[ekonomi-nasional] [Kabar Rakyat] Kerusuhan Di Buol: Lima Warga Tewas Tertembak, 6 Polisi Luka Baka

2010-09-02 Terurut Topik ulfha

Kerusuhan Di Buol: Lima Warga Tewas Tertembak, 6 Polisi Luka Bakar

Rabu, 1 September 2010 | 5:49 WIB| Kabar Rakyat

BUOL: Lima orang warga Biau, Kabupaten Buol, tewas tertembak oleh polisi
saat terjadi kerusuhan di depan Mapolsek Biau, Selasa malam (31/8).
Sementara 6 polisi dilaporkan mengalami luka bakar akibat kerusuhan
tersebut.

Berdasarkan kronologis yang diterima Berdikari Online, sekitar pukul
04.00 dini hari tadi, jumlah korban di pihak warga kemungkinan masih
akan bertambah, mengingat jumlah korban luka tembak cukup banyak di
pihak warga. Dua korban tewas yang sudah teridentifikasi adalah Ridwan
dan Amran Abjalu.

Hingga berita ini diturunkan, situasi keamanan di Kota Biau, Ibu Kota
Kabupaten Buol, masih mencekam. Berita kematian 5 warga telah memicu
kemarahan luas rakyat di Buol, tidak hanya di kota tetapi juga dari
desa.

Ribuan warga dari luar kota sedang bergerak masuk kota untuk membantu
perlawanan. Selain itu, untuk menghambat pasukan bantuan dari Kabupaten
Toli-Toli dan Palu, warga telah menebang pohon dan meletakkannya di
tengah jalan.

Untuk diketahui, kerusuhan ini berawal dari kemarahan sedikitnya 3000
warga atas tewasnya seorang tukang ojek, Kasmir Timumun, yang diduga
dilakukan oleh oknum kepolisian di dalam sel tahanan Mapolres.

Sebelumnya, Kasmir Timumum ditangkap polisi karena dianggap melakukan
tabrak lari terhadap seorang anggota Polisi lalu lintas saat melakukan
operasi. Namun, menurut informasi yang disampaikan dalam laporan
kronologis, kejadian penabrakan itu tidak disengaja karena Kasmir sama
sekali tidak melihat adanya papan pengumuman sedang ada operasi.

Saat ditahan di Mapolsek Biau, Kasmir Timumum mendapatkan penyiksaan
berulang-kali oleh kepolisian. Hingga, pada tanggal 30 Agustus kemarin,
Kasmir Timumum dinyatakan tewas dalam posisi tergantung.

Saat itu, Polisi mengumumkan bahwa Kasmir Timumum mati karena murni
"bunuh diri", tetapi warga menyaksikan luka parah di sekujur
tubuhnya. Kejadian inilah yang menyuluk kemarahan ribuan warga dan
melakukan penyerbuan ke Mapolsek Biau. (Rh)

http://berdikarionline.com/kabar-rakyat/20100901/kerusuhan-di-buol-lima-\
warga-tewas-tertembak-6-polisi-luka-bakar.html






[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

2010-09-02 Terurut Topik Irwan Kurniawan
Kejadiannya lebih dari sekali? Atau ada berita yang salah? :-)
Kalau dari pemberitaan di media elektronik/cetak, saya lihatnya Bendera
sih..
LIRA kalau tidak salah LSM yang 'pro' Pak Susilo, ya?

-- 
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com
fb/twitter/skype: irwank2k2

http://us.detiknews.com/read/2010/08/25/111534/1427407/10/polda-metro-lempar-tinja-di-kedubes-malaysia-hanya-pidana-ringan

Rabu, 25/08/2010 11:15 WIB
Polda Metro: Lempar Tinja di Kedubes Malaysia Hanya Pidana Ringan
 *E Mei Amelia R* - detikNews

* *
 
 Foto Terkait
 [image: gb]
 Kedubes Malaysia Dilempari
Tinja
 *Jakarta* - Sejumlah pihak di Malaysia meminta polisi Indonesia menindak
tegas aktivis Bendera yang melakukan pelemparan tinja di Kedubes Malaysia di
Indonesia. Namun Polda Metro tidak akan melakukan itu, karena aktivis
Bendera hanya melakukan pidana ringan.

"Ini kan hanya pelanggaran ketertiban umum. Jadi, tidak ada pidana. Hanya
dikenakan pidana ringan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy
Rafli Amar, kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman,
Jakarta, Rabu (25/8/2010).

Boy mengatakan, tindak pindana ringan (tipiring) tidak ada sanksi kurungan.
Pemeriksaan sudah cukup.

"Kan Sudah diperiksa. Mereka diduga melakukan pelanggaran ketertiban umum,"
ucap Boy.

Pada Senin, 23 Agustus lalu, sekelompok demonstran Bendera berdemonstrasi di
depan Kedubes Malaysia di Jakarta. Dalam aksinya, mereka melemparkan kotoran
manusia ke halaman Kedubes Malaysia.

