Re: e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006

2006-09-06 Terurut Topik Desy R. Pratiwi



hihihi... pendukungnya amien marah :-p
On 9/7/06, [EMAIL PROTECTED] <
[EMAIL PROTECTED]> wrote:
dasar 'cewek' matre mikirinnya kelaut aje^_^"Desy R. Pratiwi" <
[EMAIL PROTECTED]> on 09/07/2006 10:14:28 AMPlease respond to e-ketawa@yahoogroups.comTo:   
e-ketawa@yahoogroups.comcc:(bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)Subject:  Re: e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006hmmm...
amien rais??? ke laut aja deh... :-pOn 9/5/06, [EMAIL PROTECTED] <
[EMAIL PROTECTED]> wrote: Isi Ceramah Pak Amien di depan Mahasiswa Islam ITB.>> (a) Dalam pergaulan intenasional, saat ini Indonesia> itu dalam kedudukan seperti pepatah melayu : masuk
> tidak menggenapkan, keluar tidak mengganjilkan.> Artinya nggak dianggap lagi. Ukurannya sederhana,> Indonesia jarang muncul di koran International Herald> Tribune. Jauh dibandingkan Malaysia, Thailand,
> Singapura, apalagi Cina. Kalaupun muncul, biasanya> masalah bencana tsunami, gempa, longsor, penyebaran> flu burung, hingga korupsi. Pokoknya yang jelek-jelek> lah. Dalam berbagai kesempatan perjalanan ke luar
> negeri, beliau juga merasakan betapa sebagai anak> bangsa sering kesal dan terkadang jadi agak minder> karena kenyataan itu.>> (b) Salah satu penyebab keadaan di atas adalah karena
> tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang> masih tertinggal dibanding negara lain. Sebagai> contoh, penguasaan teknologi nuklir kita masih> tertinggal satu generasi dibanding Pakistan. Padahal
> justru hal inilah yang paling menentukan daya saing> bangsa saat ini. Pak Amien memberikan contoh kota> Shanghai. Kepada pak Amien, walikota Shanghai> mengatakan bahwa 70 persen pendidikan tinggi adalah
> politeknik. Dan secara umum, RRC memang> memprioritaskan penguasaan teknologi ini. Hasilnya?> Akhir tahun lalu, cadangan devisa RRC sudah melampaui> 1 milyar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa RI
> yang berkisar 30 juta dolar! Dengan landasan berpikir> seperti itu, maka pak Amien menkankan pentingnya peran> para mahasiswa ITB ini di kemudian hari.>> (c) Ada logika sederhana disampaikan pak Amien.
> Pemerintah kita selalu beralasan ketiadaan dana> sebagai sebab tidak berhasil maju seperti negara lain.> Mau meningkatkan anggaran pendidikan, tidak ada uang.> Mau meningkatkan kekuatan militer, tidak ada uang.
> Singkatnya, ketiadaan uang adalah alasan bagi seluruh> kegagalan bangsa untuk bisa bersaing. Lha lalu di mana> kekayaan negara yang berlimpah dari karunia Allah itu?> Paling banyak dikeruk oleh perusahaan-perusahaan
> asing. Akibatnya kita tidak punya uang, lalu terpaksa> utang. Sudah begitu, lebih sial lagi, utang itu> dikorupsi pula oleh elit-elit pemimpin.>> (e) Selain rendahnya penguasaan teknologi, sola
> mentalitas juga sangat besar pengaruhnya.Sebagai> bangsa saat ini kita sudah kehilangan kepercayaan> kepada diri sendiri, jadi bangsa sontoloyo menurut> SUkarno. Lalu beliau menceritakan sebuah anekdot
> tentang SI AMAT MENCARI CINCINNYA YANG HILANG.>> Alkisah ada seorang bernama Amat. Suatu hari ia> kehilangan cincinnya. Begitu pentingnya cincin itu,> maka ia segera mencarinya. Ia keluar rumahnya, mencari
> di halaman dan kebun. DIbolak-balik di sana sini tidak> juga ketemu. Hal ini menarik perhatian tetangganya :> ada apa gerangan si Amat kebingungan mutar-muter di> kebun. Si tetanggal bertanya
> T : Ada apa sih pak AMat kok kelihatan bingung> A : Saya mencari cincin saya yang hilang> T : Lho emangnya hilangnya di mana?> A : Seingat saya, cincin saya itu hilang di dalam> rumah saya.
> T : Lalu mengapa pak AMat mencarinya di luar rumah?> A : Soalnya di dalam rumah saya gelap, jadi saya cari> di luar yang lebih terang.>> Apa moral cerita ini? Wong jelas tahu cincinnya hilang
> di dalam rumah, tapi kok dicarinya di luar rumah.> Hanya karena di dalam rumah gelaap! Bego kan?> Kita sebagai bangsa seperti pak AMat itu. Sesungguhnya> para cerdik pandai yang menjunjung tinggi nurani sudah
> tahu problema negara ini dan bagaimana mengatasinya.> Namun penyelesaian itu tidak diambil oleh para elit> politik karena mereka malas. Mereka enggan berpikir> kreatif dan semata-mata memasrahkan urusan kepada para
> penasihat asing!>> (f) Seperti biasa, soal pertambangan juga menjadi tema> besar pak Amien. Di ceramahnya pak AMien sudah> menyebut bahwa korupsi terbesar adalah di sektor> pertambangan. Kalau korupsi markup harga helikopter,
> atau calau urusan haji, itu ecek-ecek saja dibanding> besarnya kerugian negara akibat pengambilan kekayaan> tambang kita secara ugal-ugalan oleh korporasi> internasional. Beliau mengambil contoh Freeport.
> Tailing (limbah tanah yang diambil bersama> emas/perak/tembaga lalu dipisah) yang digelontor dari> pegunungan Jaya Wijaya ke selat Arafura itu sudah> sangat besar. Kalau volume tailing itu di gelontorkan
> ke Jabotabek, maka Jabotabek akan tenggelam terurug> sedalam 10 meter. Ironisnya, proses pengambilan> kekayaan tambang itu sama sekali tidak bisa kita> periksa. Prof Subroto (Menteri Pertambangan Era
> Suharto) pe

Re: e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006

2006-09-06 Terurut Topik finalassymaterial_cdrom


dasar 'cewek' matre mikirinnya kelaut aje^_^




"Desy R. Pratiwi" <[EMAIL PROTECTED]> on 09/07/2006 10:14:28 AM

Please respond to e-ketawa@yahoogroups.com

To:   e-ketawa@yahoogroups.com
cc:(bcc: FinalAss'y-Material CD-ROM/MKI)

Subject:  Re: e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006




hmmm...
amien rais??? ke laut aja deh... :-p


On 9/5/06, [EMAIL PROTECTED] <
[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>
> Isi Ceramah Pak Amien di depan Mahasiswa Islam ITB.
>
> (a) Dalam pergaulan intenasional, saat ini Indonesia
> itu dalam kedudukan seperti pepatah melayu : masuk
> tidak menggenapkan, keluar tidak mengganjilkan.
> Artinya nggak dianggap lagi. Ukurannya sederhana,
> Indonesia jarang muncul di koran International Herald
> Tribune. Jauh dibandingkan Malaysia, Thailand,
> Singapura, apalagi Cina. Kalaupun muncul, biasanya
> masalah bencana tsunami, gempa, longsor, penyebaran
> flu burung, hingga korupsi. Pokoknya yang jelek-jelek
> lah. Dalam berbagai kesempatan perjalanan ke luar
> negeri, beliau juga merasakan betapa sebagai anak
> bangsa sering kesal dan terkadang jadi agak minder
> karena kenyataan itu.
>
> (b) Salah satu penyebab keadaan di atas adalah karena
> tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
> masih tertinggal dibanding negara lain. Sebagai
> contoh, penguasaan teknologi nuklir kita masih
> tertinggal satu generasi dibanding Pakistan. Padahal
> justru hal inilah yang paling menentukan daya saing
> bangsa saat ini. Pak Amien memberikan contoh kota
> Shanghai. Kepada pak Amien, walikota Shanghai
> mengatakan bahwa 70 persen pendidikan tinggi adalah
> politeknik. Dan secara umum, RRC memang
> memprioritaskan penguasaan teknologi ini. Hasilnya?
> Akhir tahun lalu, cadangan devisa RRC sudah melampaui
> 1 milyar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa RI
> yang berkisar 30 juta dolar! Dengan landasan berpikir
> seperti itu, maka pak Amien menkankan pentingnya peran
> para mahasiswa ITB ini di kemudian hari.
>
> (c) Ada logika sederhana disampaikan pak Amien.
> Pemerintah kita selalu beralasan ketiadaan dana
> sebagai sebab tidak berhasil maju seperti negara lain.
> Mau meningkatkan anggaran pendidikan, tidak ada uang.
> Mau meningkatkan kekuatan militer, tidak ada uang.
> Singkatnya, ketiadaan uang adalah alasan bagi seluruh
> kegagalan bangsa untuk bisa bersaing. Lha lalu di mana
> kekayaan negara yang berlimpah dari karunia Allah itu?
> Paling banyak dikeruk oleh perusahaan-perusahaan
> asing. Akibatnya kita tidak punya uang, lalu terpaksa
> utang. Sudah begitu, lebih sial lagi, utang itu
> dikorupsi pula oleh elit-elit pemimpin.
>
> (e) Selain rendahnya penguasaan teknologi, sola
> mentalitas juga sangat besar pengaruhnya.Sebagai
> bangsa saat ini kita sudah kehilangan kepercayaan
> kepada diri sendiri, jadi bangsa sontoloyo menurut
> SUkarno. Lalu beliau menceritakan sebuah anekdot
> tentang SI AMAT MENCARI CINCINNYA YANG HILANG.
>
> Alkisah ada seorang bernama Amat. Suatu hari ia
> kehilangan cincinnya. Begitu pentingnya cincin itu,
> maka ia segera mencarinya. Ia keluar rumahnya, mencari
> di halaman dan kebun. DIbolak-balik di sana sini tidak
> juga ketemu. Hal ini menarik perhatian tetangganya :
> ada apa gerangan si Amat kebingungan mutar-muter di
> kebun. Si tetanggal bertanya
> T : Ada apa sih pak AMat kok kelihatan bingung
> A : Saya mencari cincin saya yang hilang
> T : Lho emangnya hilangnya di mana?
> A : Seingat saya, cincin saya itu hilang di dalam
> rumah saya.
> T : Lalu mengapa pak AMat mencarinya di luar rumah?
> A : Soalnya di dalam rumah saya gelap, jadi saya cari
> di luar yang lebih terang.
>
> Apa moral cerita ini? Wong jelas tahu cincinnya hilang
> di dalam rumah, tapi kok dicarinya di luar rumah.
> Hanya karena di dalam rumah gelaap! Bego kan?
> Kita sebagai bangsa seperti pak AMat itu. Sesungguhnya
> para cerdik pandai yang menjunjung tinggi nurani sudah
> tahu problema negara ini dan bagaimana mengatasinya.
> Namun penyelesaian itu tidak diambil oleh para elit
> politik karena mereka malas. Mereka enggan berpikir
> kreatif dan semata-mata memasrahkan urusan kepada para
> penasihat asing!
>
> (f) Seperti biasa, soal pertambangan juga menjadi tema
> besar pak Amien. Di ceramahnya pak AMien sudah
> menyebut bahwa korupsi terbesar adalah di sektor
> pertambangan. Kalau korupsi markup harga helikopter,
> atau calau urusan haji, itu ecek-ecek saja dibanding
> besarnya kerugian negara akibat pengambilan kekayaan
> tambang kita secara ugal-ugalan oleh korporasi
> internasional. Beliau mengambil contoh Freeport.
> Tailing (limbah tanah yang diambil bersama
> emas/perak/tembaga lalu dipisah) yang digelontor dari
> pegununga

Re: e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006

2006-09-06 Terurut Topik Desy R. Pratiwi



hmmm...
amien rais??? ke laut aja deh... :-p 
On 9/5/06, [EMAIL PROTECTED] <
[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Isi Ceramah Pak Amien di depan Mahasiswa Islam ITB.(a) Dalam pergaulan intenasional, saat ini Indonesia
itu dalam kedudukan seperti pepatah melayu : masuktidak menggenapkan, keluar tidak mengganjilkan.Artinya nggak dianggap lagi. Ukurannya sederhana,Indonesia jarang muncul di koran International HeraldTribune. Jauh dibandingkan Malaysia, Thailand,
Singapura, apalagi Cina. Kalaupun muncul, biasanyamasalah bencana tsunami, gempa, longsor, penyebaranflu burung, hingga korupsi. Pokoknya yang jelek-jeleklah. Dalam berbagai kesempatan perjalanan ke luar
negeri, beliau juga merasakan betapa sebagai anakbangsa sering kesal dan terkadang jadi agak minderkarena kenyataan itu.(b) Salah satu penyebab keadaan di atas adalah karenatingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
masih tertinggal dibanding negara lain. Sebagaicontoh, penguasaan teknologi nuklir kita masihtertinggal satu generasi dibanding Pakistan. Padahaljustru hal inilah yang paling menentukan daya saingbangsa saat ini. Pak Amien memberikan contoh kota
Shanghai. Kepada pak Amien, walikota Shanghaimengatakan bahwa 70 persen pendidikan tinggi adalahpoliteknik. Dan secara umum, RRC memangmemprioritaskan penguasaan teknologi ini. Hasilnya?Akhir tahun lalu, cadangan devisa RRC sudah melampaui
1 milyar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa RIyang berkisar 30 juta dolar! Dengan landasan berpikirseperti itu, maka pak Amien menkankan pentingnya peranpara mahasiswa ITB ini di kemudian hari.
(c) Ada logika sederhana disampaikan pak Amien.Pemerintah kita selalu beralasan ketiadaan danasebagai sebab tidak berhasil maju seperti negara lain.Mau meningkatkan anggaran pendidikan, tidak ada uang.Mau meningkatkan kekuatan militer, tidak ada uang.
Singkatnya, ketiadaan uang adalah alasan bagi seluruhkegagalan bangsa untuk bisa bersaing. Lha lalu di manakekayaan negara yang berlimpah dari karunia Allah itu?Paling banyak dikeruk oleh perusahaan-perusahaan
asing. Akibatnya kita tidak punya uang, lalu terpaksautang. Sudah begitu, lebih sial lagi, utang itudikorupsi pula oleh elit-elit pemimpin.(e) Selain rendahnya penguasaan teknologi, solamentalitas juga sangat besar 
pengaruhnya.Sebagaibangsa saat ini kita sudah kehilangan kepercayaankepada diri sendiri, jadi bangsa sontoloyo menurutSUkarno. Lalu beliau menceritakan sebuah anekdottentang SI AMAT MENCARI CINCINNYA YANG HILANG.
Alkisah ada seorang bernama Amat. Suatu hari iakehilangan cincinnya. Begitu pentingnya cincin itu,maka ia segera mencarinya. Ia keluar rumahnya, mencaridi halaman dan kebun. DIbolak-balik di sana sini tidak
juga ketemu. Hal ini menarik perhatian tetangganya :ada apa gerangan si Amat kebingungan mutar-muter dikebun. Si tetanggal bertanyaT : Ada apa sih pak AMat kok kelihatan bingungA : Saya mencari cincin saya yang hilang
T : Lho emangnya hilangnya di mana?A : Seingat saya, cincin saya itu hilang di dalamrumah saya.T : Lalu mengapa pak AMat mencarinya di luar rumah?A : Soalnya di dalam rumah saya gelap, jadi saya cari
di luar yang lebih terang.Apa moral cerita ini? Wong jelas tahu cincinnya hilangdi dalam rumah, tapi kok dicarinya di luar rumah.Hanya karena di dalam rumah gelaap! Bego kan?Kita sebagai bangsa seperti pak AMat itu. Sesungguhnya
para cerdik pandai yang menjunjung tinggi nurani sudahtahu problema negara ini dan bagaimana mengatasinya.Namun penyelesaian itu tidak diambil oleh para elitpolitik karena mereka malas. Mereka enggan berpikir
kreatif dan semata-mata memasrahkan urusan kepada parapenasihat asing!(f) Seperti biasa, soal pertambangan juga menjadi temabesar pak Amien. Di ceramahnya pak AMien sudahmenyebut bahwa korupsi terbesar adalah di sektor
pertambangan. Kalau korupsi markup harga helikopter,atau calau urusan haji, itu ecek-ecek saja dibandingbesarnya kerugian negara akibat pengambilan kekayaantambang kita secara ugal-ugalan oleh korporasi
internasional. Beliau mengambil contoh Freeport.Tailing (limbah tanah yang diambil bersamaemas/perak/tembaga lalu dipisah) yang digelontor daripegunungan Jaya Wijaya ke selat Arafura itu sudahsangat besar. Kalau volume tailing itu di gelontorkan
ke Jabotabek, maka Jabotabek akan tenggelam terurugsedalam 10 meter. Ironisnya, proses pengambilankekayaan tambang itu sama sekali tidak bisa kitaperiksa. Prof Subroto (Menteri Pertambangan EraSuharto) pernah memberitahu paka AMien bahwa ada
pasal-pasal dalam perjanjian kotrak karya denganFreeport yang dirahasiakan. DPR pun tidak bolehmengetahui! Lebih ironis lagi karena kontrak karya ituberakhir tahun 2040-an. Pada waktu itu, kata pakAMien, beliau, SBY, atau Jusuf kalla insya Allah sudah
di alam baka. Lalu anak cucu kita tinggal mendapatkanbumi yang telah dirusak oleh perusahaan asing itutanpa memberikan keuntungan yang layak untuk bangsakita. Bisa-bisa anak cucu itu akan melaknat kita.
Kejadian serupa Freeport itu juga terjadi di Newmonthingga berbagai kontrak karya bidang perminyakan.Terma

e-ketawa :-) ceramah Pak Amin Rais di ITB agustus 2006

2006-09-04 Terurut Topik finalassymaterial_cdrom


Isi Ceramah Pak Amien di depan Mahasiswa Islam ITB.

(a) Dalam pergaulan intenasional, saat ini Indonesia
itu dalam kedudukan seperti pepatah melayu : masuk
tidak menggenapkan, keluar tidak mengganjilkan.
Artinya nggak dianggap lagi. Ukurannya sederhana,
Indonesia jarang muncul di koran International Herald
Tribune. Jauh dibandingkan Malaysia, Thailand,
Singapura, apalagi Cina. Kalaupun muncul, biasanya
masalah bencana tsunami, gempa, longsor, penyebaran
flu burung, hingga korupsi. Pokoknya yang jelek-jelek
lah. Dalam berbagai kesempatan perjalanan ke luar
negeri, beliau juga merasakan betapa sebagai anak
bangsa sering kesal dan terkadang jadi agak minder
karena kenyataan itu.

(b) Salah satu penyebab keadaan di atas adalah karena
tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
masih tertinggal dibanding negara lain. Sebagai
contoh, penguasaan teknologi nuklir kita masih
tertinggal satu generasi dibanding Pakistan. Padahal
justru hal inilah yang paling menentukan daya saing
bangsa saat ini. Pak Amien memberikan contoh kota
Shanghai. Kepada pak Amien, walikota Shanghai
mengatakan bahwa 70 persen pendidikan tinggi adalah
politeknik. Dan secara umum, RRC memang
memprioritaskan penguasaan teknologi ini. Hasilnya?
Akhir tahun lalu, cadangan devisa RRC sudah melampaui
1 milyar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa RI
yang berkisar 30 juta dolar! Dengan landasan berpikir
seperti itu, maka pak Amien menkankan pentingnya peran
para mahasiswa ITB ini di kemudian hari.

(c) Ada logika sederhana disampaikan pak Amien.
Pemerintah kita selalu beralasan ketiadaan dana
sebagai sebab tidak berhasil maju seperti negara lain.
Mau meningkatkan anggaran pendidikan, tidak ada uang.
Mau meningkatkan kekuatan militer, tidak ada uang.
Singkatnya, ketiadaan uang adalah alasan bagi seluruh
kegagalan bangsa untuk bisa bersaing. Lha lalu di mana
kekayaan negara yang berlimpah dari karunia Allah itu?
Paling banyak dikeruk oleh perusahaan-perusahaan
asing. Akibatnya kita tidak punya uang, lalu terpaksa
utang. Sudah begitu, lebih sial lagi, utang itu
dikorupsi pula oleh elit-elit pemimpin.

(e) Selain rendahnya penguasaan teknologi, sola
mentalitas juga sangat besar pengaruhnya.Sebagai
bangsa saat ini kita sudah kehilangan kepercayaan
kepada diri sendiri, jadi bangsa sontoloyo menurut
SUkarno. Lalu beliau menceritakan sebuah anekdot
tentang SI AMAT MENCARI CINCINNYA YANG HILANG.

Alkisah ada seorang bernama Amat. Suatu hari ia
kehilangan cincinnya. Begitu pentingnya cincin itu,
maka ia segera mencarinya. Ia keluar rumahnya, mencari
di halaman dan kebun. DIbolak-balik di sana sini tidak
juga ketemu. Hal ini menarik perhatian tetangganya :
ada apa gerangan si Amat kebingungan mutar-muter di
kebun. Si tetanggal bertanya
T : Ada apa sih pak AMat kok kelihatan bingung
A : Saya mencari cincin saya yang hilang
T : Lho emangnya hilangnya di mana?
A : Seingat saya, cincin saya itu hilang di dalam
rumah saya.
T : Lalu mengapa pak AMat mencarinya di luar rumah?
A : Soalnya di dalam rumah saya gelap, jadi saya cari
di luar yang lebih terang.

Apa moral cerita ini? Wong jelas tahu cincinnya hilang
di dalam rumah, tapi kok dicarinya di luar rumah.
Hanya karena di dalam rumah gelaap! Bego kan?
Kita sebagai bangsa seperti pak AMat itu. Sesungguhnya
para cerdik pandai yang menjunjung tinggi nurani sudah
tahu problema negara ini dan bagaimana mengatasinya.
Namun penyelesaian itu tidak diambil oleh para elit
politik karena mereka malas. Mereka enggan berpikir
kreatif dan semata-mata memasrahkan urusan kepada para
penasihat asing!

(f) Seperti biasa, soal pertambangan juga menjadi tema
besar pak Amien. Di ceramahnya pak AMien sudah
menyebut bahwa korupsi terbesar adalah di sektor
pertambangan. Kalau korupsi markup harga helikopter,
atau calau urusan haji, itu ecek-ecek saja dibanding
besarnya kerugian negara akibat pengambilan kekayaan
tambang kita secara ugal-ugalan oleh korporasi
internasional. Beliau mengambil contoh Freeport.
Tailing (limbah tanah yang diambil bersama
emas/perak/tembaga lalu dipisah) yang digelontor dari
pegunungan Jaya Wijaya ke selat Arafura itu sudah
sangat besar. Kalau volume tailing itu di gelontorkan
ke Jabotabek, maka Jabotabek akan tenggelam terurug
sedalam 10 meter. Ironisnya, proses pengambilan
kekayaan tambang itu sama sekali tidak bisa kita
periksa. Prof Subroto (Menteri Pertambangan Era
Suharto) pernah memberitahu paka AMien bahwa ada
pasal-pasal dalam perjanjian kotrak karya dengan
Freeport yang dirahasiakan. DPR pun tidak boleh
mengetahui! Lebih ironis lagi karena kontrak karya itu
berakhir tahun 2040-an. Pada waktu itu, kata pak
AMien, beliau, SBY, atau Jusuf kalla insya Allah sudah
di alam baka. Lalu anak cucu kita tinggal mendapatkan
bumi yang telah dirusak oleh perusahaan asing itu
tanpa memberikan keuntungan yang layak untuk bangsa
kita. Bisa-bisa anak cucu itu akan melaknat kita.

Kejadian serupa Freeport itu juga terjadi di Newmont
hingga berbagai kontrak karya bidang perminyakan.
Termasuk yang paling a