[ekonomi-nasional] Cerita Lain Kota Depok
KEMELUT PILKADA DEPOK Oleh: Arya Gunawan peminat media dan masalah-masalah sosial-masyarakat, warga Depok. Saya adalah seorang warga Depok. Saya bukan anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS), namun bersimpati terhadap segenap sepak-terjang partai ini dan para kadernya, karena di mata saya mereka menjanjikan sebuah Indonesia yang lebih baik, peduli dan bersih dari praktek- praktek kotor dan curang yang telah menggerogoti sendi-sendi negeri ini. Karena itulah pada pemilu legislatif lalu saya memberikan suara saya kepada partai ini. Juga pada saat pemilihan Presiden putaran terakhir, saya memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon yang juga didukung oleh PKS. Begitu pula halnya pada pemilihan walikota Depok, saya memilih pasangan Nurmahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra. Untuk pemilihan walikota ini, saya bahkan terpaksa harus mengubah jadwal perjalanan dinas saya. Seharusnya saya baru tiba kembali di Jakarta tanggal 28 Juni dari sebuah tugas kantor ke Paris. Namun dengan mengefisiensikan waktu di sana-sini, saya berhasil kembali tanggal 24 Juni, untuk tiba di Depok keesokan harinya, dan pergi ke bilik suara tanggal 26 Juni-nya. Hak suara saya yang saya berikan kepada Nurmahmudi-Yuyun bukan semata-mata didasarkan pada keterikatan pasangan tersebut dengan PKS yang mencuri perhatian dan kekaguman saya. Itu hanya salah satu faktor dari dua faktor utama yang melandasi pilihan saya. Faktor yang satunya adalah karena saya menginginkan perubahan terhadap hampir seluruh aspek di Depok, kota dimana saya menjadi salah satu dari 1.313.495 warganya (data hasil cacah jiwa tahun 2003) sejak empat tahun terakhir ini. Sebelumnya, selama hampir enam tahun bekerja sebagai seorang reporter/penyiar radio BBC, saya menjadi pemukim tetap di London, sebuah kota metropolis dan demokratis yang menjunjung tinggi dan menghargai hak suara warganya. Selama bermukim di sana, saya merasakan langsung praktek-praktek nyata proses demokrasi, dimana setiap keputusan publik hampir tak pernah mengabaikan suara warga. Ketika itu saya tinggal di London Timur, di sebuah daerah bernama Plaistow (sekitar 12 kilometer dari jantung kota), yang berada di bawah Borough (semacam kotamadya) of Newham, dari total 32 borough yang ada di wilayah London Raya. Pada setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hajat hidup publik, pemerintah lokal selalu meminta pertimbangan warga, dimulai dengan tahap yang paling rendah yakni menyebarkan kuesioner, sampai kepada membuka forum publik di dewan kota. Bahkan untuk hal- hal yang kelihatannya sepele, seperti perubahan jam operasi perpustakaan lokal (yang letaknya kebetulan hanya sekitar 100 meter dari kediaman saya), warga tetap dimintai pertimbangan. Sistem ini benar-benar menghargai warga, yang telah membayar pajak untuk ikut menopang roda administrasi kota. Tahun-tahun saya di sana, misalnya, saya wajib membayar pajak ke dewan kota (dikenal dengan istilah council tax), sebesar sekitar 60 pounsterling per bulan (atau sekitar Rp 1 juta dengan kurs sekarang). Ini di luar income tax sebesar sekitar 22 persen dari total penghasilan saya, yang masuk ke kas pemerintah pusat. Saya mendambakan praktek dimana pemerintah menghargai suara warganya bisa dijalankan juga di Indonesia, dan Depok saya harap bisa menjadi salah satu pionirnya apabila kepemimpinannya dikemudikan oleh pasangan Nurmahmudi-Yuyun. Saya sudah tidak merasa nyaman dengan pola kepemimpinan Badrul Kamal, walikota periode 2000-2005. Di mata saya, selama lima tahun memimpin Depok, nyaris tak ada pencapaian Badrul yang memiliki dampak langsung dan nyata terhadap kemaslahatan warga Depok secara kolektif (kalau orang per orang, saya tak tahu persis. Saya hanya bisa menduga bahwa tentulah ada orang-orang yang diuntungkan oleh kebijakan yang dilaksanakan Badrul). Yang saya rasakan hanya berbagai hal negatif dan penuh kontras serta ironi yang membuat pedih ulu hati: kesemrawaturan tata ruang dan transportasi yang semakin kronis, yang muncul justru di tengah- tengah gegap-gempitanya proses pembangunan sejumlah pusat perbelanjaan dan apartemen, mulai dari Jalan Raya Margonda sebagai urat nadi utama Depok, sampai ke kawasan yang agak ke pelosok (di kawasan sekitar tempat saya tinggal saja, umpamanya, setidaknya ada dua pusat pertokoan kelas menengah, yang tengah dibangun dengan jarak hanya terpisah sekitar dua kilometer); sejumlah ruas jalan alternatif yang rusak parah dan praktis tak disentuh sama sekali sepanjang dua tahun terakhir (misalnya di ruas jalan Grogol-Krukut- Gandul; atau juga di ruas jalan Tanah Baru), di tengah-tengah perbincangan mengenai rencana pembangunan ruas jalan tol sepanjang 18 kilometer, dari sekitar Jalan Raya Sawangan ke Jalan TB Simatupang. Depok kini juga layak menyandang predikat sebagai kota pusat perbelanjaan. Saat ini saja, misalnya, ada dua pusat perbelanjaan cukup besar yang terpisah tak sampai satu kilometer: satu Depok Mall, satunya lagi Depok Plaza.
RE: Maaf Sudah OOT - RE: [ekonomi-nasional] Fw.: FPI Tutup Paksa 23 Gereja di Bandung
Ma'afkan saya Mas Nizami... saya CEPAT merespon Postingan kang Ari karena saya nilai PENUH muatan FITNAH Salam AL-Pacitan -Original Message- From: A Nizami [mailto:[EMAIL PROTECTED] Maaf ini sudah OOT mohon dihentikan posting yang tidak sejalan dgn visi dan misi milis ekonomi nasional. Rekan2 yang lain mohon tidak merespon hal ini. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hcp7hdc/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124789861/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org Put more honey in your pocket. (money matters made easy) Welcome to the Sweet Life - brought to you by One Economy/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ekonomi-nasional] Keinginan seperti inilah yang hanya ada di Otak Paman Sam !
Robertson: U.S. should 'take out' Venezuela's Chavez Christian broadcaster calls leader 'a terrific danger' (CNN) -- Conservative Christian broadcaster Pat Robertson has called for the United States to assassinate Venezuelan President Hugo Chavez, calling him a terrific danger bent on exporting Communism and Islamic extremism across the Americas. If he thinks we're trying to assassinate him, I think that we really ought to go ahead and do it, Robertson told viewers on his The 700 Club show Monday. It's a whole lot cheaper than starting a war. Robertson, a contender for the Republican presidential nomination in 1988, called Chavez a dangerous enemy to our south, controlling a huge pool of oil, that could hurt us badly. We have the ability to take him out, and I think the time has come that we exercise that ability, Robertson said. We don't need another $200 billion war to get rid of one strong-arm dictator. It's a whole lot easier to have some of the covert operatives do the job and then get it over with. Robertson accused Chavez, a left-wing populist with close ties to Cuban President Fidel Castro, of trying to make Venezuela a launching pad for Communist infiltration and Muslim extremism all over the continent. This is in our sphere of influence, so we can't let this happen, he said. Chavez has said he believes the United States is trying to assassinate him, vowing that Venezuela, which accounts for more than 10 percent of U.S. oil imports, would shut off the flow of oil if that happens. Robertson's comments Monday were the latest in a string of controversial remarks in recent years by the religious broadcaster and founder of the Christian Coalition. Last October, during the heat of the presidential race, Robertson told CNN that during a meeting with President Bush prior to the invasion of Iraq, the president told him he did not believe there would be casualties. The White House strongly denied the claim. In May, during an ABC interview, Robertson ignited a firestorm with his response to a question about whether activist judges were more of a threat to America than terrorists. If they look over the course of 100 years, I think the gradual erosion of the consensus that's held our country together is probably more serious than a few bearded terrorists who fly into buildings, he said. Defending his remarks in a letter to Sen. Frank Lautenberg, Robertson insisted he was not being cavalier about the 9/11 attacks. But he also refused to apologize, saying Supreme Court rulings on abortion, religious expression in the public square, pornography and same-sex marriage are all of themselves graver dangers in the decades to come than the terrorists which our great nation has defeated in Afghanistan and Iraq. In October 2003, Robertson, criticizing the State Department during an interview on The 700 Club, said maybe we need a very small nuke thrown off on Foggy Bottom to shake things up, referring to the nickname for the department's headquarters in Washington. State Department spokesman Richard Boucher called the remark despicable. In July 2003, Robertson asked his audience to pray for three justices to retire from the Supreme Court so they could be replaced with more conservative jurists. One justice is 83 years old, another has cancer and another has a heart condition, he said. Robertson insisted he was only calling for prayers for the justices to retire and was not asking his followers to pray for their demise. In November 2002, Robertson charged that the Muslim holy book, the Quran, incites followers to kill people of other faiths and disputed Bush's characterization of Islam as a religion of peace. It's clear from the teachings of the Quran and also from the history of Islam that it's anything but peaceful, Robertson said in a subsequent interview with CNN. Of course there are peace-loving Muslims. But at the same time, at the core of this religion ... is jihad, and it is to subject the unbelievers either to forced conversion or death. That's what it teaches. --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005 Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hgkkm3m/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124803708/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org Put more honey in your pocket. (money matters made easy) Welcome to the Sweet Life - brought to you by One Economy/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is
[ekonomi-nasional] Fw.: FPI Tutup Paksa 23 Gereja di Bandung
Bagi rekan rekan yang akan membantu FPI, dimohon dengan segera kesiapannya .. :( salam, Ari Condro - Original Message - From: Daniel H.T. [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Tutup 23 Gereja di Bandung Gus Dur Minta SBY Tindak FPI Niken Widya Yunita - detikcom Jakarta - Tindakan Front Pembela Islam (FPI) yang menutup 23 gereja di Bandung membuat Gus Dur turun tangan. Dia meminta SBY menindak tegas. Jika tidak, banser pun siap dikerahkan. FPI melakukan penutupan terhadap 23 gereja di Kota Kembang terhitung sejak 3 September 2004 hingga 21 Agustus 2005. Kepada pimpinan tinggi FPI, saya ajukan imbauan agar hal ini diindahkan. Anda telah dua kali melakukan kesalahan organisatoris dan melanggar UU. Yang pertama Ahmadiyah dan sekarang ini menutup paksa gereja, urai Gus Dur. Hal ini disampaikan dia dalam jumpa pers di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (23/8/2005). Turut hadir dalam acara itu Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta Weynata Sairin dan Pendeta Jan Sera Aritonang. Gus Dur meminta agar umat kristiani tetap melakukan ibadah seperti biasanya. Anggap saja penutupan itu nggak ada, kata presiden RI keempat ini. Bagaimana jika mereka tetap tidak bisa melakukan ibadah? Ya balik, ujarnya enteng. Tindakan kongkretnya apa, Gus? Ya kalau perlu Banser NU di Jawa Timur akan mengamankan Natal. Tapi kalau ada cara lain yang lebih baik kenapa harus mengerahkan banser. Kita minta pemerintah yang menindak, tandasnya. Dalam pertemuan itu, Pendeta Jan Sera Aritonang meminta wejangan dari Gus Dur sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden SBY di Istana Presiden pukul 15.00 WIB. Bilang saja umat Islam yang akan mengerahkan kekuatan. Tinggal mereka (pemerintah) berani tidak mengerahkan kekuatan. Selama ini mereka tindak berani, kata Gus Dur. Namun demikian, Gus Dur menolak saat diminta mengkritik pemerintahan SBY. Saya tidak mau menilai siapa pun. Saya minta pemerintah cepat bertindak, imbaunya. Tak Punya Izin Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta Weynata Sairin mengakui 23 gereja di Bandung tidak memiliki izin. Kami harap bisa diproses. Jangan melarang orang melakukan ibadah karena kami tidak melakukan tindakan kriminal, kata Weynata. Kami minta SK tentang pembangunan rumah ibadah dicabut karena memicu konflik, lanjutnya. (aan) Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12ftc/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124788283/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ekonomi-nasional] Harga BBM
