Re: [daarut-tauhiid] Khitan anak perempuan

2011-11-09 Terurut Topik Sarjana Muhammad
Berikut ini untuk melengkapi saja,

(See attached file: 100516 Khitan.pdf)

Mudah mudahan ini bermanfaat dan menambah pemahaman kita lalu
mengamalkannya
Wallahua'lam

Sarjana M. Abd.




  From:   "Sutikno" 

  To: daarut-tauhiid@yahoogroups.com

  Date:   11/03/2011 10:52 PM

  Subject:    Re: [daarut-tauhiid] Khitan anak perempuan

  Sent by:daarut-tauhiid@yahoogroups.com






barangkali berguna :

Tentang Khitan bagi wanita

Tentang Khitan bagi wanita ini terjadi berbedaan pendapat dalam memahami
dalil-dalil yang ada. Sebagian ‘ulama berpendapat bahwa wanita juga harus
berkhitan. Adapun dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut :

 ? ?? ??  ? ? ?:  ???
??? ??  ?? ?? ? ?? ? ?? ??
?? . ??? 7: 143

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, :Fithrah itu ada lima

: 1. Khitan, 2. Mencukur rambut kemaluan, 3. Mencabut bulu ketiak, 4.
Memotong kumis, dan 5. Memotong kuku”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 143]

 ? ???: ? ??? ?? ?? ?? ??
?? ?? ? ??  ? ? ??. ??? 1:
72? ???: 108

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Apabila khitan bertemu khitan, maka sungguh
telah
wajib mandi. Aku telah melakukannya dengan Rasulullah SAW, maka kami
mandi”.
[HR. Tirmidzi juz 1, hal. 72, no. 108]

Keterangan :

Dari hadits ini mereka memahami bahwa wanita juga harus berkhitan, karena
disebutkan “apabila khitan bertemu khitan”. Dan hadits “khomsun minal
fihtrah” itu difahami sebagai dalil umum, bagi laki-laki maupun wanita. Dan

juga berdasar hadits-hadits sebagai berikut :

 ? ???  ?   ? ?? ?
?: ?? ??? ?? ?? ??. : 7: 381?
???: 20744

Dari Abul Malih bin usamah dari ayahnya, bahwasanya Nabi SAW bersabda,
“Khitan itu sunnah bagi kaum laki-laki dan kemuliaan bagi kaum wanita”.
[HR.
Ahmad juz 7, hal. 381, no. 20744]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Al-Hajjaj bin
Arthah, ia seorang mudallis.

 ?   ? ? ?: ??? ??? ??
?? ?? ??.  ?? ?? 11: 186? ???: 11590

Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Khitan itu sunnah bagi
kaum laki-laki dan kemuliaan bagi kaum wanita”. [HR. Thabrani, dalam
Al-Kabir, juz 11, hal. 186, no. 1159]

Keterangan :

Hadits riwayat Thabrani ini juga diriwayatkan oleh Baihaqi di dalam Sunanul

Kubra juz 8, hal. 824, dan ia berkata, “Haadzaa isnaadun dla’iifun (ini
sanad yang lemah), yang benar hadits tersebut adalah mauquf.

  ? ? ? ? ??? 
??? ??? ? ?? ?: ??? ?? ??? ?
???  ?? ??? ? ?. ???  4: 368? ???: 5271

Dari Ummu ‘Athiyah Al-Anshariyah, bahwasanya ada seorang wanita yang biasa
mengkhitan di Madinah, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, “Jangan kamu
habiskan, karena yang demikian itu lebih menyenangkan bagi wanita dan lebih

disukai oleh suami”. [HR.Abu Dawud juz 4, hal. 368, no. 5271]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Muhammad bin
Hassan, ia majhul.

 ???  ?? ?: ??? ??? ?
 ? ??? ? ? ?. ??? ? 
? ?:  ? ? ?  ?? ?? ???
?? ?. ?? 3: 603? ???: 6236

Dari Dlahhak bin Qais, ia berkata : Dahulu di Madinah ada seorang wanita
yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan, ia bernama Ummu ‘Athiyah. Maka
Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Khitanlah, dan jangan kamu habiskan,
karena yang demikian itu lebih mencerahkan wajah, dan lebih menyenangkan
suami”.  [HR. Hakim juz 3, hal. 603, no. 6236]

Keterangan :

Hadits ini dalam sanadnya ada seorang rawi bernama ‘Abdul Maalik bin ‘Umair

yang masih diperselisihkan,

 ?? ?  ?? : ??? ??? ?
 ??? ?? ? ?? ??? ?? ? ??? ??

?? ?? ??? ?? ? .

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia mengatakannya dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Hai para wanita Anshar, pakailah pewarna kuku yang merata dan
berkhitanlah,
dan janganlah kalian habiskan, karena yang demikian itu lebih menyenangkan
suami-suami kalian, dan hati-hatilah kalian dari mengkufuri ni’mat”. [HR.
Al-Bazzaar dari Ibnu ‘Adiy, dalam Takhiishul Habiir juz 4, hal. 225]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya Al-Bazzar ada perawi bernama
Mandil
bin ‘Aliy, ia dla’if. Dan dalam sanadnya Ibnu ‘Adiy ada perawi bernama
Khalid bin ‘Amr al-Qurasyiy, ia lebih dla’if dari pada Mandil. [Talkhiisul
Habiir juz 4, hal. 225]

Sebagian ‘ulama memahami bahwa khitan itu khusus untuk laki-laki, sedangkan

untuk wanita tidak ada had

Re: [daarut-tauhiid] Khitan anak perempuan

2011-11-03 Terurut Topik Sutikno
barangkali berguna :

Tentang Khitan bagi wanita

Tentang Khitan bagi wanita ini terjadi berbedaan pendapat dalam memahami 
dalil-dalil yang ada. Sebagian ‘ulama berpendapat bahwa wanita juga harus 
berkhitan. Adapun dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut :

 ? ?? ??  ? ? ?:  ??? 
??? ??  ?? ?? ? ?? ? ?? ?? 
?? . ??? 7: 143

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, :Fithrah itu ada lima 
: 1. Khitan, 2. Mencukur rambut kemaluan, 3. Mencabut bulu ketiak, 4. 
Memotong kumis, dan 5. Memotong kuku”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 143]

 ? ???: ? ??? ?? ?? ?? ?? 
?? ?? ? ??  ? ? ??. ??? 1: 
72? ???: 108

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Apabila khitan bertemu khitan, maka sungguh telah 
wajib mandi. Aku telah melakukannya dengan Rasulullah SAW, maka kami mandi”. 
[HR. Tirmidzi juz 1, hal. 72, no. 108]

Keterangan :

Dari hadits ini mereka memahami bahwa wanita juga harus berkhitan, karena 
disebutkan “apabila khitan bertemu khitan”. Dan hadits “khomsun minal 
fihtrah” itu difahami sebagai dalil umum, bagi laki-laki maupun wanita. Dan 
juga berdasar hadits-hadits sebagai berikut :

 ? ???  ?   ? ?? ? 
?: ?? ??? ?? ?? ??. : 7: 381? 
???: 20744

Dari Abul Malih bin usamah dari ayahnya, bahwasanya Nabi SAW bersabda, 
“Khitan itu sunnah bagi kaum laki-laki dan kemuliaan bagi kaum wanita”. [HR. 
Ahmad juz 7, hal. 381, no. 20744]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Al-Hajjaj bin 
Arthah, ia seorang mudallis.

 ?   ? ? ?: ??? ??? ?? 
?? ?? ??.  ?? ?? 11: 186? ???: 11590

Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Khitan itu sunnah bagi 
kaum laki-laki dan kemuliaan bagi kaum wanita”. [HR. Thabrani, dalam 
Al-Kabir, juz 11, hal. 186, no. 1159]

Keterangan :

Hadits riwayat Thabrani ini juga diriwayatkan oleh Baihaqi di dalam Sunanul 
Kubra juz 8, hal. 824, dan ia berkata, “Haadzaa isnaadun dla’iifun (ini 
sanad yang lemah), yang benar hadits tersebut adalah mauquf.

  ? ? ? ? ???  
??? ??? ? ?? ?: ??? ?? ??? ? 
???  ?? ??? ? ?. ???  4: 368? ???: 5271

Dari Ummu ‘Athiyah Al-Anshariyah, bahwasanya ada seorang wanita yang biasa 
mengkhitan di Madinah, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, “Jangan kamu 
habiskan, karena yang demikian itu lebih menyenangkan bagi wanita dan lebih 
disukai oleh suami”. [HR.Abu Dawud juz 4, hal. 368, no. 5271]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Muhammad bin 
Hassan, ia majhul.

 ???  ?? ?: ??? ??? ? 
 ? ??? ? ? ?. ??? ?  
? ?:  ? ? ?  ?? ?? ??? 
?? ?. ?? 3: 603? ???: 6236

Dari Dlahhak bin Qais, ia berkata : Dahulu di Madinah ada seorang wanita 
yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan, ia bernama Ummu ‘Athiyah. Maka 
Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Khitanlah, dan jangan kamu habiskan, 
karena yang demikian itu lebih mencerahkan wajah, dan lebih menyenangkan 
suami”.  [HR. Hakim juz 3, hal. 603, no. 6236]

Keterangan :

Hadits ini dalam sanadnya ada seorang rawi bernama ‘Abdul Maalik bin ‘Umair 
yang masih diperselisihkan,

 ?? ?  ?? : ??? ??? ? 
 ??? ?? ? ?? ??? ?? ? ??? ?? 
?? ?? ??? ?? ? .

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia mengatakannya dari Nabi SAW, beliau bersabda, 
“Hai para wanita Anshar, pakailah pewarna kuku yang merata dan berkhitanlah, 
dan janganlah kalian habiskan, karena yang demikian itu lebih menyenangkan 
suami-suami kalian, dan hati-hatilah kalian dari mengkufuri ni’mat”. [HR. 
Al-Bazzaar dari Ibnu ‘Adiy, dalam Takhiishul Habiir juz 4, hal. 225]

Keterangan :

Hadits ini dla’if, karena dalam sanadnya Al-Bazzar ada perawi bernama Mandil 
bin ‘Aliy, ia dla’if. Dan dalam sanadnya Ibnu ‘Adiy ada perawi bernama 
Khalid bin ‘Amr al-Qurasyiy, ia lebih dla’if dari pada Mandil. [Talkhiisul 
Habiir juz 4, hal. 225]

Sebagian ‘ulama memahami bahwa khitan itu khusus untuk laki-laki, sedangkan 
untuk wanita tidak ada hadits yang shahih dan sharih (secara tegas) yang 
menyuruh wanita untuk berkhitan.

Adapun hadits tentang “apabila khitan bertemu khitan maka wajib mandi”, itu 
tidak mesti menunjukkan bahwa wanita itu berkhitan. Tetapi maksud hadits itu 
“apabila kemaluan laki-laki bertemu kemaluan wanita (bersetubuh), maka wajib 
mandi”. Walloohu a’lam.



- Original Message - 
From: