Re: Bls: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik
Justru itu, pak. Kalau bicara mata uang yg didukung oleh hal yg kongkrit seperti emas - perak atau energi, ditambah dg mempraktekkan ajaran Tuhan agar tidak memasukkan fungsi waktu terhadap uang (hilang lah istilah opportunity cost dan cost of capital) maka kata inflasi jadi tidak relevan atau bahkan bisa dihilangkan dari kamus Kalau masih bicara inflasi, suku bunga SBI, dsb, Pak Nizami jadi tampak seperti menari di gendang orang neolib -Irwan L- 2010/3/10 A Nizami nizam...@yahoo.com Kalau bicara soal mata uang emas atau kertas nanti kejauhan dan jadi perdebatan bertele-tele. Sebenarnya kan dengan mata uang yang ada inflasi atau pemiskinan massal bisa diminimalisir dengan cara: 1. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan harga BBM, Listrik, tol, dsb 2. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan gaji pejabat yang sudah tinggi. Contoh gaji presiden Rp 62 juta/bulan. Itu sudah 60 kali lipat lebih dari UMR. Jadi tak perlu naik lagi. Apalagi dengan gaji segitu saja para presiden Indonesia bisa menumpuk hartanya jadi milyaran rupiah. Kenaikan gaji akan memicu kenaikan harga barang. 3. Mandiri dalam mengelola kekayaan alam. Nasionalisasi perusahaan2 asing yang berkaitan dengan kekayaan alam kita. 4. Bunga SBI cukuplah 0-0,25% seperti bunga the Fed atau negara2 di Eropa. Jika terlalu tinggi seperti 6,5%/tahun, maka tiap tahun jumlah rupiah bertambah 6,5%. Jumlah bertambah sementara daya sokong berupa produk, kekayaan alam, dsb kurang karena dikuasai asing akhirnya makin menurunkan nilai rupiah. Satu hasil studi menyatakan bahwa kemiskinan di Amerika Latin berkaitan erat dengan Inflasi yang tinggi. Ternyata kenaikan gaji jauh di bawah kenaikan harga barang sehingga akhirnya mayoritas rakyat pada miskin. Yang kaya cuma orang2 kaya pemegang SBI, ORI saja. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media-islam.or.id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.comekonomi-nasional-subscribe%40yahoogroups.com Dari: Irwan Lubis irwanlubi...@gmail.com irwanlubis78%40gmail.com Kepada: ekonomi-nasional@yahoogroups.comekonomi-nasional%40yahoogroups.com Terkirim: Rab, 10 Maret, 2010 09:41:37 Judul: Re: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik Bukannya ini kembali lagi pada soal mata uang? Mata uang yg digunakan setara dg sesuatu yg kongkrit dan nyata seperti emas, energi, dsb? Atau setara dg persepsi pasar thd negara yg mengeluarkan mata uang tsb? Ini juga kembali ke perbedaan ekonomi syariah dan ekonomi konvensional. Pada sistem syariah, tidak ada fungsi waktu atau biaya peluang (opportunity cost) terhadap uang. Beda dg ekonomi konvensional/ lib/neo lib yg memberlakukan fungsi waktu thd uang. Dalam ekonomi syariah, bayar sekarang dan bayar nanti harusnya sama saja karena tidak memberlakukan fungsi waktu pada uang. Dalam ekonomi konvensional/ lib/neolib, bayar sekarang lebih murah daripada bayar nanti (atau bayar nyicil) karena dalam sistem ini diberlakukan fungsi waktu thd uang yg diwujudkan dalam formulasi sekian persen per bulan (atau minggu atau tahun atau hari) Dua hal tsb (kesetaraan uang dg apa, dan fungsi waktu thd uang), dampaknya pada apa yg disebut inflasi. Dalam sistem syariah, mestinya kata inflasi menjadi tidak relevan, sehingga harga tahun 2003 sama saja dg harga tahun 2010. -Irwan L- 2010/3/9 A Nizami nizam...@yahoo. com Ini sekedar sharing guna merubah paradigma atau pola pikir para pejabat / masyarakat yang menganggap tiap tahun harga barang harus naik. Di Arab Saudi ketika saya pergi ke sana di tahun 1983, harga 1 kaleng minuman entah itu Pepsi Cola atau Burtuqol (Jus Jeruk dengan bulirnya) hanya 1 real. Kalau tidak salah saat itu kursnya 1 real = Rp 700. Ternyata sekarang pun menurut ipar saya yang baru2 ini pergi umrah tetap 1 real harganya (sekarang 1 real = Rp 2.446). Artinya lebih murah daripada harga di Indonesia. Padahal penghasilan warga Arab rata2 sekitar 7x lipat di atas kita. Hebatnya lagi, harga minuman itu entah di emperan jalan, di pasar, di mal, atau di airport tetap sama harganya. 1 real! Dengan harga yang stabil, tidak ada alasan bagi para pengusaha untuk menaikan harga barang dengan alasan harga bahan baku naik atau biaya operasional naik. Tidak ada alasan pula untuk minta naik gaji dengan posisi jabatan yang sama karena daya beli mereka tidak turun akibat tidak adanya kenaikan harga barang/inflasi. Sebaliknya di Indonesia. Karena harga barang (misalnya listrik, BBM, tol, dsb dinaikkan), maka para pengusaha menaikan harga2 barangnya karena biaya operasional naik. Para buruh juga harus minta naik gaji sebab jika tidak mereka jadi lebih miskin akibat daya beli gajinya menurun. Namun sayangnya, besar kenaikan gaji biasanya jauh di bawah besar kenaikan harga barang. Bahkan ada yang tidak naik gaji sama sekali. Akibatnya kemiskinan semakin
Re: Bls: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik
Betul. Kalau uang kertas tidak didukung sesuatu yang riel, cuma ditetapkan oleh para pelaku Pasar Uang macam George W Soros, maka uang tersebut nilainya bisa dipermainkan para pelaku pasar macam Rupiah di tahun 1998 atau di Zimbabwe di mana untuk beli sesisir pisang saja orang harus bawa gepokan uang milyaran rupiah === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media-islam.or.id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com --- Pada Kam, 11/3/10, Irwan Lubis irwanlubi...@gmail.com menulis: Dari: Irwan Lubis irwanlubi...@gmail.com Judul: Re: Bls: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik Kepada: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 11 Maret, 2010, 5:29 PM Justru itu, pak. Kalau bicara mata uang yg didukung oleh hal yg kongkrit seperti emas - perak atau energi, ditambah dg mempraktekkan ajaran Tuhan agar tidak memasukkan fungsi waktu terhadap uang (hilang lah istilah opportunity cost dan cost of capital) maka kata inflasi jadi tidak relevan atau bahkan bisa dihilangkan dari kamus Kalau masih bicara inflasi, suku bunga SBI, dsb, Pak Nizami jadi tampak seperti menari di gendang orang neolib -Irwan L- 2010/3/10 A Nizami nizam...@yahoo. com Kalau bicara soal mata uang emas atau kertas nanti kejauhan dan jadi perdebatan bertele-tele. Sebenarnya kan dengan mata uang yang ada inflasi atau pemiskinan massal bisa diminimalisir dengan cara: 1. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan harga BBM, Listrik, tol, dsb 2. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan gaji pejabat yang sudah tinggi. Contoh gaji presiden Rp 62 juta/bulan. Itu sudah 60 kali lipat lebih dari UMR. Jadi tak perlu naik lagi. Apalagi dengan gaji segitu saja para presiden Indonesia bisa menumpuk hartanya jadi milyaran rupiah. Kenaikan gaji akan memicu kenaikan harga barang. 3. Mandiri dalam mengelola kekayaan alam. Nasionalisasi perusahaan2 asing yang berkaitan dengan kekayaan alam kita. 4. Bunga SBI cukuplah 0-0,25% seperti bunga the Fed atau negara2 di Eropa. Jika terlalu tinggi seperti 6,5%/tahun, maka tiap tahun jumlah rupiah bertambah 6,5%. Jumlah bertambah sementara daya sokong berupa produk, kekayaan alam, dsb kurang karena dikuasai asing akhirnya makin menurunkan nilai rupiah. Satu hasil studi menyatakan bahwa kemiskinan di Amerika Latin berkaitan erat dengan Inflasi yang tinggi. Ternyata kenaikan gaji jauh di bawah kenaikan harga barang sehingga akhirnya mayoritas rakyat pada miskin. Yang kaya cuma orang2 kaya pemegang SBI, ORI saja. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media- islam.or. id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional- subscribe@ yahoogroups. comekonomi-nasional- subscribe% 40yahoogroups. com Dari: Irwan Lubis irwanlubis78@ gmail.com irwanlubis78% 40gmail.com Kepada: ekonomi-nasional@ yahoogroups. comekonomi-nasional% 40yahoogroups. com Terkirim: Rab, 10 Maret, 2010 09:41:37 Judul: Re: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik Bukannya ini kembali lagi pada soal mata uang? Mata uang yg digunakan setara dg sesuatu yg kongkrit dan nyata seperti emas, energi, dsb? Atau setara dg persepsi pasar thd negara yg mengeluarkan mata uang tsb? Ini juga kembali ke perbedaan ekonomi syariah dan ekonomi konvensional. Pada sistem syariah, tidak ada fungsi waktu atau biaya peluang (opportunity cost) terhadap uang. Beda dg ekonomi konvensional/ lib/neo lib yg memberlakukan fungsi waktu thd uang. Dalam ekonomi syariah, bayar sekarang dan bayar nanti harusnya sama saja karena tidak memberlakukan fungsi waktu pada uang. Dalam ekonomi konvensional/ lib/neolib, bayar sekarang lebih murah daripada bayar nanti (atau bayar nyicil) karena dalam sistem ini diberlakukan fungsi waktu thd uang yg diwujudkan dalam formulasi sekian persen per bulan (atau minggu atau tahun atau hari) Dua hal tsb (kesetaraan uang dg apa, dan fungsi waktu thd uang), dampaknya pada apa yg disebut inflasi. Dalam sistem syariah, mestinya kata inflasi menjadi tidak relevan, sehingga harga tahun 2003 sama saja dg harga tahun 2010. -Irwan L- 2010/3/9 A Nizami nizam...@yahoo. com Ini sekedar sharing guna merubah paradigma atau pola pikir para pejabat / masyarakat yang menganggap tiap tahun harga barang harus naik. Di Arab Saudi ketika saya pergi ke sana di tahun 1983, harga 1 kaleng minuman entah itu Pepsi Cola atau Burtuqol (Jus Jeruk dengan bulirnya) hanya 1 real. Kalau tidak salah saat itu kursnya 1 real = Rp 700. Ternyata sekarang pun menurut ipar saya yang baru2 ini pergi umrah tetap 1 real harganya (sekarang 1 real = Rp 2.446). Artinya lebih murah daripada harga di Indonesia. Padahal penghasilan warga Arab rata2 sekitar 7x lipat di atas kita
Bls: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik
Kalau bicara soal mata uang emas atau kertas nanti kejauhan dan jadi perdebatan bertele-tele. Sebenarnya kan dengan mata uang yang ada inflasi atau pemiskinan massal bisa diminimalisir dengan cara: 1. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan harga BBM, Listrik, tol, dsb 2. Pemerintah tidak jadi pionir dalam menaikan gaji pejabat yang sudah tinggi. Contoh gaji presiden Rp 62 juta/bulan. Itu sudah 60 kali lipat lebih dari UMR. Jadi tak perlu naik lagi. Apalagi dengan gaji segitu saja para presiden Indonesia bisa menumpuk hartanya jadi milyaran rupiah. Kenaikan gaji akan memicu kenaikan harga barang. 3. Mandiri dalam mengelola kekayaan alam. Nasionalisasi perusahaan2 asing yang berkaitan dengan kekayaan alam kita. 4. Bunga SBI cukuplah 0-0,25% seperti bunga the Fed atau negara2 di Eropa. Jika terlalu tinggi seperti 6,5%/tahun, maka tiap tahun jumlah rupiah bertambah 6,5%. Jumlah bertambah sementara daya sokong berupa produk, kekayaan alam, dsb kurang karena dikuasai asing akhirnya makin menurunkan nilai rupiah. Satu hasil studi menyatakan bahwa kemiskinan di Amerika Latin berkaitan erat dengan Inflasi yang tinggi. Ternyata kenaikan gaji jauh di bawah kenaikan harga barang sehingga akhirnya mayoritas rakyat pada miskin. Yang kaya cuma orang2 kaya pemegang SBI, ORI saja. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media-islam.or.id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional-subscr...@yahoogroups.com Dari: Irwan Lubis irwanlubi...@gmail.com Kepada: ekonomi-nasional@yahoogroups.com Terkirim: Rab, 10 Maret, 2010 09:41:37 Judul: Re: [ekonomi-nasional] Harga yang Stabil di Arab Saudi vs Paradigma Harga Harus Naik Bukannya ini kembali lagi pada soal mata uang? Mata uang yg digunakan setara dg sesuatu yg kongkrit dan nyata seperti emas, energi, dsb? Atau setara dg persepsi pasar thd negara yg mengeluarkan mata uang tsb? Ini juga kembali ke perbedaan ekonomi syariah dan ekonomi konvensional. Pada sistem syariah, tidak ada fungsi waktu atau biaya peluang (opportunity cost) terhadap uang. Beda dg ekonomi konvensional/ lib/neo lib yg memberlakukan fungsi waktu thd uang. Dalam ekonomi syariah, bayar sekarang dan bayar nanti harusnya sama saja karena tidak memberlakukan fungsi waktu pada uang. Dalam ekonomi konvensional/ lib/neolib, bayar sekarang lebih murah daripada bayar nanti (atau bayar nyicil) karena dalam sistem ini diberlakukan fungsi waktu thd uang yg diwujudkan dalam formulasi sekian persen per bulan (atau minggu atau tahun atau hari) Dua hal tsb (kesetaraan uang dg apa, dan fungsi waktu thd uang), dampaknya pada apa yg disebut inflasi. Dalam sistem syariah, mestinya kata inflasi menjadi tidak relevan, sehingga harga tahun 2003 sama saja dg harga tahun 2010. -Irwan L- 2010/3/9 A Nizami nizam...@yahoo. com Ini sekedar sharing guna merubah paradigma atau pola pikir para pejabat / masyarakat yang menganggap tiap tahun harga barang harus naik. Di Arab Saudi ketika saya pergi ke sana di tahun 1983, harga 1 kaleng minuman entah itu Pepsi Cola atau Burtuqol (Jus Jeruk dengan bulirnya) hanya 1 real. Kalau tidak salah saat itu kursnya 1 real = Rp 700. Ternyata sekarang pun menurut ipar saya yang baru2 ini pergi umrah tetap 1 real harganya (sekarang 1 real = Rp 2.446). Artinya lebih murah daripada harga di Indonesia. Padahal penghasilan warga Arab rata2 sekitar 7x lipat di atas kita. Hebatnya lagi, harga minuman itu entah di emperan jalan, di pasar, di mal, atau di airport tetap sama harganya. 1 real! Dengan harga yang stabil, tidak ada alasan bagi para pengusaha untuk menaikan harga barang dengan alasan harga bahan baku naik atau biaya operasional naik. Tidak ada alasan pula untuk minta naik gaji dengan posisi jabatan yang sama karena daya beli mereka tidak turun akibat tidak adanya kenaikan harga barang/inflasi. Sebaliknya di Indonesia. Karena harga barang (misalnya listrik, BBM, tol, dsb dinaikkan), maka para pengusaha menaikan harga2 barangnya karena biaya operasional naik. Para buruh juga harus minta naik gaji sebab jika tidak mereka jadi lebih miskin akibat daya beli gajinya menurun. Namun sayangnya, besar kenaikan gaji biasanya jauh di bawah besar kenaikan harga barang. Bahkan ada yang tidak naik gaji sama sekali. Akibatnya kemiskinan semakin merajalela di Indonesia. === Belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits http://media- islam.or. id Milis Ekonomi Nasional: ekonomi-nasional- subscribe@ yahoogroups. comekonomi-nasional- subscribe% 40yahoogroups. com Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads. yahoo.com/ id/internetexplo rer [Non-text portions of this message have been removed] Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! http://id.yahoo.com/ [Non-text portions of this message