-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/bbc-world/d-5252529/dianggap-buang-buang-uang-rakyat-haruskah-misi-stasiun-luar-angkasa-disetop?tag_from=wp_widget_news





Dianggap Buang-buang Uang Rakyat, Haruskah Misi Stasiun Luar Angkasa Disetop?

BBC Indonesia - detikNews

Kamis, 12 Nov 2020 18:12 WIB

2 komentar
SHARE
URL telah disalin
Jakarta -

Bulan ini, Stasiun Luar Angkasa Internasional sudah ditinggali manusia secara 
terus-menerus selama 20 tahun. Beberapa pihak mengkritik misi di stasiun luar 
angkasa yang dianggap menghabiskan terlalu banyak uang.

Pada pukul 06.50 pagi GMT, 20 November 1998, saya berjongkok di balik batu di 
tengah dinginnya pegunungan Kazakhstan sambil memegang telepon genggam ke 
telinga saya.

Tanah bersalju yang terbentang berpadu dengan langit abu-abu. Di belakang saya, 
ada yang mengoceh dalam bahasa Rusia yang berantakan, tetapi sebagian besar 
orang Rusia yang diajaknya bicara sedang berada di dalam pondok kayu, merayakan 
dengan vodka.

Di kejauhan, dan hampir tidak terlihat di lanskap yang monokrom, roket Proton 
putih berdiri diam, menyendiri di landasan peluncuran. Lalu tiba-tiba dia 
melayang dari tanah, disertai kilatan dan suara gemuruh.

Saat roket itu melesat ke langit dan menghilang ke awan, saya menggambarkan 
pemandangan itu secara langsung kepada pendengar radio BBC. Bagaimanapun, ini 
adalah peristiwa bersejarah.

Ini adalah peluncuran modul Zarya, tahap pertama Stasiun Luar Angkasa 
Internasional (ISS). Namun meskipun saya sudah berusaha mendeskripsikannya 
dengan seluruh daya upaya, peristiwa tersebut tidak menjadi berita utama.

    Wahana NASA sukses mendarat di asteroid purba demi kumpulkan petunjuk 
penciptaan tata surya
    Perangkat luar angkasa Rusia dan China 'tidak jadi tabrakan', tapi 
bagaimana dengan sampah luar angkasa lainnya?
    NASA ungkap bukti temuan air di bulan, apa artinya bagi eksplorasi ruang 
angkasa di masa mendatang? 

Fakta bahwa BBC mengirim reporter radio junior untuk meliput peluncuran 
tersebut, bukan koresponden senior, membuktikan bagaimana editor (dan publik) 
memandang berita tersebut.

ISS sudah terlambat bertahun-tahun dan menghabiskan terlalu banyak anggaran. 
Kepala sains di badan antariksa Inggris menyebut stasiun itu "gajah putih yang 
mengorbit" dan Inggris menolak mendanai. Banyak yang meragukan ISS akan selesai.

Tapi mereka salah. Seukuran lapangan sepak bola Amerika dan dengan ruang 
beraktivitas yang setara dengan rumah enam kamar tidur, ISS, bagaimanapun, 
adalah prestasi teknik yang luar biasa.

ISS diselesaikan dengan biaya sekitar US$150 miliar yang dibayar oleh pembayar 
pajak Amerika Serikat, Rusia, Eropa, Kanada, dan Jepang, dan telah menjadi 
rumah bagi astronaut selama 20 tahun.

Sejak Ekspedisi-1 ke stasiun ISS pada November 2000, manusia selalu hadir di 
sana, hidup dan bekerja di orbit. Berdasarkan catatan terkini, sebanyak 243 
astronaut dari 19 negara pernah mengunjungi ISS dan menyelenggarakan sekitar 
3.000 percobaan ilmiah.

Namun demikian, keraguan tetap ada. Apakah stasiun itu bernilai sesuai uang 
yang telah dikeluarkan? Dan apa nilainya bagi kita semua di Bumi? Cengkeraman 
pandemi dan ancaman perubahan iklim yang membayangi planet ini, membuat 
beberapa pihak mempertanyakan motif pengiriman manusia ke luar angkasa.

"Saya pasti akan menilai ISS tidak sebanding dengan harganya yang 12 digit," 
kata ahli astronomi sekaligus astrofisikawan Lord Rees dari Ludlow. "Tak satu 
pun dari ratusan orang yang berputar-putar di Stasiun Luar Angkasa 
Internasional melakukan sesuatu yang berharga untuk ilmu pengetahuan, yang 
cukup untuk membenarkan sebagian kecil pun uang yang dihabiskan untuk membiayai 
pesawat ulang-alik dan stasiun luar angkasa itu."

Lord Rees berpendapat alih-alih untuk ISS, kita harus membelanjakan uang publik 
untuk misi sains luar angkasa robotik yang telah mengubah pandangan kita 
tentang Alam Semesta.

    Mencari tanda kehidupan kuno di planet Mars
    Kru NASA ceritakan pengalaman kembali ke Bumi, 'rasanya seperti dipukul 
dengan tongkat bisbol'
    Ilmuwan perempuan di balik misi luar angkasa bangsa Arab ke Mars

Saat ini, pesawat ruang angkasa mengirimkan gambar dan data ilmiah dari Mars 
dan Jupiter. Pesawat penjelajah Voyager kembar telah meninggalkan Tata Surya 
kita, menjadi benda buatan manusia pertama yang memasuki ruang antarbintang. 
Pada tahun 2014, kita bahkan berhasil mendaratkan wahana di komet selebar 4 km 
dengan kecepatan 55.000 km/jam, 56 miliar kilometer jauhnya dari Bumi.

"Jika kita bertanya ada berapa banyak kabar dari ISS yang layak diberitakan, 
ada jauh lebih banyak berita dari Hubble dan misi ke Mars, Jupiter, dan 
Saturnus daripada yang didapat dari stasiun luar angkasa," kata Rees.

"Stasiun luar angkasa jadi berita ketika Chris Hadfield bernyanyi atau ketika 
toilet tidak berfungsi. Saya pikir ke depannya akan semakin sulit mencari 
pembenaran pengeluaran uang rakyat untuk mengirim manusia ke luar angkasa."

Banyak yang telah berubah sejak saya menyaksikan peluncuran pertama pada tahun 
1998. Sementara ISS hampir seluruhnya didanai publik, masa depan eksplorasi 
ruang angkasa manusia didorong oleh badan antariksa dan juga ambisi individu 
seperti SpaceX-nya Elon Musk dan orang terkaya di dunia, pendiri Amazon Jeff 
Bezos.

Sementara NASA bertujuan untuk mengembalikan manusia ke Bulan pada tahun 2024, 
Musk berencana untuk membangun pemukiman di Mars dan bahkan berbicara tentang 
mati di sana (tetapi bukan karena tabrakan). Bezos lebih menyukai gagasan 
tentang koloni raksasa yang berputar di luar angkasa.

Tapi mimpi untuk meninggalkan Bumi dan kekhawatiran tentangnya, tidak didukung 
oleh semua orang di komunitas luar angkasa.

"Perusahaan penerbangan manusia ke luar angkasa itu korup," kata Linda 
Billings, seorang peneliti di National Institute of Aerospace.

Meskipun pernah menjadi mantan advokat penerbangan antariksa untuk manusia, 
bertugas di Komisi Antariksa Nasional AS, dia berubah pikiran. Salah satu 
publikasi terbarunya berjudul: "Haruskah Manusia Menjajah Planet Lain? Tidak".

"Dengan korup, maksud saya rusak," kata dia. "Tidak efisien. Terlalu mahal. Dan 
intinya bagi saya adalah, apa gunanya?"

Dia berpendapat bahwa motivasi menerbangkan manusia ke luar angkasa tidak 
didorong oleh sains. "Alasannya berdasar pada logika yang menurut saya sangat 
meragukan: alasan ideologis yang benar-benar didorong oleh keyakinan akan nilai 
penaklukan dan eksploitasi," kata dia.

Anda dapat berargumen bahwa tanpa penaklukan dan eksploitasi, tidak akan ada 
peradaban. Dan hanya sedikit yang akan meragukan keberanian astronaut perintis 
yang terikat dalam roket eksperimental demi menjelajah ke orbit dan ke Bulan.

Billings, bagaimanapun, mempertanyakan motivasi kita dan mengatakan bahwa kita 
masih bisa menjelajahi dan menggunakan ruang angkasa untuk sains dan teknologi 
satelit yang kita anggap remeh. Tetapi manusia harus tetap tinggal di Bumi.

"NASA melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mempelajari perubahan iklim. 
Tapi yang terjadi adalah sistem politik kita dan dunia korporat berkata, terima 
kasih banyak tetapi kami tidak peduli," kata Billings.

"Bagaimana eksplorasi manusia di ruang angkasa bermanfaat bagi semua orang di 
Bangladesh dan India yang kehidupannya bergantung pada air dan pada akhirnya 
akan terhanyut olehnya? Saya mengkhawatirkan ini setiap hari. "

Dan ini menyentuh ketidaksetaraan di jantung program eksplorasi manusia di luar 
angkasa. Siapa yang boleh berangkat? Kecuali kosmonaut Valentina Tereshkova, 
generasi pertama astronaut semuanya adalah pria kulit putih. Sebagian besar 
adalah pilot uji militer. Saat ini, sebagian besar astronaut masih menjadi 
pilot dan banyak di antaranya adalah mantan militer.

Pada Juli 1969, tak lama sebelum Apollo 11 diluncurkan ke Bulan, pengunjuk rasa 
hak-hak sipil kulit hitam dari bagian selatan Amerika Serikat berkumpul di Cape 
Canaveral untuk menyoroti ketidaksetaraan dalam pengiriman manusia ke luar 
angkasa ketika banyak orang di negara itu hidup dalam kemiskinan.

Pengacara Hak Sipil AS (dan penggemar ruang angkasa) Robert Patillo memprediksi 
argumen serupa di masa depan.

"Kita akan memiliki stasiun luar angkasa milik pribadi pada tahun 2050-an di 
mana orang bisa pergi berlibur, dan jika pendapatan Anda cukup, kita mungkin 
akan memiliki stasiun luar angkasa yang berbasis di Bulan pada akhir abad 
ini,"kata Patillo.

"Pertanyaannya adalah: bagaimana kita memastikan bahwa orang-orang yang 
diuntungkan ini juga membayar jatah yang adil di Bumi, sehingga kita bisa 
memiliki hal-hal seperti perawatan kesehatan, air bersih, dan sistem 
pendidikan?" kata dia. "Hanya hal mendasar dari apa yang harus dilakukan untuk 
menjaga agar masyarakat di bawah mereka bisa berfungsi."

Bahkan jika Musk akhirnya berhasil sampai ke Mars, kecil kemungkinan masyarakat 
Mars akan ada pada utopia yang diimpikan sebagian orang. Permukaan planet ini 
adalah gurun merah berdebu tidak ada udara untuk dihirup, makanan untuk dimakan 
dan air terkunci di dalam es.

Para pemukim pertama akan berada rata-rata 225 juta kilometer jauhnya dari 
rumah dan setiap panggilan bantuan akan memakan waktu hingga 24 menit untuk 
mencapai Bumi, dan 24 menit berikutnya untuk mengirimkan balasan.

"Umat manusia belum siap meninggalkan Bumi," kata Billings. "Kita memiliki 
banyak evolusi intelektual, sosial, moral yang perlu kita lakukan bahkan 
sebelum kita dapat memikirkannya."

Jadi, apakah kita terlalu terburu-buru untuk menjajah ruang angkasa? Lord Rees 
percaya bahwa kita harus menerima keterbatasan kita sebagai spesies yang 
berevolusi untuk kehidupan di Bumi.

"Kita seharusnya tidak melihat diri kita sendiri sebagai puncak evolusi," kata 
dia. "Masih akan memakan waktu beberapa abad, paling lama, sebelum entitas bisa 
ada, yang sangat berbeda dari manusia. Mereka bisa berupa daging dan darah, 
hasil rekayasa genetika, atau bisa juga elektronik, yang tentunya bisa mencakup 
spesies atau entitas yang menjelajah jauh di luar Bumi, yang dalam arti 
tertentu adalah keturunan kita."

Setelah 20 tahun menjadi rumah yang jauh dari rumah, ISS telah mengajarkan kita 
bahwa hidup dan bekerja di ruang hampa, tertutup dalam kaleng, makan makanan 
olahan dan minum keringat dan air seni daur ulang, adalah kehidupan yang 
menantang dan mahal.

Mungkin pencapaian terbesar stasiun luar angkasa adalah memberi kita rasa 
penghargaan yang lebih baik terhadap Bumi. Bicaralah dengan astronaut mana pun 
tentang pengalaman mereka, dan pemandangan dunia yang luar biasa dari jendela 
itulah yang paling menginspirasi mereka.

Anda dapat membaca versi asli artikel ini dengan judul Should astronaut abandon 
the space station di BBC Future.
(ita/ita)
bbc karangan khas
stasiun luar angkasa internasional
luar angkasa







Kirim email ke