*https://rmco.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/28929/as-coret-ri-dari-daftar-negara-berkembang-monoarfa-waswas-defisit-neraca-perdagangan-kita-makin-lebar <https://rmco.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/28929/as-coret-ri-dari-daftar-negara-berkembang-monoarfa-waswas-defisit-neraca-perdagangan-kita-makin-lebar> *
*AS Coret RI Dari Daftar Negara Berkembang* *Monoarfa Waswas Defisit Neraca Perdagangan Kita Makin Lebar* - *EKONOMI BISNIS* <https://rmco.id/kategori-berita/ekonomi-bisnis> - *Selasa, 25 Februari 2020, 12:50 WIB* *RM**co.id <http://co.id>* Rakyat Merdeka - Kebijakan Amerika Serikat (AS( mencabut Indonesia dari daftar negara berkembang akan berdampak buruk dalam kerja sama perdagangan antar kedua negara. “Fasilitas-fasilitas, seperti pinjaman dari AS sudah tidak bisa murah lagi. Kemudian, tidak mungkin cara-cara bernegosiasi dalam hal-hal kerja sama di bidang ekonomi dan pembiayaan akan diberlakukan seperti negara-negara maju,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa usai perjanjian kerja sama ekonomi Indonesia-Denmark di Hotel Mandarin, Jakarta, kemarin. Dengan status baru ini, kata Monoarfa, Indonesia harus rela melepas beberapa fasilitas kelonggaran tarif bea masuk impor barang ke AS, atau fasilitas Generalize System of Preference (GSP) yang selama ini diberikan untuk negara berkembang. *Berita Terkait : **Trump Nyenengin Apa Mau Nyakitin* <https://rmco.id/baca-berita/internasional/28820/coret-indonesia-dari-negara-berkembang-trump-nyenengin-apa-mau-nyakitin> Kondisi ini, kata Monoarfa akan berdampak pada ancaman defisit neraca perdagangan yang makin dalam. Karena, dengan perubahan status itu, fasilitas perdagangan yang diberikan negeri Paman Sam ke Indonesia, bisa lebih mahal dari yang selama ini berjalan. “Saya kira kita harus bicara lagi sama AS. Karena kita juga masih perlu bantuannya di sektor perdagangan,” kata Monoarf Namun begitu, Monoarfa juga tak menampik jika status baru Indonesia sebagai negara setengah maju ini akan memperlancar masuknya investasi asing. *Berita Terkait :* *AS Keluarkan Indonesia Dari Daftar Negara Berkembang* <https://rmco.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/28740/as-keluarkan-indonesia-dari-daftar-negara-berkembang> “Ya, investasi diharapkan bisa lebih lancar,” ujarnya. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, status baru ini lebih banyak merugikan Indonesia dari sektor ekonomi. Khususnya perdagangan. “Lebih banyak ruginya. Salah satunya, dikeluarkannya Indonesia sebagai negara penerima fasilitas GSP (Generalized System of Preferences),” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka. *Baca Juga : **Prasetyo: Banjir Jakarta Karena Buruknya Tata Kelola Air* <https://rmco.id/baca-berita/megapolitan/28930/prasetyo-banjir-jakarta-karena-buruknya-tata-kelola-air> Selama ini, kata Bhima, banyak pelaku usaha menikmati fasilitas bea masuk yang rendah untuk ekspor tujuan AS. Pasalnya, GSP ini diberikan pada negara berkembang dan miskin. Oleh karena itu, kalau Indonesia tidak masuk sebagai penerima GSP lagi, akan kehilangan daya saing pada ribuan jenis produk. “Dampak paling parahnya, ekspor ke pasar AS terancam menurun, khususnya sektor tekstil dan pakaian jadi. Ini ujungnya memperlebar defisit neraca dagang setelah sebelumnya pada Januari 2020 defisit mencapai 864 juta dolar AS,” tegas Bhima. *[NOV]*