Rekan anggota milis Yth., Harga minyak mentah internasional sudah berkisar sekitar $ 65/bbl, tetapi belum ada tanda-tanda tindakan apa yang diambil Pemerintah, walaupun sudah ada niat untuk menaikkan harga BBM. Tidak heran rupiah semakin terpuruk: tersiar berita harga pertamax bakal naik dan demikian juga harga LPG. Sedang minyak solar untuk industri sudah lebih dahulu dinaikkan. Semua ini membuat kepercayaan pasar terhadap Pemerintah menjadi menurun: adanya bermacam harga energi menimbulkan ketidakpastian dan memberi peluang kepada pelaku ekonomi untuk berbuat yang menyimpang. Pada dasarnya saya setuju dengan pendapat Kurtubi, yang mengusulkan agar harga BBM dinaikkan secara bertahap. Pertama, ke arah break even untuk Pertamina. Kedua, ke arah marginal cost pricing, sehingga Pertamina tidak rugi dan subsidi terhapus. Tahap ketiga, ke arah keuntungan untuk Pertamina dan Pertamina dikenai pajak. Namun perlu ada tindakan Pemerintah yang lain supaya tidak timbul gejolak ekonomi, sosial, dan politik. Ini yang belum dikemukakan secara jelas oleh Kurtubi. Tahap pertama mungkin berlangsung 1 sampai 2 tahun, tergantung berapa harga minyak internasional nantinya. Selama tahap ini Pemerintah harus benar-benar merealisasikan program-program kompensasi bagi penduduk ayng pendapatannya rendah. Khususnya program di bidang pendidikan, kesehatan dan pangan. Dan untuk memungkinkan terlaksananya penaikan harga BBM selama tahap pertama ini penetapan harga energi harus dibuat secara serasi, jangan LPG dan pertamax nyelonong sendiri-sendiri. Tarif listrik juga harus dibuat serasi dan seirama, termasuk harga energi yang harus dibayar oleh PLN. Dalam pelaksanaannya, penaikan harga BBM dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali, jadi dengan mencicil, misalnya dengan kenaikan sebesar Rp. 300/liter (termasuk untuk minyak tanah) setiap triwulan terhitung mulai 1 Januari 2006. Kalau perlu program penaikan harga diperpanjang menjadi selama 3 tahun. Seluruh jajaran Pemerintah memang bakal mendapat tugas berat untuk mengawasi jangan sampai inflasi tak terkendali. Tetapi yang paling penting adalah perlunya suatu konsensus nasional tentang rencana kenaikan selama 1-2 tahun itu; sedikitnya Pemerintah dan DPR/DPD harus kompak. Jadi harus disiapkan sesegera mungkin dan di-sosialisasikan kepada masyarakat. Ini akan sulit tetapi perlu dilakukan. Dengan sendirinya data-data semua instansi Pemerintah dan BUMN energi harus transparan. Selain itu, mungkin harus diadakan amandemen terhadap pasal-pasal tertentu dalam UU Migas dan UU Listrik. Rencana seperti di atas tidak akan menyenangkan para ahli ekonomi, karena harga masih ditetapkan oleh Pemerintah dan harga energi yang sama untuk seluruh wilayah Indonesia masih perlu dipertahankan. Tetapi situasi masih belum memungkinkan untuk melepas harga ke mekanisme pasar. Bagaimana pendapat Anda sekalian ? Budi Sudarsono Senior Member, Indonesian National Committee, World Energy Council Res. 724 3291 Fax: 739 6189 __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hs471bf/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124808852/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ekonomi-nasional] Pelatihan LISREL
Rekan-Rekan Yang Terhormat, Kami OLAHDATA - Research and Statistics Consulting, mengundang Rekan-Rekan semua untuk mengikuti Pelatihan LISREL pada tanggal 27-28 September 2005. Info lengkap dapat dilihat pada brosur dan situs olahdata.com, kami sediakan link keduanya di bawah ini. Brosur : http://www.olahdata.com/files/pelatihan_lisrel.pdf Menu : http://www.olahdata.com/?pilih=halid=8 Kami tunggu kehadiran rekan-rekan semua pada acara tersebut. Bila rekan-rekan berkenan, silahkan sampaikan informasi ini kepada rekan lainnya yang mungkin tengah membutuhkan pelatihan LISREL atau bantuan konsultasi dan Analisis Statistika lainnya. Terima Kasih Achmad Hisyam Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12htkj6c0/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124817607/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ekonomi-nasional] Promosi kenaikan tingkat...
Menyusul dong 4* Ba han po kok Terima kasih hendra jamback sy Kian Mandiri Cell - Original Message - From: A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED] To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Sent: Tuesday, August 23, 2005 5:42 PM Subject: [ekonomi-nasional] Promosi kenaikan tingkat... Berikut adalah rekan-rekan milist yang mendapat promosi dalam waktu dekat : 1. Tarif Al Tol 2. B. Be'em 3. Ongko Sbisan Tarkota siapa menyusul ? /ad --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005 [Non-text portions of this message have been removed] Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links The information transmitted is intended only for the person or the entity to which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail and delete this message including any of its attachments from your system. Any use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra International Tbk and should not be construed as the views, offers or acceptances of PT Astra International Tbk. Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hj0foo1/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124851877/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font ~- Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ekonomi-nasional] Dolar Tembus Level Rp 10.000
Solusi yang tepat, pemerintah mematok nilai rupiah, sehingga para spekulan mati kutu. Kalau pemerintah mengintervensi dengan cara membeli/menjual valas (yang bisa menghabiskan puluhan trilyun rupiah lebih), maka para spekulan justru senang pasar jadi ramai. Jika spekulan valas kelas kakap seperti George Soros masuk lewat agennya di sini, maka rupiah bisa sekarat seperti krismon beberapa tahun lalu:) Jadi lakukan pematokan rupiah seperti yang pernah kita lakukan dulu atau pemerintah Cina lakukan sekarang. Jika nilai rupiah melemah, baru devaluasi. Selain itu sudah saatnya pemerintah menghentikan kebijakan menaikan harga barang, karena itu semakin melemahkan nilai rupiah secara real. --- Ardi St. Majo Endah [EMAIL PROTECTED] wrote: sampai kapan kita harus menanggung semua ini? kenapa sampai BI juga tidak bisa mengindentifikasi siapa saja yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar? parahnya lagi, masa pemerintah tidak bisa mengamankan nilai tukar dari situasi yang membuat perekonomian nasional makin melemah ini? On 8/22/05, A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Dolar Tembus Level Rp 10.000 Jakarta Dolar AS akhirnya menembus level psikologis Rp 10.000 per dolar. Pada perdagangan Senin (22/8) pagi, dolar diperdagangkan pada kisaran Rp 10.000-Rp 10.010,- dibanding penutupan Jumat (19/8) yang berada di kisaran Rp 9.975-Rp 9.995. Dimintai komentarnya Senin (22/8), pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan pelemahan rupiah sejauh ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar. Menurut Farial yang menjadi penyebabnya tiada lain adalah semakin tidak terkendalinya permintaan terhadap dolar AS. Permintaan akan dolar AS akhir-akhir ini luar biasa besarnya sementara suplai sangat terbatas, katanya. Ketika ditanya pihak-pihak mana saja yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pasar, Farial mengatakan tidak ada satu pun yang bisa menjawab, sekali-pun Bank Indonesia (BI). Menurutnya, tembusnya kurs dolar AS ke level Rp 10.000 pagi ini, disebabkan oleh gabungan permintaan dari Pertamina, kalangan korporasi sampai para speculator, baik yang bermain di pasar uang maupun pasar modal. Prilaku Pelaku Pasar Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) beberapa hari terakhir ini, kata Farial, tak lepas dari perilaku pelaku pasar domestik serta asing. Mereka (pelaku pasar-red) banyak yang melepas kepemilikan saham dan menukar rupiah hasil penjualan ke dolar AS. Farial berpendapat, masyarakat sudah tak bisa lagi menggantungkan harapan pada Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk memperkuat kurs rupiah. BI tidak bisa berbuat banyak karena memang perdagangan valuta asing di Indonesia tidak diatur alias liberal. Kita terperangkap oleh pemikiran bahwa negara yang baik adalah yang serba liberal, kata dia. Farial mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis mata uang kedua jika nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap tidak terkendali seperti saat ini. Bisa-bisa dolar menguat ke level Rp 11.000 atau Rp 12.000, katanya. Ekonom Cides Umar Juoro yang dihubungi terpisah mengatakan, pelemahan rupiah dipastikan akan berpengaruh pada peningkatan inflasi. Dari sisi kebijakan moneter, BI akan menaikkan BI Rate (tingkat suku bunga BI). Sementara beban pemerintah dalam membayar obligasi dalam negeri juga akan semakin bertambah besar. Sementara itu Bank Indonesia (BI) diketahui telah melakukan intervensi ke pasar dengan melepas dolar. Rupiah menembus 10.000 per dolar dan diperdagangkan pada level 10.025 pada sesi perdagangan Senin (22/8). Angka ini merupakan nilai terendah mata uang rupiah selama 3,5 tahun terakhir. Selama 10 hari terakhir rupiah mengalami penurunan lebih dari 2 persen. Seorang pedagang valuta asing menyatakan BI telah melakukan intervensi dengan menawarkan dolar pada harga 10.010-10.020. (Danang J Murdono/Sigit Wibowo) http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/22/sh05.html --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005 Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links -- Kusfiardi Coordinator Koalisi Anti Utang (KAU) Anti Debt Coalition Indonesia Jl. Tegal Parang Utara No. 14 Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12790 Indonesia Phone: +62 21 7919 3363 Fax: +62 21 794 1673 [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hsv93pq/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124816241/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org Put more honey in your
[ekonomi-nasional] In defense of the welfare state
In defense of the welfare state By Jonathan Power International Herald Tribune WEDNESDAY, AUGUST 24, 2005 STOCKHOLM The statistics had arrived on the Swedish prime minister's desk that morning, his first day back at work after his summer vacation, cycling around the villages near his summer estate. It was good news. Goran Persson, now in his ninth year of office, told me that the growth rate for this year will be near 3 percent and next year more than 3 percent - enough, he said, to maintain Sweden's trajectory of the last decade, which was above the average for the European Union and, in particular, as good as the Anglo-Saxons, Britain and the U.S. (He admitted that he was referring to U.S. per capita growth, so as to discount the effect of its fast, immigrant-driven rise in population.) This raised the first question - how does this self-confessed socialist state do it? What is the secret for success when Swedish taxes are the highest in the world and the welfare state is the country's single largest employer? After all, when Persson came in as finance minister in 1994 the country was reeling economically, as state expenditures on the health and social sectors raced ahead of the country's ability to generate wealth. If you have a free economy, explained the prime minister, a highly educated work force, a very healthy people, very high productivity and a sound environment then you can create the critical size of resources to create good growth. That has to be joined with adequate public financing of universities, research and development. As long as we are efficient and constantly challenging ourselves we continue to be productive. Then if we produce successful growth, the government gets the public's support for high taxes. If the quality of the public sector is good, then a prosperous people will continue to vote for funding it. The Social Democrats have been in power for most of the last 73 years. But recently public opinion has turned away from the government, partly because of the prime minister's apparent dictatorial style and partly because of a series of scandals including his slow response to the tsunami, when hundreds of Swedes on vacation in Thailand died. Despite the malaise, Persson appears to relish the coming electoral fight. The key economic statistics are good, he argues, with low inflation, low interest rates, and with the economy finally moving from the export-dominated growth of previous years to domestic-driven growth, which promises rapid job creation. Moreover, he feels he is having some success in dealing with the criticisms that have been made of the welfare state. Many have observed that Sweden cannot sustain its generous womb-to-tomb system if so many Swedes abuse the system by calling in sick and claming unnecessary disability leave. On an average day, one-fifth of the potential workforce is claiming these rights, in a country that along with France and Japan is the healthiest in the world. I had a new report on my desk today to show that we are getting these figures down, he said. It is now under control. We have given employers an incentive to convince their personnel to return from sick leave by offering them a tax benefit if they succeed. This means that they should improve their environment and their conditions of work. At the same time, we have been scrutinizing those doctors who have been too generous in signing sick notes. Persson, lounging back in his chair and gazing out of the window that looks out on the capital's beguiling mix of waterways, 18th-century Renaissance-style palaces and grand houses, ends the conversation with two quick jabs. Europe has a lack of confidence vis-à- vis the U.S., he said. The U.S. is competitive, but not as competitive as we think. We are too self-critical in Europe, even though we have a much better social system and in Sweden are just as productive. On unemployment, it is overlooked that the U.S. has approaching two million people in jail and out of the labor market. As for the opposition's claim that he might raise taxes, he seems blithely unconcerned: I have no plans for that at the moment, as the economy is doing so well. But if at the election I have to go to the Swedes and ask them to approve a tax rise so that we can improve our health services even more, I believe they will support me. The sweet arguments of success? Or the arrogance of being too long in power? In a year, voters will decide. Meanwhile, the prime minister of the world's most successful socialist state gives notice he is in no mood to step down and pursue one of his two unfulfilled vocations - as either a priest or a farmer. (Jonathan Power is a commentator on foreign affairs.) [Non-text portions of this message have been removed]
[ekonomi-nasional] Dollar Makin Kukuh, Rupiah Makin Terpuruk.
