-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://news.detik.com/kolom/d-5196879/resesi-dan-pandemi-sebagai-masalah-bersama?tag_from=wp_cb_kolom_list




Bambang Soesatyo

Resesi dan Pandemi Sebagai Masalah Bersama

Bambang Soesatyo - detikNews

Jumat, 02 Okt 2020 10:58 WIB
0 komentar
SHARE
URL telah disalin
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo Saat diskusi Empat Pilar MPR dengan tema 
Refleksi Akhir Tahun MPR 2019 di media center Parlemen, Gedung Nusantara III 
komplek Parlemen Senayan, Jakarta. Rabu (18/12/2019). CNN Indonesia/Andry 
Novelino
Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino
Jakarta -

Resesi ekonomi dan pandemi COVID-19 menjadi dua persoalan saling berkait. 
Sebab, resesi ekonomi 2020 terjadi karena pandemi COVID-19. Untuk keluar dari 
dua perangkap ini, peran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan justru 
menjadi kontribusi penyelesaian masalah yang paling menentukan.

Bahkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sekali pun mengakui tidak bisa 
memprediksi kapan puncak kasus COVID-19 di Indonesia. Bagi Satgas, riwayat 
pandemi ini sangat bergantung pada kepatuhan masyarakat menerapkan protokol 
kesehatan. Naik-turunnya jumlah kasus COVID-19 benar-benar ditentukan oleh 
perilaku masyarakat menyikapi protokol kesehatan tentang pemakaian masker, 
menjaga jarak, dan rajin cuci tangan.

Sebagaimana sudah menjadi pengetahuan bersama, perekonomian Indonesia sudah 
berada dalam zona resesi karena pertumbuhan negatif di kuartal II dan III tahun 
ini. Kalkulasi tentang proyeksi pemulihan ekonomi nasional pun tidak bisa tidak 
harus berpijak pada kecenderungan jumlah kasus COVID-19 sebagai faktor utama. 
Mengedepankan optimisme, pemerintah memproyeksikan perekonomian nasional 
diharapkan mulai awali proses pemulihan pada kuartal IV-2020 dan berakselerasi 
pada 2021. Namun, optimisme ini tetap masih dipengaruhi kecenderungan pandemi 
COVID-19 dan faktor ketersediaan vaksin Corona pada 2021.

Kalau semua elemen masyarakat gagal berkontribusi menekan jumlah kasus COVID-19 
di dalam negeri, optimisme itu tak akan terwujud, dan akibatnya akan sangat 
tidak menyenangkan. Sebab, semua orang tak bisa menghindar dari ekses resesi 
ekonomi.

Tentu saja kehidupan bersama sepanjang periode itu menjadi sangat tidak nyaman 
karena masih dihantui rasa takut akan tertular COVID-19, sementara sisi 
perekonomian setiap orang pun menjadi makin sulit. Jadi, keterkaitan atau 
saling mempengaruhi antara resesi ekonomi dengan pandemi COVID-19 tidaklah 
mengada-ada, melainkan sebuah fakta yang harus diterima dan disikapi bersama 
oleh semua elemen masyarakat.
Baca juga:
Begini Cara Lindungi Keluarga dari Paparan COVID-19


Karena itu, jangan lagi ada kelompok masyarakat yang merasa kebal dari 
kemungkinan tertular COVID-19. Pun, jangan lagi membangun persepsi bahwa 
pandemi global COVID-19 sebagai rekayasa. Bahkan, jangan pernah lagi 
beranggapan bahwa COVID-19 sebagai penyakit orang kaya.

Sudah terbukti bahwa virus ini bisa menular ke siapa saja tanpa kecuali; dari 
mereka yang lanjut usia hingga usia anak; dari orang kaya hingga mereka yang 
berkekurangan, dan dari masyarakat biasa hingga pejabat tinggi negara. Dan, 
jangan lupa bahwa disebut pandemi global karena virus SARS-CoV-2 ini sudah 
mewabah ke seluruh negara di dunia; dari negara kaya atau super power hingga 
negara miskin.

Kematian di seluruh dunia akibat COVID-19 telah melampaui jumlah satu juta, 
dengan jumlah kasus terkonfirmasi lebih dari 34 juta. Para ahli pada Organisasi 
Kesehatan Dunia (WHO) sangat yakin bahwa angka-angka ini tidak mencerminkan 
situasi yang sebenarnya.

Jumlah kasus maupun jumlah kematian diyakini lebih tinggi dari angka-angka 
terkonfirmasi itu. Gambaran paling memprihatinkan terlihat di Amerika Serikat 
(AS), dengan 7,1 juta kasus terkonfirmasi dan 205 ribu kematian. Menyusul 
kemudian Brasil dengan 4,7 juta kasus dan 142 ribu kematian. India di urutan 
berikutnya. Kendati jumlah kasusnya lebih banyak, sekitar enam juta kasus, 
namun jumlah kematian 95.000 atau lebih rendah dibanding Brasil.
Baca juga:
Ke Anggota BEM Kampus di Jakarta, Ketua MPR Bicara Kebinekaan


Dengan memahami fakta dan kecenderungan di AS, Brasil, dan India itu, seluruh 
elemen masyarakat Indonesia hendaknya tidak boleh lagu menyederhanakan ancaman 
dari COVID-19. Semua orang patut prihatin karena jumlah rata-rata kasus baru 
per harinya bertambah dengan jumlah di atas 4.000 kasus. Karena bertambah 4.174 
kasus baru per Kamis (1/10), jumlah kasus COVID-19 di dalam negeri menjadi 
291.182, dengan total kematian 10.856. Memang, jumlah pasien sembuh berdasarkan 
pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) juga terus bertambah. 
Hingga awal Oktober 2020 ini, total pasien COVID-19 yang sembuh menjadi 218.417 
pasien.

Namun, angka kesembuhan itu tidak boleh mendorong setiap orang meremehkan 
ancaman dari COVID-19. Selain itu, dengan kesadaran dan gerakan bersama menekan 
jumlah kasus COVID-19 hingga level terendah, citra negara-bangsa akan 
favourable untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi.

Tak dapat dipungkiri bahwa kesulitan mengendalikan proses penularan COVID-19 
mendorong banyak negara, termasuk Indonesia, menunggu dan mengandalkan hadirnya 
vaksin Corona. Beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan 
bahwa vaksin COVID-19 akan bisa segera disuntikkan dalam waktu dekat, sehingga 
kehidupan bisa kembali normal. Presiden bahkan optimis pemberian vaksin bagi 
masyarakat bisa dilakukan pada akhir 2020 atau awal 2021 mendatang.

Untuk tahap awal, pemberian vaksin diprioritaskan bagi sekitar 170 juta 
masyarakat. Kemudian, secara bertahap, vaksin akan diberikan kepada semua 
masyarakat. AS pun memperlihatkan sikap dan posisi yang sama. Pendiri 
Microsoft, Bill Gates, yang mendanai pembuatan beberapa vaksin Corona, bahkan 
yakin bahwa publik AS akan meraih kembali kehidupan yang normal pada musim 
panas 2021. Gates yakin karena vaksin Corona sudah disetujui untuk disuntikkan 
kepada semua orang di AS pada tahun mendatang.
Baca juga:
Ketua MPR: Jangan Jadikan Pancasila Sebagai Alat Provokasi Bangsa


Di Indonesia, pemerintah pun sudah bekerja keras, tidak hanya untuk 
menghadirkan jumlah vaksin dalam jumlah atau volume yang memadai, tetapi juga 
berupaya meminimalisir kerusakan pada sektor ekonomi akibat pandemi dan resesi. 
Untuk keperluan produksi vaksin oleh PT Bio Farma, bahan bakunya akan dipasok 
dari Tiongkok oleh Sinovac mulai November 2020. Sesuai kesepakatan Bio Farma 
dan Sinovac, Indonesia mendapatkan bahan baku untuk sebanyak 50 juta dosis.

Pasokan sejumlah itu akan rampung hingga Maret 2021. Bahan baku itu menjalani 
pengujian terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Produksi 
vaksin dijadwalkan bisa dimulai awal 2021. Kapasitas produksi Bio Farma yang 
tahun ini sebesar 100 juta dosis akan ditingkatkan menjadi 250 juta dosis pada 
2021.

Untuk menjaga ketahanan ekonomi dan kesehatan masyarakat, Satuan Tugas 
Pemulihan dan Transformasi Ekonomi KPCPEN (Satgas PEN) terus berupaya 
memperbesar realisasi penyerapan anggaran. Untuk pemulihan ekonomi dan merawat 
kesehatan masyarakat, Satgas ini mengelola anggaran Rp 695,2 triliun. Total 
anggaran ini untuk menopang ketahanan empat sektor, meliputi perlindungan 
sosial, ketahanan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Kementerian/Lembaga 
dan pemerintah daerah. Anggaran yang sudah terserap mencapai Rp 304,6 triliun 
atau 43,8 persen.

Khusus untuk pemulihan ekonomi, penyerapannya sudah melampaui Rp 100 triliun 
hingga akhir September 2020. Sedangkan serapan anggaran perlindungan sosial 
sudah mencapai Rp 36,3 triliun atau 97,1 persen dari pagu anggaran Rp 37,4 
triliun untuk 10 juta keluarga. Dan, dengan pagu Rp 43,6 triliun, realisasi 
Program Kartu Sembako sudah mencapai Rp31,9 triliun atau 73,2% kepada 19,4 juta 
penerima manfaat.

Ini semua menjadi bukti bahwa negara dan pemerintah tidak sekadar hadir di 
tengah pandemi dan resesi ekonomi, tetapi juga bekerja keras. Karena resesi dan 
pandemi COVID-19 sudah menjadi persoalan bersama, bangsa dan negara butuh 
kontribusi dari masyarakat berupa kepatuhan pada protokol kesehatan.

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI

Simak juga video 'Genjot Ekonomi RI, Satgas PEN Gelontorkan Rp 137 T':



(mul/ega)
resesi
bambang soesatyo
mpr


0 komentar





Kirim email ke