Hari Batik Nasional Sudah 10 Tahun, Pengrajin Sudah Sejahtera?
Reporter:
Antara
Editor:
Mitra Tarigan
Rabu, 2 Oktober 2019 13:30 WIB
Pekerja mengerjakan batik tulis khas Bogor di Galeri Batik Tradisiku,
Bogor, Selasa, 2 Oktober 2018. Batik yang menampilkan motif-motif yang
berkaitan dengan Bogor, seperti daun talas, menjangan, bunga Raflesia,
kujang, dan Kebun Raya, tersebut diciptakan sebagai suvenir khas untuk
wisatawan saat berkunjung ke kota tersebut. ANTARA/Yulius Satria
WijayaPekerja mengerjakan batik tulis khas Bogor di Galeri Batik
Tradisiku, Bogor, Selasa, 2 Oktober 2018. Batik yang menampilkan
motif-motif yang berkaitan dengan Bogor, seperti daun talas, menjangan,
bunga Raflesia, kujang, dan Kebun Raya, tersebut diciptakan sebagai
suvenir khas untuk wisatawan saat berkunjung ke kota tersebut.
ANTARA/Yulius Satria Wijaya
*TEMPO.CO*,*Jakarta*- Beberapa komunitas batik yaitu Penida Wastra
Persada, Aruna Chakra Kinarya dan Yayasan Tjanting Batik Nusantara
bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menggelar perayaan
satu dasawarsa ditetapkannya batik sebagai warisan tak benda oleh UNESCO
sekaligusHari Batik Nasional
<https://www.tempo.co/tag/hari-batik-nasional>2019.
Perayaan yang mengusung tema “Batik, Khazanah Peradaban" akan digelar di
halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Rabu 2 Oktober 2019
pukul 19.00 WIB. "Batik tidak hanya tentang motif indah dan bermakna
saja tapi batik juga penanda zaman," kata Direktur Warisan Budaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nadjamuddin Ramly di Jakarta,
Selasa 1 Oktober 2019.
Dia mengatakan batik saat ini sudah dikenal secara luas, anak-anak muda
yang pada awalnya malu menggunakan batik yang dianggap menggambarkan
orang tua, saat ini sudah kembali bangga mengenakannya untuk pakaian
seharian.
Pegiat batik dari Penida Wastra Persada Aditya Yusma mengatakan
perkembangan batik saat ini sudah sangat luar biasa berbagai motif batik
hadir dengan warna-warna yang indah. "Namun yang masih luput bagaimana
pengrajin batik di bagian hulu yang tidak tersentuh dengan hiruk pikuk
batik saat ini bergerak," kata dia.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
<https://adclick.g.doubleclick.net/pcs/click?xai=AKAOjsteimmz8my2PPSrVWIzJqi2fo6Yt1HMkRw2lGNoYMPJOj9CHOKQYRwNhtvPvFj3tRBNYAeGU1_ZO_cC3zhdweYTV7KtxfeN9Nlg9JaQZrpaBT6wIqVqC5X7qcsP9sLCxjgQBTRk8G_J-Dx4B-So2krom7aCJP7mg9EjEGPNPT79VzcAweZdsnfIc2J3NveFdn8hB_v4nqw9p_GVfJSCsD2io0b-EWtEj_SiDD8SuP7ZnX188K5Zffo7FV67sp7I5cRTOvPOTN1FOMLr_lVfdQ&sig=Cg0ArKJSzMTtx7W3WGDdEAE&urlfix=1&adurl=https://www.achematlistrik.id/events/rhvac2019?utm_source=Tempo-Parallax&utm_medium=Panasonic&utm_campaign=HVAC>
Oleh sebab itu melalui kegiatan perayaan hari batik nasional mereka akan
mengangkat permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia batik. "Salah
satu yang tengah dihadapi adalah semakin sedikitnya perajin canting dan
regenarasi penrajin batik kian melambat," kata dia yang juga CEO Peninda
Wastra Persada di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan canting dan malam atau lilin adalah dua alat yang
menjadi bagian penting dalam pembuatan batik, tanpa kedua alat itu maka
tak akan ada batik tulis, namun saat ini batik yang dibuat dari canting
harus berhadapan dengan batik yang dibuat oleh print.
Apalagi kini batik nasional juga harus bersaing dengan batik-batik
buatan cina yang beredar di pasaran dengan harga yang lebih murah.
Melalui drama musikal ini Aditya ingin menggambarkan bagaimana kehidupan
batik di hulu akan hilang apabila pemerintah dan komunitas tidak
memperhatikan masalah-masalah tersebut.
Rencananya kegiatan Perayaan Hari Batik Nasional ini akan dihadiri 400
udangan termasuk seluruh perwakilan Duta Besar yang ada di Jakarta.
Acara ini diawali cucuk lampah yang diperankan oleh model yang memakai
busana batik. Seluruh rangkaian kegiatan Perayaan Hari Batik akan
dikemas dalam sebuah drama musikal yang menampilkan tokoh-tokoh yang
dekat dengan dunia batik yaitu Canting, Malam dan Mas Print.
ADVERTISEMENT
Drama ini akan menggambarkan bagaimana kehidupan Batik di hulu akan
hilang apabila kita sebagai pemerintah dan komunitas tidak memperhatikan
masalah-masalah ini. Drama musikal ini disutradarai oleh Aditya Yusma
dan penata musik Dwiki Dharmawan. "Batik telah menjadi tamu kehormatan
di negara Iain, sudah sepantasnya Indonesia menjadi tuan rumah bagi
batik itu sendiri," kata dia.
Tepat sepuluh tahun yang lalu, pada 2 Oktober bertempat dl Abu Dabhi,
Uni Emirat Arab, batik ditetapkan untuk masuk ke dalam daftar Intangible
Cultural Heritage (ICH) UNESCO.
Melalui sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the
Intangible Cultural Heritage UNESCO, Batik menjadi Warisan Budaya
Takbenda Indonesia ketiga setelah sebelumnya Keris dan Wayang tenebih
dahulu masuk ke dalam daftar ICH UNESCO.
--
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com