Nilai tukar rupiah akhirnya menembus level Rp.10.000,- per USD. Senin 22/08/2005 petang, rupiah terpuruk di level Rp.10.015 per Dollar AS. Sementara harga kontrak minyak mentah Light Sweet penyerahan September 2005 bertengger di harga 65,16 Dollar AS per Barrel. Pelemahan kurs terus berlanjut hingga anjlok di Rp.10.120,- per USD. Selasa 23/08/2005 petang kurs rupiah terhadap Dollar AS berada di level Rp.10.095 per USD. Direktur Statistik Keuangan dan Harga Badan Pusat Statistik, Ali Rosidi, mengatakan bahwa BI harus mengeluarkan cadangan devisa dan melakukan intervensi moneter dan fiskal secara simultan untuk mengamankan Rupiah. Keterlambatan realisasi pencairan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) pada semester I dari semua departemen yang baru mencapai 5 % akan mengakibatkan terjadinya kelebihan likuiditas di semester II akibat banjir rupiah sebagai konsekuensi dari belanja departemen yang menumpuk bersamaan di semester II. Belanja departemen yang masih tersisa 95% DIPA akan dilakukan secara serentak di semester II, selanjutnya akan berlanjut dengan adanya pembelian mesin-mesin produksi serta peralatan industri secara besar-besaran oleh korporasi pelaksana proyek. Hal itu membuat permintaan terhadap mata uang Dollar akan meningkat dengan tajam dan inflasi membubung tinggi. Selanjutnya Rupiah pun akan semakin tertekan. Kemudian inflasi yang membubung tinggi itu juga akan mendorong terjadinya kenaikan suku bunga, yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi nasional juga akan mengalami perlambatan. Gubernur Bank Sentral Republik Indonesia, Burhanuddin Abdullah, mengatakan bahwa secara umum sentimen yang mempengaruhi dan menyebabkan perlemahan kurs rupiah adalah karena ketidakseimbangan global, kenaikan harga minyak mentah dunia, dan faktor jangka pendek dari dalam negeri. Sampai kapan kondisi seperti itu, tidak ada yang bisa memperkirakan itu semua. Dewan Gubernur BI memandang bahwa perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia mengalami tekanan berat dan membutuhkan pembenahan yang bersifat struktural untuk meningkatkan eksport dan memperbesar arus masuk investasi modal asing. Bagi yang bergantung pada bahan baku impor dari luar negeri, pelemahan rupiah mengancam margin penjualannya. Sedangkan bagi eksportir berbahan baku dari dalam negeri, pelemahan rupiah ini menjadi berkah. Sementara bagi pemerintah RI, pelemahan berarti membebani anggaran. Maka benar pulalah bahwa Perdagangan dunia sekarang, tak lebih dari sekedar permainan dimana AS menyediakan Dolar dan negara lainnya menyediakan Komoditas yang bisa dibeli dengan Dolar. Dunia yang begitu terbelit ekonominya satu sama lainnya, berupaya keras untuk melakukan hubungan dagang dengan harapan memperoleh keuntungan komparatif. Mereka bersaing denga menggenjot eksport untuk sebesar-besarnya mendapatkan Dolar, yang pada akhirnya bisa dipakai untuk membayar utang negara dalam bentuk Dolar, dan untuk mempertebal cadangan devisa agar nilai tukar Mata Uang Domestiknya terpelihara. Perlemahan kurs dibarengi dengan tingginya harga minyak, merupakan pukulan ganda bagi pemerintah RI. Apalagi dengan mekanisme penjualan produksi minyak Indonesia yang oleh para birokrat pemerintah dibuat sedemikan ruwet hingga mirip benang kusut, diputar-putar diplintir-plintir, makin membuat tekanan makin menghimpit. Produksi minyak mentah dalam negeri kita dijual keluar negeri ke pasar internasional, kemudian kebutuhan minyak mentah untuk kilang BBM kita impor lagi dari pasar internasional di luar negeri. Semakin berputar-putarnya bagai gasing kepusingan siklus produksi-penjualan-eksport-pengadaan-impor-ditribusi minyak kita, semakin happy-lah jajaran para birokrat pemegang otoritas bidang energi beserta kroninya. Ada peluang meneguk rente dari peluang bidang usaha yang berjibun muncul akibat peruwetan ini : ada peluang bidang usaha menjadi broker penjualan bagi eksport minyak mentah ke luar negeri, broker pembelian bagi pembelian import minyak mentah dari luar negeri, broker pembelian bagi pembelian import BBM dari luar negeri, broker tanker pengiriman bagi penjualan eksport minyak mentah ke luar negeri, broker tanker pengiriman bagi pengiriman import minyak mentah dari luar negeri, broker tanker pengiriman bagi pengiriman import BBM dari luar negeri, broker asuransi pengiriman bagi penjualan eksport minyak mentah ke luar negeri, broker asuransi pengiriman bagi pengiriman import minyak mentah dari luar negeri, broker asuransi pengiriman bagi pengiriman import BBM dari luar negeri, ditambah lagi dengan komisi yang diterima oleh para birokrat dari makin banyaknya transaksi yang terjadi. Alasan argumentasi maupun dalihnya amatlah klasik, mencari dan mendapatkan devisa, lebih menguntungkan menjual minyak mentah kita ke luar negeri karena minyak mentah kita bermutu tinggi sehingga mahal harganya, dan mengimpor kebutuhan minyak mentah kita dari luar negeri dengan minyak mentah yang bermutu lebih rendah sehingga lebih murah harganya
Re: [ekonomi-nasional] Dolar Tembus Level Rp 10.000
meneruskan pendapat bung nizami; saya setuju bahwa: Solusi yang tepat, pemerintah mematok nilai rupiah, sehingga para spekulan mati kutu. Jadi lakukan pematokan rupiah seperti yang pernah kita lakukan dulu atau pemerintah Cina lakukan sekarang. Jika nilai rupiah melemah, baru devaluasi. Selain itu sudah saatnya pemerintah menghentikan kebijakan menaikan harga barang, karena itu semakin melemahkan nilai rupiah secara real. selanjutnya adalah bicara soal political pressure untuk mendorong pemerintah mengadopsi solusi yang sudah disebut oleh bung Nizami. usul saya, bisakah bung Nizami membuatnya draf petisi rakyat untuk ketahanan rupiah atau apalah namanya yang menarik. kemudian dilempar kemilis ini dan yang setuju silahkan menyatakan persetujuannya dengan melampirkan no KTP/Paspor. setelah terkumpul dukungan, saya mendukung bagi moderator milis ini untuk mengeluarkan press statement atau melakukan press conference atas nama milis ekonomi nasional.. opsi terbuka lainnya adalah: milis ekonomi nasional menyelenggarakan seminar nasional dengan tajuk mengamankan rupiah dari aksi perjudian pelaku pasar derivatif bagaimana tanggapannya...? --- Ardi St. Majo Endah [EMAIL PROTECTED] wrote: sampai kapan kita harus menanggung semua ini? kenapa sampai BI juga tidak bisa mengindentifikasi siapa saja yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar? parahnya lagi, masa pemerintah tidak bisa mengamankan nilai tukar dari situasi yang membuat perekonomian nasional makin melemah ini? On 8/22/05, A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Dolar Tembus Level Rp 10.000 Jakarta Dolar AS akhirnya menembus level psikologis Rp 10.000 per dolar. Pada perdagangan Senin (22/8) pagi, dolar diperdagangkan pada kisaran Rp 10.000-Rp 10.010,- dibanding penutupan Jumat (19/8) yang berada di kisaran Rp 9.975-Rp 9.995. Dimintai komentarnya Senin (22/8), pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan pelemahan rupiah sejauh ini sudah diperkirakan oleh pelaku pasar. Menurut Farial yang menjadi penyebabnya tiada lain adalah semakin tidak terkendalinya permintaan terhadap dolar AS. Permintaan akan dolar AS akhir-akhir ini luar biasa besarnya sementara suplai sangat terbatas, katanya. Ketika ditanya pihak-pihak mana saja yang membutuhkan dolar dalam jumlah besar sehingga menyebabkan ketidakseimbangan pasar, Farial mengatakan tidak ada satu pun yang bisa menjawab, sekali-pun Bank Indonesia (BI). Menurutnya, tembusnya kurs dolar AS ke level Rp 10.000 pagi ini, disebabkan oleh gabungan permintaan dari Pertamina, kalangan korporasi sampai para speculator, baik yang bermain di pasar uang maupun pasar modal. Prilaku Pelaku Pasar Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) beberapa hari terakhir ini, kata Farial, tak lepas dari perilaku pelaku pasar domestik serta asing. Mereka (pelaku pasar-red) banyak yang melepas kepemilikan saham dan menukar rupiah hasil penjualan ke dolar AS. Farial berpendapat, masyarakat sudah tak bisa lagi menggantungkan harapan pada Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk memperkuat kurs rupiah. BI tidak bisa berbuat banyak karena memang perdagangan valuta asing di Indonesia tidak diatur alias liberal. Kita terperangkap oleh pemikiran bahwa negara yang baik adalah yang serba liberal, kata dia. Farial mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami krisis mata uang kedua jika nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap tidak terkendali seperti saat ini. Bisa-bisa dolar menguat ke level Rp 11.000 atau Rp 12.000, katanya. Ekonom Cides Umar Juoro yang dihubungi terpisah mengatakan, pelemahan rupiah dipastikan akan berpengaruh pada peningkatan inflasi. Dari sisi kebijakan moneter, BI akan menaikkan BI Rate (tingkat suku bunga BI). Sementara beban pemerintah dalam membayar obligasi dalam negeri juga akan semakin bertambah besar. Sementara itu Bank Indonesia (BI) diketahui telah melakukan intervensi ke pasar dengan melepas dolar. Rupiah menembus 10.000 per dolar dan diperdagangkan pada level 10.025 pada sesi perdagangan Senin (22/8). Angka ini merupakan nilai terendah mata uang rupiah selama 3,5 tahun terakhir. Selama 10 hari terakhir rupiah mengalami penurunan lebih dari 2 persen. Seorang pedagang valuta asing menyatakan BI telah melakukan intervensi dengan menawarkan dolar pada harga 10.010-10.020. (Danang J Murdono/Sigit Wibowo) http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/22/sh05.html --- Outgoing mail is certified Virus Free. Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005 Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional? Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links -- Kusfiardi