RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Bukan gitu Pac... Kan article ini bilang bagus buat yang mo tunangan / mo nikah. Kan tatien mo nikah juga nich... kalau bisa datang ya.. :)) -Original Message-From: pac [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Wednesday, July 28, 2004 12:59 PMTo: [EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islaminapa tien abis berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga malam buat kamu ya tho... From: "Suprihatin" [EMAIL PROTECTED]Reply-To: [EMAIL PROTECTED]Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 -0700To: [EMAIL PROTECTED]Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Bagusi like this article. Thanks ya... wan! -Original Message-From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PMTo: E-KetawaSubject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islamiDari file lama yang ketemu entah dimana:Assalammu'alaikum rekans,Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yangmotunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerjaaja,abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:)Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah.Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwahinggahari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis,sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanyajadwaleksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi,dansaya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kitamaksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangunsinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suamidgnisteri.Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupanberumahtangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak pernah bertengkardenganisteri saya !" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atauiatengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmatisa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'attidakbertengkar :)Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya sajadihantarkandalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalambertengkarpunkita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran,setiapkata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yangmencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasakental,lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalammelangsungkan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13tahun,dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripadasebelumterjadi pertengkaran.Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesamenghapusnya:)Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curihatisaya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awalbertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depandengansaya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulaimembicarakanseperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranyaadalahtentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapaperbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kamipadasebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkarmaka :1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yangmarahmarah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampaiyang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudahcukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela,segera ia berkata "STOP" ini giliran saya !Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkatadalamhati : "kamu makin cantik kalau marah,makin energik ..."Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadijalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "duhkekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, makadipadang kelegaanperasaanmu itu aku menunggu ."Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka",saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggungadalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan sayatidakberani marah sama siapa siapa kecuali pada
Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami aihh dik tatien mo merit...kapan tien? di jkt juga kan? kirim dong undangannya ke imelku :-) tapi bener kan yg ku bilang, sbg istri km harus penuh kasih sayang dan kesabaran nanti kan suamimu gak enak ati kalo mo marah sama kamu jadinya dia malah makin sayang sama kamu.uhu muah muahh... From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 27 Jul 2004 23:11:35 -0700 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Bukan gitu Pac... Kan article ini bilang bagus buat yang mo tunangan / mo nikah. Kan tatien mo nikah juga nich... kalau bisa datang ya.. :)) -Original Message- From: pac [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, July 28, 2004 12:59 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami napa tien abis berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga malam buat kamu ya tho... From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 -0700 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Bagus i like this article. Thanks ya... wan! -Original Message- From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM To: E-Ketawa Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Dari file lama yang ketemu entah dimana: Assalammu'alaikum rekans, Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yang mo tunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerja aja, abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:) Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah. Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa hingga hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis, sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya jadwal eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi, dan saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami dgn isteri. Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at tidak bertengkar :) Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi. Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam melangsung kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13 tahun, dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada sebelum terjadi pertengkaran. Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa menghapusnya :) Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curi hati saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awal bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar maka : 1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata STOP ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik ... Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu . Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah raga otot muka, saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan
[e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
Dari file lama yang ketemu entah dimana: Assalammu'alaikum rekans,Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yangmotunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerjaaja,abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:)Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah.Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwahinggahari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis,sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanyajadwaleksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi,dansaya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kitamaksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangunsinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suamidgnisteri.Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupanberumahtangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak pernah bertengkardenganisteri saya !" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atauiatengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmatisa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'attidakbertengkar :)Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya sajadihantarkandalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalambertengkarpunkita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran,setiapkata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yangmencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasakental,lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalammelangsungkan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13tahun,dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripadasebelumterjadi pertengkaran.Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesamenghapusnya:)Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curihatisaya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awalbertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depandengansaya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulaimembicarakanseperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranyaadalahtentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapaperbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kamipadasebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkarmaka :1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yangmarahmarah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampaiyang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudahcukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela,segera ia berkata "STOP" ini giliran saya !Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkatadalamhati : "kamu makin cantik kalau marah,makin energik ..."Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadijalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "duhkekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, makadipadang kelegaanperasaanmu itu aku menunggu ."Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka",saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggungadalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan sayatidakberani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kinigiliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khususuntukmarah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebihbaik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah :)2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipatmasa.Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebabmasa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah.Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapanterbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kitaperlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran diantaraorang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedangpertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cintayang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai hari ini, biayapernikahansayamasih harus terus saya cicil, sayangkan kalau di delete begitu saja...:)Kalau saya terlambat pulang dan ia marah,maka kemarahan atasketerlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah "ungkapan rinduyangkeras".Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu,awalbulankemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula),sepedas apapun saya marah,maka itu adalah "harapan ingin disayangilebihtinggi".Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga harilewat,plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya
RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
Tatien, bersediakah kamu berbagi hati dengan saya? --- Suprihatin [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagus i like this article. Thanks ya... wan! -Original Message- From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM To: E-Ketawa Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Dari file lama yang ketemu entah dimana: Assalammu'alaikum rekans, Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yang mo tunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerja aja, abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:) Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah. Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa hingga hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis, sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya jadwal eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi, dan saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami dgn isteri. Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at tidak bertengkar :) Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi. Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam melangsung kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13 tahun, dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada sebelum terjadi pertengkaran. Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa menghapusnya :) Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curi hati saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awal bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar maka : 1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata STOP ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik ... Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu . Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah raga otot muka, saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah :) 2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa. Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya. (sampai hari ini, biaya pernikahan saya masih harus terus saya cicil, sayangkan kalau di delete begitu saja
Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami
Title: Re: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami napa tien abis berantem sama suamimu ya? ndak boleh gitu dong...jadi istri itu hrs sabar dan penuh kasih sayang, suami kan capek kerja siang malam, siang buat keluarga malam buat kamu ya tho... From: Suprihatin [EMAIL PROTECTED] Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 27 Jul 2004 20:54:57 -0700 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Bagus i like this article. Thanks ya... wan! -Original Message- From: awan cahyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, July 27, 2004 5:38 PM To: E-Ketawa Subject: [e-ketawa] Pertengkaran suami -istri yang islami Dari file lama yang ketemu entah dimana: Assalammu'alaikum rekans, Ini ada sedikit ilmu buat yang udah nikah, udah tunangan, ataupun yang mo tunangan/nikah. bagi yang punya waktu sedikit, bacanya setelah kerja aja, abis agak panjang sih, tapi manfaatnya..:) Bismillah walhamdulillah walaa hawla walaa Quwwata Illaa billah. Shahabat Islam yang berbahagia, kita bersyukur kepada Allah bahwa hingga hari ini Allah masih mengulur waktu buat kita. Berbicara soal vonis, sebenarnya setiap kita telah dijatuhi hukuman mati (QS.21:35), hanya jadwal eksekusi yang berbeda beda, ada yang minggu lalu, kemarin, tadi pagi, dan saya, Anda? Entah kapan, yang jelas waktu yang tersisa, harus kita maksimalkan untuk berbuat baik. Diantara kebaikan itu adalah: membangun sinergi yang baik antar dua kekasih yang diikat erat janji suci, suami dgn isteri. Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya ! Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri, atau ia tengah berdusta. Yang jelas saya dengan Ummu Naila sering menikmati sa'at-sa'at bertengkar, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at tidak bertengkar :) Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah, betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental, lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi. Baiklah, hari ini saya ingin paparkan resep keluarga kami dalam melangsung kan sebuah pertengkaran, alhamdulillah telah saya jalani selama 13 tahun, dan berhasil membangun keadaan yang senantiasa lebih asyik daripada sebelum terjadi pertengkaran. Tulisan ini murni Non Politik, jadi tolong jangan tergesa-gesa menghapusnya :) Ketika saya dan si pencuri [hati saya] -- eh enggak koq dia tidak curi hati saya, malah saya kasikan dengan ikhlas dibarter hatinya yg tulus--awal bertemu, setelah saya tanya apakah ia bersedia berbagi masa depan dengan saya, dan jawabannya tepat seperti yang diharap, kami mulai membicarakan seperti apa suasana rumah tangga ke depan. Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan via tulisan plus waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar maka : 1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah. Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata STOP ini giliran saya ! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati : kamu makin cantik kalau marah,makin energik ... Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... duh kekasih .. bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu . Demikian juga kalau pas kena giliran saya yang olah raga otot muka, saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya :) maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah. pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah :) 2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa. Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan, bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan