RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

2004-07-28 Terurut Topik Suprihatin
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami





Bukan gitu Pac...
Kan article ini bilang bagus buat yang mo 
tunangan / mo nikah. 
Kan tatien mo nikah juga nich... kalau bisa 
datang ya.. :))

  -Original Message-From: pac 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Wednesday, July 28, 2004 12:59 
  PMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [e-ketawa] 
  Pertengkaran suami -istri yang islaminapa tien abis 
  berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan 
  penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga 
  malam buat kamu ya tho...
  From: "Suprihatin" 
[EMAIL PROTECTED]Reply-To: 
[EMAIL PROTECTED]Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 
-0700To: [EMAIL PROTECTED]Subject: RE: 
    [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
  Bagusi like this article. 
Thanks ya... wan!
-Original Message-From: awan cahyadi 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 
  PMTo: E-KetawaSubject: [e-ketawa] Pertengkaran suami 
  -istri yang islamiDari file lama yang ketemu entah 
  dimana:Assalammu'alaikum 
  rekans,Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, 
  ataupun yangmotunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, 
  bacanya setelah kerjaaja,abis agak panjang sih, tapi 
  manfaatnya..:)Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata 
  Illaa billah.Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada 
  Allah bahwahinggahari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. 
  Berbicara soal vonis,sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman 
  mati (QS.21:35), hanyajadwaleksekusi yang berbeda beda, ada yang 
  minggu lalu, kemarin, tadi pagi,dansaya, Anda? Entah kapan, yang 
  jelas waktu yang tersisa, harus kitamaksimalkan untuk berbuat baik. 
  Diantara kebaikan itu adalah: membangunsinergi yang baik antar dua 
  kekasih yang diikat erat janji suci, suamidgnisteri.Bertengkar 
  adalah phenomena yang sulit dihindari dalam 
  kehidupanberumahtangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak 
  pernah bertengkardenganisteri saya !" Kemungkinannya dua, boleh 
  jadi dia belum beristeri, atauiatengah berdusta. Yang jelas saya 
  dengan Ummu Naila sering menikmatisa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana 
  lebih menikmati lagi sa'at sa'attidakbertengkar :)Bertengkar 
  itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya sajadihantarkandalam 
  muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, 
  dalambertengkarpunkita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru 
  dalam pertengkaran,setiapkata yang terucap mengandung muatan 
  perasaan yang sangat dalam, yangmencuat dengan desakan energi yang 
  tinggi, pesan pesannya terasakental,lebih mudah dicerna ketimbang 
  basa basi tanpa emosi.Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep 
  keluarga kami dalammelangsungkan sebuah pertengkaran, 
  alhamdulillah telah saya jalani selama 13tahun,dan berhasil 
  membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik 
  daripadasebelumterjadi pertengkaran.Tulisan ini murni Non 
  Politik, jadi tolong jangan 
  tergesa-gesamenghapusnya:)Ketika saya dan si pencuri [hati 
  saya] -- eh enggak koq dia tidak curihatisaya, malah saya kasikan 
  dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awalbertemu, setelah saya 
  tanya apakah ia bersedia berbagi masa depandengansaya, dan 
  jawabannya tepat seperti yang diharap, kami 
  mulaimembicarakanseperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah 
  satu diantaranyaadalahtentang apa yang harus dilakukan kala 
  kita bertengkar, dari beberapaperbincangan via tulisan plus waktu yang 
  mematangkannya, tibalah kamipadasebuah Memorandum of 
  Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkarmaka :1. Kalau 
  bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja 
  yangmarahmarah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus 
  menunggu sampaiyang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, 
  seorangpun sudahcukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan 
  saya mau menyela,segera ia berkata "STOP" ini giliran saya !Saya 
  harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya 
  berkatadalamhati : "kamu makin cantik kalau marah,makin energik 
  ..."Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah 
  menjadijalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... 
  "duhkekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, 
  makadipadang kelegaanperasaanmu itu aku menunggu 
  ."Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot 
  muka",saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang 
  tersinggungadalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar 
  kuman, dan sayatidakberani marah sama siapa siapa kecuali pada 
 

Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

2004-07-28 Terurut Topik pac
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami





aihh dik tatien mo merit...kapan tien? di jkt juga kan? kirim dong undangannya ke imelku :-) 
tapi bener kan yg ku bilang, sbg istri km harus penuh kasih sayang dan kesabaran nanti kan suamimu gak enak ati kalo mo marah sama kamu jadinya dia malah makin sayang sama kamu.uhu muah muahh...


From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 27 Jul 2004 23:11:35 -0700
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami


Bukan gitu Pac...
Kan article ini bilang bagus buat yang mo tunangan / mo nikah. 
Kan tatien mo nikah juga nich... kalau bisa datang ya.. :))
-Original Message-
From: pac [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, July 28, 2004 12:59 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

napa tien abis berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga malam buat kamu ya tho...


From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 -0700
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami


Bagus
i like this article. Thanks ya... wan!
-Original Message-
From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM
To: E-Ketawa
Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

Dari file lama yang ketemu entah dimana:

Assalammu'alaikum rekans,
Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yang
mo
tunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerja
aja,
abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:)
Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah.
Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa
hingga
hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis,
sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya
jadwal
eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi,
dan
saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita
maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun
sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami
dgn
isteri.
Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan
berumah
tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak pernah bertengkar
dengan
isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau
ia
tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati
sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at
tidak
bertengkar :)
Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja
dihantarkan
dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam
bertengkarpun
kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran,
setiap
kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang
mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa
kental,
lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam
melangsung
kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13
tahun,
dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada
sebelum
terjadi pertengkaran.

Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa
menghapusnya
:)

Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curi
hati
saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awal
bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan
dengan
saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai
membicarakan
seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya
adalah
tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa
perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami
pada
sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar
maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yang
marah
marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai
yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah
cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela,
segera ia berkata STOP ini giliran saya !
Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata
dalam
hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik ...
Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi
jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... duh
kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka
dipadang kelegaan
perasaanmu itu aku menunggu .
Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah raga otot muka,
saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung
adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan

[e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

2004-07-27 Terurut Topik awan cahyadi





Dari file lama yang 
ketemu entah dimana:

Assalammu'alaikum rekans,Ini ada sedikit ilmu buat yang udah 
nikah, udah tunangan, ataupun yangmotunangan/nikah. bagi yang 
punya waktu sedikit, bacanya setelah kerjaaja,abis agak panjang sih, 
tapi manfaatnya..:)Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata 
Illaa billah.Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah 
bahwahinggahari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal 
vonis,sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), 
hanyajadwaleksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, 
tadi pagi,dansaya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, 
harus kitamaksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: 
membangunsinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, 
suamidgnisteri.Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari 
dalam kehidupanberumahtangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak 
pernah bertengkardenganisteri saya !" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia 
belum beristeri, atauiatengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu 
Naila sering menikmatisa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati 
lagi sa'at sa'attidakbertengkar :)Bertengkar itu sebenarnya sebuah 
keadaan diskusi, hanya sajadihantarkandalam muatan emosi tingkat tinggi. 
Kalau tahu etikanya, dalambertengkarpunkita bisa mereguk hikmah, betapa 
tidak, justru dalam pertengkaran,setiapkata yang terucap mengandung 
muatan perasaan yang sangat dalam, yangmencuat dengan desakan energi yang 
tinggi, pesan pesannya terasakental,lebih mudah dicerna ketimbang basa 
basi tanpa emosi.Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga 
kami dalammelangsungkan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya 
jalani selama 13tahun,dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa 
lebih asyik daripadasebelumterjadi pertengkaran.Tulisan ini 
murni Non Politik, jadi tolong jangan 
tergesa-gesamenghapusnya:)Ketika saya dan si pencuri [hati saya] 
-- eh enggak koq dia tidak curihatisaya, malah saya kasikan dengan 
ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awalbertemu, setelah saya tanya apakah ia 
bersedia berbagi masa depandengansaya, dan jawabannya tepat seperti yang 
diharap, kami mulaimembicarakanseperti apa suasana rumah tangga ke 
depan. Salah satu diantaranyaadalahtentang apa yang harus 
dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapaperbincangan via tulisan plus 
waktu yang mematangkannya, tibalah kamipadasebuah Memorandum of 
Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkarmaka :1. Kalau 
bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yangmarahmarah, 
yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampaiyang satu 
reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudahcukup membuat 
rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela,segera ia berkata 
"STOP" ini giliran saya !Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan 
senyum saya berkatadalamhati : "kamu makin cantik kalau marah,makin 
energik ..."Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah 
menjadijalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... 
"duhkekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, 
makadipadang kelegaanperasaanmu itu aku menunggu ."Demikian juga 
kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka",saya menganggap bahwa 
distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggungadalah sampah, ia harus 
segera dibuang agar tak menebar kuman, dan sayatidakberani marah sama 
siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kinigiliran dia yang harus 
bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khususuntukmarah, memang 
tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebihbaik untuk 
dilakukan secara berjama'ah selain marah :)2. Marahlah untuk persoalan 
itu saja, jangan ungkit yang telah terlipatmasa.Siapapun kalau diungkit 
kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebabmasa silam adalah bagian dari 
sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah.Siapapun tidak akan suka dinilai 
dengan masa lalunya. Sebab harapanterbentang mulai hari ini hingga ke depan. 
Dalam bertengkar pun kitaperlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. 
Sebab pertengkaran diantaraorang yang masih mempunyai harapan, hanyalah 
sebuah foreplay, sedangpertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan 
peradaban cintayang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai hari ini, 
biayapernikahansayamasih harus terus saya cicil, sayangkan kalau di 
delete begitu saja...:)Kalau saya terlambat pulang dan ia marah,maka 
kemarahan atasketerlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah "ungkapan 
rinduyangkeras".Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan 
saya, minggu lalu,awalbulankemarin dan dua bulan lalu, maka itu 
membuat saya terpuruk jatuh.Bila teh yang disajinya tidak manis (saya 
termasuk penimbun gula),sepedas apapun saya marah,maka itu adalah "harapan 
ingin disayangilebihtinggi".Tapi kalau itu dihubungkan dgn 
kesalahannya kemarin dan tiga harilewat,plus tuduhan "Sudah tidak 
suka lagi ya 

RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

2004-07-27 Terurut Topik adiguna Turman

Tatien, bersediakah kamu berbagi hati dengan saya?



--- Suprihatin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Bagus
 i like this article. Thanks ya... wan!
 
 -Original Message-
 From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM
 To: E-Ketawa
 Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang
 islami
 
 
 Dari file lama yang ketemu entah dimana:
  
 Assalammu'alaikum  rekans,
 Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah
 tunangan, ataupun yang
 mo
 tunangan/nikah.  bagi yang punya waktu sedikit,
 bacanya setelah kerja
 aja,
 abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:)
 Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata
 Illaa billah.
 Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur
 kepada Allah bahwa
 hingga
 hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita.
 Berbicara soal vonis,
 sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati
 (QS.21:35), hanya
 jadwal
 eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu,
 kemarin, tadi pagi,
 dan
 saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang
 tersisa, harus kita
 maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan
 itu adalah: membangun
 sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat
 janji suci, suami
 dgn
 isteri.
 Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari
 dalam kehidupan
 berumah
 tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak
 pernah bertengkar
 dengan
 isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia
 belum beristeri, atau
 ia
 tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila
 sering menikmati
 sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati
 lagi sa'at sa'at
 tidak
 bertengkar :)
 Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi,
 hanya saja
 dihantarkan
 dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu
 etikanya, dalam
 bertengkarpun
 kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam
 pertengkaran,
 setiap
 kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang
 sangat dalam, yang
 mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan
 pesannya terasa
 kental,
 lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.
 
 Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga
 kami dalam
 melangsung
 kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya
 jalani selama 13
 tahun,
 dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih
 asyik daripada
 sebelum
 terjadi pertengkaran.
 
 Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan
 tergesa-gesa
 menghapusnya
 :)
 
 Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak
 koq dia tidak curi
 hati
 saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter
 hatinya yg tulus--awal
 bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia
 berbagi masa depan
 dengan
 saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap,
 kami mulai
 membicarakan
 seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah
 satu  diantaranya
 adalah
 tentang apa yang harus dilakukan kala kita
 bertengkar, dari beberapa
 perbincangan via tulisan plus waktu yang
 mematangkannya, tibalah kami
 pada
 sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun
 harus bertengkar
 maka :
 
 1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup
 seorang saja yang
 marah
 marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi
 harus menunggu sampai
 yang satu reda. Untuk urusan marah pantang
 berjama'ah, seorangpun sudah
 cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan
 saya mau menyela,
 segera ia berkata STOP ini giliran saya !
 Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan
 senyum saya berkata
 dalam
 hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik
 ...
 Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal
 sholeh, telah menjadi
 jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang
 dikasihi... duh
 kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu
 menjadi lega, maka
 dipadang kelegaan
 perasaanmu itu aku menunggu .
 Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah
 raga otot muka,
 saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa
 yang tersinggung
 adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak
 menebar kuman, dan saya
 tidak
 berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri
 saya :) maka kini
 giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang
 sampah. pokoknya khusus
 untuk
  marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada
 sesuatu yang lebih
  baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah
 :)
 
 2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit
 yang telah terlipat
 masa.
 Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya,
 pasti terpojok, sebab
 masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang
 tidak bisa ia ubah.
 Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa
 lalunya. Sebab harapan
 terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam
 bertengkar pun kita
 perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab
 pertengkaran di
 antara
 orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah
 foreplay, sedang
 pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan
 peradaban cinta
 yang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai
 hari ini, biaya
 pernikahan
 saya
 masih harus terus saya cicil, sayangkan kalau di
 delete begitu saja

Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

2004-07-27 Terurut Topik pac
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami





napa tien abis berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga malam buat kamu ya tho...


From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 -0700
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami


Bagus
i like this article. Thanks ya... wan!
-Original Message-
From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM
To: E-Ketawa
Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami

Dari file lama yang ketemu entah dimana:

Assalammu'alaikum rekans,
Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yang
mo
tunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerja
aja,
abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:)
Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah.
Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa
hingga
hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis,
sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya
jadwal
eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi,
dan
saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita
maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun
sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami
dgn
isteri.
Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan
berumah
tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak pernah bertengkar
dengan
isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau
ia
tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati
sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at
tidak
bertengkar :)
Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja
dihantarkan
dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam
bertengkarpun
kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran,
setiap
kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang
mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa
kental,
lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam
melangsung
kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13
tahun,
dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada
sebelum
terjadi pertengkaran.

Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa
menghapusnya
:)

Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curi
hati
saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awal
bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan
dengan
saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai
membicarakan
seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya
adalah
tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa
perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami
pada
sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar
maka :

1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yang
marah
marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai
yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah
cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela,
segera ia berkata STOP ini giliran saya !
Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata
dalam
hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik ...
Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi
jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... duh
kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka
dipadang kelegaan
perasaanmu itu aku menunggu .
Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah raga otot muka,
saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung
adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya
tidak
berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kini
giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khusus
untuk
marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih
baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah :)

2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat
masa.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab
masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah.
Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan
terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita
perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di
antara
orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang
pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan