Re: [GM2020] Fw: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua dari G 8, di L'Aquilla.

2009-07-12 Terurut Topik Anggry Solihin
Assalamu alaikum.Sekedar untuk share dan komentar untuk Revolusi Hijau jilid 2 
yang dicetuskan dalam forum G8 beberapa waktu yang lalu.Dengan tidak melupakan 
berbagai keberhasilan dari Revolusi Hijau jilid 1 yang dilaksanakan di 
Indonesia pada zaman orde baru, Revolusi Hijau jilid 2 tentu menjadi topik yang 
layak untuk didiskusikan,Pengalamn Indonesia dalam Revolusi hijau mengajarkan 
kita untuk lebih selektif dan kritis memilih paket teknologi yang akan 
diaplikasikan dalam praktek budidaya pertanian. Beberapa dampak revolusi hijau 
yang terjadi di Indonesia seperti Resistensi dan Resurjensi hama dan penyakit, 
residu pestisida (DDT), degradasi kesuburan tanah dll seharusnya menjadi modal 
untuk menyikapi revolusi hijau jilid 2 ini. Peningkatan produksi pangan mutlak 
dibutuhkan, namun tidak dengan cara/metode yang memberikan dampak buruk di masa 
depan. Satu hal yang seringkali menjadi ruh dari paket teknologi dalam revolusi 
hijau adalah mindset pertanian
 yang sangat antroposentris dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, jika 
Revolusi Hijau II yang didengung-dengungkan Negara2 maju (G8) masih menggunakan 
mindset yg tdk ramah lingkungan dan antroposentris tidak perlu kita adaptasi di 
Indonesia.Terima kasih...Wassalamu alaikumAnggry Solihin (Masih berjuang jadi 
SP.)
--- Pada Ming, 12/7/09, Nurdin Baderan, SP  menulis:

Dari: Nurdin Baderan, SP 
Judul: Re: [GM2020] Fw: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua 
dari G 8, di  L'Aquilla.
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 12 Juli, 2009, 2:46 PM











 











  
  salam GM2020
terima kasih juga om bakrie. 

salam dari kami

Nurdin-Aspol Panaragan

--- On Sun, 7/12/09, arbiebakri  wrote:

From: arbiebakri 
Subject: [GM2020] Fw: Re: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua 
dari G 8, di  L'Aquilla.
To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com
Date: Sunday, July 12, 2009, 10:11 PM









  
  Terima kasih atas komentar Bung Nurdin Baderan.

Salam dan semoga sehat untuk semua kawan-kawan kita di Bogor.Odu olo.



--- In gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, "Nurdin Baderan, SP"  wrote:

>

> As & Salam GM2020

> perihal tentang Green Revolution Kedua dari G 8, di  L'Aquilla & hasil uji 
> coba melalui demplot dengan hasil estimasi 12 ton/ha itu mungkin merupakan 
> keragaan yang ditunjukkan oleh lahan/tanah di daerah jawa, terutama Subang 
> Jawa Barat. Kebanyakan benih Padi varitas apapun selama ini yang dilepas 
> deptan atau lembaga riset Padi resmi lainnya tidak adaptable dan tidak 
> spesifik lokasi, sehingga semua paket teknologi yang direkomendasikan awalnya 
> menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi lahan (tanah,iklim, 
> hidrologi, landform & orang/petani) di daerah jawa sangat berbeda nyata 
> dengan kondisi lahan di daerah luar jawa, apalagi daerah Gorontalo yang 
> tanahnya status kesuburan tanahnya relatif rendah, Zona agroklimat D-E (4-7 
> bulan kering), landform yang dominan fluvial (dataran banjir) dan petani yang 
> cenderung wait & see (melihat & menunggu bukti dulu), sehingga Padi Mutasi 
> baru tsb bukannya menjadi benih justru seperti apa
 yang om bakrie katakan

>  menjadi "ILA"(Nasi Perut). Jadi sepatutnyalah deptan dengan kapasitasnya 
> harus melakukan uji coba lapang secara spesifik lokasi dengan karakteristik 
> dan kualitas lahan yang beragam. jangan seolah-olah hantam kromo saja. di 
> sisi lain deptan sudah mempunyai database karakteristik dan kualitas lahan 
> hampir di seluruh Indonesia. dengan demikian, maka peningkatan produksi Padi 
> Nasional bisa tercapai dengan pola estimasi produksi yang predictable. Konsep 
> nutrient balance dalam tanah bisa juga digunakan untuk sustainability 
> produksi padi. jadi besaran input dan output dapat dideteksi dini. Maaf hanya 
> ikut mewarnai

> 

> Salam 

> Nurdin

> 

> --- On Sun, 7/12/09, Bakri Arbie  wrote:

> 

> From: Bakri Arbie 

> Subject: [GM2020] Fw: Re: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua 
> dari G 8, di  L'Aquilla.

> To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com, salemb...@yahoogrou ps.com, "Amir 
> Sambodo" , "Bambang" 

> Date: Sunday, July 12, 2009, 9:01 AM

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

> 

>   

>   

> 

> --- On Sat, 7/11/09, bakri arbie  wrote:

> 

> From: bakri arbie 

> Subject: Fw: Re: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua dari G 
> 8, di  L'Aquilla.

> To: hast...@ristek. go.id, "Noor Agus Salim" , "arbie 
> bakri" 

> Date: Saturday, July 11, 2009, 8:46 PM

> 

> 

> 

> --- On Sat, 7/11/09, bakri arbie

>   wrote:

> 

> From: bakri arbie 

> Subject: Re: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Bls: Green Revolution Kedua dari G 8, di 
>  L'Aquilla.

> To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com

> Cc: alumniprancis@ yahoogroups. com

> Date: Saturday, July 11, 2009, 5:45 PM

> 

> Yth Rekan milis,

> 

> Mohon maaf mestinya saya ketik 12 ton/ha di demo plot,buk

Bls: [GM2020] Fw: [pfipusatgroups] Surat Bu Prita Mulyasari yang membuat dia dipenjara

2009-06-03 Terurut Topik Anggry Solihin
Terima kasih kepada om tuturuga yang sudah memberikan salinan email dari mba 
Prita.Semoga dengan adanya salinan email ini para anggota milis dapat mengerti 
kronologis yang sebenarnya dan dapat melakukan penilaian yang objektif. 
Secara pribadi, saya bersyukur bahwa permasalahan yang selama ini jarang 
terekspose kepada publik (mal praktek dari RS n Dokter) bisa terungkap, 
terlepas bahwa selama ini masih terdapat kejanggalan pada pelaksanaan dan 
minimnya sosialisasi terhadap UU ITE (11 Thn 2008).Salut buat kesabaran dan 
keteguhan mba' Prita. Allah selalu beserta orang2 yang dizholimi.
--- Pada Rab, 3/6/09, Tuturuga  menulis:

Dari: Tuturuga 
Topik: [GM2020] Fw: [pfipusatgroups] Surat Bu Prita Mulyasari yang membuat dia 
dipenjara 
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 3 Juni, 2009, 5:45 AM











 











  
  

Sabtu, 30/08/2008 11:17 WIB



RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF.



Prita Mulyasari - suaraPembaca



/ist.

Jakarta - Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia 
lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat 
berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international 
karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba 
pasien, penjualan obat, dan suntikan.



Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami 
kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 
20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI 
Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandard International, yang 
tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.



Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 
derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit 
saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan 
ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I 
melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya 
dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.



dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya 
meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu 
referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan 
saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.



Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin 
pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H 
visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 
27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H 
terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam 
suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.



Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan 
jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di 
rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir 
positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya 
saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.



Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik 
tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta 
keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster 
hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks 
lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.



Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan 
minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke 
ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan 
datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek 
dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.



Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk 
memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya 
sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan 
berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam 
berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan 
kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.



Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak 
napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya 
berkata menunggu dr H saja.



Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun 
mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk 
diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.



Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji 
selalu

[GM2020] RUU BHP Disyahkan..!!!

2008-12-11 Terurut Topik Anggry Solihin
Komisi X Bersama Mendiknas Sepakati RUU Badan Hukum PendidikanTanggal : 
11 Dec 2008
Sumber :dpr.go.id



dpr.go.id, 

Komisi X DPR bersama Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo akhirnya 
sepakati RUU BHP (Badan Hukum Pendidikan) untuk disahkan di Rapat Paripurna.


    Hal tersebut terungkap saat Komisi X DPR yang dipimpin oleh Ketua 
Komisi X Iwan Prayitno (F-PKS) melakukan Rapat Kerja dengan Mendiknas, di 
Gedung DPR, Jakarta, Rabu, (10/12)


Dengan disepakatinya RUU ini menurut Ketua Tim Perumus RUU BHP Anwar Arifin 
(F-PG) nantinya tidak semua satuan pendidikan dasar dan menengah dapat memiliki 
 Badan Hukum Pendidikan, hanya yang memiliki standar nasional dan berakreditasi 
A yang bisa memiliki Badan Hukum Pendidikan. 


“Hanya sekolah yang bagus dan berstandar internasional saja diharuskan jadi 
BHP,”kata Anwar. Lebih lanjut ia menambahkan tidak semua sekolah mampu 
bertransformasi menjadi Badan Hukum Pendidikan. 


Pendapat senada dikemukakan oleh Dirjen Dikti, Fasli Jalal yang menjelaskan 
bahwa untuk sekolah dan madrasah tidak perlu jadi BHP, karena manajemennya 
masih sangat sederhana. “Untuk BHP diperlukan wali amanat, senat akademik, 
dewan audit dan lainnya dan manajemen tata kelola yang sudah matang saat ini 
hanya ada pada pendidikan tinggi,”ujarnya.


Beberapa waktu yang lalu Mendiknas sempat menolak RUU BHP untuk disahkan, 
karena menurutnya masih ada materi yang harus dibahas mengenai manajemen tata 
kelola badan hukum pendidikan termasuk wewenang rektor, majelis wali amanat, 
senat akademik dan dewan audit.


Mendiknas mengusulkan suatu usulan baru, yakni fungsi kebijakan berada ditangan 
rektor, sedangkan fungsi pengawasan akademik ada pada senat akademik. “Dengan 
adanya pengaturan fungsi ini diharapkan manajemen tata kelola menjadi lebih 
baik,”tegasnya. 


Mmenurut Mendiknas, usulan tersebut diharapkan untuk tidak menimbulkan benturan 
antara penentu kebijakan umum dan penentu kebijakan akademik, Usul baru 
pemerintah tersebut  akhirnya dapat diterima oleh semua fraksi di Komisi X 
DPR-RI. (sc)




  Pamer gaya dengan skin baru yang keren. Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru 
sekarang! http://id.messenger.yahoo.com

Bls: [GM2020] Pelajaran Cinta : Nikah Tanpa Pacaran

2008-11-20 Terurut Topik Anggry Solihin

Okey bos, bungkus. Btw, ente nikahnya kapan nich??
Jngan lupa undangannya ya? 
Wassalamu alaikum

--- Pada Rab, 19/11/08, ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
Dari: ahmad fadhli <[EMAIL PROTECTED]>
Topik: [GM2020] Pelajaran Cinta : Nikah Tanpa Pacaran
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 19 November, 2008, 11:19 PM











Pelajaran Cinta : Nikah Tanpa Pacaran



Pernah membayangkan, ketika suatu saat nanti, kita menikahi orang yang belum 
kita kenal, bahkan sangat asing?  Dalam beberapa kasus, saya menemukan kedua 
mempelai baru bertemu ketika akad nikah.



Entah kenapa, Nikah tanpa Pacaran, menjadi sesuatu yang asing bagi kita saat 
ini.  Padahal, kalau kita mau mengakui, jujur dan belajar dari sejarah, pacaran 
merupakan "produk" abad terakhir.  Sebelumnya, pernikahan terlaksana melalui 
proses perjodohan, atau kalaupun tidak, ketika seorang lelaki menyukai seorang 
perempuan, dia langsung datang ke rumah perempuan itu untuk meminang.  Wow, 
Gentleman, EUY! Dan proses pernikahan pun, tidak ribet, tidak berbelit-belit. 
Kalaupun ada proses pengenalan, tidak berlangsung terlalu lama biasanya.



Berbeda sekali dengan kebanyakan orang-orang saat ini.

"Kalau belum kenal kan, ngeri juga…"

"Emang kita hidup di zaman Firaun, pake nikah dijodoh-jodohin segala…"

"Udah nggak zaman lagi deh, nikah pake dijodohin…"

"Pacaran itu kan proses, supaya kita saling mengenal, supaya nggak nyesel dan 
salah pilih…"

Ya, kira-kira seperti itu lah beberapa argumen yang sempat masuk ke telinga 
saya, termasuk saya juga pernah berpikiran seperti itu.



Ada satu pertanyaan, mana yang lebih banyak, kasus perceraian saat ini, atau di 
zaman kakek dan nenek kita dahulu?  Saya yakin, jawabannya pasti lebih banyak 
saat ini.  Padahal, zaman kakek-nenek kita itu masih zamannya perjodohan.  
Jadi, apakah pacaran menjamin kelanggengan hubungan suami-istri? Tidak Juga!



Seorang ustadz pernah bercerita, temannya berpacaran 7 tahun sebelum menikah.  
Tapi, kemudian bercerai 3 bulan setelah menikah…alasannya, karena istrinya 
tidak bisa tidur kalau tidak ditemani kucing dan lampu yang mati, sementara dia 
alergi kucing dan tidak bisa tidur kalau lampu terang.  Kemudian, saya juga 
ingat bahwa ternyata pasangan suami-istri yang terlalu lama berpacaran sebelum 
menikah, lebih mudah merasakan kebosanan dalam hubungan rumah tangganya.  Ini 
merupakan fakta yang pernah saya dengar dari paman seorang teman yang psikolog.



Berapapun lama pacaran, tidak menjamin kita untuk bisa lebih mengetahui segala 
hal tentang pasangan kita.  Ketika memasuki gerbang rumah tangga, segalanya 
akan jauh berbeda dengan sebelum menikah.  Ada detil-detil pasangan kita yang 
selama berpacaran "tersembunyi" atau "disembunyikan" yang kemudian muncul.  
Dalam banyak hal.  Faktanya, dalam pacaran memang banyak hal yang sering 
ditutupi terhadap pasangannya.  Meskipun tidak semua orang seperti itu.



Pada dasarnya, perasaan cinta, bisa ditumbuhkan.  Terhadap siapapun.  Bahkan 
orang yang menurut kita tidak menarik sama sekali.  Tidak percaya?  Saya pernah 
mengalaminya, meskipun kemudian pikiran tersebut saya buang jauh-jauh.  Toh, 
kita pun sering menemukan kasus cinta pada pandangan pertama.  Ego kita saja 
yang kemudian mengalahkan perasaan cinta tersebut.  Karena, menurut kita, 
kurang cantik, kurang cerdas…dan kurang-kurang yang lainnya.



Pada kasus saya, saya awalnya mencoba untuk mempraktikan tips dari seorang 
ustadz agar kita bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap seseorang.  
Katanya,"Pikirkan saja nama seseorang, setiap hari…meskipun awalnya tidak ada 
perasaan suka, lama-lama perasaan tersebut akan muncul juga"…lebih kurang 
redaksinya seperti itu.  Saya pun, entah kenapa, penasaran dan saya coba juga.  
Awalnya, memang tidak ada perasaan apa-apa.  Interaksi yang sering dan melihat 
hal-hal positif dari orang itu yang kemudian "memunculkan" rasa itu.  Sampai 
kemudian, saya pun menyadari, bahwa ternyata, perasaan cinta, simpati atau 
empati memang bisa ditumbuhkan.  Tergantung bagaimana kita mengolahnya dan 
kemauan kita untuk membuka hati kita.  Itu saja sebetulnya.  Hal lain adalah 
kesadaran bahwa setiap orang memang memiliki kelebihan dan kekurangan.  Orang 
lain pun ingin diperlakukan sebagaimana kita diperlakukan.  Meskipun, pada 
kasus Lelaki dan Perempuan, berbeda cara perlakuan. 

 Kalau sudah begitu, saya kira, kita akan mudah untuk "jatuh cinta" kepada 
siapa pun.



Saya sering ngobrol dengan teman-teman yang menikah tanpa pacaran, bahkan 
dengan orang yang belum mereka kenal sebelumnya.  Saya meminta mereka untuk 
bercerita tentang kesan-kesan pernikahan mereka.  Ternyata, banyak hal menarik 
yang mereka ceritakan.  Terutama, di malam pertama mereka. Heu heu heu…Kata 
mereka, "justru seninya adalah ketika kita berusaha untuk saling mengenal, 
meraba-raba perasaan pasangan kita, bagaimana kalau dia sedih, marah, senang, 
apa yang menyebabkan dia marah, sedih atau senang, ketika petama kali 
ber