[ekonomi-nasional] Cerita Lain Kota Depok

2005-08-23 Terurut Topik indra_ardiansah
KEMELUT PILKADA DEPOK
Oleh: Arya Gunawan
peminat media dan masalah-masalah sosial-masyarakat,
warga Depok.

Saya adalah seorang warga Depok. Saya bukan anggota Partai Keadilan 
Sejahtera (PKS), namun bersimpati terhadap segenap sepak-terjang 
partai ini dan para kadernya, karena di mata saya mereka menjanjikan 
sebuah Indonesia yang lebih baik, peduli dan bersih dari praktek-
praktek kotor dan curang yang telah menggerogoti sendi-sendi negeri 
ini. Karena itulah pada pemilu legislatif lalu saya memberikan suara 
saya kepada partai ini. Juga pada saat pemilihan Presiden putaran 
terakhir, saya memilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon yang 
juga didukung oleh PKS.

Begitu pula halnya pada pemilihan walikota Depok, saya memilih 
pasangan Nurmahmudi Ismail-Yuyun Wirasaputra. Untuk pemilihan 
walikota ini, saya bahkan terpaksa harus mengubah jadwal perjalanan 
dinas saya. Seharusnya saya baru tiba kembali di Jakarta tanggal 28 
Juni dari sebuah tugas kantor ke Paris. Namun dengan 
mengefisiensikan waktu di sana-sini, saya berhasil kembali tanggal 
24 Juni, untuk tiba di Depok keesokan harinya, dan pergi ke bilik 
suara tanggal 26 Juni-nya.

Hak suara saya yang saya berikan kepada Nurmahmudi-Yuyun bukan 
semata-mata didasarkan pada keterikatan pasangan tersebut dengan PKS 
yang mencuri perhatian dan kekaguman saya. Itu hanya salah satu 
faktor dari dua faktor utama yang melandasi pilihan saya. Faktor 
yang satunya adalah karena saya menginginkan perubahan terhadap 
hampir seluruh aspek di Depok, kota dimana saya menjadi salah satu 
dari 1.313.495 warganya (data hasil cacah jiwa tahun 2003) sejak 
empat tahun terakhir ini.

Sebelumnya, selama hampir enam tahun bekerja sebagai seorang 
reporter/penyiar radio BBC, saya menjadi pemukim tetap di London, 
sebuah kota metropolis dan demokratis yang menjunjung tinggi dan 
menghargai hak suara warganya.

Selama bermukim di sana, saya merasakan langsung praktek-praktek 
nyata proses demokrasi, dimana setiap keputusan publik hampir tak 
pernah mengabaikan suara warga. Ketika itu saya tinggal di London 
Timur, di sebuah daerah bernama Plaistow (sekitar 12 kilometer dari 
jantung kota), yang berada di bawah Borough (semacam kotamadya) of 
Newham, dari total 32 borough yang ada di wilayah London Raya. Pada 
setiap proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hajat 
hidup publik, pemerintah lokal selalu meminta pertimbangan warga, 
dimulai dengan tahap yang paling rendah yakni menyebarkan kuesioner, 
sampai kepada membuka forum publik di dewan kota. Bahkan untuk hal-
hal yang kelihatannya sepele, seperti perubahan jam operasi 
perpustakaan lokal (yang letaknya kebetulan hanya sekitar 100 meter 
dari kediaman saya), warga tetap dimintai pertimbangan. Sistem ini 
benar-benar menghargai warga, yang telah membayar pajak untuk ikut 
menopang roda administrasi kota. Tahun-tahun saya di sana, misalnya, 
saya wajib membayar pajak ke dewan kota (dikenal dengan istilah 
council tax), sebesar sekitar 60 pounsterling per bulan (atau 
sekitar Rp 1 juta dengan kurs sekarang). Ini di luar income tax 
sebesar sekitar 22 persen dari total penghasilan saya, yang masuk ke 
kas pemerintah pusat.

Saya mendambakan praktek dimana pemerintah menghargai suara warganya 
bisa dijalankan juga di Indonesia, dan Depok saya harap bisa menjadi 
salah satu pionirnya apabila kepemimpinannya dikemudikan oleh 
pasangan Nurmahmudi-Yuyun. Saya sudah tidak merasa nyaman dengan 
pola kepemimpinan Badrul Kamal, walikota periode 2000-2005. Di mata 
saya, selama lima tahun memimpin Depok, nyaris tak ada pencapaian 
Badrul yang memiliki dampak langsung dan nyata terhadap kemaslahatan 
warga Depok secara kolektif (kalau orang per orang, saya tak tahu 
persis. Saya hanya bisa menduga bahwa tentulah ada orang-orang yang 
diuntungkan oleh kebijakan yang dilaksanakan Badrul). Yang saya 
rasakan hanya berbagai hal negatif dan penuh kontras serta ironi 
yang membuat pedih ulu hati: kesemrawaturan tata ruang dan 
transportasi yang semakin kronis, yang muncul justru di tengah-
tengah gegap-gempitanya proses pembangunan sejumlah pusat 
perbelanjaan dan apartemen, mulai dari Jalan Raya Margonda sebagai 
urat nadi utama Depok, sampai ke kawasan yang agak ke pelosok (di 
kawasan sekitar tempat saya tinggal saja, umpamanya, setidaknya ada 
dua pusat pertokoan kelas menengah, yang tengah dibangun dengan 
jarak hanya terpisah sekitar dua kilometer); sejumlah ruas jalan 
alternatif yang rusak parah dan praktis tak disentuh sama sekali 
sepanjang dua tahun terakhir (misalnya di ruas jalan Grogol-Krukut-
Gandul; atau juga di ruas jalan Tanah Baru), di tengah-tengah 
perbincangan mengenai rencana pembangunan ruas jalan tol sepanjang 
18 kilometer, dari sekitar Jalan Raya Sawangan ke Jalan TB 
Simatupang.

Depok kini juga layak menyandang predikat sebagai kota pusat 
perbelanjaan. Saat ini saja, misalnya, ada dua pusat perbelanjaan 
cukup besar yang terpisah tak sampai satu kilometer: satu Depok 
Mall, satunya lagi Depok Plaza. 

RE: Maaf Sudah OOT - RE: [ekonomi-nasional] Fw.: FPI Tutup Paksa 23 Gereja di Bandung

2005-08-23 Terurut Topik Ahmadi Agung
Ma'afkan saya Mas Nizami...
 
saya CEPAT merespon Postingan kang Ari karena saya nilai PENUH muatan
FITNAH
 
Salam
AL-Pacitan
 

-Original Message-
From: A Nizami [mailto:[EMAIL PROTECTED]


Maaf ini sudah OOT mohon dihentikan posting yang tidak sejalan dgn visi dan
misi milis ekonomi nasional.

Rekan2 yang lain mohon tidak merespon hal ini.




[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hcp7hdc/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124789861/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org
Put more honey in your pocket. (money matters made easy) Welcome to the Sweet 
Life - brought to you by One Economy/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Keinginan seperti inilah yang hanya ada di Otak Paman Sam !

2005-08-23 Terurut Topik A_Dharmawan

Robertson: U.S. should 'take out' Venezuela's Chavez
Christian broadcaster calls leader 'a terrific danger'

(CNN) -- Conservative Christian broadcaster Pat Robertson has called for the
United States to assassinate Venezuelan President Hugo Chavez, calling him
a terrific danger bent on exporting Communism and Islamic extremism across
the Americas.

If he thinks we're trying to assassinate him, I think that we really ought
to go ahead and do it, Robertson told viewers on his The 700 Club show
Monday. It's a whole lot cheaper than starting a war.

Robertson, a contender for the Republican presidential nomination in 1988,
called Chavez a dangerous enemy to our south, controlling a huge pool of
oil, that could hurt us badly.

We have the ability to take him out, and I think the time has come that we
exercise that ability, Robertson said. We don't need another $200 billion
war to get rid of one strong-arm dictator. It's a whole lot easier to have
some of the covert operatives do the job and then get it over with.

Robertson accused Chavez, a left-wing populist with close ties to Cuban
President Fidel Castro, of trying to make Venezuela a launching pad for
Communist infiltration and Muslim extremism all over the continent.

This is in our sphere of influence, so we can't let this happen, he said.

Chavez has said he believes the United States is trying to assassinate him,
vowing that Venezuela, which accounts for more than 10 percent of U.S. oil
imports, would shut off the flow of oil if that happens.

Robertson's comments Monday were the latest in a string of controversial
remarks in recent years by the religious broadcaster and founder of the
Christian Coalition.

Last October, during the heat of the presidential race, Robertson told CNN
that during a meeting with President Bush prior to the invasion of Iraq, the
president told him he did not believe there would be casualties. The White
House strongly denied the claim.

In May, during an ABC interview, Robertson ignited a firestorm with his
response to a question about whether activist judges were more of a threat
to America than terrorists.

If they look over the course of 100 years, I think the gradual erosion of
the consensus that's held our country together is probably more serious than
a few bearded terrorists who fly into buildings, he said.

Defending his remarks in a letter to Sen. Frank Lautenberg, Robertson
insisted he was not being cavalier about the 9/11 attacks. But he also
refused to apologize, saying Supreme Court rulings on abortion, religious
expression in the public square, pornography and same-sex marriage are all
of themselves graver dangers in the decades to come than the terrorists
which our great nation has defeated in Afghanistan and Iraq.

In October 2003, Robertson, criticizing the State Department during an
interview on The 700 Club, said maybe we need a very small nuke thrown
off on Foggy Bottom to shake things up, referring to the nickname for the
department's headquarters in Washington.

State Department spokesman Richard Boucher called the remark despicable.

In July 2003, Robertson asked his audience to pray for three justices to
retire from the Supreme Court so they could be replaced with more
conservative jurists. One justice is 83 years old, another has cancer and
another has a heart condition, he said.

Robertson insisted he was only calling for prayers for the justices to
retire and was not asking his followers to pray for their demise.

In November 2002, Robertson charged that the Muslim holy book, the Quran,
incites followers to kill people of other faiths and disputed Bush's
characterization of Islam as a religion of peace.

It's clear from the teachings of the Quran and also from the history of
Islam that it's anything but peaceful, Robertson said in a subsequent
interview with CNN. Of course there are peace-loving Muslims. But at the
same time, at the core of this religion ... is jihad, and it is to subject
the unbelievers either to forced conversion or death. That's what it
teaches.



---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hgkkm3m/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124803708/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org
Put more honey in your pocket. (money matters made easy) Welcome to the Sweet 
Life - brought to you by One Economy/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is 

[ekonomi-nasional] Fw.: FPI Tutup Paksa 23 Gereja di Bandung

2005-08-23 Terurut Topik Ari Condro
Bagi rekan rekan yang akan membantu FPI,
dimohon dengan segera kesiapannya ..   :(


salam,
Ari Condro

- Original Message -
From: Daniel H.T. [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]

Tutup 23 Gereja di Bandung
Gus Dur Minta SBY Tindak FPI
Niken Widya Yunita - detikcom

 Jakarta - Tindakan Front Pembela Islam (FPI) yang menutup 23 gereja di
Bandung membuat Gus Dur turun tangan. Dia meminta SBY menindak tegas. Jika
tidak, banser pun siap dikerahkan.

FPI melakukan penutupan terhadap 23 gereja di Kota Kembang terhitung sejak
3 September 2004 hingga 21 Agustus 2005.

Kepada pimpinan tinggi FPI, saya ajukan imbauan agar hal ini diindahkan.
Anda telah dua kali melakukan kesalahan organisatoris dan melanggar UU.
Yang pertama Ahmadiyah dan sekarang ini menutup paksa gereja, urai Gus Dur.

Hal ini disampaikan dia dalam jumpa pers di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya,
Jakarta Pusat, Selasa (23/8/2005). Turut hadir dalam acara itu Wakil
Sekretaris Umum PGI Pendeta Weynata Sairin dan Pendeta Jan Sera Aritonang.
Gus Dur meminta agar umat kristiani tetap melakukan ibadah seperti biasanya.
Anggap saja penutupan itu nggak ada, kata presiden RI keempat ini.
Bagaimana jika mereka tetap tidak bisa melakukan ibadah? Ya balik, ujarnya
enteng.
Tindakan kongkretnya apa, Gus? Ya kalau perlu Banser NU di Jawa Timur akan
mengamankan Natal. Tapi kalau ada cara lain yang lebih baik kenapa harus
mengerahkan banser. Kita minta pemerintah yang menindak, tandasnya.
Dalam pertemuan itu, Pendeta Jan Sera Aritonang meminta wejangan dari Gus
Dur sebelum melakukan pertemuan dengan Presiden SBY di Istana Presiden pukul
15.00 WIB.
Bilang saja umat Islam yang akan mengerahkan kekuatan. Tinggal mereka
(pemerintah) berani tidak mengerahkan kekuatan. Selama ini mereka tindak
berani, kata Gus Dur.
Namun demikian, Gus Dur menolak saat diminta mengkritik pemerintahan SBY. 
Saya tidak mau menilai siapa pun. Saya minta pemerintah cepat bertindak,
imbaunya.

Tak Punya Izin

Wakil Sekretaris Umum PGI Pendeta Weynata Sairin mengakui 23 gereja di
Bandung tidak memiliki izin.
Kami harap bisa diproses. Jangan melarang orang melakukan ibadah karena
kami tidak melakukan tindakan kriminal, kata Weynata.
Kami minta SK tentang pembangunan rumah ibadah dicabut karena memicu
konflik, lanjutnya. (aan)






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12ftc/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124788283/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ekonomi-nasional] Harga BBM

2005-08-23 Terurut Topik Budi Sudarsono
Rekan anggota milis Yth.,

Harga minyak mentah internasional sudah berkisar sekitar $ 65/bbl,
tetapi
belum ada tanda-tanda tindakan apa yang diambil Pemerintah, walaupun
sudah ada niat untuk menaikkan harga BBM. Tidak heran rupiah semakin
terpuruk: tersiar berita harga pertamax bakal naik dan demikian juga
harga LPG. Sedang minyak solar untuk industri sudah lebih dahulu
dinaikkan. Semua ini membuat kepercayaan pasar terhadap Pemerintah
menjadi menurun: adanya bermacam harga energi menimbulkan
ketidakpastian dan memberi peluang kepada “pelaku ekonomi” untuk
berbuat yang menyimpang.

Pada dasarnya saya setuju dengan pendapat Kurtubi, yang mengusulkan
agar harga BBM dinaikkan secara bertahap. Pertama, ke arah break even
untuk Pertamina. Kedua, ke arah marginal cost pricing, sehingga
Pertamina tidak rugi dan subsidi terhapus. Tahap ketiga, ke arah
keuntungan untuk Pertamina dan Pertamina dikenai pajak.

Namun perlu ada tindakan Pemerintah yang lain supaya tidak timbul
gejolak ekonomi, sosial, dan politik. Ini yang belum dikemukakan
secara jelas oleh Kurtubi. Tahap pertama mungkin berlangsung 1 sampai
2 tahun, tergantung berapa harga minyak internasional nantinya.
Selama tahap ini Pemerintah harus benar-benar merealisasikan
program-program kompensasi bagi penduduk ayng pendapatannya rendah.
Khususnya program di bidang pendidikan, kesehatan dan pangan. Dan
untuk memungkinkan terlaksananya penaikan harga BBM selama tahap
pertama ini penetapan harga energi harus dibuat secara serasi, jangan
LPG dan pertamax nyelonong sendiri-sendiri. Tarif listrik juga harus
dibuat serasi dan seirama, termasuk harga energi yang harus dibayar
oleh PLN. Dalam pelaksanaannya, penaikan harga BBM dapat dilakukan
setiap 3 bulan sekali, jadi dengan mencicil, misalnya dengan kenaikan
sebesar Rp. 300/liter (termasuk untuk minyak tanah) setiap triwulan
terhitung mulai 1 Januari 2006. Kalau perlu program penaikan harga
diperpanjang menjadi selama 3 tahun. Seluruh jajaran Pemerintah
memang bakal mendapat tugas berat untuk mengawasi jangan sampai
inflasi tak terkendali.
Tetapi yang paling penting adalah perlunya suatu konsensus nasional
tentang rencana kenaikan selama 1-2 tahun itu; sedikitnya Pemerintah
dan DPR/DPD harus kompak. Jadi harus disiapkan sesegera mungkin dan
di-sosialisasikan kepada masyarakat. Ini akan sulit tetapi perlu
dilakukan.

Dengan sendirinya data-data semua instansi Pemerintah dan BUMN energi
harus transparan. Selain itu, mungkin harus diadakan amandemen
terhadap pasal-pasal tertentu dalam UU Migas dan UU Listrik.

Rencana seperti di atas tidak akan menyenangkan para ahli ekonomi,
karena harga masih ditetapkan oleh Pemerintah dan harga energi yang
sama untuk seluruh wilayah Indonesia masih perlu dipertahankan.
Tetapi situasi masih belum memungkinkan untuk melepas harga ke
mekanisme pasar.

Bagaimana pendapat Anda sekalian ?


Budi Sudarsono
Senior Member,
Indonesian National Committee,
World Energy Council
Res. 724 3291  Fax: 739 6189

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hs471bf/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124808852/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help
 Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ekonomi-nasional] Pelatihan LISREL

2005-08-23 Terurut Topik Achmad Hisyam
Rekan-Rekan Yang Terhormat,

Kami OLAHDATA - Research and Statistics Consulting, mengundang Rekan-Rekan semua
untuk mengikuti Pelatihan LISREL pada tanggal 27-28 September 2005. Info lengkap
dapat dilihat pada brosur dan situs olahdata.com, kami sediakan link keduanya 
di bawah ini.

Brosur : http://www.olahdata.com/files/pelatihan_lisrel.pdf
Menu   : http://www.olahdata.com/?pilih=halid=8

Kami tunggu kehadiran rekan-rekan semua pada acara tersebut.
Bila rekan-rekan berkenan, silahkan sampaikan informasi ini kepada rekan lainnya
yang mungkin tengah membutuhkan pelatihan LISREL atau bantuan
konsultasi dan Analisis Statistika lainnya.


Terima Kasih

Achmad Hisyam



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12htkj6c0/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124817607/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help
 Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ekonomi-nasional] Promosi kenaikan tingkat...

2005-08-23 Terurut Topik hendra jamback sy

Menyusul dong

4* Ba han po kok




Terima kasih
hendra jamback sy
Kian Mandiri Cell
- Original Message -
From: A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED]
To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, August 23, 2005 5:42 PM
Subject: [ekonomi-nasional] Promosi kenaikan tingkat...


 Berikut adalah rekan-rekan milist yang mendapat promosi dalam waktu dekat
:

 1. Tarif  Al Tol
 2. B. Be'em
 3. Ongko  Sbisan Tarkota

 siapa menyusul ?

 /ad
 ---
 Outgoing mail is certified Virus Free.
 Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
 Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release Date: 2/14/2005


 [Non-text portions of this message have been removed]




 Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
 Kirim email ke [EMAIL PROTECTED]
 Yahoo! Groups Links











The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hj0foo1/M=362343.6886682.7839641.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124851877/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font
~- 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ekonomi-nasional] Dolar Tembus Level Rp 10.000

2005-08-23 Terurut Topik A Nizami
Solusi yang tepat, pemerintah mematok nilai rupiah,
sehingga para spekulan mati kutu. Kalau pemerintah
mengintervensi dengan cara membeli/menjual valas (yang
bisa menghabiskan puluhan trilyun rupiah lebih), maka
para spekulan justru senang pasar jadi ramai. Jika
spekulan valas kelas kakap seperti George Soros masuk
lewat agennya di sini, maka rupiah bisa sekarat
seperti krismon beberapa tahun lalu:)

Jadi lakukan pematokan rupiah seperti yang pernah kita
lakukan dulu atau pemerintah Cina lakukan sekarang.
Jika nilai rupiah melemah, baru devaluasi.

Selain itu sudah saatnya pemerintah menghentikan
kebijakan menaikan harga barang, karena itu semakin
melemahkan nilai rupiah secara real.


--- Ardi St. Majo Endah [EMAIL PROTECTED] wrote:

 sampai kapan kita harus menanggung semua ini? kenapa
 sampai BI juga tidak 
 bisa mengindentifikasi siapa saja yang membutuhkan
 dolar dalam jumlah besar? 
 parahnya lagi, masa pemerintah tidak bisa
 mengamankan nilai tukar dari 
 situasi yang membuat perekonomian nasional makin
 melemah ini?
 
 
 On 8/22/05, A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
  
  
  Dolar Tembus Level Rp 10.000
  
  Jakarta— Dolar AS akhirnya menembus level
 psikologis Rp 10.000 per dolar.
  Pada perdagangan Senin (22/8) pagi, dolar
 diperdagangkan pada kisaran Rp
  10.000-Rp 10.010,- dibanding penutupan Jumat
 (19/8) yang berada di kisaran
  Rp 9.975-Rp 9.995.
  Dimintai komentarnya Senin (22/8), pengamat pasar
 uang Farial Anwar
  mengatakan pelemahan rupiah sejauh ini sudah
 diperkirakan oleh pelaku 
  pasar.
  Menurut Farial yang menjadi penyebabnya tiada lain
 adalah semakin tidak
  terkendalinya permintaan terhadap dolar AS.
  Permintaan akan dolar AS akhir-akhir ini luar
 biasa besarnya sementara
  suplai sangat terbatas, katanya. Ketika ditanya
 pihak-pihak mana saja 
  yang
  membutuhkan dolar dalam jumlah besar sehingga
 menyebabkan 
  ketidakseimbangan
  pasar, Farial mengatakan tidak ada satu pun yang
 bisa menjawab, sekali-pun
  Bank Indonesia (BI).
  Menurutnya, tembusnya kurs dolar AS ke level Rp
 10.000 pagi ini, 
  disebabkan
  oleh gabungan permintaan dari Pertamina, kalangan
 korporasi sampai para
  speculator, baik yang bermain di pasar uang maupun
 pasar modal.
  
  Prilaku Pelaku Pasar
  Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
 Bursa Efek Jakarta (BEJ)
  beberapa hari terakhir ini, kata Farial, tak lepas
 dari perilaku pelaku
  pasar domestik serta asing. Mereka (pelaku
 pasar-red) banyak yang melepas
  kepemilikan saham dan menukar rupiah hasil
 penjualan ke dolar AS.
  Farial berpendapat, masyarakat sudah tak bisa lagi
 menggantungkan harapan
  pada Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk
 memperkuat kurs rupiah.
  BI tidak bisa berbuat banyak karena memang
 perdagangan valuta asing di
  Indonesia tidak diatur alias liberal. Kita
 terperangkap oleh pemikiran 
  bahwa
  negara yang baik adalah yang serba liberal, kata
 dia.
  Farial mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami
 krisis mata uang kedua 
  jika
  nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap tidak
 terkendali seperti saat ini.
  Bisa-bisa dolar menguat ke level Rp 11.000 atau
 Rp 12.000, katanya.
  Ekonom Cides Umar Juoro yang dihubungi terpisah
 mengatakan, pelemahan 
  rupiah
  dipastikan akan berpengaruh pada peningkatan
 inflasi. Dari sisi kebijakan
  moneter, BI akan menaikkan BI Rate (tingkat suku
 bunga BI). Sementara 
  beban
  pemerintah dalam membayar obligasi dalam negeri
 juga akan semakin 
  bertambah
  besar.
  Sementara itu Bank Indonesia (BI) diketahui telah
 melakukan intervensi ke
  pasar dengan melepas dolar. Rupiah menembus 10.000
 per dolar dan
  diperdagangkan pada level 10.025 pada sesi
 perdagangan Senin (22/8). Angka
  ini merupakan nilai terendah mata uang rupiah
 selama 3,5 tahun terakhir.
  Selama 10 hari terakhir rupiah mengalami penurunan
 lebih dari 2 persen.
  Seorang pedagang valuta asing menyatakan BI telah
 melakukan intervensi
  dengan menawarkan dolar pada harga 10.010-10.020.
 (Danang J Murdono/Sigit
  Wibowo)
  
 

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/22/sh05.html
  ---
  Outgoing mail is certified Virus Free.
  Checked by AVG anti-virus system
 (http://www.grisoft.com).
  Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release
 Date: 2/14/2005
  
  
  
  
  
  Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
  Kirim email ke
 [EMAIL PROTECTED]
  Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
  
  
  
 
 
 -- 
 Kusfiardi
 Coordinator 
 Koalisi Anti Utang (KAU)
 Anti Debt Coalition Indonesia
 
 Jl. Tegal Parang Utara No. 14
 Mampang Prapatan 
 Jakarta Selatan 12790
 Indonesia
 
 Phone: +62 21 7919 3363
 Fax: +62 21 794 1673
 
 
 [Non-text portions of this message have been
 removed]
 
 
 
  Yahoo! Groups Sponsor
 ~-- 
 font face=arial size=-1a

href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hsv93pq/M=362131.6882500.7825259.1493532/D=groups/S=1705001222:TM/Y=YAHOO/EXP=1124816241/A=2889190/R=0/SIG=10r90krvo/*http://www.thebeehive.org
 Put more honey in your 

[ekonomi-nasional] In defense of the welfare state

2005-08-23 Terurut Topik Ambon
  In defense of the welfare state  

  By Jonathan Power International Herald Tribune

  WEDNESDAY, AUGUST 24, 2005
 


 
  STOCKHOLM The statistics had arrived on the Swedish prime minister's desk 
that morning, his first day back at work after his summer vacation, cycling 
around the villages near his summer estate. 

  It was good news. Goran Persson, now in his ninth year of office, told me 
that the growth rate for this year will be near 3 percent and next year more 
than 3 percent - enough, he said, to maintain Sweden's trajectory of the last 
decade, which was above the average for the European Union and, in 
particular, as good as the Anglo-Saxons, Britain and the U.S. (He admitted 
that he was referring to U.S. per capita growth, so as to discount the effect 
of its fast, immigrant-driven rise in population.) 

  This raised the first question - how does this self-confessed socialist 
state do it? What is the secret for success when Swedish taxes are the highest 
in the world and the welfare state is the country's single largest employer? 
After all, when Persson came in as finance minister in 1994 the country was 
reeling economically, as state expenditures on the health and social sectors 
raced ahead of the country's ability to generate wealth. 

  If you have a free economy, explained the prime minister, a highly 
educated work force, a very healthy people, very high productivity and a sound 
environment then you can create the critical size of resources to create good 
growth. 

  That has to be joined with adequate public financing of universities, 
research and development. As long as we are efficient and constantly 
challenging ourselves we continue to be productive. 

  Then if we produce successful growth, the government gets the public's 
support for high taxes. If the quality of the public sector is good, then a 
prosperous people will continue to vote for funding it. 

  The Social Democrats have been in power for most of the last 73 years. 
But recently public opinion has turned away from the government, partly because 
of the prime minister's apparent dictatorial style and partly because of a 
series of scandals including his slow response to the tsunami, when hundreds of 
Swedes on vacation in Thailand died. 

  Despite the malaise, Persson appears to relish the coming electoral 
fight. The key economic statistics are good, he argues, with low inflation, low 
interest rates, and with the economy finally moving from the export-dominated 
growth of previous years to domestic-driven growth, which promises rapid job 
creation. 

  Moreover, he feels he is having some success in dealing with the 
criticisms that have been made of the welfare state. Many have observed that 
Sweden cannot sustain its generous womb-to-tomb system if so many Swedes abuse 
the system by calling in sick and claming unnecessary disability leave. On an 
average day, one-fifth of the potential workforce is claiming these rights, in 
a country that along with France and Japan is the healthiest in the world. 

  I had a new report on my desk today to show that we are getting these 
figures down, he said. It is now under control. We have given employers an 
incentive to convince their personnel to return from sick leave by offering 
them a tax benefit if they succeed. This means that they should improve their 
environment and their conditions of work. At the same time, we have been 
scrutinizing those doctors who have been too generous in signing sick notes. 

  Persson, lounging back in his chair and gazing out of the window that 
looks out on the capital's beguiling mix of waterways, 18th-century 
Renaissance-style palaces and grand houses, ends the conversation with two 
quick jabs. Europe has a lack of confidence vis-à- vis the U.S., he said. 
The U.S. is competitive, but not as competitive as we think. We are too 
self-critical in Europe, even though we have a much better social system and in 
Sweden are just as productive. On unemployment, it is overlooked that the U.S. 
has approaching two million people in jail and out of the labor market. 

  As for the opposition's claim that he might raise taxes, he seems 
blithely unconcerned: I have no plans for that at the moment, as the economy 
is doing so well. But if at the election I have to go to the Swedes and ask 
them to approve a tax rise so that we can improve our health services even 
more, I believe they will support me. 

  The sweet arguments of success? Or the arrogance of being too long in 
power? In a year, voters will decide. Meanwhile, the prime minister of the 
world's most successful socialist state gives notice he is in no mood to step 
down and pursue one of his two unfulfilled vocations - as either a priest or a 
farmer. 

  (Jonathan Power is a commentator on foreign affairs.) 
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]




[ekonomi-nasional] Dollar Makin Kukuh, Rupiah Makin Terpuruk.

2005-08-23 Terurut Topik rifky pradana
Nilai tukar rupiah akhirnya menembus level Rp.10.000,- per USD. Senin
22/08/2005 petang, rupiah terpuruk di level Rp.10.015 per Dollar AS. 
Sementara harga kontrak minyak mentah Light Sweet penyerahan September
2005 bertengger di harga 65,16 Dollar AS per Barrel. 

Pelemahan kurs terus berlanjut hingga anjlok di Rp.10.120,- per USD.
Selasa 23/08/2005 petang kurs rupiah terhadap Dollar AS berada di level
Rp.10.095 per USD.

Direktur Statistik Keuangan dan Harga Badan Pusat Statistik, Ali Rosidi,
mengatakan bahwa BI harus mengeluarkan cadangan devisa dan melakukan
intervensi moneter dan fiskal secara simultan untuk mengamankan Rupiah. 

Keterlambatan realisasi pencairan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran) pada semester I dari semua departemen yang baru mencapai 5 %
akan mengakibatkan terjadinya kelebihan likuiditas di semester II akibat
banjir rupiah sebagai konsekuensi dari belanja departemen yang menumpuk
bersamaan di semester II.  

Belanja departemen yang masih tersisa 95% DIPA akan dilakukan secara
serentak di semester II, selanjutnya akan berlanjut dengan adanya
pembelian mesin-mesin produksi serta peralatan industri secara
besar-besaran oleh korporasi pelaksana proyek. Hal itu membuat
permintaan terhadap mata uang Dollar akan meningkat dengan tajam dan
inflasi membubung tinggi. Selanjutnya Rupiah pun akan semakin tertekan. 

Kemudian inflasi yang membubung tinggi itu juga akan mendorong
terjadinya kenaikan suku bunga, yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi
nasional juga akan mengalami perlambatan. 

Gubernur Bank Sentral Republik Indonesia, Burhanuddin Abdullah,
mengatakan bahwa secara umum sentimen yang mempengaruhi dan menyebabkan
perlemahan kurs rupiah adalah karena ketidakseimbangan global, kenaikan
harga minyak mentah dunia, dan faktor jangka pendek dari dalam negeri.
Sampai kapan kondisi seperti itu, tidak ada yang bisa memperkirakan itu
semua.  

Dewan Gubernur BI memandang bahwa perkembangan Neraca Pembayaran
Indonesia mengalami tekanan berat dan membutuhkan pembenahan yang
bersifat struktural untuk meningkatkan eksport dan memperbesar arus
masuk investasi modal asing.

Bagi yang bergantung pada bahan baku impor dari luar negeri, pelemahan
rupiah mengancam margin penjualannya. Sedangkan bagi eksportir berbahan
baku dari dalam negeri, pelemahan rupiah ini menjadi berkah. Sementara
bagi pemerintah RI, pelemahan berarti membebani anggaran.

Maka benar pulalah bahwa  Perdagangan dunia sekarang, tak lebih dari
sekedar permainan dimana AS menyediakan Dolar dan negara lainnya
menyediakan Komoditas yang bisa dibeli dengan Dolar. Dunia yang begitu
terbelit ekonominya satu sama lainnya, berupaya keras untuk melakukan
hubungan dagang dengan harapan memperoleh keuntungan komparatif. Mereka
bersaing denga menggenjot eksport untuk sebesar-besarnya mendapatkan
Dolar, yang pada akhirnya bisa dipakai untuk membayar utang negara dalam
bentuk Dolar, dan untuk mempertebal cadangan devisa agar nilai tukar
Mata Uang Domestiknya terpelihara.

Perlemahan kurs dibarengi dengan tingginya harga minyak, merupakan
pukulan ganda bagi pemerintah RI. Apalagi dengan mekanisme penjualan
produksi minyak Indonesia yang oleh para birokrat pemerintah dibuat
sedemikan ruwet hingga mirip benang kusut, diputar-putar
diplintir-plintir, makin membuat tekanan makin menghimpit.  

Produksi minyak mentah dalam negeri kita dijual keluar negeri ke pasar
internasional, kemudian kebutuhan minyak mentah untuk kilang BBM kita
impor lagi dari pasar internasional di luar negeri. Semakin
berputar-putarnya bagai gasing kepusingan siklus
produksi-penjualan-eksport-pengadaan-impor-ditribusi minyak kita,
semakin happy-lah jajaran para birokrat pemegang otoritas bidang energi
beserta kroninya. 

Ada peluang meneguk rente dari peluang bidang usaha yang berjibun muncul
akibat peruwetan ini :  ada peluang bidang usaha menjadi “broker
penjualan” bagi “eksport minyak mentah ke luar negeri”, “broker
pembelian” bagi “pembelian import minyak mentah dari luar negeri”,
“broker pembelian” bagi “pembelian import BBM dari luar negeri”, 
“broker tanker pengiriman” bagi “penjualan eksport minyak mentah ke luar
negeri”, “broker tanker pengiriman” bagi “pengiriman import minyak
mentah dari luar negeri”, “broker tanker pengiriman” bagi “pengiriman
import BBM dari luar negeri”, “broker asuransi pengiriman” bagi
“penjualan eksport minyak mentah ke luar negeri”, “broker asuransi
pengiriman” bagi “pengiriman import minyak mentah dari luar negeri”,
“broker asuransi pengiriman” bagi “pengiriman import BBM dari luar
negeri”, ditambah lagi dengan komisi yang diterima oleh para birokrat
dari makin banyaknya transaksi yang terjadi.

Alasan argumentasi maupun dalihnya amatlah klasik, mencari dan
mendapatkan devisa, lebih menguntungkan menjual minyak mentah kita ke
luar negeri karena minyak mentah kita bermutu tinggi sehingga mahal
harganya, dan mengimpor kebutuhan minyak mentah kita dari luar negeri
dengan minyak mentah yang bermutu lebih rendah sehingga lebih murah
harganya 

Re: [ekonomi-nasional] Dolar Tembus Level Rp 10.000

2005-08-23 Terurut Topik Ardi St. Majo Endah
meneruskan pendapat bung nizami;
saya setuju bahwa:

 Solusi yang tepat, pemerintah mematok nilai rupiah,
 sehingga para spekulan mati kutu.
 
Jadi lakukan pematokan rupiah seperti yang pernah kita
 lakukan dulu atau pemerintah Cina lakukan sekarang.
 Jika nilai rupiah melemah, baru devaluasi.
 Selain itu sudah saatnya pemerintah menghentikan
 kebijakan menaikan harga barang, karena itu semakin
 melemahkan nilai rupiah secara real.

selanjutnya adalah bicara soal political pressure untuk mendorong pemerintah 
mengadopsi solusi yang sudah disebut oleh bung Nizami.
usul saya, bisakah bung Nizami membuatnya draf petisi rakyat untuk ketahanan 
rupiah atau apalah namanya yang menarik.
kemudian dilempar kemilis ini dan yang setuju silahkan menyatakan 
persetujuannya dengan melampirkan no KTP/Paspor.
setelah terkumpul dukungan, saya mendukung bagi moderator milis ini untuk 
mengeluarkan press statement atau melakukan press conference atas nama milis 
ekonomi nasional..
opsi terbuka lainnya adalah: milis ekonomi nasional menyelenggarakan seminar 
nasional dengan tajuk mengamankan rupiah dari aksi perjudian pelaku pasar 
derivatif
bagaimana tanggapannya...?

--- Ardi St. Majo Endah [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  sampai kapan kita harus menanggung semua ini? kenapa
  sampai BI juga tidak
  bisa mengindentifikasi siapa saja yang membutuhkan
  dolar dalam jumlah besar?
  parahnya lagi, masa pemerintah tidak bisa
  mengamankan nilai tukar dari
  situasi yang membuat perekonomian nasional makin
  melemah ini?
 
 
  On 8/22/05, A_Dharmawan [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
  
   Dolar Tembus Level Rp 10.000
  
   Jakarta— Dolar AS akhirnya menembus level
  psikologis Rp 10.000 per dolar.
   Pada perdagangan Senin (22/8) pagi, dolar
  diperdagangkan pada kisaran Rp
   10.000-Rp 10.010,- dibanding penutupan Jumat
  (19/8) yang berada di kisaran
   Rp 9.975-Rp 9.995.
   Dimintai komentarnya Senin (22/8), pengamat pasar
  uang Farial Anwar
   mengatakan pelemahan rupiah sejauh ini sudah
  diperkirakan oleh pelaku
   pasar.
   Menurut Farial yang menjadi penyebabnya tiada lain
  adalah semakin tidak
   terkendalinya permintaan terhadap dolar AS.
   Permintaan akan dolar AS akhir-akhir ini luar
  biasa besarnya sementara
   suplai sangat terbatas, katanya. Ketika ditanya
  pihak-pihak mana saja
   yang
   membutuhkan dolar dalam jumlah besar sehingga
  menyebabkan
   ketidakseimbangan
   pasar, Farial mengatakan tidak ada satu pun yang
  bisa menjawab, sekali-pun
   Bank Indonesia (BI).
   Menurutnya, tembusnya kurs dolar AS ke level Rp
  10.000 pagi ini,
   disebabkan
   oleh gabungan permintaan dari Pertamina, kalangan
  korporasi sampai para
   speculator, baik yang bermain di pasar uang maupun
  pasar modal.
  
   Prilaku Pelaku Pasar
   Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
  Bursa Efek Jakarta (BEJ)
   beberapa hari terakhir ini, kata Farial, tak lepas
  dari perilaku pelaku
   pasar domestik serta asing. Mereka (pelaku
  pasar-red) banyak yang melepas
   kepemilikan saham dan menukar rupiah hasil
  penjualan ke dolar AS.
   Farial berpendapat, masyarakat sudah tak bisa lagi
  menggantungkan harapan
   pada Bank Indonesia sebagai otoritas moneter untuk
  memperkuat kurs rupiah.
   BI tidak bisa berbuat banyak karena memang
  perdagangan valuta asing di
   Indonesia tidak diatur alias liberal. Kita
  terperangkap oleh pemikiran
   bahwa
   negara yang baik adalah yang serba liberal, kata
  dia.
   Farial mengkhawatirkan Indonesia akan mengalami
  krisis mata uang kedua
   jika
   nilai tukar rupiah terhadap dolar tetap tidak
  terkendali seperti saat ini.
   Bisa-bisa dolar menguat ke level Rp 11.000 atau
  Rp 12.000, katanya.
   Ekonom Cides Umar Juoro yang dihubungi terpisah
  mengatakan, pelemahan
   rupiah
   dipastikan akan berpengaruh pada peningkatan
  inflasi. Dari sisi kebijakan
   moneter, BI akan menaikkan BI Rate (tingkat suku
  bunga BI). Sementara
   beban
   pemerintah dalam membayar obligasi dalam negeri
  juga akan semakin
   bertambah
   besar.
   Sementara itu Bank Indonesia (BI) diketahui telah
  melakukan intervensi ke
   pasar dengan melepas dolar. Rupiah menembus 10.000
  per dolar dan
   diperdagangkan pada level 10.025 pada sesi
  perdagangan Senin (22/8). Angka
   ini merupakan nilai terendah mata uang rupiah
  selama 3,5 tahun terakhir.
   Selama 10 hari terakhir rupiah mengalami penurunan
  lebih dari 2 persen.
   Seorang pedagang valuta asing menyatakan BI telah
  melakukan intervensi
   dengan menawarkan dolar pada harga 10.010-10.020.
  (Danang J Murdono/Sigit
   Wibowo)
  
  
 
 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/22/sh05.html
   ---
   Outgoing mail is certified Virus Free.
   Checked by AVG anti-virus system
  (http://www.grisoft.com).
   Version: 6.0.859 / Virus Database: 585 - Release
  Date: 2/14/2005
  
  
  
  
  
   Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
   Kirim email ke
  [EMAIL PROTECTED]
   Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
  
  
  
 
 
  --
  Kusfiardi