<http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/119344;_ylc=X3oDMTJ0NTl0ajMzBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzEzMDA2NzAyBGdycHNwSWQDMTcwNTA0MzY5NQRtc2dJZAMxMTkzNDQEc2VjA2Rtc2cEc2xrA3Ztc2cEc3RpbWUDMTIzODg4MDQ2NA-->Mungkin
        tulisan ini menarik bagi teman2 a.l. Arbeyn Dungga, Sofyan Uli,
        Irwan Karim,Ricky Octavian, Elnino,Herwin Mopangga serta teman2
        wartawan lain
        . Ws.OH


        Sketsa VII Kematian David: Bernilai Ekonomi Mengulur-alur
        
<http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/119344;_ylc=X3oDMTJ0NTl0ajMzBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzEzMDA2NzAyBGdycHNwSWQDMTcwNTA0MzY5NQRtc2dJZAMxMTkzNDQEc2VjA2Rtc2cEc2xrA3Ztc2cEc3RpbWUDMTIzODg4MDQ2NA-->



          Posted by: "iwan piliang" iwan.pili...@yahoo.com
          
<mailto:iwan.pili...@yahoo.com?subject=%20re%3asketsa%20vii%20kematian%20david%3a%20bernilai%20ekonomi%20mengulur-alur>
          iwan.piliang <http://profiles.yahoo.com/iwan.piliang>


            Sat Apr 4, 2009 2:12 pm (PDT)


    Sketsa VII Kematian David: Bernilai Ekonomi Mengulur-alur

    Verifikasi mengerucutkan pembunuhan David. Risetnya 100% bernilai
    ekonomi. Sebuah literair berikutnya.









    “ALLAHUAKBAR….”



    Suara azan shalat Ashar dari Masjid Salman, ITB, Bandung, Kamis, 2
    April 2009 itu berkumandang. Hujan rintik. Mendung menggantung. Daun
    pohon Mahoni berbatang besar-besar kuyup dibasahi hujan di tepi
    jalan. Di depan pilar-pilar besar dua pagutan berbatu alam di gedung
    Lab VIII, kampus ITB, itu seakan berlari berkejaran menghampiri.



    “Marilah meraih kemenangan…”



    Suara azan menjelang akhir.



    Langkah cepat saya menaiki tangga ke lantai dua Lab gedung VIII itu.
    Waktu sudah pukul 15.30, seharusnya di jam 15.00 saya sudah berada
    di ruangan DR. Ary Setijadi Prihatmanto, 36 tahun. Jarang saya
    terlambat berjanji.



    Keasyikan bertemu berdiskusi dengan Hemat Dwi Nuryanto, kawan dari
    komunitas open source Bandung, yang mengajak saya bergabung sejak
    awal 2008 lalu ikut membantu www.crayonpedia. org, portal ber-enjin
    Mediawiki, bagi muara seluruh materi pengajaran, dari tingkat
    sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bila terisi penuh kelak, akan
    sangat bernilai: tidak perlu membeli buku pelajaran mahal macam hari
    ini.



    Begitu masuk ke ruang presentasi Ary Setijadi, di salah satu pintu
    yang terkuak di sela lorong panjang. Di dalamnya tiga mahasiswa
    berkonsultasi, lengkap dengan lap top-nya. Mereka langsung angkat
    komputer jinjing itu, meninggalkan ruang, tanpa aba-aba. Saya tak
    sempat berkenalan.



    “Silakan, saya sudah bilang ke kawan-kawan, ini sejam untuk Anda,”
    tutur Ary. Sosoknya menamatkan S3 di Linz, Austria. Baru dua tahun
    Ary pulang ke ITB, setelah diminta Diknas, memimpin jurusan baru:
    ITB Digital Media & Game Technology, malting the boundary of art
    science and engineering.



    Di ruang itu ada vertical banner tentang Digital Scene Mapping Area
    Correlation (DSMAC), sebuah aplikasi yang dikembangkan di fakultas
    elektro dan informatika, ITB itu, untuk kepentingan mencari titik
    sasar sebuah missil yang diterbangkan. DSMAC itu bagi kepentingan
    riset, kerjasama dengan TNI.



    “DSMAC ini salah satu aplikasi, bagian pembuatannya memakai program
    Open CV,” kata Ary pula, “Sudah sepuluh tahun ini aplikasi ini mucul
    di kamera.”



    Open CV adalah Open Computer Vision, sebuah software yang
    dikeluarkan oleh Intel Corporation 1998, yang telah di-upgrade 2001.
    Ia dapat dipakai gratis untuk kepentingan riset dan perguruan
    tinggi, terutama untuk pengolahan data, pengompresan maksi, library.
    Aplikasi inilah antara lain dipakai oleh David Hartanto Wijaya di
    tugas akhirnya.



    David mahasiswa jenius matematika yang dapat beasiswa dari Indonesia
    belajar di jurusan Elecrical and Elerctronic Engineering (EEE),
    smester akhir (VIII), Nanyang Technological University (NTU), yang
    ditemukan meninggal tidak wajar pada 2 Maret 2009 lalu. Empat hari
    setelah David berpulang, mati pula gantung diri Zhou Zheng, 29
    tahun, asisten Profesor Chan Kap Luk, pembimbing tugas akhir David.
    Di hari ke-25, meninggal lagi Hun Kunlun, sesama warga negara Cina
    dengan Zhou. Hun tertabrak mobil, ketika hendak naik bus menuju
    kampusnya di NTU. Keduanya sefakultas dengan David.



    Saya mengindisikan tajam David dibunuh. Di Sketsa sebelumnya, ada
    saksi mata, yang melihat David berlari dari ruang kerja Chan Kap
    Luk. David berteriak, “They want to kill me.”

    Ketika memperhatikan seputar ruangan Ary Setijadi di bandung petang
    itu, bulu roma saya merinding. Karena Ary bilang, “Kami juga sedang
    membuat riset untuk aplikasi sistem kendali meriam untuk
    penjelajahan objek bergerak, kerja sama dengan TNI.”



    Mengapa bulu saya berdiri?



    Data yang saya verifikasi, rektor NTU, Su Guaning, adalah seorang
    doktor enjiner, lulusan Alberta, AS. Ia juga bekerja untuk Defense
    Technology Security Administration (DTSA), di Kementrian Pertahanan
    Singapura. Sebelum menjadi rektor, ia juga memimpin fakultas EEE di
    NTU, yang kini dipimpin oleh Profesor Chan Kap Luk, itu. Dan, Chan
    juga tercatat pernah duduk di DTSA. Jika Lab sejenis di ITB akrab
    untuk penelitian urusan kepentingan militer, bukan mustahil hal
    demikian juga terjadi di EEE, NTU. Maka, EEE sangat penting bagi
    NTU, bagi negara Singapura.



    Adalah Su Guaning, rector NTU itu, 6 jam setelah kematian David
    langung merilis berita, bahwa kematian David karena menusuk Prof.
    Chan, dengan alasan beasiswa David dicabut, melukai nadi lalu lompat
    bunuh dari lantai empat Lab EEE. Berita itu menyebar ke manca negara.



    “Dan berita itu bohong. Setidaknya polisi Singapura sudah meralatnya
    melalaui intelijen senior Soh Ceh Ing,” ujar Wiliam Wijaya, kakak
    kandung almarhum David.



    Fakta kemudian, Profesor Chan yang dikatakan luka berat, di hari
    Rabu,, 4 Maret 2009, sudah keluar rumah sakit. Ia kini dicutikan
    NTU, untuk jangka waktu yang tak jelas. NTU menutup diri dari semua
    liputan media dari Indonesia. Pekan lalu TVONE telah mereka tolak.



    Alih-alih alam kebohongan: dari kebohongan satu melahirkan
    kebohongan berikutnya, beranak-pinak mungulur-alur, agar kasus ini
    mati dengan sendirinya; bukti nyata jasad David yang kadung
    dikremasi, laporan otopsi dijanjikan sebulan oleh kepolisian datang
    terlambat, 3 April 2009 kepada orangtua David, itupun hanya keluaran
    NTU. Bukan keluaran polisi.



    Melalui kedutaan besar RI di Singapura, diperoleh kabar bahwa
    pemerintah Singapura akan membentuk pengadilan koroner - - sebuah
    pengadilan yang bukan untuk memutus perkara, sebuah pengadilan
    rekomendasi (coroner). Entah kapan waktu dilaksanakan tanpa jawaban.
    Tambah celaka, pada 4 April 2009 Kedubes RI di Singapura mengatakan
    polisi meminta waktu lagi sebulan ke depan mempelajari kasus David.
    Inilah deretan fakta baru yang menarik dikaji?



    Seabagaimana bahan dari pelatihan reportase investigasi yang
    diadakan oleh Wolrd Bank-IIIJ di Jakarta pada 7 tahun silam, di mana
    saya salah satu peserta: kami diwanti-wanti kudu memulai verifikasi
    dari bahan tertulis. Ini esensi.



    Bahan tertulis yang saya punya tentang kasus David, hanya judul dan
    abstrak tugas akhirnya. Menurut keterangan keluarga, David terakhir
    konsen dengan aplikasi Open CV. Judul tugas akhirnya: Multiview
    aquisitions from Multi-camera configuration for person adaptive 3D
    display. Proyek dengan Nomor: A3026-81. Summary: Multi cameras
    willbe used to obtain multiviews of scene. Syarat mengambil topik
    ini: Strong Mathematical Skills and C/C++ programing. Untuk risetnya
    itu, David dirujuk ke laboratorium EEE3, Information System Research
    Lab (Loc: S2-B3a-06).



    Aplikasi dan judul tugas akhir inilah yang saya verfikasi secara
    terus-menerus.



    Sudah lebih dari 50 sumber saya file. Secara kebetulan, latar
    belakang; pernah memproduksi serial animasi 2D wayang, meproduksi
    konten simulation right wayang 3D, uji coba membuat konten game BREW
    berbasis C++ untuk CDMA global, pernah bekerja di post production
    yang high end, terus beredar di komunitas ICT, pernah menjadi Ketua
    Pokja Konten dan Aplikasi, di Kadin Indonesia, mengantarkan saya
    mengumpulkan bahan-bahan.

    Di antara deretan sumber yang saya temui antara lain Vidiyama
    Sonnekh, Ardi Sutedja, dan Anthony Seger, sosok unik yang hingga
    kini juga bermain di ranah Open CV dan games, pernah membuat konten
    games QQ untuk kesenangan bukan judi. Antony mampu membuat enkripsi
    yang rumit macam aplikasi yang dipakai Verisign di versi 5.9. Dan
    gongnya, saya menemui Ary Setijadi, ke Bandung.








    “SAYA MENCOBA sesungguhnya membuat mock up tugas akhir David itu
    agar bisa saya perlihatkan, kira-kira mendekatinya. Namun saya cari
    di Youtube, ada bagian riset David yang mendekati. Maka saya cukup
    memutarkan ini.”



    Ary membuka link: http://www.youtube. com/watch? v=Jd3-eiid- Uw



    Pada bagian video Jhonyy Chung Lee, itu terlihat visual 2D (dua
    dimensi) dari layer teve yang flat bisa berubah menjadi 3D (tiga
    dimensi), layar datar teve seakan menjadi lorong tiga dimensi, di
    mana objek menjadi tampil diudara. Objek itu bisa pula di-tracking,
    dengan pengolahan data pemindaian, bisa pula mengikuti gerakan kita.



    Dalam adegan Johnny Chung Lee, bergerak mengikuti gambar 3D yang
    kemudian mengikuti gerakannya, saya teringat program serial teve di
    kanal Play House Disney,



    “Where were shadow.”



    Jawaban shadow bukan saja cuma suara, dia bisa ikut ngomong, sambil
    meledek kita. Bisa menjadi sebuah games dan gimmick untuk iklan produk.



    Tentu tugas David tidak sama persis dengan WII untuk Nintendo yang
    dibuat Chung Lee, tetapi bayangan itu mendekatkan gambaran akan apa
    yang dilakukan David, penggemar berat mainan games ini.



    “Sehingga memang tugas David bernilai ekonomi,” ujar Ary Setijadi.



    Pertanyaannya seberapa besar nilai ekonomi tugas akhir itu?



    Saya mengandaikan macam Crayonpedia. org yang memakai aplikasi
    gratis Mediawiki. Jika seluruh materi ajar di Crayonpedia itu
    terisi, dia akan begitu bermanfaat bagi public, oarangtua Indonesia,
    tidak perlu lagi membeli buku, yang setiap tahun bisa triliunan
    negara dan orang tua membelinya. Namun dari sudut aplikasi, orang
    akan dengan mudah mengatakan, ah, itu kan cuma memakai enjin Wiki,
    “Saya juga bisa.”



    Persoalanya bukan pada saya juga bisanya.; Tetapi memulai dan
    berbuat tuntas untuk aplikasi itu.



    Analogi yang sama juga bisa terjadi pada David. Begitu selesai
    tugasnya, bisa jadi ada pihak yang mengaku, “ O itu, saya juga bisa.”



    “Itu cuma bagian kecil dari kemampuan Open CV, yang diprogram lagi.”



    Saya bertanya kepada DR Ary Setiajadi, apakah kemungkinan riset
    David, sesuatu yang berkait ke kepentingan militer?



    “Berbagai kemungkinan bisa.”



    “Toh muaranya cuma dua, jika bukan untuk kepentingan militer, paling
    untuk kepentingan dunia entertainment. Tidak ada lain”



    “Jangan lupa game yang MMORPG, back office-nya, dipakai pula oleh
    tentara AS untuk latihan perang.”



    “Karenanya human content interception (HCI) dalam sepuluh tahun
    terakhir mendapat perhatian tinggi di dunia kini.”



    Demikian DR. Ari Setiajadi




    Ketika melangkahkan kaki turun dari tangga Lab VIII Lt. 2 Gedung VII
    ITB itu, saya menatap taman yang tertata asri. Di dua tahun ini
    dengan adanya jurusan Digital Media & Game Technology, malting the
    boundary of art science and engineering, makin yakin saya bahwa
    perguruan tinggi teknik bergensi ini tak kalah dengan kampus
    terkemuka di muka jagad ini di urusan konten dan aplikasi.



    Sehingga untuk hanya belajar ke fakultas EEE di NTU ke Singapura
    bukan lagi suatu yang membanggakan.



    Bahkan hasil kerja dan riset ITB, masih banyak berderet, yang juga
    sensitif untuk saya dituliskan. Maka jika anak-anak jenius negeri
    ini yang bersekolah ke NTU, Singapura diberi beasiswa, hak risetnya
    menjadi milik NTU, lalu giliran ada apa-apa macam kasus dibantainya
    David, anak negeri ini malang-jambang.



    Jauh-jauh pergi merantau hanya untuk sekadar menggergaji angin,
    memeras otak meregang nyawa.








    SEBELUM azan magrib menjelang, saya meninggalkan kota Bandung,
    dengan keyakinan 100% tugas akhir David bernilai ekonomi.


    “Kalau di ITB, tugas akhir itu right-nya tergantung siapa yang
    menuliskan. Jika mahasiswa yang manuliskan, maka right-nya ya milik
    mahasiswa, “ kata Ary Setijadi.


    “Namun biasanya, juga ada pihak kedua yang minta namanya ikut
    dicantumkan, untuk mendapatkan credit point, rekan yang terlibat.”


    Ketika kendaraan bergerak menjelang Jl. Pasteur di Bandung,
    kemacetan menggila. Bandung di kala sore sudah sama dengan Jakarta
    di rembang petang.


    Lamat-lamat dari balik kemacetan, kembali telinga saya mendengar
    azan, magrib sudah.


    “Hayyaalallafalaaah…”


    “Mari meraih kemenangan….”








    PADA Sketsa VI, saya sempat bertanya apa yang dilakukan oleh 600
    mahasiswa Indonesia di NTU Singapura terhadap kematian David?


    Saya mempertanyakan apa yang dilakukan Pelajar Indonesia NTU
    (PINTU). Pertanyan itu tidak mendapatkan tempatnya, karena saya
    salah mengutip dan memberikan interpretasi keliru kepada kalimat
    Budi Raharjo Santoso, Ketua PINTU yang saya kutip dari The Jakarta Post.


    Ini bagian sanggahan Budi yang saya beri tempat terhormat di sini:

    Pernyataan bung Iwan yang mengutip dari Jakarta Post , “Bahkan
    dengan nada meninggi Budi mengatakan, “Masih banyak mahasiswa
    Indonesia di NTU yang kini juga belajar, dan tidak harus terganggu
    karena berita meninggalnya David.””

    Pernyataan yang ditulis oleh bung Iwan di sini menurut saya
    kuranglah bertanggung jawab. Jika kita bandingkan dengan berita
    Jakarta Post, pernyataan ini sangatlah berbeda.Silakan teman-teman
    yang lain melihat link yang sudah diberikan oleh bung Ainun
    “Hasil google search spesifik pada thejakartapost. com dan keyword :
    budi pintu
    http://www.google. com.sg/search? q=site:thejakart apost.com+ budi+pintu
    menunjukkan bahwa satu-satunya possible reference adalah :
    http://www.thejakar tapost.com/ news/2009/ 03/25/stop- speculating-
    about-david039s- death-pintu. html”

    Pernyataan asli yang saya berikan kepada bung Ary Hermawan dari
    artikel Jakarta Post diatas adalah, “Menurut saya minat orang
    Indonesia untuk bersekolah di Singapura belum akan menurun karena
    kasus David belum jelas disebabkan oleh apa.”

    Saya sadar bahwa setiap manusia pernah melakukan kekhilafan. Begitu
    juga dengan Bung Iwan disini. Oleh karena itu, saya meminta bung
    Iwan untuk “mengklarifikasi” artikel ini, baik yang dimuat di media
    ini maupun di media-media lain.

    Dengan dimuatnya klarifikasi tadi, saya meralatnya, mengakui kesalahan.



    BOLA salju kebengaan saya mengutip kalimat pejabat PINTU di atas
    rupanya mengundang teror email dan opini ke blog saya yang tidak
    karuan. Mulai dari makian hinga julukan wartawan bodrex, bahkan
    mengatakan semua tulisan saya sudah tak layak dipercaya. Jika memang
    demikian adanya, tulisan saya tentang Kalimati Pademangan, Jakarta
    Utara, tidak akan dibaca pihak Australia. Padahal dari blog saya
    itulah kemudian bantuan Australia, SDM dan alat berat kini
    mengalirkan Kalimati, misalnya. Sehingga bagi sosok demikian: hampir
    300.000 kata tulisan yang saya buat selama 2008 saja dianggapnya
    sampah semua.

    Begitulah sebuah resiko kesalahan. Begitulah honor sebuah kesalahan.
    Padahal bertekun menjadi literary citizen reporter selama ini jangan
    kan dapat uang, yang ada membiayai sendiri liputan,
    mendarma-baktikan umur.

    Dunia jurnalisme bukan laksana nila setitik lalu akan merusak susu
    sebelanga. Karya jurnalistik akan kembali ke publik. Mereka yang
    akan menilai hasil akhirnya.

    Melalui Sketsa VII ini izinkanlah saya menuliskan kembali, bahwa
    jurnalisme esensinya verifikasi. Jurnalis bisa salah, dan ada forum
    mengoreksinya. Karena saya menulis di dalam naskah, maka pengakuan
    salah pun saya buat dalam naskah. Kenyatan ini menjadi suatu langgam
    baru, di dalam kita ber-web 2.0, berjunalisme 2.0 di dalam blog.
    Bahkan jurnalisme diambang 3.0.

    Setiap Sketsa baru, bisa mengoreksi Sketsa sebelumnya karena
    verifikasi yang terus berjalan.



    DARI keluarga David saya mendapatkan tambahan info: bahwa David
    pernah kerja praktek di Panasonic, Singapura. Ingat, Panasonic
    adalah perusahan yang kini terdepan melakukan R &D di bidang kamera
    digital dan HDTV.

    “Bahkan David rencananya memang pernah bilang kalau tamat mau
    diambil Panasonic,” ujar Wiliam Hartono Wijaya, kakaknya.

    Logikanya, jika kalangan industri justeru membutuhkan David,
    tentulah dia tidak dibunuh?
    Industri butuh jenis manusia-manusia David.

    Kini, fokus verifikasi saya tertuju jitu kepada kalangan internal
    NTU. Dengan latar rektor dan ketua jurusan EEE sebagai bagian orang
    kementrian pertahanan Singapura, maka cara-cara militer dalam
    menyelesaikan kasus, ronanya menjadi nyata. Simaklah kini telah
    terjadi keunikan baru:

    1. Hasil otopsi yang tanggal 3 April 2009 diterima keluarga David,
    adalah keluaran NTU, bukan keluaran pihak kepolisian Singapura.

    2. KBRI Singapura, polisi Singapura masih meminta waktu sebulan lagi
    mengusut kasus ini.

    3. Ada isu akan ada pengadilan koroner, yang hasilnya hanya sebuah
    rekomendasi, sebuah pengadilan yang tidak memutuskan perkara.

    Karenanya dua kata akhir judul Sketsa VII ini Mengulur-alur, itulah
    premis saya.

    Dalam situasi demikian jika PINTU memang sulit diharapkan berbuat
    bagi teman sebangsanya, lebih ingin dipahami posisinya, maka aksi
    nyata memang tinggal berpulang kepada pemerintah NKRI?

    Adakah NKRI itu?!

    Sikap proaktif langkah verifikasi melalui jalur citizen reporter
    (blogger) ini, akan terus berjalan, dan ketika naskah ini Anda baca,
    bisa jadi saya sudah di Singapura. Dan jika ada apa-apa terhadap
    keberadaan saya di Singapura, Anda Sidang Pembaca, sudah bisa
    menjawabnya. ***


    Iwan Piliang, Literary Citizen Reporter, blog-presstalk. com


    
<mailto:iwan.pili...@yahoo.com?subject=re%3asketsa%20vii%20kematian%20david%3a%20bernilai%20ekonomi%20mengulur-alur>
    
<mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com?subject=%20re%3asketsa%20vii%20kematian%20david%3a%20bernilai%20ekonomi%20mengulur-alur>
    
<http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/post;_ylc=X3oDMTJ0YmxxbWNtBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzEzMDA2NzAyBGdycHNwSWQDMTcwNTA0MzY5NQRtc2dJZAMxMTkzNDQEc2VjA2Rtc2cEc2xrA3JwbHkEc3RpbWUDMTIzODg4MDQ2NA--?act=reply&messageNum=119344>
    
<http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/message/119345;_ylc=X3oDMTJ0YTNjZ2RkBF9TAzk3MzU5NzE1BGdycElkAzEzMDA2NzAyBGdycHNwSWQDMTcwNTA0MzY5NQRtc2dJZAMxMTkzNDUEc2VjA2Rtc2cEc2xrA3Ztc2cEc3RpbWUDMTIzODg4MDQ2NA-->




------------------------------------

Majulah Gorontalo kita!Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/gorontalomaju2020/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:gorontalomaju2020-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:gorontalomaju2020-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    gorontalomaju2020-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke