http://www.antaranews.com/berita/660886/indonesia-perlu-siapkan-wisata-antariksa-secara-mandiri
*Indonesia perlu siapkan wisata antariksa secara mandiri
*
Rabu, 25 Oktober 2017 21:07 WIB | 300 Views
Pewarta: Virna Setyorini
Indonesia perlu siapkan wisata antariksa secara mandiri
Ilustrasi roket lepas landas dari unit peluncurnya. Foto menunjukkan
roket Atlas V yang membawa pesawat Origins, Spectral Interpretation,
Resource Identification, Security-Regolith Explorer (OSIRIS-REx) milik
NASA meluncur dari Space Launch Complex 41 pada Kamis, 8 September 2016,
dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida, Amerika Serikat.
OSIRIS-REx merupakan misi Amerika Serikat pertama untuk mengumpulkan
sampel dari asteroid Bennu dan membawanya kembali ke Bumi. (NASA/Joel
Kowsky)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan potensi komersial
keantariksaan Indonesia besar karenanya harus mulai menyiapkan wisata
antariksa secara mandiri agar tidak hanya menjadi pasar asing.
"Kita tidak bisa kemudian hanya melihat kondisi di Indonesia saja.
Ketika wisata antariksa di dunia menjadi salah satu mimpi yang menjadi
kenyataan pengaruh global itu pasti ada ke Indonesia, jadi perlu dilihat
pada apa aspek di mana Indonesia bisa berperan di sana," kata
Djamaluddin, di Jakarta, Rabu.
Istilah antariksa alias ruang angkasa atau luar angkasa (/outer space/),
disepakati secara internasional sebagai "lapisan wilayah" yang terletak
di atas koridor ruang udara di muka Bumi.
Ada beberapa pengertian tentang ini, di antaranya wilayah dengan
ketinggian lebih tinggi dari 110 kilometer dari permukaan Bumi, ada juga
yang memberi pengertian pada ketinggian lebih tinggi lagi.
Bisa dilihat apakah wisata antariksa itu hanya sekedar melihat saja atau
sambil melakukan eksperimen. Saat ini, ia mengatakan sudah mulai banyak
yang menyediakan jasa melakukan eksperimen di luar angkasa.
Misalnya, ada sekolah-sekolah di Indonesia yang ditawari pihak lain
seperti America Serikat (AS) untuk melakukan eksperimen mengirimkan
sesuatu keluar angkasa. Hasilnya tentu akan dimanfaatkan mereka.
Padahal, menurut Djamaluddin, bisa saja Indonesia melakukan dan
memanfaatkannya sendiri, meski masih menggunakan sarana America Serikat,
Eropa atau Jepang. "Tapi kita bisa mengadakannya sendiri, untuk
kepentingan sendiri dari segi bisnis," katanya.
Ekonomi keantariksaan ini juga dibahas Wakil Dekan Riset dan Inovasi FEB
Universitas Diponegoro, Firmansyah, dalam paparannya di seminar. Bahwa
uang mengalir deras hingga jutaan dolar Amerika Serikat untuk bisnis ini
benar-benar terjadi, bahkan ketika program wisata keantariksaan yang
ditawarkan masih dalam bentuk rencana.
Untuk saat ini, menurut dia, bisnis keantariksaan yang sudah menjadi
sumber ekonomi langsung adalah hasil dari penginderaan jauh melalui
satelit yang pemanfaatannya begitu luas di masyarakat.
Pemanfaatan hasil teknologi ini sangat penting ternyata dan mempengaruhi
penguatan ekonomi, salah satu contohnya bisa dimanfaatkan oleh nelayan
untuk meningkatkan hasil tangkapan.
Penguatan bisnis dari pengembangan teknologi keantariksaan ini juga
perlu ditonjolkan. "Persaingan bisnis untuk ekonomi baru ini sudah gegap
gempita di luar sana, kita harus ikut serta dan itu harus dimulai dari
sekarang," katanya.
Peta jalan ekonomi keantariksaan ini juga sudah perlu disiapkan agar
capaian di masa depan bisa dievaluasi.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017
=====================
http://www.antaranews.com/berita/660186/lapan-bahas-pembangunan-stasiun-peluncuran-satelit?utm_source=populer_home&utm_medium=populer&utm_campaign=news
*LAPAN bahas pembangunan stasiun peluncuran satelit*
Minggu, 22 Oktober 2017 15:21 WIB | 5.795 Views
Pewarta: Virna Setyorini
LAPAN bahas pembangunan stasiun peluncuran satelit
Ilustrasi roket pembawa satelit meluncur dari menara peluncurannya.
(Kyodo/via REUTERS)
... melibatkan negara lain, menurut dia, agar Indonesia bisa lebih
cepat memiliki stasiun peluncur satelit sendiri...
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) akan membahas lebih lanjut rencana pembangunan stasiun
peluncuran satelit di Indonesia sesuai UU Nomor 21/2013 tentang
Keantariksaan.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat LAPAN. Jasyanto, dalam keterangan
tertulis diterima, di Jakarta, Minggu, mengatakan, Indonesia sebagai
negara berkembang dengan wilayah yang sangat luas sudah saatnya
mempercepat penguasaan teknologi di bidang keantariksaan demi mendukung
kemandirian bangsa di sektor-sektor strategis lainnya.
Untuk itu, ujarnya, LAPAN mencoba membahas lebih lanjut langkah-langkah
yang harus diambil untuk mempercepat kemandirian bangsa seperti yang
diamanatkan UU dengan melaksanakan rencana pembangunan stasiun peluncur
satelit sendiri.
Pembahasan akan dilakukan dalam seminar nasional "Kebijakan dan Regulasi
Kegiatan Penerbangan dan Antariksa Menuju Kemandirian Nasional" pada 25
Oktober 2017, di Jakarta.
Tidak hanya mematangkan rencana pembangunan stasiun peluncuran satelit,
katanya, pembahasan juga akan dilakukan untuk menjelaskan kontribusi
keantariksaan di sektor ekonomi, pengembangan satelit dan roket, serta
teknologi penerbangan di Indonesia.
Dalam pada pasal 7 ayat 1 huruf d UU Keantariksaan, salah satu kegiatan
keantariksaan meliputi peluncuran.
Sedangkan pada pasal 34 ayat 1 disebutkan, peluncuran wahana antariksa
sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat 1 huruf d adalah dilakukan oleh
lembaga di wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
wilayah yurisdiksi NKRI, kapal atau pesawat udara yang berbendera
Indonesia, dan/atau kapal atau pesawat udara asing yang berada di
wilayah kedaulatan atau wilayah yurisdiksi NKRI.
Sebelumnya, Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengatakan, perencanaan
lebih detail pembangunan stasiun peluncuran satelit ini sedang
dilakukan, termasuk mempertimbangkan kerja sama dengan negara lain dalam
pengerjaannya mengingat dana yang dibutuhkan sangat besar, rumit dan
membutuhkan SDM yang sudah lebih berpengalaman.
Pertimbangan melibatkan negara lain, menurut dia, agar Indonesia bisa
lebih cepat memiliki stasiun peluncur satelit sendiri. Selain juga
dengan kerja sama artinya stasiun tersebut akan bisa lebih efisien
dimanfaatkan dan tidak hanya menunggu program-program Indonesia saja
tetapi juga dapat dilakukan negara mitra.
Beberapa negara yang sudah menyatakan ketertarikannya untuk ikut
membangun stasiun peluncuran wahana antariksa di Indonesia, menurut dia,
adalah China dan Korea Selatan. Meski demikian selain dua negara
tersebut Indonesia juga akan menjajaki terlebih dulu negara-negara
lainnya termasuk Jepang dan India.
Djamaluddin mengatakan, ajakan-ajakan untuk peneliti dan ilmuwan
Indonesia untuk mengeksplorasi antariksa juga sudah berdatangan. Tidak
menutup kemungkinan jika sudah memiliki stasiun peluncur satelit sendiri
akan ada misi luar angkasa bersama untuk mengeksplorasi planet-planet lain.
Editor: Ador: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017