http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2005120401330116



Ekonomi tanpa Ideologi! 

       
      H.Bambang Eka Wijaya

      "HARI gini baca buku Adam Smith, The Wealth of Nation?" entak Umar. "Itu 
diskursus abad ke-18, kini sudah abad ke-21!"

      "Juga antitesisnya, Das Capital!" timpal Amir. "Sejak tiga abad itu dunia 
disadarkan, untuk membangun ekonomi sebuah negara perlu ideologi sebagai 
bangunan dasar dan orientasi warganya! Indonesia, yang telah 60 tahun merdeka, 
tak punya ideologi sebagai dasar pembangunan ekonominya!"

      "Kan ada Ekonomi Pancasila!" tegas Umar,

      "Tapi binatang apa Ekonomi Pancasila itu belum punya jabaran ilmiah 
komprehensif seperti deskripsi kapitalisme Adam Smith maupun sosialisme Karl 
Marx!" sambut Amir. "Bung Karno mengarah ke Marxis, Jenderal Soeharto 
mempraktekkan kapitalisme malu-malu! Sekarang, zaman liberalisasi, usaha mikro, 
kecil dan menengah--UMKM--diberdayakan untuk melawan raksasa multinasional dari 
sektor industri, perdagangan sampai retail!"

      "Lebih jauh lagi, ekonomi kita dijalankan berdasar pendiktean lembaga 
donatur seperti Bank Dunia, IMF!" timpal Umar.

      "Itu yang membuat ekonomi tanpa fondasi ideologis itu mudah 
terombang-ambing oleh tekanan luar-dalam, sehingga janji koalisi kerakyatan 
berpihak rakyat tak terwujud!" tegas Amir. "Buktinya, pemerintah menaikkan 
harga BBM dua kali setahun, dengan tingkat kenaikan yang tak mampu dipikul 
mayoritas rakyat! Alasan menghapus subsidi semua sepakat, tapi sebatas 
kemampuan rakyat!"

      "Dan terbukti, kebijakan tahun pertama pemerintahan SBY-MJK itu menyendat 
daya tumbuh perekonomian yang sudah mulai tampak pada pemerintahan sebelumnya!" 
sambut Umar. "Tapi apakah masih relevan, setelah sejauh ini perjalanan bangsa 
tanpa arah memikirkan ideologi bagi ekonominya?"

      "Jepang melakukan Restorasi Meiji di tengah kebangkitan industri Eropa!" 
jawab Amir. "Industrialisasi Jepang dengan semangat budaya bangsanya itu 
berlanjut sampai kini!"

      "Pokoknya ada dasar orientasi ideologis!" timpal Umar. "Adam Smith 
sendiri dikenal sebagai filsuf moral, mendasari kajian dengan standar hidup 
buruh sebagai prinsip produksi! Dalam bahasan itu dia angkat hukum 
supply-demand untuk menjelaskan tingkat upah, laba, rente, dan harga!"

      "Sementara kebijakan buruh kita tak jelas, terus ditekan dengan 
pendapatan minimal! Tiga abad lalu 'Sang Bapak Kapitalisme' Adam Smith sudah 
membahas pengaruh standar hidup buruh terhadap moral dan intelektual penduduk!" 
tegas Amir. "Masalah kita, apa secara ideologis sudah benar menyerahkan 
eksploitasi sumber alam dan bisnis besar kepada asing, sedang buat rakyat 
sendiri cuma 'bagi-bagi permen' lewat UMKM?"

      "Tanpa orientasi ideologis, hal itu akan selalu benar!" timpal Umar. 
"Seperti juga sukses pemerintahan sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi lewat 
menjual murah aset-aset negara yang menguntungkan, dari Indosat, BCA sampai 
Bank Niaga!"

      "Begitulah pembangunan ekonomi tanpa standar ideologi!" tegas Amir. 
"Pilihan selalu apa yang terbaik bagi penguasa, bukan buat rakyat atau bahkan 
negara--yang suatu saat kehabisan aset dan kekayaan alamnya!" ***

      H.Bambang Eka Wijaya

      "HARI gini baca buku Adam Smith, The Wealth of Nation?" entak Umar. "Itu 
diskursus abad ke-18, kini sudah abad ke-21!"

      "Juga antitesisnya, Das Capital!" timpal Amir. "Sejak tiga abad itu dunia 
disadarkan, untuk membangun ekonomi sebuah negara perlu ideologi sebagai 
bangunan dasar dan orientasi warganya! Indonesia, yang telah 60 tahun merdeka, 
tak punya ideologi sebagai dasar pembangunan ekonominya!"

      "Kan ada Ekonomi Pancasila!" tegas Umar,

      "Tapi binatang apa Ekonomi Pancasila itu belum punya jabaran ilmiah 
komprehensif seperti deskripsi kapitalisme Adam Smith maupun sosialisme Karl 
Marx!" sambut Amir. "Bung Karno mengarah ke Marxis, Jenderal Soeharto 
mempraktekkan kapitalisme malu-malu! Sekarang, zaman liberalisasi, usaha mikro, 
kecil dan menengah--UMKM--diberdayakan untuk melawan raksasa multinasional dari 
sektor industri, perdagangan sampai retail!"

      "Lebih jauh lagi, ekonomi kita dijalankan berdasar pendiktean lembaga 
donatur seperti Bank Dunia, IMF!" timpal Umar.

      "Itu yang membuat ekonomi tanpa fondasi ideologis itu mudah 
terombang-ambing oleh tekanan luar-dalam, sehingga janji koalisi kerakyatan 
berpihak rakyat tak terwujud!" tegas Amir. "Buktinya, pemerintah menaikkan 
harga BBM dua kali setahun, dengan tingkat kenaikan yang tak mampu dipikul 
mayoritas rakyat! Alasan menghapus subsidi semua sepakat, tapi sebatas 
kemampuan rakyat!"

      "Dan terbukti, kebijakan tahun pertama pemerintahan SBY-MJK itu menyendat 
daya tumbuh perekonomian yang sudah mulai tampak pada pemerintahan sebelumnya!" 
sambut Umar. "Tapi apakah masih relevan, setelah sejauh ini perjalanan bangsa 
tanpa arah memikirkan ideologi bagi ekonominya?"

      "Jepang melakukan Restorasi Meiji di tengah kebangkitan industri Eropa!" 
jawab Amir. "Industrialisasi Jepang dengan semangat budaya bangsanya itu 
berlanjut sampai kini!"

      "Pokoknya ada dasar orientasi ideologis!" timpal Umar. "Adam Smith 
sendiri dikenal sebagai filsuf moral, mendasari kajian dengan standar hidup 
buruh sebagai prinsip produksi! Dalam bahasan itu dia angkat hukum 
supply-demand untuk menjelaskan tingkat upah, laba, rente, dan harga!"

      "Sementara kebijakan buruh kita tak jelas, terus ditekan dengan 
pendapatan minimal! Tiga abad lalu 'Sang Bapak Kapitalisme' Adam Smith sudah 
membahas pengaruh standar hidup buruh terhadap moral dan intelektual penduduk!" 
tegas Amir. "Masalah kita, apa secara ideologis sudah benar menyerahkan 
eksploitasi sumber alam dan bisnis besar kepada asing, sedang buat rakyat 
sendiri cuma 'bagi-bagi permen' lewat UMKM?"

      "Tanpa orientasi ideologis, hal itu akan selalu benar!" timpal Umar. 
"Seperti juga sukses pemerintahan sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi lewat 
menjual murah aset-aset negara yang menguntungkan, dari Indosat, BCA sampai 
Bank Niaga!"

      "Begitulah pembangunan ekonomi tanpa standar ideologi!" tegas Amir. 
"Pilihan selalu apa yang terbaik bagi penguasa, bukan buat rakyat atau bahkan 
negara--yang suatu saat kehabisan aset dan kekayaan alamnya!" ***
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a difference. Find and fund world-changing projects at GlobalGiving.
http://us.click.yahoo.com/jy2rEC/PbOLAA/cosFAA/GEEolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Ingin bergabung ke milis ekonomi-nasional?
Kirim email ke [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ekonomi-nasional/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke