-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1969-orang-terpencil-dilarang-divaksinasi




Jumat 23 Oktober 2020, 05:00 WIB 

Orang Terpencil Dilarang Divaksinasi 

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Orang Terpencil Dilarang Divaksinasi MI/Ebet Usman Kansong Dewan Redaksi 
Media Group. MENTERI Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 
Muhadjir Effendy mengatakan masyarakat di daerah terpencil tidak perlu mendapat 
vaksinasi covid-19. Muhadjir berargumentasi mereka jarang didatangi orang dari 
luar wilayah, sedangkan virus korona tersebar melalui interaksi antarmanusia. 
Etiskah bila masyarakat daerah terpencil tidak diberikan vaksinasi? Adakah 
kegunaan sosial bila masyarakat daerah terpencil tidak divaksinasi? Vaksinasi 
sesungguhnya didasarkan pada gagasan herd immunity. Herd immunity sejenis 
benteng biologis yang dengannya sebagian besar populasi terlindungi dari 
penularan atau infeksi. Salah satu cara untuk mencapai herd immunity ialah 
melalui infeksi alami. Dalam hal ini sejumlah besar orang terinfeksi secara 
alami dan sembuh tanpa efek serius. Namun, banyak pakar kesehatan publik 
menganggap herd immunity model alami ini berbahaya dan tidak manusiawi. Tidak 
ada yang bisa memprediksi berapa lama herd immunity ini berlangsung. Pun tak 
ada yang bisa mereka-reka berapa banyak manusia yang terinfeksi dan meninggal 
dunia sehingga manusia lain mendapat kekebalan. Vaksin dan vaksinasi bisa 
dikatakan scientific herd immunity. Dengan vaksin, orang terproteksi tanpa 
harus menderita karena terjangkit virus terlebih dahulu. Gagasan vaksin berasal 
dari penemuan Edward Jenner yang pada 1790-an memberikan sedikit virus cacar 
kepada sejumlah orang supaya mereka kebal terhadap penyakit cacar tersebut. 
Kini, perusahaan farmasi dan bioteknologi mengembangkan dan menguji lebih dari 
100 calon vaksin covid-19. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, mengeluarkan 
banyak uang untuk mendapatkan vaksin. Makin banyak penduduk divaksinasi tentu 
makin baik. Akan tetapi, para ahli kesehatan masyarakat menyebut cukup 70% 
penduduk divaksinasi untuk memproteksi seluruh penduduk. Indonesia kiranya 
menggunakan angka 70% itu. Indonesia hanya akan memvaksinasi 70% penduduknya. 
Tidak seluruh penduduk divaksinasi sejalan dengan kenyataan keterbatasan jumlah 
vaksin yang diproduksi, sedangkan satu orang mesti mendapat paling tidak dua 
kali vaksinasi dengan harga vaksin yang relatif mahal. Siapa sajakah penduduk 
yang 70% itu? Di Amerika, pada September 2020, the National Academies of 
Sciences, Engineering and Medicine merilis panduan prioritas penerima 
vaksinasi. Gelombang pertama yang divaksinasi ialah penduduk berisiko tinggi 
termasuk tenaga medis, orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu seperti 
asma, obesitas, dan penyakit jantung, serta penduduk berusia lanjut. Berikutnya 
orang-orang yang melakukan pekerjaan penting seperti guru atau penegak hukum. 
Berikutnya lagi orang-orang muda dan anak-anak. Penduduk selebihnya mendapat 
vaksinasi pada gelombang terakhir. Dari kelompok masyarakat penerima vaksinasi 
tersebut, pemberian vaksin kiranya terkait dengan perkara etis dan kegunaan 
sosial. Tenaga medis diprioritaskan mendapat vaksin karena secara etis mereka 
sangat rentan terjangkit covid-19. Tenaga medis mesti diprioritaskan mendapat 
vaksinasi juga karena pekerjaan mereka punya kegunaan sosial tinggi (high 
social utility), yakni merawat dan menyembuhkan manusia, termasuk mereka yang 
terjangkit covid-19. Guru dan penegak hukum memenuhi argumen kegunaan sosial 
untuk mendapatkan vaksinasi. Bukankah guru melakukan pekerjaan penting, yakni 
mendidik masyarakat? Bukankah penegak hukum melaksanakan pekerjaan penting, 
yakni menjaga ketertiban sosial? Mereka yang menderita penyakit bawaan memenuhi 
argumen etis untuk mendapatkan vaksinasi. Bukankah mereka yang terjangkit 
covid-19 meninggal dunia lebih karena penyakit bawaan? Bukankah tidak etis 
membiarkan orang dengan penyakit bawaan terjangkit covid-19 lalu meninggal 
dunia? Masyarakat daerah terpencil kecil risiko terkena covid-19 bila interaksi 
mereka dengan orang dari luar wilayahnya juga kecil. Itu artinya tidak 
memberikan vaksinasi kepada mereka tidaklah melanggar etika. Akan tetapi, 
masyarakat daerah terpencil yang pekerjaan mereka punya kegunaan sosial tinggi, 
seperti guru atau anggota TNI-Polri, tetap perlu divaksinasi meski di prioritas 
terakhir. Akan lebih berguna secara sosial pula bila yang diprioritaskan 
divaksinasi para guru dan anggota Polri-TNI yang berkerja di wilayah ramai 
penduduk. Presiden Jokowi dan sejumlah menteri berulang kali menyebut tenaga 
medis, guru, anggota TNI-Polri, orang berpenyakit bawaan, orang berusia lanjut 
sebagai prioritas penerima vaksinasi. Tinggal lagi prioritas itu disusun 
sebagai kebijakan yang akan memandu vaksinasi kelak.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1969-orang-terpencil-dilarang-divaksinasi





Kirim email ke