[GELORA45] Radikalisme Harus Ditangani secara Dialog
2017-07-05
Terurut Topik
'Karma, I Nengah [PT. Altus Logistic Service Indonesia]' ineng...@chevron.com [GELORA45]
Wah kalau tero.. diajak dialog repot juga, bagaimana kalau dia minta pemerintah harus mengganti bendara merah putih diganti dengan bendera hitam. Dimana mana tero.. harus diperangi, amerika aja tidak pernah berdialog dengan tero.. From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Wednesday, July 05, 2017 6:51 PM Subject: [**EXTERNAL**] [GELORA45] Radikalisme Harus Ditangani secara Dialog Harus dengan dialog kasih sayang? hehehehehe http://sp.beritasatu.com/home/radikalisme-harus-ditangani-secara-dialog/119532 Radikalisme Harus Ditangani secara Dialog Rabu, 5 Juli 2017 | 11:57 [SURABAYA] Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo, mengatakan, penanganan radikalisme atau deradikalisasi harus dengan cara mengajak dialog kubu-kubu yang dianggap radikal agar bisa kembali ke jalan yang benar. Pasalnya, mereka (pelaku radikalisme) juga manusia yang bisa diajak bicara dari hati ke hati. Dialog juga solusi yang lebih aman dan nyaman daripada melalui jalan kekerasan. Hal itu disampaikan Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, menjawab pertanyaan wartawan terkait isu masuknya jaringan teroris ISIS ke wilayah kabupaten ujung timur di Pulau Madura. Wawancara dilakukan seusai halal bi halal di Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan 110 Surabaya, Selasa (4/7). Pemerintah, lanjut Pakde Karwo, siap memfasilitasi dialog tersebut dengan mempertemukan pihak yang kredibel di bidang agama, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan kubu yang dianggap radikal. Dialog adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah. MUI bisa disebut sebagai inside government. Pasalnya mereka mengurus agama tapi bukan lembaga pemerintah. Tugas pemerintah adalah memfasilitasi terhadap proses deradikalisasi. Ini lebih baik daripada mengambil garisan kemudian langsung menjustifikasi bahwa yang ini halal dan itu haram. Tapi mari berdialog dengan kepala dingin untuk menemukan solusi. Menurut gubernur, agar paham radikalisme tidak semakin meluas, diperlukan peran aktif dari pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo untuk memfilter lebih ketat lagi konten-konten online yang bermuatan radikalisme. Pasalnya, ujaran-ujaran dan publikasi yang sesat lebih banyak dilakukan lewat dunia maya, khususnya media sosial. [TG]
[GELORA45] Radikalisme Harus Ditangani secara Dialog
*Harus dengan dialog kasih sayang? hehehehehe* http://sp.beritasatu.com/home/radikalisme-harus-ditangani-secara-dialog/119532 *Radikalisme Harus Ditangani secara Dialog* Rabu, 5 Juli 2017 | 11:57 [SURABAYA] Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo, mengatakan, penanganan radikalisme atau deradikalisasi harus dengan cara mengajak dialog kubu-kubu yang dianggap radikal agar bisa kembali ke jalan yang benar. Pasalnya, mereka (pelaku radikalisme) juga manusia yang bisa diajak bicara dari hati ke hati. Dialog juga solusi yang lebih aman dan nyaman daripada melalui jalan kekerasan. Hal itu disampaikan Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo, menjawab pertanyaan wartawan terkait isu masuknya jaringan teroris ISIS ke wilayah kabupaten ujung timur di Pulau Madura. Wawancara dilakukan seusai halal bi halal di Kantor Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan 110 Surabaya, Selasa (4/7). Pemerintah, lanjut Pakde Karwo, siap memfasilitasi dialog tersebut dengan mempertemukan pihak yang kredibel di bidang agama, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan kubu yang dianggap radikal. Dialog adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah. MUI bisa disebut sebagai *inside government*. Pasalnya mereka mengurus agama tapi bukan lembaga pemerintah. Tugas pemerintah adalah memfasilitasi terhadap proses deradikalisasi. Ini lebih baik daripada mengambil garisan kemudian langsung menjustifikasi bahwa yang ini halal dan itu haram. Tapi mari berdialog dengan kepala dingin untuk menemukan solusi. Menurut gubernur, agar paham radikalisme tidak semakin meluas, diperlukan peran aktif dari pemerintah, dalam hal ini Kemenkominfo untuk memfilter lebih ketat lagi konten-konten *online *yang bermuatan radikalisme. Pasalnya, ujaran-ujaran dan publikasi yang sesat lebih banyak dilakukan lewat dunia maya, khususnya media sosial. [TG]