatnya terkejut tak percaya. 'Mah, 
maafin aku ya..aku khilaf, sudah menyakiti hatimu.' Langsung saja mematikan 
hapenya. Bagai tersambar petir disiang bolong, hati dan pikirannya kacau, suara 
itu adalah suara suaminya yang sudah setahun telah meninggalkan dirinya dan 
anak-anaknya. Beberapa menit kemudian hapenya berdering kembali, mengenali 
betul bahwa itu adalah nomor yang sama, sampai dering bunyi hapenya mati dengan 
sendirinya. Air matanya mengalir. Hatinya dikuatkan ketika hapenya berbunyi 
kembali, dengan bercampur baur semua perasaan ditumpahkan. 'Sebenarnya ayah mau 
apa? Setahun sudah ayah terlantarkan istri dan anak-anakmu? Minta maafmu tidak 
bisa menghilangkan rasa perih dihatiku dan derita anak-anakmu? Kamu kejam Mas, 
Kejam!' Suara itu terdengar penuh
 dengan isak dan tangis. Terdengar suara parau laki-laki menjawab. 'Mama, aku 
memang salah. aku bertaubat mah. Aku menyesal. Beri kesempatan untuk 
memperbaiki kesalahan menjadi ayah dan suami yang baik.' Dihatinya perih 
terluka, tidak ada sedikitpun tersimpan kebencian pada laki-laki yang telah 
menjadi suami dan ayah bagi anak-anak sekalipun telah disakiti hatinya. Lama 
terdiam, akhirnya dia menjawab, 'Mas, pulanglah..aku dan anak-anak 
merindukanmu.'

Malam itu juga suaminya pulang ke rumah. melihat ayahnya yang berpeluh air 
mata. Ketiga anak-anaknya segera mendekat dan tanpa disuruh mereka berpelukan 
dengan ayahnya, menangis sejadi-jadinya. Ayahnya meminta kepada anak-anak dan 
istrinya agar memaafkan dirinya. Dirinya berjanji akan lebih menyayangi 
keluarga dan tidak akan pergi meninggalkan rumah lagi. Pernyataan sang ayah 
begitu sangat tulus disambut dengan ledakan tangis ketiga anak-anaknya dan isak 
tangis istrinya. Malam pun berlalu dengan rentetan permintaan maaf dan peluk 
cium, yang saling mengasihi dan penuh kasih sayang. Begitu indahnya, mereka 
dengan dilimpahkan kebahagiaan.

--
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami 
akan memberi tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya tempat 
yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akherat adalah 
lebih besar kalau mereka mengetahui, yaitu orang-orang yang sabar dan hanya 
kepada Tuhan saja mereka bertawakal. (QS. an-Nahl : 41-42).

Wassalam,
M. Agus Syafii

--
Yuk, raih kebahagiaan di hari kemenangan dg hadir pada kegiatan "Hari Nan Fitri 
Bersama" (HANIF), Ahad, 23 Oktober 2011 Jam 9.sd 12 siang di Rumah Amalia. Bila 
berkenan berpartisipasi Paket sembako, baju baru untuk anak2, konsumsi, 
peralatan sekolah. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 
Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat 
berarti bagi kami. Info: agussya...@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke