Saya baca di medsos, hati hati dengan kasus ini kenapa : 1. Jika sampai terjadi seperti tahun 1998 cina akan turun langsung seperti yang di katakan PM Cina 2. dari ulama di libanon memperingatkan, bahwa kasus ini adalah cikal bakal indonesia menjadi suriah kedua
From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Wednesday, November 09, 2016 3:27 PM To: GELORA45@yahoogroups.com; Chan CT Subject: [**EXTERNAL**] [GELORA45] Re: Fw: Membedah Sisi Linguistik Pernyataan Ahok “Dibohongin Pakai Surat Al Maidah 51” ; Orang-orang di sekitar saya sudah dengar posisi saya itu sejak kasus Ahok ini memanas. Di milis ini pun sudah saya singgung pada tanggal 18 Oktober (MUI Serang Ahok); dan saya ulang dalam obrolan dengan jonathan tanggal 1 November (Megawati Pertanyakan Kenapa Ahok tak Boleh Jadi Gubernur). Apa karena kasus Ahok ini sudah dilempar ke penegak hukum lalu ajakan menahan diri jadi kedaluarsa? Hehe... Sejak awal saya menyayangkan para petinggi dan tokoh negeri yang ikut hanyut bicara soal SARA / penistaan agama. Mereka harusnya tetap bersikap sebagai negarawan yang berpegang pada konstitusi. Dalam hal ini, menjunjung UUD'45 dengan berdiri di atas semua golongan. Tidak perlulah saya / kita mengingat presiden, ketua partai dsk soal ini karena UUD'45 mestinya adalah sarapan pagi mereka. Sekarang ini pun, kalau mau, presiden bisa menggunakan kewenangannya untuk menyejukkan suasana. Terserah bagaimana caranya. Yang penting sesuai dengan kepribadian Jokowi yang sebelumnya dikenal sederhana, rendah hati, dan populis. Mengenai pertanyaan Anda, saya pikir itu cukup normatif. Jawabannya pun akan senormatif "tidak bisa hancur", "tidak perlu dibela", dan norma-norma santun lainnya. Sementara harapan Anda berikutnya sangatlah ideal. Nah, supaya idealisme itu tidak menjadi basa yang basi bin kedaluarsa, hehe, kita dorong sajalah maju selangkah ke gambaran realisasinya; bagaimana / dari mana memulainya? Menurut saya, untuk mewujudkan harapan itu bisa dimulai dengan niat mengembalikan urusan spiritual ini ke rumah masing-masing. Kemudian, secara komunal, hapus pelajaran agama di sekolah - kecuali di sekolah agama. Ada pendapat lain? --- SADAR@... wrote: Tapi, ... bung Ajeg, usul bung ini sudah kedaluarsa! Bukankah, Kasus Ahok ini sedang dalam proses HUKUM. Apa bisa dicabut dan kembali ulang dari mula? Hehehee, ... Saya lebih tertarik dengan penyataan, apakah satu Agama bisa hancur dinista orang dan oleh karenanya perlu dibela mati-matian oleh umatnya??? Bukankah akan jauh lebih baik, kalau setiap UMAT bisa memberi TELADAN yang baik dalam kehidupan dan kerja sebagai seorang yang SUCI, SALEH, ... PENGABDI RAKYAT yang baik, untuk mengangkat nama baik AGAMA yang dianutnya itu! Bukan sebaliknya memaksakan kehendak sendiri pada orang lain dengan kekerasan, kerusuhan bahkan membunuh orang-orang yang tidak berdosa, ...! Salam, ChanCT From: ajeg Sebaiknya semua pihak menahan diri dan berikan kesempatan pada Ahok untuk menjelaskan: 1. Kapasitasnya saat pidato di Kepulauan Seribu; sebagai gubernur (urusan dinas), sebagai ulama (khotbah), atau sebagai cagub (kampanye). 2. Kapan Ahok pernah menyaksikan orang dibohongi pakai surat tsb? Di mana, siapa yang membohongi, dan siapa yang dibohongi? Dengan begitu tidak perlulah masalah ini dibawa-bawa ke jalur hukum. Kalaupun diperlukan hukum, ya cukup UU Pemerintahan Daerah (tentang tugas gubernur) dan UU Pilkada (tentang kampanye). Tidak perlu UU Pidana pakai pasal penistaan agama segala macam dan sebaliknya, mati-matian membantah dengan mengerahkan alat-alat negara. Kalau cuma lempar tuding mempermalukan orang lain dan diri sendiri, percayalah kita sudah teruji keterampilannya. Ps. Ada keterampilan yang lain...? --- SADAR@... wrote: From: B.DORPI P. Sent: Wednesday, November 9, 2016 5:49 AM Membedah Sisi Linguistik Pernyataan Ahok “Dibohongin Pakai Surat Al Maidah 51”<http://www.tarbiyah.net/2016/10/membedah-sisi-linguistik-pernyataan.html> http://www.tarbiyah.net/2016/10/membedah-sisi-linguistik-pernyataan.html Analisis linguistik saja tanpa pengertian keadaan dan konteks, tanpa bicara langsung kepada Ahok sendiri untuk mendapat penjelasan dia , itu sia-sia dan tanpa arti dan tidak patut digunakan. Apapun kata Ahok, seharusnya kita introspeksi/menganalisasikan maksud Surat Al Maidah 51. Berikut ada dua versi terjemahan, yang pertama dari artikel di atas dan yang kedua dari website quran.com<http://quran.com/> (Sahih International). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. O you who have believed, do not take the Jews and the Christians as allies. They are [in fact] allies of one another. And whoever is an ally to them among you - then indeed, he is [one] of them. Indeed, Allah guides not the wrongdoing people. Koment: Sangat beda ya? Pemimpin2 atau allies (teman yang kerjasama kita)? Ya, selalu ada banyak kurang kepastian dalam penerjemahan Al-Quran sama dengan setiap buku suci lain ditulis dalam bahasa yang tidak bisa dingerti dengan 100% oleh karena kita tidak orang yang hidup dan bicara bahasa buku2nya pada waktu mereka diturunkan ribuan tahun lalu di tempat2 jauh dari kita....kita sudah punya cukup masalah linguistik cuma dengan bahasa yang kita pakai seharian dalam jaman kita sekarang, ya? Lagipula, sayangnya dalam keadaan di Indonesia sekarang tidak ada banyak orang yang membaca Al-Quran dalam bahasa yang mereka mengerti, dan tidak ada banyak yang mengerti kesulitan2 dan tantangan2 dalam penerjamahan, ya? Apakah maksudnya Al Maidah 51 benar2 bahwa seorang Muslim tidak boleh dipimpin oleh/atau tidak boleh kerjasama orang Non-Muslim (NM)? Kalau ya, berarti pemerintah negara bersama dengan setiap bisnis yang dipimpin oleh orang NM, setiap kepala sekola/dosen/guru NM, dan seterusnya...semua tidak patut diterima oleh kaum Muslim?? Berarti untuk kaum Muslim, pemerintah (dan institusi apapun) negara ini tidak patut dihormati sepanjang ada orang NM dalam posisi pemimpin?? Kalau kita terima versi Sahih di atas, berarti orang Muslim tidak boleh berteman/kerja-sama (tidak sedikitpun?) orang NM? Akibat untuk kelakuan kaum muslim dalam rangka hidup di negra ini seperti apa kalau begitu? Sama dengan analisis kata2 Ahok, kita juga harus berusaha untuk mengerti konteks keadaan sebelum kita melompat ke analisis linguistik: Sini saya temukan satu website dengan info sejenis ini untuk Al Maidah: http://www.theonlyquran.com/quran/Al-Maida/Maududi_Commentry Benarkah bahwa keadaan negara kita sekarang sama persis dengan keadaan untuk kaum Islam pada waktu surat Al Maidah diturunkan?? (pasti ada yang mirip tapi juga ada yang beda jauh). Surat itu diturunkan untuk orang Islam dalam keadaan 1400 tahun lalu di wilayah Arab dekat lokasi Muhammad. Itu sama dengan keadaan Indonesia hari ini? Jelas tidak, berarti jelas bahwa kita harus pakai otak kita (yang dikasih kita dari Allah) dan mencari jalan benar dalam tempat dan jaman kita, ya? Islam di atas semuanya adalah pencarian untuk jalan yang benar...Dalam surat Al Fatihah kita berdoa untuk apa? Petunjukkan pada jalan yang lurus, ya? Kalau kita mencari arah yang benar dari Al Quran kita harus sangat hati-hati dalam analisis kita, harus mempertimbangkan konteks dan keadaan bersejarah, harus sadar mengenai masalah linguistik dengan bahasa dari 1400 tahun lalu, dan harus lihat semuanya yang relevan dalam Al Quran, tidak hanya beberapa kata atau kalimat. Sejak Muhammad meninggal dunia, manusia tidak berhenti berkembang dan berubah keadaan terus, ya? Banyak yang diturunkan dalam Al Quran adalah peraturan cocok dalam keadaan Arab 1400 tahun lalu, tapi prinsip2 utama dalam Al Quran masih dan selalu adalah pentunjuk untuk hidup secara benar. Seperti untuk seorang perancang mesin, tidak ada satu buku ajaib dengan tiap desain komplit dan berdetil untuk tiap mesin yang bisa berfungsi dan memenuhi keperluan untuk aplikasinya, tetapi ada prinsip ilmu fisika dari buku fisika dan seorang perancang harus berusah untuk memakai dan ikut ilmu fisika supaya bisa bikin mesin paling baik dalam pengunaannya. Dalam hidup kita Al Quran adalah buku ilmu fisika itu yang memberi kita prinsip2 yang benar supaya kita bisa merancang kehidupan kita dengan benar, kalau kita mengerti dan ikut prinsip2nya. Ya, juga dalam Al Quran ada banyak peraturan yang diturunkan dengan cukup berdetil untuk keadaan dihadapai Muhammad dan pengikutnya 1400 tahun lalu dan ada yang masih bisa dipakai dalam merancangkan secara hidup dalam konteks modern tapi di belakang setiap peraturan adalah prinsip dasar dan juga mereka semua seperti elemen desain mungkin cocok untuk keadaan kita seperti roda masih sejak ribuan tahun dan mungkin akan selalu dianggap sebagai elemen dasar untuk tiap kendaraan darat, ya? Benarkah kita bisa lebih percaya pada orang2 yang mengklaim bahwa mereka adalah orang Muslim lebih dari kita bisa percayah pada orang NM?? Jelas tidak betul, ya? Berapa persent orang korup di negara ini panggil dirimereka Muslim? Kita harus menilai dari kelakuan, tidak hanya dari pakaian orang atau cara mereka untuk berdoa, atau apa yang mereka percaya mengenai Nabi Issa. Apakah kaum Muslim yang mendemo kata2 Ahok siap dan kompeten untuk memimpin negara ini tanpa bantuan/tanp kerjasama dari kaum NM? Pasti cuma kalau seseorang mengakui Islam, otomatis dia lebih baik sebagai pemimpin?? Pasti tidak, ya? Orang NM pasti tidak bisa dipercaya dan tidak sekompeten untuk memimpin/tidak patut sebagai teman?? Kita benar kalau kita menganggap Al Maidah dengan cara itu? Pasti tidak, ya? Kalau ada pemerintah dan semuanya 100% Muslim, apakah akan hadir berikut? Kaum Muslim yang mana benar, patut dipatuhi? Sunni? Shiite? Muhammadiyah? NU? Fraksi yang ikut ulama A antau B atau C atau...? Kita bisa lihat keadaan di Timur Tengah, ya, untuk berfikir yang bisa juga terjadi di sini. Negara ini seharusnya bangga dan sebetulnya negara ini sering dipuji negara lain atas toleransi dan usaha kerjasama harmonis di antara bermacam partai dan agama sesuai dengan prinsip konstitusi yang didasarkan pada Pancasila. Pasti kebanyakan penduduknya tidak mau menghancurkan itu, ya? Koment: Dalam semuanya di atas saya sadar bahwa saya hanya mulai mengali isu2 dan pikiran terkait dengan interpretasi dan praktek surat Al Maidah yang relevan untuk kita dalam tempat dan waktu kini. Biar ulama2 dan ahli2 sejarah Islam dan sejarah Arab pikir lebih lanjut dari saya. Mungkin mereka bisa mengali cukup disini untuk menulis seribu buku dan berdebat sampai akhir zaman, ya? Untuk sekarang kembali ke kata Ahok, dengan beberapa pertanyaan2: 1. Dengan benar dan tepat, apakah maksud Ahok dalam komentarnya hari itu, dalam konteksnya, dalam hatinya? 2. Ada kemungkinan kaum Islam yang mendemo seharusnya mengakui bahwa mereka tidak mengerti maksud Ahok, tidak langsung bertemu dengan dia untuk mendapat penjelasan langsung, dan berarti mereka tidak boleh menilai dengan adil dan akurat? 3. Kalau Ahok dingerti dengan benar, ada kemungkinan bahwa dia akan dilihat benar dalam maksudnya? (Mungkin dia sangat benar kalau maksudnya bahwa orang Muslim sering salah memakai kata2 dari Al Quran? Ya, termasuk ulama dan ustadz ayng terlalu sering hanys setengah kompeten.) 4. Bisakah kita percaya bahwa Ahok akan menghina agama Islam walaupun dia sadar bahwa mayoritas penduduk negara ini ikut agama itu? Ahok segoblok itu sebagai orang politik yang sedang mencari dipilih? 5. Siapa bisa membuktikan bahwa Ahok mau menghina agama Islam, atau hanya menghina secara bercanda kelakuan pengikut Islam yang salah memakai Al Quran? 6. Kalau Ahok adalah orang Muslim akankah dia diprotes? (Pertanyaan ini adalah paling penting untuk introspeksi, ya, kalau Ahok diserang atas motif politik atau agama...) Akhirnya, saya harus berpendapat begini: 1. Ya, Ahok salah dalam bicara seperti itu, tapi, karena saya tidak tahu dengan pasti apakah maksud dalam hatinya, saya hanya bisa pasti dia salah secara politik praktis karena dia membuka pintu untuk musuh politik yang mau memanfaatkan emosi massal terkait dengan agama. Sepertinya Ahok sudah cukup minta maaf tapi tidak mau terdengar. Jelas juga Ahok sering membuka mulutnya terlalu lebar, sebelum dia berfikir, tapi kita semua sering bersalah begitu, ya, dan tidak maksud kita menyakiti perasaan orang lain...Kita minta maaf seperti Ahok, dan kita kembali lagi mencoba berjalan bersama dengan harmonis. 2. Orang2 dibelakang yang memprovokasi, mendukung dan mendanakan demonya yang menghancurkan properti umum, mengakibat korban terluka dan memboroskan waktu dan sumber bumi, dan semua ulama dan umat yang ikut demo seharusnya minta maaf dan bertobat. Pasti ada (dan maksud saya tidak ikan2 kecil seperti Buni Yani, tapi yang utama di belakang) yang seharusnya diperiksa dan dipanggil pengandilan dan/atau seharusnya mengundurkan dirimereka dari jabatan. Tindakan tanpa ikut prinsip2 dasar dari agama untuk tidak menilai terlalu cepat dan untuk membangun persaudaraan daripada kemusuhan adalah dosa besar, lebih besar dari apapun dimaksud dalam kata2 Ahok. Salah pemakaian agama untuk kepentingan politik itu juga dosa sangat besar dan akan mengancam masa depan republik ini kalau tidak dicabut segera mungkin. 3. Salah satu prinsip paling penting dalam Islam adalah prinsip untuk mencari keharmonisan dan persatuan. Dibandingkan dengan negara lain, contoh utama di Timur tengah, Indonesia sudah memberdirikan pemerintah dan iklim sosial-ekonomi yang dianggap di seluruh dunia sebagai contoh bagus untuk negara mayoritas Islam oleh karena toleransi dan kemampuan kerjasama di antara bermacam suku dan agama. Itu harus dijaga dan dibangun lebih kuat lagi. 4. Maaf, tapi buat saya, orang2 yang protes Ahok dengan alasan dia menghina agama mereka, itu sama dengan anak TK yang mengangis pada guru karena murid lain menghina gaya sepatunya. Allah pasti cukup kuat untuk membelah diriNYA dan agama kita, kalau kita benar2 ikut prinsipNYA...Bisakah dibilang bahwa kita menghina Allah kalau kita pikir Allah butuh kita untuk membelah agamaNYA? Kalau kita tidak ikut prinsipNYA, berarti kelakuan kita sendiri patut dihina, dan juga berarti bahwa dengan kelakuan kita sendiri, kita sendiri menjelekan dan menghina nama agama Islam. 5. Kalau ada kemauan demo, biar didemo sesuatu yang lebih berarti: ketidakadilan sosial, kegagalan dalam mewujudkan Pancasila, dan ekonomi yang tidak sustainable. Dengan demo kemarin, orang2 yang memimpinnya dan ikutnya sudah membuka dirimereka untuk dihina. Seharusnya semua malu.