Demonstran juga menginjak-nginjak bendera Malaysia dan mengotorinya dengan
tinja. Aksi tersebut dilakukan sebagai protes atas penangkapan tiga petugas
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri oleh polisi Malaysia menjelang 17
Agustus. Ketiganya telah dibebaskan pada 17 Agustus lalu.

Akibat aksinya, 4 orang aktivis Bendera yang melakukan pelemparan tinja
sempat diperiksa oleh polisi. Setelah diperiksa, 4 orang ini dibebaskan.

* (gun/nrl)*

Pada 2 September 2010 09.24, David Silalahi menulis:

> http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=152105
>
> On 9/2/10, Harlizon MBAu  wrote:
> > Setuju Pak Ganda...!
> >
> > Pada dasarnya manusia itu umat yang satu...
> > Jika ada yang mau memecah-belah dan mengadu domba, merekalah sebenarnya
> > sumber masalah...
> >
> > Al Baqarah (Sapi Betina) 2:213
> >
> > *Manusia itu adalah umat yang satu*. (Setelah timbul perselisihan), maka
> > Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
> > peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk
> > memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
> > perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang
> > telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
> > keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.
> Maka
> > Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang
> hal
> > yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu
> memberi
> > petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
> >
> >
> >
> > Huud (Nabi Hud) 11:118
> >
> > *Jikalau Tuhanmu menghendaki*, tentu Dia menjadikan *manusia umat yang
> > satu*,
> > tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
> >
> > Adalah juga tidak baik jika Pak Taufik menuduh pengikut agama lain tanpa
> > bukti yang nyata...
> > Ngomong-ngomong, apa Pak David punya bukti bahwa LIRA lah yang melempar
> > tersebut?
> >
> > Mohon klarifikasi...
> > Trims!
> >
> > Salam Satu Umat!
> >
> > Z
> >
> >
> >
> > 2010/8/27 syahganda nainggolan 
> >
> >> Dari banyak tulisan2 Ok taufik yang saya ikuti, analisanya cukup tajam
> dan
> >> mantap. Mungkin ada kekurang pas an dalam fakta dan analisanya terakhir,
> >> karena soal Malaysia mayoritas bangsa kita bersikap sama.
> >>
> >> Mungkin di bulan suci ini kita hentikan dulu sikap berang dan panas.
> Kita
> >> hindari kata2 provokasi, khususnya berbau agama.
> >>
> >> Apapun agama kita, kita satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air.
> >>
> >> Wassalam
> >> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> >> Teruuusss...!
> >>
> >> -Original Message-
> >> From: OK Taufik 
> >> Sender: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
> >>  Date: Fri, 27 Aug 2010 16:57:45
> >> To: 
> >> Reply-To: ekonomi-nasional@yahoogroups.com
> >> Subject: Re: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia
> >>
> >> begitulah kenyataan, manusiqa yg melempar kotoran ke rumah orang...kan
> >> anjinglah
> >>
> >> 2010/8/27 
> >>
> >> > Ok Taufik berbicara tanpa pakai otak so ga bisa d salahkan..
> >> > Biarkanlah, an

RE: [ekonomi-nasional] Re: ngebon Menlu-nya Malaysia

2010-09-02 Terurut Topik Nanang Banget

‘Ganyang Malaysia’: Kultur over-reactive kita 

 

Terus terang saya begitu sebel dan anyel (lebih dari sekadar benci dan marah) 
ketika beberapa hari lalu nonton televisi, hampir  seharian nyiarin adegan 
perampokan di salah satu bank.

Buat saya, siaran itu tidak memberikan panduan bagi calon-calon korban 
perampokan untuk meningkatkan keselamat­annya, malahan justru memberi pelajaran 
gratis bagi para calon perampok bank yang lain untuk mencontek modusnya.

Ada lagi modus yang baru;  menguras uang kasir minimarket dengan hipnotis oleh 
sekelompok orang. Ini namanya sosialisasi cara-cara perampokan,  saya kira.

Ada-ada saja. Memang, kaya sekali negeriku ini, setelah ulang tahun yang ke-65 
tempo hari. Kita punya apa saja: ya sumberdaya ekonomi, ya kasus korupsi, ya 
modus operandi kejahatan, dan seterusnya.

Untungnya, kita juga kaya kreativitas. Untuk sekadar contoh, barangkali Anda 
sudah pernah mendapatkan kiriman gambarnya. Ketika ramai orang berbincang 
tentang penangkapan petugas patroli perikanan Indonesia oleh polisi Malaysia di 
perairan yang dianggap masih jadi sengketa, kreator kita de­ngan pintarnya 
membuat gambar komikal yang sarkastis.  Menyitir serial sinetron komikal karya 
Malaysia, Ipin-Upin, di ko­mik itu digambarkan sedang menghajar si Unyil, 
cerita ko­mikal karya Indonesia.  “Kreativitas yang kurang ajar,” pikir saya.

Akan tetapi, sarkasme komikal itu menunjukkan bahwa masih banyak yang berpikir 
waras, se­be­nar­nya, tentang hubungan pa­sang surut saudara  serumpun, 
In­do­nesia-Malaysia, belakangan ini.

Anda boleh saja marah ke po­lisi Malaysia. Anda bisa saja ma­rah ke seluruh 
orang Ma­lay­sia, bahkan bisa pula gething se­tengah hidup ke tetangga sebelah 
yang kerap dijuluki Ma­ling­sia itu. Tapi itu tak akan menolong keadaan. 
Apalagi mengajak perang segala.

Di berbagai situs jejaring sosial,  misalnya, banyak ko­men­tar yang bernada 
mengajak perang, meski saya berharap itu cuma bercanda. Tetapi di dunia nyata, 
mengejutkan pula jika sampai ada demonstrasi di kedutaan Malaysia dan melempar, 
maaf, kotoran manusia ke kantor kedutaan itu.

Bukan cuma politically impolite, dan buat apa? Jangan-ja­ngan malah tujuannya 
memperkeruh suasana?

***

Emosi boleh-boleh saja. Kita boleh saja naik darah, tetapi tak perlu sampai 
marah-marah. Te­man saya bilang, bagaimana mem­buktikan kapal ikan Ma­lay­sia 
masuk ke wilayah Indonesia?

“Lha wong peralatan GPS di kapal patroli kita gak berfungsi tuh, alatnya rusak. 
How come?” katanya. Anda tahu, GPS atau global positioning system adalah sistem 
navigasi yang dipakai untuk menandai posisi atau keberadaan sebuah objek fisik.

Apalagi, jika memang perairan tempat insiden itu terjadi masih masuk wilayah 
seng­keta. “Kami orang Malaysia tidak ribut. Itu masalah hukum, bukan urusan 
kami,” begitu kurang lebih petikan cakap de­ngan orang Malaysia.

Buat kita, ada baiknya serah­kan saja kepada Presiden yang berkuasa, untuk 
menyelesaikannya. Gampang. Kan ada Menteri Luar Negeri Marty Nata­legawa, yang 
punya jam terbang diplomasi tak terkira? Kita tunggu pula, Presiden SBY 
bersabda, bukan rakyat yang bicara.

Nggak perlu ngajak perang segala. Apalagi bernostalgia dengan nasionalisme Orde 
Lama, gaya Bung Karno saat meneriakkan revolusi: Ganyang Malaysia!

Serahkan saja pada penguasa, untuk mengerjakan PR-nya. Kita senang, karena 
Deplu sudah me­layangkan protes resmi ke Pemerintah Malaysia. Nota pro­tes itu 
akan dipakai sebagai bekal negosiasi soal batas per­airan yang masih jadi 
sengketa.

Pak Menteri dengan kepercayaan tinggi bicara, jika tak ada respons dari 
Malaysia,  maka Indonesia diuntungkan, karena sudah pernah menyampaikan nota 
protes resmi. Tapi apa daya, bukannya protes Indonesia tidak direspons, tetapi 
dapat hadiah lebih besar lagi: Malaysia protes balik. Indone­sia­lah yang 
melanggar batas wilayah perairan Malaysia. Alamak!

***

Mengapa perilaku kita sebagai bangsa seperti terburu-buru, tidak matang, dan 
gagal dalam banyak hal?

Terlalu mudah tersulut emosi, sangat reaktif, dan tidak pernah mencoba 
mendalami, mengkla­ri­fikasi dan mengumpulkan data-data yang akurat sebelum 
ber­suara, apalagi bertindak?

Anda boleh saja bicara di mana-mana atas nama nasionalisme atau harga diri 
bangsa. Tetapi pernahkah dengan sungguh-sungguh melakukan klarifikasi dan 
verifikasi duduk per­kara yang sebenarnya?

Kasus sengketa perairan yang melibatkan nelayan Malaysia, petugas perikanan 
Indonesia, dan polisi Malaysia bisa jadi menjadi contoh yang kasat mata. Saya 
kira, dengan prihatin harus mengatakan, Malaysia lebih cerdik dari pemerintah 
kita dalam menyikapi kasus ini.  Justru Indonesia kini terpojok. Tepatnya 
tersudutkan, akibat reaksi yang terlalu cepat, dan berlebihan. Bahasa yang pas: 
over-reactive.

Jangan-jangan sikap semacam ini sudah menjadi ciri khas se­bagian besar orang 
Indonesia: se­dikit-sedikit bereaksi atas ma­sa­lah yang diketahui 
sedikit-se­dikit pula. Jangan-jangan, peran media cukup besar di dalamnya.

Namun